Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

“Komponen dalam ANC”

DISUSUN OLEH :

CITRA SYIFA KHAIRIYAH RAMADHAN (P05140319006)

DAFFINA SYAZAH INDRIANY (P05140319007)

EKA NUWITRI (P05140319008)

FRILLIA ANGGUN LESTARI (P05140319009)

INNE DEHLIA (P05140319010)

DOSEN PEMBIMBING : Rialike Burhan,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN
Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Mufdlilah, 2009). Dengan ANC perkembangan
kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan
melahirkan akan bertambah. Cakupan ANC dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai
kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai standar paling sedikit empat kali (K4). Di jawa tengah
sendiri cakupan (K4) mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 87,05% meningkat menjadi
90,14% di tahun 2008, dan 93,39% pada tahun 2009 tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun 2010
yaitu 92,04%, yang mana masih dibawah target pencapaian tahun 2015 yaitu 95%. Meskipun
demikian, cakupan kunjungan ANC di provinsi Jawa Tengah tahun 2010 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan cakupan nasional yaitu 84% (Dinkesjateng, 2010).
Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya sesuai
dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan menyulitkan tenaga kesehatan
dalam melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh,
termasuk deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani (Depkes
RI, 2010). Kurangnya pemanfaatan ANC oleh ibu hamil ini berhubungan dengan banyak faktor.
Salah satu diantaranya adalah pengetahuan ibu hamil (Kuswanti, 2014). Ketidakpatuhan dalam
pemeriksaan ANC dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai macam kehamilan risiko
tinggi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak
segera dapat diatasi yang akan mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat (Marmi,
2014).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen dalam Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental
(Wiknjosastro, 2005).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai (Saifuddin, 2002).
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan
seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode
kehamilan berlangsung. Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar (Hamidah, 2009).
1. Tujuan antenatal care
a. Tujuan umum
Untuk mememnuhi hak setiap ibu hamil memeproleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan
bayi yang sehat.
b. Tujuan khusus
1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komperhensif dan berkualitas, termasuk
konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
2) Menghilangkan “missed oppurtunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu, komperhensif dan berkualitas.
3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
4) Melakukan Intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini
mungkin.
5) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sosial dengan sistem
rujukan yang ada (Kemenkes, 2010).
Kusmiyati (2008) menambahkan bahwa tujuan ANC dibagi menjadi dua yaitu:
a. Tujuan umum
Adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
b. Tujuan khusus adalah:
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
persalinan.
2) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun
obstetrik selama kehamilan.
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

2. Keuntungan ANC
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba,
2005).
Menurut Prawirohardjo (2006), bahwa manfaat pelayanan ANC
untuk:
a. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedaruratan yang mungkin terjadi.
b. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang timbul selama
kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah atau obstetrik.
c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta
bayi dengan memberikan pendidikan, supleman dan imunisasi.
d. Membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui bayi, melalui masa nifas yang
normal, serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan` sosial.

3. Standar Pelayanan ANC


Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 10 T.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes
RI, 2009) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

4. Indikator ANC
1. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komperhensif sesuai standar.
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama,
sebaliknya sebelum minggu ke 8.
2. Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komperhensif sesuai standar. Kotak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali
pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12-24
minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu
ke 24 sampai dengan minggu ke 36.
3. Penanganan komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun
tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan
nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi.
Menurut Saifuddin (2002), kunjungan ANC untuk pemantauan dan
pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan
dalam waktu sebagai berikut :
a. Kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan.
b. Kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan.
c. Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke- 36) dua
kali kunjungan.

B. Jadwal ANC
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal
satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga
(usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018).
Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan antenatal yang
komprehensif dan berkualitas minimal 4 kali, yaitu 1 kali sebelum bulan ke 4 kehamilan,
kemudian sekitar bulan ke 6 kehamilan dan 2 kali kunjungan sekitar bulan ke 8 dan 9
kehamilan. Pada umumnya, standar minimal pemeriksaan ANC terdiri dari 10T yaitu:

1. Timbang berat badan setiap kali kunjungan dan dicatat.


2. Ukur Tekanan darah, normalnya 110/80 – dibawah 140/90.
3. Tentukan nilai status gizi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Tinggi fundus uteri (puncak rahim): memantau perkembangan janin.
5. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid).
6. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
7. Pemberian Tablet zat besi.
8. Test Laboratorium (penyakit sifilis, Hepatitis B dan HIV).
9. Tatalaksana kasus.
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan paska persalinan.
Jadwal kunjungan diatas dilakukan sesuai dengan kriteria kunjungan menurut Saifuddin (2002) :

a. Kunjungan I (umur kehamilan 0 - 16 minggu)


1) Penapisan dan pengobatan anemia.
2) Perencanan persalinan.
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya.
b. Kunjungan II (24-28 minggu) dan III (32 minggu)
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
2) Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)
1) Sama seperti kunjungan II dan III.
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
3) Memantapkan rencana persalinan.
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.

C. Kunjungan Awal
1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data dasar yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu
sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik
umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan, menentukan taksiran berat
badan janin, pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan
pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016).

2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)


Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care minimal satu kali.
Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat
bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis keluhan dan
perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo & Putrono, 2016).

3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)


Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua minggu sampai
adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak
janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri,
nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG,
pemeriksaan laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).

D. Kunjungan Ulang TM 1,2,3

a. Kunjungan antenatal care


Kunjungan Waktu Alasan
Trimester I Sebelum 14 a. Mendeteksi masalah yang dapat
minggu ditangani sebelum membahayakan jiwa.
b. Mencegah masalah, misal: tetanus
neonatal, anemia, kebiasaan tradisional
yang berbahaya)
c. Membangun hubungan saling percaya
d. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan
menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
kebersihan, olahraga,
istirahat, seks, dan sebagainya).
Trimester II 14–28 Sama dengan trimester I ditambah:
Minggu kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia,
pantau Tekanan Darah, evaluasi edema,
proteinuria)
Trimester 28–36 Sama, ditambah: deteksi
III Minggu kehamilan ganda.
Setelah 36 Sama, ditambah: deteksi kelainan letak
minggu atau kondisi yang memerlukan persalinan
di RS.

E. Antenatal Care Dimasa Pandemi Covid 19

PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, IBU NIFAS DAN BAYI BARU

LAHIR SELAMA SOCIAL DISTANCING

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir di
masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan memakai sabun selama
20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan
rajin olah raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan
etika batuk-bersin.

Sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di fasilitas kesehatan adalah isolasi awal,


prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan,
pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri),
pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin
dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang
progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.

A. BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN IBU
MENYUSUI
1. Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil, Bersalin
dan Nifas :
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama
20 detik (cara cuci tangan yang benar pada buku KIA hal.
28). Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun
tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang
Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (Buku KIA hal 28 ).
b) Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah
memegang bayi dan sebelum menyusui. (Buku KIA hal. 28).
c) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
d) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
e) Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
f) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada
tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etika
batuk.
g) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
h) Menggunakan masker medis adalah salah satu cara
pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi
COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang
cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus
dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
i) Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang
sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
j) Cara penggunaan masker medis yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh
masker yang telah digunakan, segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
 Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.
k) Menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-
tanda bahaya pada kehamilan (Buku KIA hal. 8-9).
l) Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau hewan
lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
m) Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan
darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi
penyakit ini.
n) Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk
pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi
kesehatan terkait.
o) Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.

2. Bagi Ibu Hamil:


a) Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan dokter agar tidak
menunggu lama. Selama perjalanan ke fasyankes tetap melakukan pencegahan
penularan COVID-19 secara umum.
b) Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
c) Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika
terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), maka periksakan diri
ke tenaga kesehatan. Jika tidak terdapat tanda-tanda bahaya, pemeriksaan
kehamilan dapat ditunda.
e) Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia kehamilan
28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 gerakan per 2 jam).
f) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan
aktivitas fisik berupa senam ibu hamil / yoga /
pilates / aerobic / peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap
bugar dan sehat.
g) Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
h) Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi bebas dari pandemik
COVID-19.

3. Bagi Ibu Bersalin:


a) Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.
b) Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke
fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
c) Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana persalinan
yang dikeluarkan oleh PP POGI.
d) Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan sebelumnya.

4. Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir:


a) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat Buku
KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga
kesehatan.
b) Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
i. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
ii. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
iii. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pasca persalinan;
iv. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh
dua) hari pasca persalinan.
c) Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan
dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya
pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
d) Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian
dengan petugas.
e) Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial
saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali
pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian
salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.
f) Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang
dari fasilitas kesehatan, pengambilan sampel
skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
g) Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan
Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan upaya
pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas ataupun ibu
dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal yaitu :
i. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48
(empat puluh delapan) jam setelah lahir;
ii. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)
hari setelah lahir;
iii. KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28
(dua puluh delapan) hari setelah lahir.
h) Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk
ASI ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
(sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan
tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau
permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi asuhan kehamilan normal
dan identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring keadaan
risiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan.
Tujuan utama antenatal care adalah menurunkan/ mencegah
kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya
adalah:

1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan


perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam
rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan
logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.

B. Saran
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://ibijabar.org/tutorial-layanan-anc-10-t/

Buku Ajar Asuhan Kehamilan

Pedoman bagi ibu hamil,ibu nifas dan bayi baru lahir selama social distancig
(Pandemi Covid19)

Buku KIA Revisin 2020

https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20KIA%20REVISI
%202020%20LENGKAP.pdf

https://www.ibi.or.id/

Anda mungkin juga menyukai