KONSEP DASAR
A. DEFENISI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung
bawah yang berat, kronik, dan berulang (kambuh).Penderita penyakit ini sering
mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah.Terutama pada saat
aktivitas membungkuk dan mengangkat beban yang berat (Doenges, 2000). Setiap
individu membutuhkan rasa nyaman.Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan
berbeda pada tiap orang. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyaman klien adalah
nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual (Asmadi,
2008). Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan.Individu
yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami
nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon
atau perasaan yang identik pada seorang individu (Potter dan Perry, 2005). Nyeri
adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak
dapat dibagi dengan orang lain. Tidak ada dua orang yang mengalami nyeri dengan
cara yang benar-benar sama. Walaupun nyeri adalah pengalaman yang bersifat
universal, sifat nyeri yang sebenarnya masih tetap merupakan misteri.Diketahui
bahwa nyeri bersifat sangat subjektif dan individual dan merupakan salah satu
mekanisme pertahanan tubuh yang mengindikasikan bahwa terdapat suatu
masalah.Nyeri yang tidak teratasi menimbulkan bahaya secara fisiologis maupun
psikologis bagi kesehatan dan penyembuhan (Kozier, 2009). Efek respon fisiologis
terhadap nyeri mengakibatkan peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
denyut jantung, peningkatan frekuensi pernapasan, ketegangan otot, serta kelemahan
dan kelelahan (Potter dan Perry, 2005).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP : 1. Aliran darah ke discus
berkurang 2. Beban berat 3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit Jika
beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus
(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralismenekan radiks.
C. Tanda Dan Gejala
Tanda dan Gejala Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas : 1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine 2.
HNP lateral Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat
dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan.
Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP
lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari
kaki berkurang.
D. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma
*jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat
cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong
ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal. Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi
di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah
terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga
dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat
pada M R I D
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus
yang terkena.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam
sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan
diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung
bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih
lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset
untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
1. Symtomatik Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), antiinflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan
trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
2. Kausal :Kolagenese
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
2. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologic
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan
mengubah defisit neurologik. Macam :
1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula
dan radiks
3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
4) Disektomi dengan peleburan.
3. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan
seharihari (the activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan
sebagainya). Menurut jenisnya : 1. Hernia Lumbosacralis Pada fase akut,
pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya. Traksi
dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada
hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat 2 Hernia Servicalis Untuk HNP
sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban
mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur
dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif. Untuk HNP yang
berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren. Injeksi
enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
RASIONAL
1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif
tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat
untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya
sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
INTERVENSI
1. Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan
diri
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri
bantuan dengan sikap sungguh
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya
atau keberhasilannya
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
RASIONAL
1. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual
2. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan
meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah
penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri
untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien
untuk berusaha secara kontinyu
5. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi
dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
INTERVENSI
1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
2. Auskultasi bising usus
3. Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
4. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi
5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien 6. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
RASIONAL
1. Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
2. Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
3. Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi
reguler
4. Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang
sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
5. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto
abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan membantu eliminasi
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit Kriteria hasil - Klien mau
berpartisipasi terhadap pencegahan luka - Klien mengetahui penyebab dan cara
pencegahan luka - Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
INTERVENSI
1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi
jika mungkin
2. Rubah posisi tiap 2 jam
3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah
yang menonjol
4. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi
5. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
RASIONAL
1. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
2. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
3. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
4. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
5. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
6. Mempertahankan keutuhan kulit
7. jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit
FORMAT LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tempat praktik
Ruangan
Tanggal praktik
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Kawin : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Jl. Pelita IV NO..21
Tgl .Masuk RS : 3 November 2021
No .Reg : 01.08.93.74
Ruangan : Tulip 3A
Gol. Darah :-
Tgl. Pengkajian : 9 November 2021
Tgl. Operasi :-
Diagnosa Medis : HNP(Hernia Nukleus Pulposus)
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Hubungan Dengan
Klien : Suami istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Pelita IV NO..21
4. Fungsi sensori
a. Identifikasi sentuhan ringan : Klien dapat mengetahui area kulit
tubuhnya yang disentuh.
b. Test tajam-tumpul : Klien dapat mengidentifikasi barang
tajam dan tumpul yang disentuhkan kekulitnya.
c.Test panas dingin : Klien dapat mengidentifikasi rasa panas
dan dingin yang disentuhkan kekulitnya.
a.Pola Tidur
1. Waktu tidur : Tidak Dikaji
2. Waktu bangun : Tidak Dikaji
3. Masalah tidur : Tidak Dikaji
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Tidak Dikaji
5. Hal-hal yang mempermudah bangun : Tidak Dikaji
b.Pola Eliminasi
1.BAB
Pola BAB : 1 x/ hari
Karakter feses : Lembek
Riwayat perdarahan : Tidak ada riwayat perdarahan
Penggunaan Obat : Tidak Dikaji
Keluhan BAB : Tidak Dikaji
Masalah Eliminasi BAB : Tidak Dikaji
2.BAK
Pola BAK : 5 x / hari
Karakter urine : Warna kuning terang, bau urine normal
Nyeri : Tidak ada nyeri saat BAK
Inkontinensia : Tidak Dikaji
Penggunaan Obat : Tidak Dikaji
Keluhan BAK : Tidak Dikaji
Masalah Eliminasi BAK : Tidak Dikaji
c.Pola Makan
Diet : Tidak Dikaji
Pola Diet : Tidak Dikaji
BB sebelum MRS : Tidak Dikaji
BB sesudah MRS : Tidak Dikaji
Jumlah Dan Jenis Diet : Tidak Dikaji
Kesulitan mengnyah : Tidak Dikaji
Masalah pola makan : Tidak Dikaji
Upaya Mengatasinya : Tidak Dikaji
d. Pola Minum
Jenis minuman : Tidak Dikaji
Pola minum : Tidak Dikaji
Kesulitan minum : Tidak Dikaji
Upaya mengatasinya : Tidak Dikaji
e. Kebersihan Diri
Kebersihan tubuh : Klien tampak bersih.
Kebersihan gigi dan mulut : Tampak bersih.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Tampak bersih.