Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika
Kelas A
Semester 3

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
Dr. Abi Suwito, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Uswatul Viqroh (200210101007)
Rindi Antika D (200210101075)
Arfan Hidayatullah (200210101085)
Mohammad Eka N (200210101095)
Julia Sandra Kirana (200210101103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENDEKATAN KONTEKSTUAL”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual.................................................................................3

2.2 Teori Pendekatan Kontekstual..........................................................................................4

2.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Kontekstual...........................................................................5

2.4 Komponen Pendekatan Kontekstual.................................................................................6

2.5 Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Kontekstual.......................................................9

2.6 Penerapan Pendekatan Kontekstual................................................................................10

2.7 Contoh Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika............14

BAB III....................................................................................................................................15

PENUTUP...............................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................................15

3.2 Saran..........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendekatan pembelajaran memiliki peranan yang dibilang cukup penting pada saat
terjadinya kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru
dan peserta didik, sehingga diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Selain itu, juga
bisa menarik perhatian dari peserta didik, dengan adanya pendekatan pembelajaran ini
juga merupakan salah satu wadah dalam menyampaikan informasi serta pelajaran oleh
guru kepada peserta didik. Dengan penerapan pembelajaran ini juga seorang guru bisa
mampu menciptakan serta membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan serta
menarik dengan pemanfaatan pendekatan pembelajaran yang kreatif, inovatif, serta
menyenangkan. Dengan begitu maka nantinya dalam proses pembelajaran berlangsung
dapat terwujud pengoptimalan kemampuan peserta didik yang mana berorientasi pada
presentasi peserta didik.
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa macam pendekatan serta model
pembelajaran yang dapat diterapkan seperti model pembelajaran langsung, pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasar pada masalah, serta pembelajaran konstektual.
Model pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang banyak
diterapkan oleh guru kepada pesrta didiknya, hal itu dikarenakan pendekatan ini lebih
mengaitkan antara konsep pembelajaran yang diajarkan dengan keadaan yang sebenarnya
dalam kehidupan nyata peserta didik. Tujuan dari pendekatan ini ialah agar peserta didik
dapat memahami materi pembelajaran akademik dengan keadaan pribadi dan sosial
pribadi masing-masing peserta didik. Dengan demikian, pendidikan kontekstual ini
berusaha untuk memudahkan peserta didik dalam belajar dengan menghubungkan
keterkaitan konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apakah pengertian dari pendekatan kontekstual?
1.1.2 Apa saja teori pendekatan konstekstual?
1.1.3 Apakah prinsip-prinsip pendekatan kontekstual?
1.1.4 Apakah komponen pendekatan kontekstual?
1.1.5 Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual?

1
1.1.6 Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual ?
1.1.7 Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam matematika?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan kontekstual.
1.3.2 Untuk mengetahui teori pendekatan konstekstual
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendekatan kontekstual
1.3.4 Untuk mengetahui komponen pendekatan kontekstual
1.3.5 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual
1.3.6 Untuk mengetahui penerapan pendekatan kontekstual
1.3.7 Untuk mengetahui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam
matematika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual


Pembelajaran di sekolah bukan hanya di fokuskan pada pemberian pemahaman secara
ilmu pengetahuan yang mana hanya bersifat secara teoritis saja, melainkan juga pada
penerapan serta pengalaman yang diperoleh oleh peserta didik yang mana nantinya akan
dikaitkan dengan permasalahan yang terjadi secara nyata yang terjadi di lingkungan
peserta didik. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Muslich, 2007: 41).
Pembelajaran kontekstual bisa disebut sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
mana dapat mengakui serta menunjukkan kondisi secara nyata dari ilmu pengetahuan.
Dengan adanya keterkaitan dalam hubungan pembelajaran baik itu di dalam kelas
maupun diluar kelas hal itu dapat menjadikan suatu bentuk pengalaman bagi peserta
didik dalam mengaplikasikan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran dengan model pendekatan
kontekstual menjelaskan suatu konsep yang mana dikaitkan dengan penerapan materi itu
bagi kehidupan peserta didik, sehingga dapat dikatakan relevan dalam membangun suatu
ilmu pengetahuan, selain itu juga dapat mengaitkan antara bagaimana cara peserta didik
memahami atau belajar dan juga cara belajar dari peserta didik.

Pada suatu kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus dapat melakukan upaya
dalam membangun dan membuat suasana pembelajaran lebih mudah, sederhana, dan
menyenangkan bagi peserta didik agar nantinya dapat menerima ilmu pengetahuan, ide,
gagasan, serta dapat menangkap dan memahami suatu permasalahan, selain itu dapat
mengonstruksi pengetahuan yang telah diperolehnya secara mandiri dan aktif serta
inovatif. Melihat dari tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka diperlukan pertimbangan
komponen pembelajaran yang harus dipersiapkan dalam melakukan pendekatan
kontekstual.

Berdasarkan dari beberapa konsep mengenai pendekatan kontekstual yang


telah dipaparkan, terdapat tiga hal yang perlu untuk dimengerti mengenai pendekatan

3
kontekstual. Yaitu yang pertama CTL ini lebih menekankan pada suatu proses
keikutsertaan peserta didik dalam menemukan suatu materi yang akan dipelajari, yang
mana artinya pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini peserta didik
lebih diorientasikan proses belajarnya melalui proses pengalamannya yang terjadi secara
langsung. Karena pada proses pembelajaran CTL ini diharapkan peserta didik tidak
hanya pasif menerima informasi yang diberikan oleh guru sebagai fasilitator, akan tetapi
lebih dari itu peserta didik diharapkan dapat aktif dan mandiri dalam proses
pembelajarannya. Yang kedua yaitu proses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
mendorong peserta didik untuk dapat mengaitkan hubungan materi pembelajaran yang
telah mereka peroleh dengan keadaan nyata yang terjadi pada kehidupan sehari-hari,
yang mana artinya peserta didik dituntut untuk mampu merekonstruksi hubungan antara
ilmu pengetahuan yang didapat dan dipelajarinya di sekolah dengan permasalahan yang
dihadapinya dalam kehidupan nyata. Hal itu sangat penting untuk diterapkan, karena
dengan peserta didik mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan
permasalahan nyata, maka nantinya ilmu yang diperoleh tersebut tidak hanya berfungsi
secara fungsional saja, melainkan dapat terus melekat dalam ingatan dan memori peserta
didik nantinya, karena sering diterapkan bila menghadapi permasalahan yang sesuai
dengan teori yang sudah didapat. Yang selanjutnya ketiga, pendeketan kontekstual ini
mendorong peserta didik melakukan penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
fakta yang ada pada kehidupan nyata, dengan begitu artinya CTL ini tidak hanya
mengharuskan serta mengharapkan peserta didik untuk mengerti serta memahami materi
pembelajaran yang dipelajarinya saja, melainkan diharapkan apa yang telah mereka
pahami mengenai suatu materi tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Johnson (2006: 15) yang mengungkapkan
bahwa pendekatan kontekstual ialah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa
melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian siswa,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya.

2.2 Teori Pendekatan Kontekstual


Berikut adalah teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual.
a) Teori Belajar Bermakna Ausubel

Ausubel menyatakan bahwa belajar adalah asimilasi yang bermakna. Pengetahuan


siswa yang dimiliki sebelumnya dihubungkan dan diasimilasikan dengan materi yang

4
saat ini dipelajari. Pengalaman emosional dan motivasi merupakan faktor penting dalam
proses belajar, karena tanpa hal tersebut asimilasi pengetahuan baru sulit terjadi. Agar
pembelajaran lebih bermakna, materi pembelajaran diurutkan dari yang umum ke yang
khusus.

Proses pembelajaran bermakna merupakan pengaitan antara informasi baru terhadap


konsep-konsep relevan yang ada pada struktur kognitif siswa. Struktur kognitif adalah
generalisasi-generalisasi, konsep-konsep, dan fakta- fakta yang telah siswa pelajari dan
diingat. Pembelajaran bermakna akan terjadi apabila siswa dapat mengaitkan fenomena
baru ke dalam struktur kognitif. Oleh karena itu, materi dalam proses pembelajaran harus
relevan dengan kemampuan siswa dan struktur pengetahuan yang dimiliki siswa.

b) Teori Belajar Jean Piaget

Piaget menyatakan bahwa tahap-tahap dalam proses belajar terdiri dari asimilasi,
akomodasi, dan penyeimbangan atau ekuilibrasi. Proses asimilasi adalah proses
penyatuan informasi baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Proses akomodasi adalah proses penyesuaian struktur pengetahuan ke dalam
situasi yang baru. Sedangkan proses penyeimbangan atau ekuilibrasi adalah
penggabungan antara proses asimilasi dan akomodasi secara seimbang.
Menurut Piaget, pengetahuan tidak hanya dipindahkan secara verbal, tetapi harus
dikonstruk dan direkonstruksi oleh siswa. Sebagai realisasinya, siswa harus aktif dalam
kegiatan pembelajaran. CTL sendiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, sehingga untuk meningkatkan kualitas pengetahuan peserta didik, kegiatan
pembelajaran cenderung ditujukan pada proses penelitian, penemuan, dan pemecahan
masalah.
c) Teori Konstruktivisme

Salah satu teori pendekatan pembelajaran kontekstual adalah teori konstruktivisme.


Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kontekstual, siswa diharuskan mengkonstruk
sendiri pengetahuannya secara aktif. Pada teori ini, pengetahuan bukanlah kaidah,
konsep, fakta-fakta yang siap diambil dan diingat, tetapi pengetahuan itu harus
dikonstruk dan diberi makna melalui pengalaman secara nyata.

2.3 Prinsip-prinsip Pendekatan Kontekstual


Ada 3 prinsip utama pembelajaran kontekstual (Elaine B. Jhonson dalam

5
Syaefudin, 2009:165-167) yaitu:
1. Interdepence (saling ketergantungan). Di sekolah, siswa saling
berhubungan dan sangat bergantung pada guru, kepala sekolah, TU, dan
warga sekolah lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil kajian para ilmuan
bahwasannya semua yang ada di dunia saling berhubungan dan
tergantung.
2. Differetiation (diferensiasi). Diferensiasi menjelaskan bahwa kesatua-
kesatuan yang berbeda memiliki hubungan, saling tergantung dalam
keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.

Self Organization (pengorganisasian). Prinsip pengorganisasian diri menuntut


guru agar bisa mendorong tiap siswanya untuk memahami dan menerapkan potensi
yang dimilikinya dengan optimal

2.4 Komponen Pendekatan Kontekstual


CTL terdiri atas tujuh komponen utama yaitu, konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), mene- mukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Mo- deling), refleksi (reflection) dan penilai- an sebenarnya
(Authentic Assessment).

Berikut jabaran masing-masing komponen.

1) Konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang me- nekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kitasendiri (von
Glasersfeld dalam Betten- court, 1989). Komponen ini merupakan landasan berpikir CTL
yaitu bahwa pe- ngetahuan dibangun oleh manusia se- dikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui kontek yang terbatas. Dalam pandangan ini, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Selain itu, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

6
2) Bertanya
Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan (Nurhadi, 2003:45). Pada semua
aktivitas belajar, bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya.

3) Menemukan

Menemukan adalah salah satu cara dalam mendapatkan sesuatu. Menemukan


merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan CTL. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Ada beberapa langkah
yang harus dilakukan untuk kegiatan menemukan, yaitu: merumuskan masalah,
mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan me- nyajikan hasil (berupa
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya) dan mengkomunikasikan (pada
pem- baca, teman sekelas, guru atau yang lainnya).

4) Masyarakat belajar

Masyarakat belajar adalah kegiatan belajar yang terjadi melalui kerjasama dengan
orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komuni- kasi dua arah dan
tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi tersebut. Prakteknya dalam
pembelajaran ter- wujud dalam bentuk kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan
ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya,
bekerja dengan masyarakat dan sebagainya.

5) Pemodelan

Model adalah contoh yang dapat ditiru. Dalam CTL, guru bukan satu- satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari
luar.

6) Refleksi

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang hal-hal yang telah dilakukan pada masa lalu. Dengan metoda ini, siswa
akan mampu berpikir ulang dan menganalisa ilmu pengetahuan yang baru didapatnya.

7
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pe- ngumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan siswa. Dengan cara ini, guru dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari penilaian yang sebenarnya adalah “Apa-
kah siswa telah belajar” bukan apa yang telah diketahui siswa. Siswa tidak hanya dinilai
kemampuannya dari ulangan saja, namun penilaian dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, laporan dan lain-lain.
Ott (1994:3) mengemukakan

bahwa:

Alternative assessment techniques consists of observing students working in class,


asking questions, and listening to their answers. They involve student pre- sentations,
extended projects, and performance tasks. The creation of portfolios and written
journals that show and describe student’s work are very useful techniques. Other less
frequently used but viable techniques are the use of interviews, conferences, and student-
constructed tests.

Artinya :

Teknik penilaian alternatif terdiri dari mengamati siswa bekerja di kelas, mengajukan
pertanyaan, dan mendengarkan jawaban mereka. Mereka melibatkan presentasi siswa,
proyek yang diperluas, dan tugas kinerja. Pembuatan portofolio dan jurnal tertulis yang
menunjukkan dan menggambarkan pekerjaan siswa adalah teknik yang sangat berguna.
Teknik lain yang kurang sering digunakan tetapi layak adalah penggunaan wawancara,
konferensi, dan tes yang dibuat oleh siswa.

Menurut Newmann & Wehlage (1993) dalam Johnson (2002:166) ke- untungan
penilaian autentik bagi siswa adalah:

Fully reveal how well they under stand academic material. Reveal and strengthen their
command of SCANS competencies such as gathering information, using resour- ces,
handling technology, and thin- king systematically. Connect learning with their own
experience, their own world, and the larger community. Sharpen higher order thinking
skills as they analyze, synthesize, identify problems, create solutions, and follow

8
cause-effect connections. Accept responsibility and make choices. Relate to others,
collaborating on tasks. Learn to evaluate their own level of performance.

Artinya :

Sepenuhnya mengungkapkan seberapa baik mereka memahami materi akademik.


Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi SCANS mereka seperti
mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan
berpikir secara sistematis. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka
sendiri, dunia mereka sendiri, dan komunitas yang lebih besar. Pertajam keterampilan
berpikir tingkat tinggi saat mereka menganalisis, mensintesis, mengidentifikasi masalah,
menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab-akibat. Terima tanggung jawab dan
buat pilihan. Berhubungan dengan orang lain, berkolaborasi dalam tugas. Belajarlah
untuk mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri.

2.5 Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Kontekstual


Kelebihan Pendekatan Kontekstual antara lain:

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep


kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami”
bukan ”menghafal

b. Kekurangan Pendekatan Kontekstual CTL

1) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.

9
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah
sebagai instruktur atau ” penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2) Guru memberikan kesempatan kpada siswa untuk menemukan atau


menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

2.6 Penerapan Pendekatan Kontekstual


Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan dengan berbagai macam strategi, yaitu:
pengajaran berbasis masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran berbasis inkuiri,
pengajaran berbasis proyek/tugas, pengajaran berbasis kerja dan pengajaran berbasis jasa.
Berikut penjelasan tentang strategi pengajaran berbasis masalah dan pengajaran
kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.

1. Pengajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu


pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Ciri-ciri pengajaran berbasis masalah dalam Ibrahim adalah:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah menyatakan “...the problem may be voiced


as a question, a case study, an example, a charge, a hyphothesis, or a situation.
The problem should be realistic so that students can relate to its context...”.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang telah dipilih dalam
diselesaikan dari berbagai mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Produknya dapat berupa
laporan, model fisik, video atau program komputer.

10
Pola keseluruhan dan alur kegiatan pada pengajaran berbasis masalah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Sintak Pengajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap-1 Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk Guru membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk
individual atau kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap-4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan
menyajikan hasil kerja dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses pemecahan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
masalah mereka dan proses yang mereka gunakan.

2. Pengajaran Kooperatif

Pengajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan


adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk secara bersama
menyelesaikan atau mempelajari tugas yang diberikan kepada kelompoknya. Dalam
pengajaran kooperatif ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Pengelompokkan siswa dalam pengajaran kooperatif merupakan


pengelompokkan yang heterogenitas (bermacam ragam). Pengelompokkan ini dapat

11
dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio-
ekonomi, etnik dan kemampuan akademis. Langkah-langkah pembelajaran
menggunakan pengajaran kooperatif adalah:

Tabel 2: Sintak Pengajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
memotivasi siswa yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar.
Tahap-2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Tahap-3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
dalam kelompok-kelompok belajar caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Tahap-4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Tahap-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Tahap-6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok

Pelaksanaan pengajaran kooperatif dalam proses pembelajaran dapat


dilakukan dengan menerapkan salah satu tipe. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif
tersebut adalah Students Teams Achieve ment Division (STAD), Teams Games
Tournamens (TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group
Investigation (GI), Jigsaw, Think- Pair-Share, Numbered Head Together, Learning
Together (belajar bersama), kancing gemerincing, dua tinggal dua tamu dan lain-lain.

Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Kontkstual (CTL) dalam Pembelajaran

12
Kelebihan Pembelajaran (Contextual Theaching Learning) menjadi lebih
bermakna. siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Theaching Learning) lebih produktif


dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode
pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model


pembelajaran(Contextual Theaching Learning) adalah siswa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan pengalaman
yang dialaminya.

Kelemahan pembelajaran kontekstual (Contextual Theaching Learning), guru


lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL karena guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya.

Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa


kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.Guru memberikan perhatian dan bimbingan yang
eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan model


pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah guru harus dapat

13
mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal.

2.7 Contoh Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika


Kompetensi Dasar (KD): ”Menyelesaikan model matematika dari masalah program
linear dan penafsirannya”. KD ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode
uji titik pojok dan garis selidik. Penyelesaian model matematika dari masalah program
linear dengan garis selidik menggunakan pengajaran berbasis masalah, adalah sebagai
berikut:

 Tahap 1: mengorientasikan siswa pada masalah


 Guru mengajukan masalah yang ada di LKS dan meminta siswa mempelajari
masalah tersebut.
 Guru memotivasi siswa terlihat pada aktifitas pemecahan masalah yang ada di
LKS.
 Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar
 Guru meminta siswa mengemuka- kan ide kelompoknya sendiri tentang cara
menyelesaikan masalah tersebut.
 Tahap 3: membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
 Guru membimbing/mendorong untuk mencari persamaan garis yang
sederhana, menemukan penjelasan masalah dan cara penentuan nilai
optimum.
 Guru mendorong dialog atau diskusi antar siswa dalam kelompoknya untuk
menentukan persamaan garis yang sederhana, meng- gambar persamaan garis
dan penentuan nilai optimum.
 Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
 Guru memilih dua kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil
pemecahan masalah yang masing-masing diwakili oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan kelompok yang lain menanggapi.
 Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Guru membantu siswa mengkaji ulang proses/hasil pemecahan masalah

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Muslich, 2007: 41).
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontekstual (CTL) memiliki
tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivims), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
Pendekatan kontekstual memiliki beberapa cir-ciri atau karakteristik yang
membedakan dengan model pendekatan yang lain. Yang mana karakteristik pendekatan
kontekstual tersebut menurut Trianto (2010: 110) yaitu (1) kerja sama, (2) saling
menunjang, (3) menyenangkan, mengasyikkan, (4) tidak membosankan (joyfull,
comfortable), (5) belajar dengan bergairah, (6) pembelajaran terintegrasi, (7)
menggunakan berbagai sumber siswa aktif.

3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis menyarankan kepada
pembaca agar memahami tentang Pendekatan Kontekstual. Sehingga para pembaca
(khususnya tenaga pendidik) dapat lebih memahami tentang strategi pembelajaran dengan
model Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk mengetahui
sebarapa dalam pemahaman serta pengetahuan dari peserta didik. Kami sebagai penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami juga
meminta kesediaan pembaca dalam memberikan kritik serta saran yang membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/viewFile/555/413#:~:text=Hal
%20tersebut%20sesuai%20dengan%20yang,membuat%20koneksi%20antara
%20pengetahuan%20dan

http://repository.uin-suska.ac.id/4221/3/BAB%20II.pdf

https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/3445/2937#:~:text=Pembelaj
aran%20kontekstual%20didasarkan%20atas%20prinsip,%2C%20dan%20alih
%20pengetahuan%20transferring)

16

Anda mungkin juga menyukai