PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika
Kelas A
Semester 3
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sunardi, M.Pd.
Dr. Abi Suwito, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Uswatul Viqroh (200210101007)
Rindi Antika D (200210101075)
Arfan Hidayatullah (200210101085)
Mohammad Eka N (200210101095)
Julia Sandra Kirana (200210101103)
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENDEKATAN KONTEKSTUAL”
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar Matematika. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1.6 Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual ?
1.1.7 Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam matematika?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan kontekstual.
1.3.2 Untuk mengetahui teori pendekatan konstekstual
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendekatan kontekstual
1.3.4 Untuk mengetahui komponen pendekatan kontekstual
1.3.5 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual
1.3.6 Untuk mengetahui penerapan pendekatan kontekstual
1.3.7 Untuk mengetahui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam
matematika.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada suatu kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus dapat melakukan upaya
dalam membangun dan membuat suasana pembelajaran lebih mudah, sederhana, dan
menyenangkan bagi peserta didik agar nantinya dapat menerima ilmu pengetahuan, ide,
gagasan, serta dapat menangkap dan memahami suatu permasalahan, selain itu dapat
mengonstruksi pengetahuan yang telah diperolehnya secara mandiri dan aktif serta
inovatif. Melihat dari tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka diperlukan pertimbangan
komponen pembelajaran yang harus dipersiapkan dalam melakukan pendekatan
kontekstual.
3
kontekstual. Yaitu yang pertama CTL ini lebih menekankan pada suatu proses
keikutsertaan peserta didik dalam menemukan suatu materi yang akan dipelajari, yang
mana artinya pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini peserta didik
lebih diorientasikan proses belajarnya melalui proses pengalamannya yang terjadi secara
langsung. Karena pada proses pembelajaran CTL ini diharapkan peserta didik tidak
hanya pasif menerima informasi yang diberikan oleh guru sebagai fasilitator, akan tetapi
lebih dari itu peserta didik diharapkan dapat aktif dan mandiri dalam proses
pembelajarannya. Yang kedua yaitu proses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual
mendorong peserta didik untuk dapat mengaitkan hubungan materi pembelajaran yang
telah mereka peroleh dengan keadaan nyata yang terjadi pada kehidupan sehari-hari,
yang mana artinya peserta didik dituntut untuk mampu merekonstruksi hubungan antara
ilmu pengetahuan yang didapat dan dipelajarinya di sekolah dengan permasalahan yang
dihadapinya dalam kehidupan nyata. Hal itu sangat penting untuk diterapkan, karena
dengan peserta didik mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan
permasalahan nyata, maka nantinya ilmu yang diperoleh tersebut tidak hanya berfungsi
secara fungsional saja, melainkan dapat terus melekat dalam ingatan dan memori peserta
didik nantinya, karena sering diterapkan bila menghadapi permasalahan yang sesuai
dengan teori yang sudah didapat. Yang selanjutnya ketiga, pendeketan kontekstual ini
mendorong peserta didik melakukan penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
fakta yang ada pada kehidupan nyata, dengan begitu artinya CTL ini tidak hanya
mengharuskan serta mengharapkan peserta didik untuk mengerti serta memahami materi
pembelajaran yang dipelajarinya saja, melainkan diharapkan apa yang telah mereka
pahami mengenai suatu materi tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Johnson (2006: 15) yang mengungkapkan
bahwa pendekatan kontekstual ialah pembelajaran yang bertujuan menolong siswa
melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian siswa,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya.
4
saat ini dipelajari. Pengalaman emosional dan motivasi merupakan faktor penting dalam
proses belajar, karena tanpa hal tersebut asimilasi pengetahuan baru sulit terjadi. Agar
pembelajaran lebih bermakna, materi pembelajaran diurutkan dari yang umum ke yang
khusus.
Piaget menyatakan bahwa tahap-tahap dalam proses belajar terdiri dari asimilasi,
akomodasi, dan penyeimbangan atau ekuilibrasi. Proses asimilasi adalah proses
penyatuan informasi baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Proses akomodasi adalah proses penyesuaian struktur pengetahuan ke dalam
situasi yang baru. Sedangkan proses penyeimbangan atau ekuilibrasi adalah
penggabungan antara proses asimilasi dan akomodasi secara seimbang.
Menurut Piaget, pengetahuan tidak hanya dipindahkan secara verbal, tetapi harus
dikonstruk dan direkonstruksi oleh siswa. Sebagai realisasinya, siswa harus aktif dalam
kegiatan pembelajaran. CTL sendiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, sehingga untuk meningkatkan kualitas pengetahuan peserta didik, kegiatan
pembelajaran cenderung ditujukan pada proses penelitian, penemuan, dan pemecahan
masalah.
c) Teori Konstruktivisme
5
Syaefudin, 2009:165-167) yaitu:
1. Interdepence (saling ketergantungan). Di sekolah, siswa saling
berhubungan dan sangat bergantung pada guru, kepala sekolah, TU, dan
warga sekolah lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil kajian para ilmuan
bahwasannya semua yang ada di dunia saling berhubungan dan
tergantung.
2. Differetiation (diferensiasi). Diferensiasi menjelaskan bahwa kesatua-
kesatuan yang berbeda memiliki hubungan, saling tergantung dalam
keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.
1) Konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang me- nekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kitasendiri (von
Glasersfeld dalam Betten- court, 1989). Komponen ini merupakan landasan berpikir CTL
yaitu bahwa pe- ngetahuan dibangun oleh manusia se- dikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui kontek yang terbatas. Dalam pandangan ini, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Selain itu, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
6
2) Bertanya
Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan (Nurhadi, 2003:45). Pada semua
aktivitas belajar, bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya.
3) Menemukan
4) Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah kegiatan belajar yang terjadi melalui kerjasama dengan
orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komuni- kasi dua arah dan
tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi tersebut. Prakteknya dalam
pembelajaran ter- wujud dalam bentuk kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan
ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya,
bekerja dengan masyarakat dan sebagainya.
5) Pemodelan
Model adalah contoh yang dapat ditiru. Dalam CTL, guru bukan satu- satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari
luar.
6) Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang hal-hal yang telah dilakukan pada masa lalu. Dengan metoda ini, siswa
akan mampu berpikir ulang dan menganalisa ilmu pengetahuan yang baru didapatnya.
7
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pe- ngumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan siswa. Dengan cara ini, guru dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari penilaian yang sebenarnya adalah “Apa-
kah siswa telah belajar” bukan apa yang telah diketahui siswa. Siswa tidak hanya dinilai
kemampuannya dari ulangan saja, namun penilaian dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, laporan dan lain-lain.
Ott (1994:3) mengemukakan
bahwa:
Artinya :
Teknik penilaian alternatif terdiri dari mengamati siswa bekerja di kelas, mengajukan
pertanyaan, dan mendengarkan jawaban mereka. Mereka melibatkan presentasi siswa,
proyek yang diperluas, dan tugas kinerja. Pembuatan portofolio dan jurnal tertulis yang
menunjukkan dan menggambarkan pekerjaan siswa adalah teknik yang sangat berguna.
Teknik lain yang kurang sering digunakan tetapi layak adalah penggunaan wawancara,
konferensi, dan tes yang dibuat oleh siswa.
Menurut Newmann & Wehlage (1993) dalam Johnson (2002:166) ke- untungan
penilaian autentik bagi siswa adalah:
Fully reveal how well they under stand academic material. Reveal and strengthen their
command of SCANS competencies such as gathering information, using resour- ces,
handling technology, and thin- king systematically. Connect learning with their own
experience, their own world, and the larger community. Sharpen higher order thinking
skills as they analyze, synthesize, identify problems, create solutions, and follow
8
cause-effect connections. Accept responsibility and make choices. Relate to others,
collaborating on tasks. Learn to evaluate their own level of performance.
Artinya :
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
1) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
9
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah
sebagai instruktur atau ” penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
10
Pola keseluruhan dan alur kegiatan pada pengajaran berbasis masalah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
2. Pengajaran Kooperatif
11
dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio-
ekonomi, etnik dan kemampuan akademis. Langkah-langkah pembelajaran
menggunakan pengajaran kooperatif adalah:
12
Kelebihan Pembelajaran (Contextual Theaching Learning) menjadi lebih
bermakna. siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
13
mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis menyarankan kepada
pembaca agar memahami tentang Pendekatan Kontekstual. Sehingga para pembaca
(khususnya tenaga pendidik) dapat lebih memahami tentang strategi pembelajaran dengan
model Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk mengetahui
sebarapa dalam pemahaman serta pengetahuan dari peserta didik. Kami sebagai penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami juga
meminta kesediaan pembaca dalam memberikan kritik serta saran yang membangun.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/viewFile/555/413#:~:text=Hal
%20tersebut%20sesuai%20dengan%20yang,membuat%20koneksi%20antara
%20pengetahuan%20dan
http://repository.uin-suska.ac.id/4221/3/BAB%20II.pdf
https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/3445/2937#:~:text=Pembelaj
aran%20kontekstual%20didasarkan%20atas%20prinsip,%2C%20dan%20alih
%20pengetahuan%20transferring)
16