PENDAHULUAN
Filipina adalah salah satu negara kepulauan yang berbentuk Republik di Asia
Tenggara. Filipina memiliki kurang lebih 7.107 pulau besar dan kecil, dengan
perkiraan luas wilayahnya sekitar 300.000 km. Pulau terbesar di antara ribuan
pulau tersebut adalah: Pulau Luzon, Pulau Mindanao, Pulau Samar, Pulau Panay,
Pulau Mindoro, Pulau Negros, Pulau Visayan, Pulau Palawan, Pulau Leyte, Pulau
Bohol, dan Pulau Masbate. Keunikan Filipina dari negara-negara di Asia
Tenggara lainnya adalah salah satu negara yang mayoritas penduduknya
beragama katolik. Selain itu,berdasarkan pengalaman kolonialisme oleh bangsa
Barat, Filipina merupakan negara di Asia Tenggara yang sangat dekat dengan
Amerika Serikat, bahkan secara superfisial Filipina merupakan negara yang paling
terlihat akulturasi budaya bangsa Malaya dengan bangsa Barat dimana
westernisasi di Filipina dapat terlihat jelas dari penamaan masyarakat asli Filipina
yang sangat melekat dengan bahasa Spanyol, dan upacara adat pernikahan di
Filipina merupakan akulturasi dari budaya bangsa Amerika Serikat.
1
Amerika Serikat. Dilihat dari pengalaman penjajahan Amerika Serikat di Filipina,
negara ini seharusnya negara yang memiliki pemahaman nilai-nilai demokrasi
yang sangat kuat dan dalam tahap demokrasi yang telah mendarah daging. Dalam
nilai-nilai demokrasi dikatakan bahwa demokrasi akan membawa negara kearah
kemakmuran, salah satunya dipertegas oleh pendapat Sorensen yang mengatakan
bahwa Modernisasi dan kesejahteraan akan selalu disertai sejumlah faktor yang
kondusif bagi demokrasi, seperti meningkatnya tingkat melek huruf dan
pendidikan, urbanisasi, dan pembangunan media massa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan munculnya krisis ekonomi, meningkatnya kriminalitas, gerakan
komunis serta pemisahan di wilayah selatan.
2.1.3 Periode 1972-1981
Di tengah merebaknya aksi kriminalitas serta ancaman pemberontakan
komunis, Marcos menyatakan darurat militer pada 21 September 1972.
Marcos membatasi kebebasan pers dan menangkap sejumlah tokoh oposisi
seperti, Beniqno Aquino dan Jovito Salonga. Darurat militer secara resmi
menuntun pada kestabilan ekonomi namun dengan mengorbankan
pengurangan kebebasan sosial dan hingga meningkatkan korupsi yang
dilakukan Marcos dan kroni kroninya.
2.1.4 Sesudah Tahun 1972
Pihak militer kemudian menjadi benteng pemerintahan Marcos dan
memiliki hak istimewa. Terjadi pembengkakan personil militer yang
dibarengi kenaikan pangkat secara bertubi tubi, penambahan gaji, serta
pemangkuan jabatan penting oleh kalangan militer menggantikan kalangan
sipil.
2.1.5 Periode 1981-1983
Enam bulan setelah pencabutan undang-undang darurat, diadakan pemilu
pertama setelah dalam dua belas tahun tidak diadakan. Marcos menang
besar atas kandidat lainnya, tapi pemungutan suara tersebut diatur secara
tidak jujur dan pemilu tersebut diboikot oleh partai partai oposisi utama.
Pada masa pembangunan, pemerintah Filipina tidak mengakui hukum adat Moro.
Ada perasaan dendam dari pemerintah Filipina terhadap bangsa Moro atas
penyerangan pusat pemerintahan di Manila. Sehingga, menimbulkan ketegangan
antara penduduk minoritas muslim Moro dengan para pendatang pada
pemberontakan bangsa Moro tahun 1960-1970. Tahun 1972, Nur Misuari sebagai
4
pemimpin MNLF bersama pendukungnya mendeklarasikan rencana mendirikan
Republik bangsa Moro melalui Moro National Liberation Front (MNLF) yang
memiliki tujuan untuk mencapai kebebasan penuh kepada bangsa Moro dan
merdeka dari penjajahan Filipina. Peristiwa ini menimbulkan intervensi militer
terhadap bangsa Moro yang ingin menentukan nasibnya sendiri. Hasilnya, pada
maret 1968 terjadi pembunuhan massal di Sulu sekitar 24 orang mati oleh tentara
Filipina atas perintah presiden Marcos. Peristiwa pembunuhan massal ini menjadi
awal kekacauan di pulau Mindanao.
Bangsa Moro adalah penduduk muslim yang sejak lama telah menduduki pulau
Mindanao, kepulauan Basilan, Palawan, Sulu dan Tawi-tawi. Bangsa Moro pada
dasarnya bukan merupakan bagian dari pemerintahan Filipina akan tetapi tahun
1946 pada kemerdekaan Filipina, kepulauan tersebut menjadi bagian dari wilayah
Filipina karena setelah kesepakatan antara AS dengan Sultan Mindanao. Sejak
tahun 1970-an militer Filipina masuk kewilayah Mindanao yang didominasi oleh
penduduk muslim, target mereka adalah menyerang markas-markas MNLF
(sekarang MILF karena MNLF telah melakukan kesepakatan perjanjian damai)
yang sampai saat ini terus berlangsung. Sejak itu pula menimbulkan terjadinya
eskalasi konflik diantara pemerintah dan MNLF setelah terjadinya pembunuhan
massal terhadap 24 orang penduduk Sulu yang dikenal dengan Jabidah Massacre,
ini merupakan bentuk eskalasi konflik yang pertama pada tahun 1968, akan tetapi
hal ini dapat diselesaikan sehingga terjadi de-eskalasi karena tujuan
genocide tersebut tidak terbukti. Selanjutnya, proses negosiasi terjadi pada tahun
1975 presiden Marcos melakukan gencatan senjata antara pemerintah dengan
MNLF untuk memulai membicarakan perdamaian dengan MNLF. Hal ini
diakibatkan oleh embargo minyak oleh negara-negara arab yang tergabung dalam
organisasi pengeksor minyak terhadap negara-negara pendukung Israel, negara
Filipina merupakan salah satu pendukungnya.
5
perjanjian Tripoli tidak efektif dan beberapa tahun kemudian terjadi konflik
kembali menimbulkan eskalasi konflik yang kedua kalinya. Sehingga, pada saat
ini pula terjadi perpecahan MNLF yang terbagi menjadi dua. Penyebabnya, karena
MNLF dan MILF keduanya memiliki pandangan yang berbeda terhadap
pemerintahan Filipina. MNLF bersifat tidak menjadi gerakan separatis dari
Filipina sedangkan MILF merupakan gerakan separatis bangsa Moro yang ingin
menentuakan nasibnya sendiri dengan mendirikan negara republik islam.
Peristiwa ini merupakan akibat dari kegagalan perjanjian Tripoli. Selama setelah
perjanjian Tripoli yang terjadi adalah bargaining antara pemerintah dan MNLF
dalam hal pemberian otonomi yang disepakati dalam perjanjian tersebut.
Tahun 1996, dibawah pimpinan Fidel Ramos memang sudah terbentuk FPA yang
disepakati oleh MNLF dengan pemerintah Filipina. Kondisi ini dalam tahapan
proses damai disebut dengan tahapan peacemaking seperti halnya setelah
perjanjian Tripoli. Dalam kondisi peacemaking fokus antara keduanya pada
kesepakatan untuk penghentian peperangan diantara kedua pihak, dengan
agreement tersebut berarti konflik itu harus dihentikan dan ada tanggung jawab
bersama untuk menjaga perjanjian tersebut baik dari pemerintah maupun MNLF.
Sehingga, apabila perdamaian sudah terwujud maka perdamaian tersebut harus
dijaga, ini akan berlangsung ketahap perdamaian selanjutnya. Selanjutnya,
presiden Fidel Ramos digantikan oleh Presiden Estrada (1998-2001) menyatakan
"all out war" tentara pemerintah Filipina dengan MILF. Selama pemerintah
Estrada tidak terjadi sebuahpertemuan yang akan menyelesaikan masalah ini.
6
Pada kenyataannya, presiden Estrada tidak mengindahkan akan perjanjian FPA
yang sudah berlangsung. Sehingga yang terjadi adalah kegagalan resolusi konflik
melalui negosiasi FPA tersebut. Seharusnya yang terjadi adalah bukannya
kekerasan kembali akan tetapi proses rekonsiliasi. Singkatnya, resolusi konflik ini
menghasilkan kegagalan antara pemerintah Filipina dengan MILF, sehingga
terjadi eskalasi konflik yang kembali akan tetapi hal proses rekonsiliasi antara
pemerintah dengan MNLF dikatakan berhasil. Karena pemerintah hanya akan
menyerang kelompok separatis dari MILF dan kelompok separatis lainnya. Dalam
sejarah juga pemerintah Filipina enggan melakukan perundingan dengan MILF
karena mereka menganggap dengan tuduhan bahwa MILF merupakan gerakan
islam garis keras yang banyak melakukan aksi-aksi terorisme.
Masalah separatisme yang terjadi di Filiphina Selatan ini merupakan salah satu
penghambat bagi Filiphina dalam penerapan nilai-nilai demokrasi yang
seharusnya sudah mendarah daging dengan masyarakat Filiphina. Separatisme ini
muncul karena belum meratanya pembangunan di Filiphina, salah satu faktornya
adalah negara Filiphina merupakan negara kepulauan yang sulit untuk
diintegrasikan dalam satu rencana pembangunan yang merata dengan daerah-
daerah di Filiphina lainnya.
7
Di sisi permintaan, berkelanjutan belanja konsumen dan pemerintah
sepanjang tahun ditopang oleh peningkatan investasi dalam Pembentukan
Modal Tetap, khususnya di Peralatan, memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan PDB yang sehat pada 2013. Pada kuartal keempat, belanja
pemerintah berkurang tidak mampu meniadakan pertumbuhan PDB yang
kuat ditopang oleh belanja konsumen dan investasi dalam pembentukan
modal tetap dan pertumbuhan dalam perdagangan internasional.
8
alam Filiphina sendiri bukan penghasil rempah-rempah, tetapi pada masa
penjajahan Spanyol di Filiphina hanya menjadi pusat transit perdagangan
Asia dan Eropa. Pada masa kepemimpinan presiden kedua Filiphina, negara
ini mulai meningkatkan produksi pertanian berupa bahan pangan beras,
dimana Presiden Elpidio Quirino membentuk Bank Perkreditan bagi
pertanian dan membantu para petani dalam memasarkan hasi panennya. Ini
menjadi awal perkembangan produksi bahan pangan di Filiphina, yang
selanjutnya semakin berkembang setelah Filiphina tergabung dalam
ASEAN dan Filiphina menjadi negara penghasil dan pusat penelitian
pengembangan padi untuk produksi bahan pangan bagi negara-negara di
ASEAN.
9
berkembang lain berkaitan dengan pengolahan pekerja migran dan devisa
(remittance). Selain itu ada sisi dilematis yang di alamai oleh Filipina dalam
perkembangan sumber daya manusia. Filipina bisa membuat tenaga-tenaga
kerja yang terampil dan professional untuk tinggal bekerja diluar negeri,
Filipina melatih begitu banyak calon perawat diberbagai universitas yang
ada didalam negeri untuk mengirimnya keluar negeri, sehingga didalam
negeri terjadi krisis perawat untuk ditempatkan dirumah sakit. berbagai
kalangan mencemaskan terjadinya brain drain karena sebagian besar tenaga
terampil, tidak hanya perawat, memilih mengadu nasib di negara lain.
Banyak pihak menuding pemerintah malas dan menggunakan devisa
sebagai cara untuk menutupi kegagalan kebijakan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja di dalam negeri.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11