MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Adelina Berliana Syahrul (NIM P0 5140319001)
2. Eka Nuwitri (NIM P0 5140319008)
Makalah Ini Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
dengan Dosen Pengampuh Dr. Noermanzah, S.Pd., M.Pd.
Tim penulis mengucapkan puji dan syukur kapada Allah Swt. atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun sesuai dengan peraturan penulisan makalah pada Mata
Kuliah Bahasa Indonesia.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari
sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah ini disajikan untuk membahas
materi tentang “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia”. Untuk lebih jelas simak
pembahasan dalam makalah ini.Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan
yang mendalam kepada kita semua.
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terimakasih.
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
ABSTRAK.................................................................................................................................ii
PRAKATA................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................6
A. Latar Belakang................................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
D. HURUF MIRING.........................................................................................................14
1. Singkatan......................................................................................................................16
2. Akronim........................................................................................................................17
G. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN...................................................................17
BAB III....................................................................................................................................21
PENUTUP...............................................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari
kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan
dalam kaidah kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan,
makna, dan kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam
bahasa yang memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan
benar adalah bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan.
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa
Melayu, masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli
bahasa dari Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa,
Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat
ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan
Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam
memelayukan tulisan beberapa kata dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi
bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitan tersebut terus diperbaiki dan
disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap.
Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu
Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak
biasa Bahasa tidak pernah lepas dari berbagai aspek kehidupan manusia semenjak
keberadaan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan
manusia akan terus berubah dan tidak tetap, karena eratnya keterkaitan dan keterikatan
manusia dengan bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak
statis.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan
dengan ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut
tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan
satu lambang atau satu huruf saja untuk satu fonem secara konsisten.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon
yang paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut
belum disertai dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan menciptakan
istilahnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6. Tanda pisah(-)
a. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,tangal,atau tempat dengan arti
sampai dengan ‘atau ‘sampai ke’.
E. HURUF KAPITAL
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan berukuran
lebih besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf
kapital.
a. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya : Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
b. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang,
termasuk julukan.
Misalnya: Gorys Keraf
c. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung. Misalnya:
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang
diakui di Indonesia.
Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Nabi Muhammad SAW dan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia. Terima kasih, Dokter.
g. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla Gubernur Riau
h. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia suku Dayak
i. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya atau hari besar keagamaan.
Misalnya:
bulan Juni tahun Masehi
hari Selasa hari Nyepi
j. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Agresi Militer Belanda II Perjanjian Renville
k. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya :
Kepulauan Seribu Sungai Siak
Kecamatan Tampan Jalan Utama
l. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas.
Misalnya:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Komisi Pemberantasan Korupsi
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama majalah, dan surat
kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Majalah Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak. Dia
sedang membaca novel Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
n. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.
o. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan lain
yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Wajah Kakak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa. Ibu berkata
kepadaku, “Tolong bersihkan sayuran itu, Nak.”
F. HURUF MIRING
Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan
tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf
miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya: Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Jakarta: Balai Pustaka.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Penulisan kata yang benar adalah dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari
peribahasa esa hilang dua terbilang!
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan masyarakat di
Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di mancanegara. Ora et labora memiliki
makna ‘berdoa dan bekerja’.
1. Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau
lebih.
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.Contoh: Dr. Bambang
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh : DPR, PGRI
c. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik
setelah masing-masing huruf. Contoh :dll.
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing
tidak diikuti tanda titik. Contoh : Cu (kuprum)
16. Akronim
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata
yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri
(Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh:
pemilu (pemilihan umum)
Contoh lain dari akronim yaitu:
laser (light amplification by stimulated emission of radiation)
radar (radio detectiang and ranging)
sonar (sound navigation ranging)
tilang (bukti pelanggaran)
I. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv)
kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus satu persen
satu dua persepuluh
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X pada awal abad XX
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini lihat Bab II, Pasal 5
dalam bab ke-2 buku itu di daerah tingkat II itu
di tingkat kedua gedung itu
di tingkat ke-2 itu kantornya di tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang
tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia
berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai. DI lemari itu tersimpan 805 buku
dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
J. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Cendekia. Ngadiyo dan Widya Sudio. 2010. Pedoman Umum Bahasa Indonesia
Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Araska.
Jakarta: Kemendikbud.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Kesalahan
Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta:
PT. Grasindo.