Anda di halaman 1dari 97

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses perubahan dari tingkah laku seseorang
yang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang positif
sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik. Pendidikan adalah upaya
sadar dan terencana dalam proses pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,
berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Pendidikan ini merupakan
salah satu bagian yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara, karena
pendidikan itu melahirkan sumber daya manusia yang kelak akan menjadi
pemimpin suatu negara. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Suyadi, 2013, p. 4).
Tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak menjadi manusia yang
mempunyai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga
denganpendidikan anak bisa belajar mengenal sesuatu dan dapat menjadi
anakyang aktif dan kreatif, berakhlak mulia serta dapat membentuk anak
menjadi anggota masyarakat yang lebihbaik dan dapat memecahkan atau
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Al-Abrasyi
dalam [ CITATION Tat12 \p 8 \l 1057 ] menjabarkan tujuan pendidikan secara
terperinci, yaitu: 1) Membentuk akhlak yang mulia, sebab salah satu tujuan
pendidikan yang paling mendasar adalah pembentukan akhlak dan kesucian
jiwa. 2) Menyiapkan siswa untuk dapat hidup bahagia dunia dan akhirat. 3)
Persiapan untuk mencari nafkah, atau yang lebih terkenal sekarang dengan
tujuan vokasional dan profesional. 4) menumbuhkan semangat ilmiah para
siswa dan memuaskan keingintahuannya. 5) Menyiapkan siswa untuk menjadi
profesional dan teknis yang handal dan memiliki keterampilan bekerja dalam
masyarakat.
Pada saat sekarang ini proses pembelajaran di sekolah siswa
dihadapkan dengan berbagai macam pembelajaran, salah satunya adalah
pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang berkaitan
2

dengan lingkungan sekitar yang meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu Biologi,
Fisika dan Kimia, disini peneliti lebih memfokuskan pada pembelajaran
Biologinya[ CITATION Tri101 \p 137 \l 1057 ].
Pembelajaran Biologi merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu mengenai makhluk hidup. Biologi bukan hanya ilmu berupa kumpulan
fakta dan konsep, tetapi di dalam Biologi juga terdapat berbagai proses dan
nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Biologi cenderung dipandang siswa sebagai mata pelajaran yang kurang
disukai, karena pelajaran Biologi lebih banyak menghafal, sehingga butuh
ketekunan dan kemampuan menghafal yang cukup tinggi. Guru seharusnya
memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengajar, guru harus bisa menerapkan
pembelajaran Student Centered, yang mana siswa lebih aktif dari guru,
sehingga siswa merasa senang dan menyukai pelajaran Biologi. Selain itu
siswa juga bisa memecahkan masalah-masalah yang ada atau menjawab semua
pertanyaan yang diberikan guru secara mudah. Selain itu guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa
menjadi tidak bosan dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pembelajaran
Biologi tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa
dalam bentuk teori saja, tetapi pembelajaran Biologi juga dilaksanakan dalam
bentuk praktikum, dimana siswa harus mengamati langsung apa yang
dipelajarinya pada teori dan nantinya setelah pengamatan siswa menulis hasil
yang didapat dalam bentuk laporan praktikum. Dengan adanya laporan
praktikum ini siswa lebih lama mengingat materi yang dipelajarinya.
Praktikum pada pembelajaran Biologi dilaksanakan sesuai dengan masing-
masing materi yang dipelajari. Praktikum ini dilakukan oleh siswa di ruangan
laboratorium serta didampingi oleh guru. Pelaksanaan praktikum dalam proses
pembelajaran akan memberikan pemahaman wawasan yang luas, serta
membantu siswa untuk lebih memahami materi yang akan dipelajari. Jika kita
lihat fenomena saat sekarang ini guru masih banyak melakukan pembelajaran
yang berpusat kepada guru (Teacher Centered) yaitu dengan menggunakan
metode ceramah.

9
3

Metode ceramah cendrung membuat siswa kurang terlibat aktif dalam


peroses pembelajaran, dimana siswa hanya sebagai penerima materi dan guru
sebagai pemberi materi, sehingga siswa menjadi pasif. Siswa juga tidak diberi
kesempatan untuk berfikir dan berprilaku kreatif, akibatnya siswa menjadi
tidak terampil dan siswa menjadi cepat bosan.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMAN 1 Sawahlunto
dengan guru Biologi kelas XI, IbukMesra Nurfia, M.Pd, diperoleh beberapa
informasi terkait proses pembelajaran yaitu hasil belajar siswa masih rendah,
pembelajaran sudah menerapkan kurikulum 2013 namun belum terlaksana
dengan baik, model pembelajaran kurang bervariasi sehingga siswa kurang
aktif dalam pembelajaran, kemampuan memecahkan masalah siswa masih
rendah.
Selainitu, di SMAN 1 Sawahluntosudah terdapat praktikum yang
dilengkapi fasilitas yang cukup lengkap. Akan tetapi, praktikum jarang
dilakukan. Praktikum dilakukan secara berkelompok dan setiap kelompok
menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan. Sebelum praktikum dimulai
guru tidak menjelaskan secara rinci apa yang akan diamati oleh siswa. Siswa
hanya disuruh mengikuti prosedur yang sudah ada dibuku pegangannya
masing-masing.
Sebagimana hasil wawancara peneliti dengan salah seorang siswa
yaitu selama praktikum berlangsung, masing-masing kelompok bekerja
melaksanakan prosedur yang ada dibukunya. Guru tidak terlibat aktif
mengawasi, guru hanya banyak duduk didepan saja tanpa mengamati
bagaimana jalannya praktikum. Ketika siswa tidak menemukan apa yang
diharapkan sesuai dengan yang ada di prosedur kerja, siswa menjadi bingung
karena tidak tau apa yang harus mereka amati, dan apa hasil yang harus mereka
dapatkan. Ini terjadi karena kurangnya sumber yang dimiliki oleh siswa.
Setelah siswa melaksanakan praktikum, guru terkadang menyimpulkan materi,
kemudian praktikum selesai.
Dari pernyataandi atasdapatdisimpulkanbahwa pelaksanaan praktikum
tidak berjalan dengan baik. Siswa tidak dapatmenemukan apa yang

9
4

harusdiamati dan guru tidak menjelaskankepadasiswaprosedurkegiatan selama


praktikum berlangsung, sehingga siswa menjadimalas, siswa lebih banyak
duduk atau hanya bercerita dengan temannya, menjadikan alat dan bahan
praktikum untuk mainan bukan untuk praktikumdan praktikum yang
dilaksanakan tidak dapat diikutidenganbaik.Jadi, praktikum berjalan sia-sia
saja. Ketika melakukan penilaian, guru kurang kompresif menyebabkantidak
adanya peningkatan terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor siswa.
Afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan perasaan, emosi,
minat, sikap dan nilai (Ilyas, 2012, p. 26). Ranah afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai dari siswa. Penilaian ranah afektif yang peneliti lihat ada lima
yaitu: jujur, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan disiplin.
Karena pelaksanaan praktikum tidak berjalan sesuai yang diharapkan,
tujuan diatas tidak dapat dicapai. Hal tersebut terlihat pada hasil belajar siswa
yang relatif rendah atau belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang ditetapkan (75), seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran
Biologi Kelas XI Tahun Ajaran 2019/2020 di SMAN 1
Sawahlunto.
No Kelas JumlahS Ketuntasan PersentaseKetuntas
iswa an (%)
Tuntas TidakTu Tuntas TidakTu
ntas ntas
1. XI-MIPA 1 32 Orang 5 27 15,63 % 84,38 %
2. XI-MIPA 2 34 Orang 13 21 35,29 % 61,76%
3. XI-MIPA 3 32 Orang 8 23 25,00 % 71,88 %
4. XI-MIPA 4 36 Orang 12 24 33,00% 67,00%
Sumber :Guru Biologi SMAN 1 Sawahlunto
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa
pada bidang studi Biologi masih rendah. Dimana masih banyak siswa yang
hasil belajarnya dibawah standar KKM yakni 75. Terlihat bahwa hasil belajar
siswa masih belum maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh guru Biologi
yang mengajar di SMAN 1 Sawahlunto. Rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Biologi ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pembelajaran
dilakukan selama ini belum efektif.

9
5

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu model yang dapat


meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa yaitu model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL).Pembelajaran Project Based
Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja
proyek, melalui pembelajaran kerja proyek maka kreativitas dan motivasi
siswa akan meningkat [ CITATION Wen16 \p 144 \l 1057 ] . Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan proyek yang
nyata. Proyek-proyek yang dibuat oleh siswa mendorong berbagai
kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga
keterampilan praktis seperti mengatasi informasi yang tidak lengkap atau tidak
tepat, menentukan tujuan sendiri dan kerjasama kelompok (Sutirman, 2013, p.
43).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) Pada Siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa relatif rendah atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan.
2. Pelaksanaan praktikum belum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Hasil praktikum yang telah dilaksanakan tidak tersimpan
secara tertulis, sehingga siswa akan mudah lupa dan tidak memahami apa
yang telah dilakukanya selama praktikum.
3. Siswa kurang diarahkan untuk mencari literatur dan tambahan mengenai
teori dan hasil praktikum yang telah dilakukan.
4. Kurangnya kerjasama, tanggung jawab, percaya diri dan keberanian siswa
dalam mengeluarkan ide atau pendapat saat proses pembelajaran
berlangsung sehingga hasil belajar siswa rendah.

9
6

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalah peneliti
adalah hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada siswa
kelas XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto tahun ajaran 2019/2020.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran Biologi dengan
menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) lebih baik
dari pada hasil belajar kognitif yang menggunakan pembelajaran
konvensional pada kelas XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto?
2. Bagaimana hasil belajar afektif siswa pada mata pelajaran Biologi dengan
menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
3. Bagaimana hasil belajar psikomotor siswa pada mata pelajaran Biologi
dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
4. Bagaimana Produk hasil kerja proyek pada mata pelajaran Biologi kelas XI
SMA N 1 Sawahlunto.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) pada pembelajaran MIPA.
2. Untuk Mengetahui hasil belajar afektif siswa pada mata pelajaran Biologi
dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
3. Untuk mengetahui hasil belajar psikomotor siswa pada mata pelajaran
Biologi dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL).
4. Untuk mengetahui produk hasil kerja proyek pada mata pelajaran Biologi
kelas XI SMA N 1 Sawahlunto.

9
7

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik yang akan menerapkan
ilmunya di lapangan serta untuk mengetahui model yang tepat dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang
sering dihadapi dan meningkatkan hasil belajar siswa, serta membuat
pembelajaran menjadi aktif dan inovatif .
3. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses belajar mengajar dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki beberapa defenisi operasional untuk
memudahkan uraian berikutnya.
1. Penerapan
Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, yang penulis
maksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan atau dipraktekkan oleh guru
pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran atau suatu gambaran kecil dari konsep
pembelajaran secara keseluruhan dan model pembelajaran ini mempunyai
makna lebih luas dari istilah lain, seperti pendekatan, strategi dan metode.
Sedangkan model Pembelajaran Project Based Learning merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja

9
8

proyek yang peneliti lakukan pada kelas XI MIPA yaitu membuat alat untuk
mengukur kapasitas paru-paru yaitu spirometer sederhana, setelah dibuat
siswa disuruh memperagakan dan hasil yang di dapat dibuat dalam bentuk
laporan praktikum.
3. Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang, yang dapat
diketahui dengan membandingkan tingkah laku seseorang yang diposisikan
di dalam suatu situasi belajar dengan tingkah laku yang ditunjukkannya
setelah proses belajar itu terjadi. Perubahan tersebut berupa peningkatan
kemampuan atau perubahan dalam sikap, minat, dan nilai dari seseorang
yang telah belajar. Adapun hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Penilaian ranah kognitif menggunakan tes akhir
berupa soal objektif dengan lima alternatif pilihan jawaban dan untuk
penilaian hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik menggunakan lembar
observasi yang dinilai oleh observer.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Biologi
a. Pembelajaran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pembelajaran berasal dari
kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui atau diturut. Sedangkan “pembelajaran” berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Thobroni,
2015, p. 16).
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru,
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, slide dan audio. Fasilitas dan perlengkapan
terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer.
Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian dan sebagainya [ CITATION Ham14 \p 57 \l 1033 ].
Unsur utama pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai
seperangkat Event sehingga terjadinya proses belajar. Pembelajaran
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru yang bertujuan untuk
mengubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran
bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja,
melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh
langsung pada proses belajar manusia (Basri, 2015, p. 21).
Melalui proses pembelajaran guru dituntut untuk mengubah
masukan berupa siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang

9
sesuatu, manjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Mampu
membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami

9
kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, selanjutnya memberikan
motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin
untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka
miliki(Aunurrahman, 2014, p. 34).
b. Pembelajaran Biologi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science”.
Kata “science” sendiri berasal dari bahasa latin ”scienta” yang berarti
saya tahu. Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010, p. 136) mengatakan
bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam.Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Menurut Marsetio (dalam Trianto, 2010, p. 137) Pada hakikatnya
IPA dipandang sebagai proses, produk dan prosedur. Sebagai proses
diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan
didalam sekolah atau diluar sekolah. Sebagai prosedur dimaksudkan
adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu Biologi, Fisika
dan Kimia.
Biologi merupakan salah satu di antara bidang Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Mata pelajaran ini menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi berkaitan
dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis,
sehingga Biologi bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam
sekitarnya [ CITATION Wah16 \p 1 \l 1033 ].
Pembelajaran Biologi memiliki karakteristik yang mengkaji
tentang makhluk hidup, lingkungannya dan hubungan antara
keduanya.Materi Biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta
ilmiah tentang fenomena alam yang konkret, tetapi juga berkaitan dengan
hal-hal atau obyek yang abstrak seperti, proses-proses metabolisme
kimiawi dalam tubuh, sistem hormonal, sistem koordinasi, dan lain
sebagainya [ CITATION Sud15 \p 32 \l 1033 ].
2. Model Project Based Learning ( PjBL)
Modelpembelajaran merupakan sebuah perencanaan pengajaran
yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar
agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang
diharapkan. Model mengajar adalah gambaran untuk seorang pendidik
(guru) dalam proses belajar mengajar agar tercapainya suatu pembelajaran
yang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan [ CITATION Wah09 \p 52 \l
1057 ].
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran,
pembelajarannya disini dimaksud seperti media, buku dan lain-lain (Suyadi,
2013, p. 14). Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai suatu tujuan belajar. Model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar yang dijadikan sebagai pedoman dalam merancang suatu
pembelajaran dikelas.
Pembelajaran Project Based Learning merupakan model
pembelajaran inovatif. Menurut Sutirman (2013)pembelajaran Project
Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk
menghasilkan produk atau proyek yang nyata. Pembelajaran Project Based

9
Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas melibatkan proyek
[ CITATION Mad16 \p 144 \l 1057 ] . Menurut Asan 2005 (Dalam Jagantara,
Adnyana, &Widiyanti, 2014) Pembelajaran Project Based Learning adalah
suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas
berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan
sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru.
Model Project Based Learning model yang dapat membuat siswa belajar
lebih aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan
proyek, serta berfikir kritis dan dapat memecahkan masalah selain itu siswa
dapat membangun kerja sama, saling menghargai keputusan satu dengan
yang lainnya, tujuan dari model ini agar siswa mempunyai kemandirian
dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
1. Sintak/langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning
Langkah-langkah Project Based Learning adalah sebagai berikut
(Sutirman,2013, p.46):
a. Memulai dengan pertanyaan esensial.
b. Membuat desain rancangan proyek.
c. Membuat jadwal.
d. Memantau siswa dan kemajuan proyek.
e. Menilai hasil.
f. Evaluasi pengalaman.
2. Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learningmemiliki potensi yang besar
untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna
bagi siswa. Menurut Buck Institute For Education 1999 (Dalam Made,
2016, p.145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut:
a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumya.
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

9
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapat dan mengola informasi
yang dikumpulkan.
e. Siswa melakukan evaluasi secara kontiniu.
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
3. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek
a. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek
merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek.
b. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun berarti bahwa kerja proyek
berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong
siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu
bidang tertentu.
c. Prinsip investigasi konstruktif merupakan proses yang mengarah
kepada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan inkuiri,
pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses
perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah dan pembentukan model.
d. Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan
sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal
supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu lembar kerja siswa,
petunjuk kerja pratikum dan yang sejenisnya bukan merupakan
aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek. Dalam hal ini guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong
tumbuhnya kemandirian siswa.
e. Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata,
bukan seperti di sekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat
memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam

9
pemilihan topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja,
produk, pelanggan, maupun standar produknya.

Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah


sebagai berikut (Fathurrohman, 2017, p. 121) :

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas


pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu
tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
Pembelajaran model ini lebih tepat dan praktis apabila diterapkan di
laboratorium.
c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisi dan dikembangkan
berdasarkan tema atau topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan atau hasil karya).
4. Keuntungan pembelajaran model Project Based Learning
Menurut Moursund 1997 (dalam Made, 2016, p.147) beberapa
keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain :
a. Increased motivation
Pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, terbukti dari beberapa laporan penelitian
tentang pembelajaran Project Based Learning yang menyatakan
bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan
proyek, siswa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan
dalam pembelajaran sangat berkurang.
b. Increased problem solving ability
Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar
pembelajaran Project Based Learningdapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan
berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.

9
c. Improved library research skills
PembelajaranProject Based Learningmempersyaratkan siswa
mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber
informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan
informasi akan meningkat.

d. Increased collaboratif
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktekkan keterampilam komunikasi.
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi
online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
e. Increased resource management skills
PembelajaranProject Based Learningyang diimplementasi
secara baik kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5. Dukungan teoritis pembelajaran berbasis proyek

Menurut Murphy 1997 (Dalam Made, 2016, p.148) Pembelajaran


berbasis proyek juga didukung oleh teori belajar kontruktivistik, yang
berstandar pada ide bahwa sisa membangun pengetahuannya sendiri di
dalam konteks pengalamannya sendiri. Pembelajaran berbasis proyek
dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan pembelajaran
belajar yang dapat mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan dan
keterampilan secara personal ketika pembelajaran berbasis proyek
dilakukan dalam model belajar kalaboratif dalam kelompok kecil siswa.

6. Langkah-langkah mendesain suatu proyek


Tabel 2.1 Langkah-langkah mendesain proyek
Langkah-langkah Pertanyaan penuntun
Keautentikan a. Apakah proyek-proyek tersebut mengacu
pada permasalahan yang bermakna bagi

9
siswa?
b. Apakah masalah tersebut mungkin secara
nyata dapat dikerjakan oleh siswa?
c. Apakah siswa dapat menciptakan atau
menghasilkan sesuatu, baik sebagai pribadi
maupun kelompok diluar lingkungan
sekolah?
Ketaatan terhadap a. Apakah proyek tersebut dapat membantu atau
nilai akademik mengarahkan siswa untuk memperoleh dan
menerapkan pokok pengetahuan dalam satu
atau lebih disiplin ilmu?
b. Apakah proyek tersebut dapat memberi
tantangan pada siswa untuk menggunakan
strategi-strategi penemuan (ilmiah) dalam
satu atau lebih disiplin ilmu apakah siswa
dapat mengembangkan keterampilan dan
kebiasaan berfikir tingkat tinggi
Belajar pada a. Apakah kegiatan belajar yang dilakukan
dunia nyata siswa berada dalam konteks permasalahan
semi terstruktur, mengacu pada kehidupan
nyata dan bekerja pada dunia lingkungan luar
sekolah
b. Apakah proyek dapat mengarahkan untuk
menguasai dan menggunakan unjuk kerja
yang dipersyaratkan dalam organisasi kerja
yang menuntut persyarat tinggi
c. Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan
siswa untuk mampu melakukan
pengembangan organisasi dan mengelola
keterampilan pribadi
Aktif meneliti a. Apakah siswa menggunakan sejumlah waktu
secara signitif untuk mengerjakan bidang
utama pekerjaannya?
b. Apakah proyek tersebut mempersyaratkan
siswa untuk mampu melakukan penelitian
nyata, dan menggunakan berbagai macam
strategi, media dan berbagai sumber lainnya?
c. Apakah siswa diharapkan dapat untuk
berkomunikasi tentang apa yang dipelajari,
baik melalui presentasi maupun unjuk kerja?
Hubungan dengan a. Apakah siswa menemukan dan mengamati
ahli teman sebaya yang memiliki pengalaman dan
kecakapan yang relevan?
b. Apakah siswa berkesempatan berdiskusi
secara teliti dengan paling tidak seorang
teman?

9
c. Apakah orang dewasa(di luar siswa) dapat
bekerja sama dalam merencanakan dan
menilai hasil kerja siswa?
Penilaian a. Apakah siswa dapat merefleksi secara berkala
proses belajar yang dilakukannya dengan
menggunakan kriteria proyek yang jelas,
yang kiranya dapat membantu dalam
menentukan kinerjanya?
b. Apakah orang luar dapat membantu siswa
mengembangkan pengertian tentang standar
kerja dunia nyata dalam suatu jenis
pekerjaan?
c. Apakah ada kesempatan secara reguler untuk
menilai kerja siswa, terkait dengan strategi
yang digunakan, termasuk melalui pameran
dan portofilio.

3. PengertianHasilBelajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang di miliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.Setiap proses pembelajaran,
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai,
disamping diukur dari segi prosesnya. Olehkarenanya,
konsephasilbelajarpentingdipahami.Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian dan cita-cita. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional. Menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
a. Ranah kognitif

9
1) Tipe hasil belajar: Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
knowledge dalam taksonomi Bloom. Tipe hasil belajar pengetahuan
termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman.

2) Tipe hasil belajar: Pemahaman


Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain
dari yang telah di contohkanatau menggunakan petunjuk penerapan
pada kasus lain.
3) Tipe hasil belajar: Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, ataupun
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan
beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
4) Tipe hasil belajar: Analisis
Analisis adalah usaha memilah situasi integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya.Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai
pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas
menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal
memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya,
untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis
telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat
mengaplikasikannya pada situasi secara kreatif.
5) Tipe hasil belajar: Sintesis

9
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk
menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan,
berfikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat di
pandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah
daripada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan
atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah
dikenalnya.
Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir
divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.
Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan
mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Mengartikan
analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan
sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu
secara hati-hati dan penuh telaah.
6) Tipe hasil belajar: Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
metode, materil, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi
perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam tes essay,
standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut
pendapat saudara“ menurut teori tertentu“. Frase yang pertama sukar
diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan atau lingkupan
variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas
standarnya. Untuk mempermudah mengetahui tingkat kemampuan
evaluasi seseorang, item tesnya hendaklah menyebutkan kriterianya
secara eksplisit.
Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang
kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja,dapat
mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga
negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi

9
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu
evaluasinya.
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan perasaan,
emosi, minat, sikap dan nilai (Ilyas, 2012, p. 26). Ranah afektif
berkenaan dengan sikap dan nilai dari siswa. Beberapa ahli mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahanannya, bila seseorang
telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar
efektif kurang mendapatkan perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
menilai ranah kignitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak inidividu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak disadari).
2) Keterampilan pada gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresifi dan interpretatif.
Hasil belajar yang telah dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam
kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam

9
kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya(Sudjana, 2014:22-
31). Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a) Faktor internal: tujuan, minat, aktivitas, kecakapan, kebiasaan belajar,
serta penguasaan bahan matakuliah.
b) Faktor eksternal: meliputi faktor lingkungan sekolah berupa cara
memberi matakuliah dan bahan-bahan bacaan, alat peraga dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil
belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal (faktor yang berasal
dari dalam dirisiswa) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri
siswa). Menurut Karwono dan Mularsih (2010, p. 35) dalam (Maryatum,
2015, p. 7)faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1) Faktor internal individu, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a) Faktor fisiologis, meliputi: keadaan jasmani.
b) Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, emosi, bakat, motivasi,
perhatian, dan daya nalar.
2) Faktor eksternal individu, terdiri atas:
1) Faktor lingkungan sekolah, berupa cara memberi pelajaran dan bahan-
bahan bacaan, media dan sebagainya.
2) Faktor lingkungan keluarga, meliputi perhatian orang tua, sarana dan
prasarana belajar di rumah dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan masyarakat yaitu tempat tinggal siswa.
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaranProject Based Learningmemiliki pengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh M. Rezeki Muamar yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Yang Dipadu Metode Gallery
Walk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan
Kelas X IPA SMA Negeri 1 Bireuen” Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian

9
eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-postest control
group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dipadu
dengan Gallery Walk memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Sedangkan
peneliti melihat penerapan model pembelajaran Project Based Learning siswa
kelas XI SMAN 1 Sawahlunto.

Penelitin yang dilakukan oleh Made Wirasana Jagantara yang berjudul


“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa”
Pendekatan/penelitian yang digunakan adalah penelitiani eksperimen dengan
rancangan pretestpost-test control group design. Hasil penelitian
menunjukkanbahwa terdapatnya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa
antara siswa yang belajar dengan model Projet Based Learning dengan
pembelajaran langsung. Sedangkan peneliti melihat penerapan model
pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI
SMAN 1 Sawahlunto.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Insyasiska yang


berjudul “Pengaruh Project Based Learning Terhadap Motivasi Belajar,
Kreativitas, Kemampuan Berpikir Kritis, Dan Kemampuan Kognitif Siswa
Pada Pembelajaran Biologi”. Bentuk penelitiannya yaitu Penelitian eksperimen
semu yang menggunakan rancangan “The Non Equivalent Pretest-posttest
Control Group Design”. Hasil penelitiannya yaitu pembelajaran project based
learning dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa kreativitas siswa,
kemampuan berpikir kritis meningkat dan Melalui pembelajaran proyek yang
bersifat kontekstual, kemampuan kognitif siswa juga meningkat dari pada
pembelajaran yang diberikan tanpa melalui proyek.Sedangkan peneliti melihat
penerapan model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar
siswa kelas XI SMAN 1 Sawahlunto.

9
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fatikhatun Nikmatus
sholihah yang berjudul “Penerapan Project Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Dasar-Dasar Sains”
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kuantitatif,
sedangkan jenis penelitiannya yaitu rancangan penelitian one group pretest-
posttest desain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning memiliki
hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan belajar sebelum memakai model
PjBL tersebut. Sedangkan peneliti melihat penerapan model pembelajaran
Project Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Sawahlunto. yang membedakan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
Fatikhatun Nikmatus sholihah & Noviayu Pratiwi menerapkan model PjBL ini
pada mahasiswa yang kuliah di pendidikan biologi Unwaha, sedangkan peneliti
menerapkan model ini pada siswa yang sekolah di SMAN 1 Sawahlunto akan
tetapi hasil belajar dengan menerapkan model PjBL ini sama-sama meningkat.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Andriani Gandi Wijanarko


yang berjudul “Keefektifan Model Project Based LearningTerbimbing untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sainsdan Hasil Belajar IPA” pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif sedangkan jenis penelitian yang
digunakan yaitu quasy experimental designdengan jenis nonequivalent control
group design. Yang mana dengan menggunakan model PjBL ini berdampak
terhadap hasil belajar siswa dan mampu mengoptimalkan keterampilan proses
sains.Sedangkan peneliti melihat penerapan model pembelajaran Project Based
Learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1 Sawahlunto.

Penelitian yang dilakukan oleh Yulystyana Pradita dengan judul


“Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas
XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klatentahun Pelajaran
2013/2014” jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas,

9
yang mana dengan menggunakan model PjBL ini dapat meningkatkan prestasi
belajar dan kreativitas siswa. Sedangkan peneliti menggunakan model Project
Based Learning (PjBL) terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Sawahlunto dengan menggunakan jenis penelitian Posttest-Only Control
Design. Dan sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah Addin dengan


judul “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada
Materi Pokok Larutan Asam dan Basa di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014” pendekatan yang digunakan yaitu
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu
aktivitas siswa tinggi baik itu kognitif, afektif dan psikomotor meningkat.
Sedangkan peneliti menerapkan model Project Based Learning terhadap hasil
belajar siswa kelas XI SMAN 1 Sawahlunto pada pembelajaran Biologi
sedangkan Istiqomah Addin menerapkan pada pembelajaran Kimia, jenis
pendekatan yang peneliti pakai yaitu pendekatan kuantitatif, hasil belajar dan
aktifitas sama-sama baik dengan menerapkan model PjBL saat proses
pembelajaran.

C. Kerangka Berfikir
Pelaksanaan proses pembelajaran Biologi yang diterapkan pada kelas
eksperimen adalah model pembelajaran Project Based Learning. Sedangkan
kelas kontrol hanya dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil
belajar siswa untuk penerapan keduanya dapat diperoleh dari tes hasil akhir
pembelajaran, lalu hasil belajar dari kedua kelas tersebut akan dibandingkan.
Secara sederhana kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan dibawah ini:

9
Proses Pembelajaran
Biologi

Guru

9
Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Proses Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Konvensional


Pembelajaran Project Based Learning

Hasil Belajar Hasil Belajar

Dibandingkan

9
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Peneliti

D. Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H 0 : Hasil belajar Biologi dengan menerapkan model pembelajaranProject
Based Learning (PjBL) tidak lebih baik dari hasil belajar Biologi yang
menggunakan pembelajaran konvesional.
H 1 : Hasil belajar Biologi dengan menerapkan model pembelajaranProject
Based Learning (PjBL) lebih baik dari hasil belajar Biologi yang
menggunakan pembelajaran konvesional.

9
9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, dengan menggunakan desain penelitian true
experimental. Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul),
karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Ciri utama dari true experimental adalah
adanya kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dipilih secara random
[CITATION Sug131 \p 75 \l 1057 ].
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan pada kelas XI MIPA SMAN 1
Sawahlunto, Kecamatan lembah segar , Kota Sawahlunto. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap, Tahun Ajaran 2019/2020. Jadwal
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


No Kegiatan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 Pertemuan ke-1 21 Januari 2020 21 Januari 2020
2 Pertemuan ke-2 22 Januari 2020 23 Januari 2020
3 Tes Akhir 28 Januari 2020 28 Januari 2020

C. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-Only
Control Design. Dalam penelitian ini diperlukan dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen adalah penggunaan model pembelajaran Projec Based Learning
(PjBL) sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Rancangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian

9
No Kelompok Perlakuan Test

1 Kelompok eksperimen X T

2 Kelompok kontrol O T
28
(Sumber: Sugiyono, 2018, p. 75)

A. Keterangan:
X = Perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL)
O = Perlakuan dengan model konvensional
T = Hasil belajar

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control


Group Design. Penelitian ini melibatkan dua macam perlakuan pada kelas XI
MIPA 3 (siswa diajar dengan menggunakan pembelajaran model Project
Based Learning (PjBl) dan kelas XI MIPA 1 (siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran konvesional). Kedua kelas tersebut tidak diberikan
pre test, tetapi setelah dikenakan perlakuan, baru kemudian dilakukan post test.
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya [CITATION
Sur151 \p 245 \l 1033 ]. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
MIPA di SMAN 1 Sawahlunto yang terdiri dari 137 orang dan terdiri atas 4
kelas untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Jumlah Populasi Siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto
Tahun Ajaran 2020/2021
No Kelas Jumlah Siswa

9
1 XI MIPA 1 32Orang
2 XI MIPA 2 34 Orang
3 XI MIPA 3 32 Orang
4 XIMIPA 4 36 Orang
Total 144 Orang
(Sumber : Guru Biologi SMAN 1 Sawahlunto)
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan aturan-aturan tertentu yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian [CITATION Sur151 \p 248 \l 1033 ].
Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut [CITATION
Luf051 \p 83 \l 1033 ] Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel
yang dilakukan secara acak. Sejalan dengan itu, menurut [CITATION Sur151 \p
250 \l 1033 ] Simple Random Sampling adalah metode pemilihan ukuran
sampel dari suatu populasi yang setiap anggota populasinya mempunyai
peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang
diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan di atas, dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel
dalam penelitian ini yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk
membuktikan populasi benar-benar layak untuk dijadikan sampel, maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai PH (Penilaian Harian) Biologi kelas XI MIPA
SMAN 1 Sawahlunto Tahun Ajaran 2019/2020 Lampiran 1 hal 90.
b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai PH biologi kelas XI
MIPA SMAN 1 Sawahlunto menggunakan uji liliefors. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau
tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho = Populasi berdistribusi normal

9
H1 = Populasi berdistribusi tidak normal
Adapun langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini
adalah sebagai berikut:
1) Data X1,X2,…Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga yang
terbesar.
2) Data X1,X2,…Xn dijadikan bilangan Z1,Z2…Zn dengan rumus:
xi −x
z i=
s
keterangan:
xi = skor yang diperoleh siswa ke i
x = skor rata-rata
s = simpangan baku
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Zi)= P(Z≤ Zi)
4) Dengan menggunakan proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Z 1,
jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka:
Banyaknya Z 1 , Z2 … .. , Z n yang ≤ Zi
( Z i)=
n
5) Menghitung selisih F(Zi) dengan S(Zi) yang kemudian ditentukan
harga mutlaknya
6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut
yang disebut dengan Lo
7) Membandingkan nilai Lodengan LTabel dengan taraf nyata α = 0,05 jika
Lo< LTabel maka data berdistribusi normal dan jika L0 ≤ Ltabel maka Ho
diterima. [CITATION Wal93 \p 182-188 \l 1033 ].

Setelah dilakukan uji normalitas populasi dengan uji liliefors,


diperoleh hasil bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dengan taraf
nyata 0,05. Hasil uji normalitas kelas populasi dapat dilihat pada tabel
berikut:

9
Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas XI MIPA SMAN 1
Sawahlunto
No Kelas L0 Ltabel Hasil Keterangan
1 XI MIPA1 0,096 0,886 L0<Ltabel Berdistribusi normal
2 XI MIPA 2 0,117 0,886 L0<Ltabel Berdistribusi normal
3 XI MIPA 3 0,136 0,886 L0<Ltabel Berdistribusi normal
4 XI MIPA 4 0,172 0,886 L0<Ltabel Berdistribusi normal

Lebih jelasnya uji normalitas populasi dapat dilihat pada


Lampiran 2.

c. Uji Homogenitas Variasi dengan Uji-Barlett. Uji ini bertujuan untuk


melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Hipotesis yang diajukan yakni:

H0 : σ 12=σ 22=σ 23

H1 : paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama.


Untuk menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan
beberapa langkah. Langkah-langkah dalam menentukan uji
homogenitas yaitu:
1) Tulis H0 dan H1 dalam bentuk kalimat serta dalam bentuk statistik.
2) Buat tabel penolong uji bartlett.
Tabel 3.5 Tabel Uji Bartlett

Sampel Log
N 1/dk Si2 (dk) Log Si2
Ke (k) Dk Si2
(n¿ ¿i−1) ¿

XI MIPA 188,8
32 31 0,032 2,27 70,37
1 9

9
XI MIPA 322,8
34 33 0.030 2,50 82,5
2 1

XI MIPA 172,8
32 31 0,032 2,23 75,64
3 9

XI MIPA 277,1
36 35 0,028 2,44 85,4
4 4

1657,
Jumlah 130 0,122 9,24 313,06
99

3) Hitung s2 dengan rumus:

2 ∑ ( n i−1 ) s 2i
s=
∑ ( ni −1 )
4) Kemudian cari hasil log s2
5) Kemudian cari hasil B dengan:
B=( log s 2) ∑ n i−1
6) Cari x 2 hitung dengan rumus:
x 2=( 1 n10 ) {B−∑ ( ni −1 ) log S 2i }
7) Selanjutnya tetapkan taraf signifikasi α
8) Cari x 2tabel
9) Bandingkan x 2hitung dengan x 2tabel
10) Terakhir buat kesimpulan. Dengan kriteria pegujian sebagai
berikut:
Jika x 2 hitung ≥ x 2tabel maka H0 ditolak dan diterima H1. Jika x 2
hitung ≤ x 2tabel maka H0 diterima dan tolak H1 [ CITATION Sud05 \p
466 \l 1057 ].

9
d. Melakukan analisis variansi untuk melihat kesamaan rata-rata
populasi. Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah populasi
mempunyai kesamaan rata-rata atau tidak. Analisis menggunakan
teknik ANOVA satu arah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
2) Tentukan taraf nyatanya (α)
3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus
f >fα [k-1, k(n-1)]
4) Perhitungannya dengan menggunakan rumus:
a) Jumlah kuadrat total
n 2
T
(JKT) = Σ ∑ X − ..
k
i=1
2
ij
j=1 nk
b) Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
k

(JKK) =
∑ T 2iT2
i=1

n nk
c) Jumlah kuadrat galat
(JKG) = JKT- JKK
5) Disusun hasil perhitungan langkah di atas ke dalam tabel analisis
variansi, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Analisis Variansi
Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Tengah Fhitung
Keragaman Bebas
Nilai Tengah 2128548944,6 3 S21=¿ 709516312,87 f =¿
Galat −2128052120 139
S21=¿ -46,34

-15309727,48
Total 496825 143

Sumber : (Wapole, 1993, p. 387).

Keputusannya:

Diterima H0 jika f <fα [k-1, k(n-1)]

9
Ditolak H0 jika f >fα [k-1, k(n-1)] (Wapole, 1995, pp. 383-389).
Dari analisis data diatas maka apat disimpulkan bahwa HO
diterima atau data memiliki kesamaan rata-rata populasi yaitu Fhitung <
Ftabel = - 0,30 < 3,07, sehingga HO diterima. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.

E. Variabel, Data dan Sumber Data


1 Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel bebas merupakan adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel devenden (terikat),
dalam penulisan ini variabel bebasnya adalah penerapan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
b. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat adalah adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penulisan ini
variabel terikatnya adalah kemampuan hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
2 Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer adalah data yang langsung diambil dari sampel yang akan
diteliti yaitu hasil belajar siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto.
b. Data sekunder berupa Penilaian Harian (PH) Biologi XI MIPA SMAN 1
Sawahlunto Tahun Ajaran 2019/2020.
3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Seluruh siswa kela XI MIPA SMAN 1 Sawahlunto yang terpilih sebagai
sampel untuk memperoleh data primer.

9
b. Data dari guru biologi yaitu nilai mentah PH semester ganjil kelas XI
MIPA SMAN 1 Sawahlunto dan data tentang jumlah siswa masing-
masing kelas XI SMAN 1 Sawahlunto Tahun Ajaran 2019/2020.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua yang berhubungan
dengan pelaksanaan peneliti antara lain:
a. Meninjau sekolah tempat penelitian.
b. Konsultasi dengan guru bidang studi Biologi kelas XI MIPA SMAN 1
Sawahlunto.
c. Mengajukan surat permohonan untuk mengadakan penelitian. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 44 hal 339.
d. Menentukan kelas eksperiment dan kontrol.
e. Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian.
f. Menelaah materi pelajaran Biologi di SMAN 1 Sawahlunto kelas XI
MIPA.
g. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas kontrol
dan eksperimen. RPP kelas eksperiment disesuaikan dengan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) lampiran 6 hal 115 dan
kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvesional lampiran 13
hal 205.
h. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa kisi–kisi soal dan soal tes
uji coba beserta kunci jawaban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 15 hal 251.
i. Mempersiapkan lembar penilaian ranah afektif dan psikomotor.
Instrumen divalidasi oeh dosen dan guru Biologi. Lembar validasi ranah
afektif dan psikomotor dapat dilihat pada Lampiran 30 dan Lampiran
33 hal 302 dan 314.
j. Melaksanakan uji coba soal selain kelas sampel yaitu pada kelas XII IPA
SMAN 1 Sungayang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran
16 hal 256.

9
k. Melakukan analisis dari hasil uji coba tes, yaitu dengan menentukan
validitas, indeks kesukaran, daya pembeda, reabilitas tes dan klasifikasi
soal sehingga didapatkan soal untuk tes akhir. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 18, 19, 20, 21, 22 hal 276, 277, 279. 280 dan
283.
l. Mempersiapkan tes akhir untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 22 hal 284.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan penelitai dilakukan dengan memberikan perlakuan yang
berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
diberikan perlakuan pembelajaran dengan mengunakan Model pembelajaran
Project Based Learning (PjBL), sedangkan kelas kontrol diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Tabel 3.7 Tahap Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Experimen

Sintak Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Project Waktu
Based
Learning Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(PjBL)

Pembukaan/ Pendahuluan 15 Menit

a. Guru membuka a. Siswa menjawab


pembelajaran dengan salam dari guru dan
mengucapkan salam berdoa bersama.
dan menyuruh siswa
untuk berdoa.
b. Guru mengecek
kehadiran siswa.

c. Guru memperhatikan b. Siswa mendengarkan


kesiapan siswa untuk dan menanggapi
belajar. guru mengecek
d. Guru memberikan kehadiran.
motivasi kepada siswa c. Siswa

9
tentang pembelajaran mempersiapkan diri
respirasi. untuk belajar.
e. Guru menyampaikan d. Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran. motivasi dari guru.

f. Guru membagi siswa


menjadi beberapa
kelompok.

e. Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran
yang disampaikan
guru.
f. Siswa duduk
berkelompok.

Kegiatan Inti 60 Menit

Pertanyaan a. Guru menjelaskan a.Siswa menjawab


Esensial pengertian dari sistem tentang gambar
respirasi pada yang dilihatkan
manusia. guru yang berkaitan
dengan organ
sistem pernafasan.
b. Guru memperlihatkan b. Siswa menjelaskan
gambar organ proses respirasi.
pernafasan pada
manusia kemudian
menanyakan bagian-
bagian yang
ditunjukkan pada
gambar terkait apa
yang mereka ketahui.

c. Guru bertanya kepada c. Siswa mejelaskan


siswa dari gambar mekanisme
yang dilihat, pernafasan manusia.
bagaimana

9
proses/mekanisme
dari respirasi.
d. Guru bertanya d. Siswa menjelaskan
bagaimana terjadinya preses pertukaran
pertukaran oksigen oksigen denga
dan karbondioksida karbondioksida
pada paru-paru. dalam paru-paru.

e. Guru bertanya tentang e. Siswa menjawab


udara pernafasan ada udara pernafasan
berapa. terbagi menjadi
beberapa:
1) Udara tidal
2) Udara cadangan
inspirasi
3) Udara cadangan
ekspirasi
4) Kapasitas tidal
dan lain-lain.

Menyusun f. Setelah pertanyaan f. Siswa menganalisis


perencanaan esesnsial terjawab, bersama anggota
proyek dari pertanyaan kelompoknya alat
esensial siswa dan bahan apa yang
diharapkan dapat akan dipakai untuk
membuat proyek pembuatan
untuk mengukur spirometer
kapasitas paru-paru sederhana.
manusia. Hasil dari
kesepakatan antara
guru dengan siswa
proyek yang dibuat
yaitu psikometer
sederhana.
g. Guru menyuruh siswa
untuk membuat
laporan tentang
proyek berisi:
1) Latar belakang.
2) Tujuan dari
pembuatan
spirometer
sederhana.
3) Manfaat dari
pembuatan
spirometer
sederhana.

9
4) Alat dan bahan g. Siswa menganalisis
yang digunakan. dan membuat
5) Prosedur laporan
pembuatan berkelompok di
spirometer doubel filio tentang
sederhana. proyek.
6) Prosedur kerja dari
spirometer
sederhana.
7) Kesimpulan
h. Guru menyuruh siswa
membuat spirometer
sederhana bersama
kelompok.

h. Siswa membuat
spirometer
sederhana dengan
kelompok.

Menyusun i. Guru membuat time i. Siswa


Jadwal line untuk menyelesaikan
menyelesaikan proyek laporan tentang
(guru menyuruh siswa proyek dalam waktu
untuk menyelesaikan 10 menit.
laporan dari proyek 10
menit ).
j. Guru membuat dead j. Siswa
line untuk mendengarkan guru
mengumpulkan untuk pengumpulan
laporan praktikum laporan
pada pertemuan
selanjutnya.
k. Guru menyuruh untuk k. Siswa membuat
menyelesaikan spirometer
pembuatan spirometer sederhana dalam
sederhana dalam waktu 5 menit.
waktu 5 menit.
l. Setelah pembuatan l. Siswa melakukam

9
spirometer sederhana percobaan untuk
selesai, guru mengukur kapasitas
menyuruh siswa untuk paru-paru pada tiap
melakukan percobaan kelompok dengan 2
tentang mengukur kali pengulangan
kapasitas paru-paru dalam waktu 30
tiap masing-masing menit.
kelompok dengan 2
kali pengulangan dan
hasil dibuat di kertas
doubel filio dalam
waktu 30 menit.

Monitoring m. Guru membimbing m. Siswa bekerja sama


siswa dalam dalam penyelesaian
menyelesaikan proyek.
proyek.

Menguji n. Guru n. Salah satu


Hasil menginstruksikan kelompok
kepada salah satu mempresentasikan
kelompok untuk hasil diskusi.
mempresentasikan
hasil dari proyek yang
dibuat.
o. Guru menyuruh siswa o. Siswa bertanya
untuk bertanya kepada kepada kelompok
kelompok yang yang sedang tampil.
sedang tampil.

Evaluasi p. Guru meminta siswa p. Siswa


pengalaman untuk mengungkapkan
mengumgkapkan perasaan dan
perasaan dan pengalaman selama
pengalaman selama menyelesaikan
menyelesaikan proyek.
proyek.
q. Setelah siswa q. Siswa
mengungkapkan mendengarkan
perasaan dan penjelasan dari
pengalaman, guru dan guru.
siswa berdiskusi
tentang bagaimana
kinerja siswa selama
proses pembelajaran

9
dan pembuatan proyek
(spirometer sederhana
dan laporan
praktikum) sehingga
proyek mendatang
akan yang
dilaksanakan akan
lebih baik lagi.

Penutup 15 Menit

r. Guru meminta siswa r. Siswa bertanya jika


untuk bertanya jika masih ada materi
masih ragu tentang yang diragukan.
materi pembelajaran
s. Guru menyuruh siswa s. Siswa
untuk menyimpulkan menyimpulkan
pembelajaran materi
pembelajaran.
t. Siswa membaca doa
dan menjawab
salam guru

t. Guru menutup
pelajaran dengan
menyuruh siswa untuk
membaca doa dan
mengucapkan salam

Tabel 3.8 Tahap Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Kontrol


N Alokasi
Tahap Aktivitas Guru AktivitasSiswa
o Waktu
KegiatanPra-Pendahuluan 5’
Guru membuka pelajaran Siswa menjawab salam
dengan mengucapkan dari guru
salam
Guru meminta ketua kelas Ketua kelas memimpin
untuk memimpin do’a dan do’a dan salah seorang
membaca Al-Qur’an siswa membaca Al-
Qur’an
Guru mengambil absen Siswa merespon guru
dan menyiapkan mental ketika mengambil absen

9
siswa untuk dengan mengangkat
mempersiapkan kondisi tangan dan bersuara
belajar siswa
KegiatanPendahuluan 15’
Aperseps Guru memberikan Siswa mendengarkan
i apersepsi kepada siswa dan menyimak apersepsi
tentang materi yang akan yang diberikan oleh
dipelajari dengan men- guru di depan kelas
demonstrasikan gambar Kemudian menjawab
system respirasi di depan pertanyaan guru
kelas
Guru memberikan motivasi Siswa mendengarkan
kepada siswa dengan dan menerima motivasi
menyampaikan manfaat yang diberikan oleh
dari materi system guru berupa manfaat
respirasi dalam kehidupan materi system respirasi
sehari-hari bagi kehidupan
KegiatanInti 100’
Guru menyampaikan Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran yang dan menyimak tujuan
akan dicapai melalui papan pembelajaran yang
tulis hendak dicapai
sertamencatatnya di
buku catatan
Guru menjelaskan materi Siswa mendengarkan
kepada siswa tentang dan menyimak materi
:struktur dan fungsi yang disampaikan oleh
jaringan penyusun organ guru serta mencatat
system respirasi, proses dibuku catatan
respirasi dan mampu
menjelaskan pertukaran
oksigen dan karbon
dioksida serta menjalas
udara pernafasan melalui
papan tulis.
Guru membagi siswa Siswa duduk
menjadi beberapa berdasarkan kelompok
kelompok. masing-masing.
Guru menyuruh siswa Siswa membuat
untuk membuat spirometer spirometer sederhana
sederhana dan melakukan dan melakukan
percobaan tentang percobaan sederhana
kapasitas paru-paru. tentang kapasitas paru-
paru.
KegiatanPenutup 15’
Guru menanyakan Siswa menjawab
pemahaman siswa terhadap pertanyaan guru
materi yang disampaikan
oleh guru di depan kelas.

9
Guru menutup pelajaran Siswa menutup
dengan membaca : pelajaran dengan
“Alhamdulillaah, dan membaca
diakhiri dengan “Alhamdulillaah, dan
Assalamualaikum menjawab salam guru”
Warahmatullohi
Wabarokaatuh”

3. Tahap Penyelesaian
Setelah melakukan tahapan di atas, guru memberikan tes akhir pada
kedua kelas sampel, tes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda yang
berjumlah 20 butir soal, kemudian hasil tes dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol diolah dan dianalisis untuk menentukan apakah hasil belajar
Biologi dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) lebih baik dari pada hasil belajar Biologi dengan
menggunakan metode konvensional.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu peralatan yang dibutuhkan dalam
penelitian. Sebelum menguji instrument penelitian diperlukan validitas terlebih
dahulu. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur itu dapat digunakan [CITATION Luf051 \p 116 \l 1033 ]. Validitas yang
dilakukan pada penelitian ini adalah validitas logis dan empiris. Validitas logis
adalah penetapan suatu instrumen secara analisis akal ditinjau dari isi dan
aspek yang ingin diungkapkan [CITATION Luf051 \p 116 \l 1033 ]. Validitas
empiris adalah validitas suatu instrumen berdasarkan pengalaman, yaitu
melalui langkah-langkah uji coba instrument [CITATION Luf051 \p 118 \l 1033 ].
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Untuk mendapatkan validitas logis, peneliti menyusun instrument
berdasarkan kisi-kisi. Instrumen ranah kognitif pada penelitian ini adalah
lembaran tes berupa soal objectif. Alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data pada penelitian ini adalah lembaran tes. Data diperoleh

9
dari tes yang diberikan kepada siswa. Materi tes disesuaikan dengan materi
yang dipelajari selama perlakuan dan dilakukan tes diakhir pembelajaran,
bentuk tes pada penelitian ini adalah soal objectif. Sebelum tes diujikan,
maka dilakukan uji coba tes terlebih dahulu. Dimana, tes uji coba yang
dilakukan bertujuan untuk agar dapat memberikan soal yang benar-benar
valid. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan hasil belajar.
2. Hasil Belajar Ranah Afektif
Instrumen hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan sikap dan
apresiasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang kegiatannya
dilakukan oleh observer. Instrumen hasil belajar afektif divalidasi oleh
dosen. Aspek afektif dilakukan oleh peneliti, teman peneliti (Aulia Putri dan
Devita Sari Purpa) dan guru mata pelajaran Biologi yaitu Ibu Mesra Nurfia,
M.Pd. Penilaian afektif ini dilakukan dengan cara mengobservasi langsung
selama proses pembelajaran. Aulia Putri, Devita Sari Purpa dan Ibu Mesra
Nurfia, M.Pd melakukan pengamatan dan penilaian terhadap sikap peserta
didik selama proses pembelajaran. Kemudian, peneliti menganalisis nilai
yang diperoleh siswa. Penilaian afektif dilakukan untuk melihat sikap
peserta didik saat proses pembelajaran. Ada lima aspek yang dinilai pada
ranah ini yaitu jujur, Bertanggung Jawab, kerja sama, Percaya diri dan
Disiplin.
Berikut contoh lembar observasi penilaian ranah afektif yang dinilai
observer:

Tabel 3.9 Lembar Observasi Penilaian Afektif

N Aspek afektif yang dinilai N.Akhir


o
Nama Siswa

Mutu
Skor
Nilai

Jujur Bertanggu Kerja Percaya Disiplin


ng Jawab Sama Diri

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9
1

Keterangan:

Skor 4 (Sangat Baik) : Apabila melakukan keseluruhan indikator yang


diamati.
Skor 3 (Baik) : Apabila melakukan tiga indikator yang diamati.

Skor 2 (Cukup) : Apabila melakukan dua indikator yang diamati.

Skor 1 (Kurang) : apabila melakukan satu indikator yang diamati.

Perhitungan skor menggunakan rumus:

skor diperoleh
Nilai = x 100
skor maxsimum

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Ranah Afektif

Skor Nilai Mutu Ket

4 86-100 SB Sangat Baik

3 66-85 B Baik

2 51-65 C Cukup Baik

9
1 0-50 K Kurang Baik
(Haris dalam khadijah, 2019;886)

Tabel 3.11 Rubrik Penilaian Afektif Siswa


No Aspek yang Dinilai Skor Aspek Pengamatan
1. Sikap Jujur 1 Melaporkan data atau informasi apa
adanya dan mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki
2 Mengungkapkan perasaan terhadap
sesuatu apa adanya mengenai materi
yang dibahas
3 Tidak melakukan plagiat
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
4 Tidak nyontek dalam mengerjakan
ujian/ulangan/tugas
2. Sikap Tanggung 1 Mengembalikan barang yang dipinjam
jawab dan meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukan
2 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti
yang akurat
3 Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
4 Melaksanakan tugas individu dengan
baik
3. Sikap Kerjasama 1 Saling membagi tugas dalam
berdiskusi
2 Kesediaan melakukan tugas sesuai
kesepakatan
3 Bersedia membatu teman yang
mengalami kesulitan
4 Aktif dalam kerja kelompok
4. Sikap Percaya Diri 1 Mampu membuat keputusan dengan
cepatdan tidak mudah putus
asa/pantang menyerah
2 Berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa ragu-ragu
3 Berani berpendapat, bertanya, atau
menjawab pertanyaan
4 Berani presentasi di depan kelas
5. Sikap Disiplin 1 Datang kesekolah tepat waktu
2 Patuh dan taat dengan aturan yang
disepakati bersama guru.
3 Mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang ditentukan.

9
4 Menyerah tugas tepat waktu

3. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik


Instrumen hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan
keterampilan atau skill siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui
hasil belajar ranah psikomotor ini, digunakan lembar observasi yang dinilai
oleh observer. Instrumen hasil belajar afektif divalidasi oleh doseni.
Penilaian aspek psikomotorik juga dilakukan oleh 3 orang observer.
Observer I yaitu Ibu Mesra Nurfia, observer II Aulia Putri dan observer III
Devita Sari Purpa. Penilaian psikomotorik merupakan penilaian terhadap
keterampilan peserta didik saat melakukan praktikum. Ada empat aspek
yang dinilai yaitu:
a. Persiapan berhubungan dengan kesiapan alat dan bahan yang diperlukan
dalam praktikum.
b. Mencoba berhubungan dengan langkah percobaan yang dilakukan oleh
siswa secara prosedural.
c. Mengolah berhubungan dengan data dan hasil pengolah data yang
diperoleh selama praktikum.
d. Menyaji berhubungan dengan kesesuaian percobaan dengan tujuan
praktikum yang hendak dicapai.
Berikut ini contoh lembar observasi penilaian ranah psikomotorik
yang dinilai oleh observer:
Tabel 3.12 Lembar Observasi Penilaian Psikomotorik Siswa

Aspek afektif yang dinilai Nilai Akhir


Nama Siswa

Jujur Bertanggung Kerja Percaya


Mutu
Nilai
Skor

Jawab Sama Diri

N
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9
1 A

2 B

Perhitungan skor menggunakan rumus:

skor diperoleh
Nilai = x 100
skor maxsimum

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Ranah Psikomotorik

Skor Nilai Mutu Ket

4 86-100 SB Sangat Baik

3 66-85 B Baik

2 51-65 C Cukup Baik

1 0-50 K Kurang Baik


(Haris dalam khadijah, 2019;886)

Tabel 3.14 Lembar Observasi Penilaian Psikomotorik Siswa


No Aspek yang Skor Penilaian
1 (Kurang) 2 (Cukup) 3 (Baik) (4) Sangat
dinilai
Baik
Persiapan Bahan dan Bahan dan alat Bahan dan alat Bahan dan
alat tidak tidak lengkap. kurang lengkap. alat lengkap.
ada.
2. Mencoba Tidak Tidak Mengikuti Mengikuti
mengikuti mengikuti prosedur tetapi prosedur dan
prosedur. prosedur dan kurang memprerhati
tidak memprerhatikan kan
memprerhatika kebersihan kebersihan

9
n kebersihan lingkungan yang lingkungan
lingkungan diamati. yang diamati.
yang diamati.
Mengola Data tidak Data kurang Data lengkap Data
ada. lengkap dan tetapi tidak lengkap,
tidak terorganisasi terorganisasi
terorganisasi atau ada salah dan ditulis
atau ada salah tulis. dengan
tulis. benar.
4 Menyajikan Tidak benar Cukup benar Benar tapi Semua benar
dan tidak tapi kurang kurang sesuai
sesuai mencapai mencapai tujuan dengan
dengan tujuan praktikum. tujuan
jadwal praktikum. praktikum
praktikum.

4. Proyek
Instrumen hasil kerja proyek yang dibuat oleh siswa adalah berupa
laporan praktikum berkenaan dengan keterampilan atau skill siswa dalam
proses pembelajaran. Penilaian aspek proyek dilakukan oleh peneliti.
Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap hasil kerja atau produk yang
dihasilkan siswa berupa pembuatan laporan praktikum dan pembuatan
poster.
a. Laporan
Ada sembilan aspek yang dinilai saat pembuatan laporan:
1) Latar Belakang berhubungan dengan bagaimana siswa menjelaskan
latar belakang dari laporan yang dibuat.
2) Tujuan Praktikum berhubungan dengan bagaimana siswa membuat
tujuan dari praktikum yang dilakukan.
3) Manfaat berhubungan dengan ada atau tidak manfaat dari pembuatan
proyek (Spirometer sederhana).

9
4) Alat dan bahan berhungan dengan alat dan bahan yang digunakan
saat praktikum berlangsung.
5) Prosedur pembuatan berhubungan dengan cara pembuatan
spirometer sederhana.
6) Prosedur kerja berhubungan dengan cara kerja/bagaimana cara
memakai spirometer sederhana.
7) Hasil bagaimana hasil yang didapat saat praktikum berlangsung.
8) Kesimpulan berhubungan dengan kesimpulan dari laporan yang
dibuat.
Berikut ini contoh lembar observasi penilaian kerja proyek yang
dinilai oleh peneliti:

Tabel 3.15 Lembar Observasi Penilaian Laporan Praktikum

Aspek yang dinilai


NK Nilai Mutu
Latar Belakang Tujuan Manfaat Alat dan bahan Prosedur pembuatan Prosedur Kerja Hasil Kesimpulan
1
2
3

Tabel 3.16 Kriteria Penilaian Hasil Kerja Proyek (Laporan Praktikum)

Skor Nilai Mutu Ket

4 86-100 SB Sangat Baik

3 66-85 B Baik

2 51-65 C Cukup Baik

9
1 0-50 K Kurang Baik
(Haris dalam khadijah, 2019; 886)

Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Laporan Praktikum


No Aspek yang Skor Penilaian
dinilai 1 (Kurang 2 (Cukup 3 (Tepat) 4 (Sangat
tepat) tepat) tepat)
1. Kebersihan dan Kurang Cukup bersih bersih dan
Sangat
1. Keterampilan bersih dan dan terampil terampil bersih dan
terampil dalam dalam terampil
dalam pembuatan pembuatan dalam
pembuatan laporan laporan pembuatan
laporan praktikum praktikum laporan
praktikum praktikum
2. Latar Belakang Kurang tepat Cukup tepat Tepat dalam Sangat tepat
dalam dalam membuat dalam
membuat membuat latar membuat
latar latar belakang latar
belakang belakang praktikukum belakang
praktikukum praktikukum praktikukum
3. Tujuan Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
Praktikum dan tepat dalam membuat dalam
membuat membuat tujuan membuat
tujuan tujuan. praktikum tujuan
praktikum. praktikum
4. Manfaat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat baik
praktikkum dalam membuat membuat membuat
membuat manfaat dari manfaat dari manfaat dari
manfaat dari praktikum. praktikum. praktikum.
praktikum.
5. Alat dan Bahan Kurang tepat Cukup tepat Tepat dalam Sangat tepat
dalam dalam membuat alatdalam
membuat alat membuat alat dan bahanmembuat alat
dan bahan dan bahan yang dipakaidan bahan
yang dipakai yang dipakai saat yang dipakai
saat saat praktikum. saat
praktikum. praktikum. praktikum.
6. Prosedur Kurang tepat Cukup tepat Tepat dalam Sangat tepat
pembuatan dalam dalam menjelaskan dalam
menjelaskan menjelaskan cara menjelaskan
cara cara pembuatan cara
pembuatan pembuatan (spirometer pembuatan
(spirometer (spirometer sederhana) (spirometer
sederhana) sederhana) dalam sederhana)
dalam dalam laporan dalam
laporan laporan praktikum. laporan
praktikum. praktikum. praktikum.

9
7. Prosedur Kerja Kurang tepat Cukup tepat Tepat dalam Sangat tepat
dalam dalam membuat dalam
membuat membuat prosedur membuat
prosedur prosedur kerja pada prosedur
kerja pada kerja pada laporan kerja pada
laporan laporan praktikukum laporan
praktikukum praktikukum praktikukum
8. Hasil Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
membuat membuat membuat membuat
hasil hasil hasil hasil
praktikum praktikum praktikum praktikum
9. Kesimpulan Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
membuat membuat membuat membuat
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
praktikum praktikum praktikum praktikum

2) Poster
Ada lima aspek yang dinilai saat pembuatan poster:
1) Kebersihan dan kerapian
2) Alat dan bahan, berhungan dengan alat dan bahan yang digunakan
saat praktikum
3) Langkah-langkah pembuatan poster, berhubungan dengan
bagaimana langkah dari poster yang dibuat
4) Dampak berhubungan dengan kelainan/gangguan dari sistem
pernafasn.
5) Cara mengatasi berhubungan dengan cara mengatasi agar sistem
pernafasan tidak rusak.

Berikut ini contoh lembar observasi penilaian kerja proyek yang


dinilai oleh peneliti:

Tabel 3.18 Lembar Observasi Penilaian Poster

9
Aspek yang dinilai
NK
Latar Belakang Tujuan Manfaat Alat dan bahan Prosedur pembuatan Prosedur Kerja Hasil
1
2
3

Tabel 3.19 Kriteria Penilaian Proyek (Poster)


No Aspek yang Skor Penilaian
dinilai 1 (Kurang 2 (Cukup 3 (Tepat) 4 (Sangat
tepat) tepat) tepat)
1 Kebersihan Kurang Cukup Bersih dalam Sangat
bersih dalam bersih pembuata bersih dalm
pembuatan dalam poster pembuatan
poster pembuatan poster
poster
2 Alat dan bahan Kurang tepat Cukup Tepat alat Sangat
alat dan tepat alat dan bahan tepat alat
bahan dalam dan bahan dalam dan bahan
pembuatan dalam pembuatan dalam
poster pembuatan poster pembuatan
poster poster
3 Langkah Kurang tepat Cukup Tepat dalam Sangat
pembuatan dalam tepat dalam merancang tepat dalam
merancang merancang langkah merancang
langkah langkah pembuatan langkah
pembuatan pembuatan poster pembuatan
poster poster poster
4 Dampak/ganggu Kurang tepat Cukup Tepat dalam Sangat
an dalam tepat dalam menjelaskan tepat dalam
menjelaskan menjelaska dampak dari menjelaska
dampak dari n dampak poster yang n dampak
poster yang dari poster dibuat dari poster
dibuat yang dibuat yang dibuat

H. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa setelah kegiatan pembelajaran.
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes akhir di kelas eksperimen

9
dan kelas kontrol dan penilaian lembar observasi sikap dan psikomotor.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Untuk memperoleh tes yang baik maka digunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menyusun Tes
Tes yang diujikan harus sesuai dengan materi yang diajarkan
selama penelitian. Soal ini dibuat dalam bentuk objektif. Untuk
mendapatkan tes yang lebih baik diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes, untuk mendapat hasil belajar
siswa.
2) Mengadakan batasan terhadap bahan pengajaran yang akan diuji.
3) Membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kisi-
kisi dapat dilihat pada Lampiran 15 hal 251.
4) Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal. Soal tes dapat dilihat pada
Lampiran 16 hal 256.
5) Melakukan uji validasi tes. Validasi adalah tingkat ketepatan tes, suatu
tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Validasi ini ditentukan dengan memintak pertimbangan dosen
Biologi IAIN Batusangkar dan guru Biologi SMAN 1 Sawahlunto.
Adapun validator soal ini adalah Ibu Rina Delfita M.Si dan guru
Biologi SMA N 1 Sawahlunto yaitu ibu Mesra Nurfia M.Pd.
b. Melakukan Tes Uji Coba
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu
diteskan ke kelas lain kecuali kelas sampel yaitu kelas XII MIPA SMA N
1 Sawahlunto. Hal ini bertujuan agar tes dilakukan mempunyai kualitas
yang baik. Soal uji coba sebanyak 40 butir, dapat dilihat pada Lampiran
16 hal 256.
c. Analisi Butir Soal

9
Setelah dilakukan uji instrumen penelitian, untuk menentukan
kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah berikut:
1) Validasi Butir Soal
Validitas adalah tingkat ketepatan tes, suatu tes dikatakan valid
jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu cara
membuat butir soal yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan
sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila dapat mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diajarkan tertera
pada kurikulum. Jadi, dapat dikatakan bahwa validitas isi adalah
kesesuaian antara soal dengan materi yang ada dalam kurikulum
(Arikunto, 2005, p. 67).
Perhitungan validitas dari sebuah instrumen dapat menggunakan
rumus korelasi product moment atau dikenal juga dengan korelasi
pearson. Menghitung validitas item soal objektif dapat menggunakan
rumus berikut:
N Σ XY − ( Σ X ) ( Σ Y )
r xy =
√{ N Σ X 2−¿ ¿¿

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel
yang dikorelasikan
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor yang diperoleh subjek seluruh item
N = Banyaknya responden
ΣX = Jumlah skor dalam distribusi x
ΣY = Jumlah skor dalam distribusi y
Σ X2 = Jumlah kuadrat skor dalam distribusi x
ΣY 2 = Jumlah kuadrat skor dalam distribusi y

Berdasarkan perhitungan validitas butir soal, terdapat 27 butir


soal yang valid dan 13 butir soal . Untuk hasil validasi butir soal lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18 hal 276.

9
2) Tingkat Kesukaran Soal
Bermutu atau tidaknya butir-butir item hasil belajar pertama-
tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang
dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Bilangan yang
menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,0 [CITATION Sud95 \p 370 \l 1033 ] . Untuk mengetahui tingkat
indeks kesukaran dapat digunakan rumus yaitu:

B
P=
JS

Keterangan:
P = Angka Indeks Kesukaran item

B = Testee yang dapat menjawab dengan benar terhadap butir item

JS = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.

Berdasarkan perhitungan indeks kesukaran soal dapat


diklasifikasikan 9 soal memiliki indeks kesukaran yang tergolong
mudah, 25 soal memiliki indeks kesukaran yang tergolong sedang dan
6 soal memiliki indeks kesukaran sukar. Lebih lengkapnya
perhitungan indeks kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran 21.
3) Daya Beda

Daya pembeda soal adalah bagaimana kemampuan soal itu


untuk menbedakan siswa yang termasuk kelompok pandai dengan
siswa kelompok kurang pandai [CITATION Ari05 \p 211 \l 1033 ]. Daya
pembeda soal dapat ditentukan dengan langkah-langkah berikut:

9
a) Data diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.
b) Data dibagi dua sama besar, yaitu 50% kelompok atas dan 50%
kelompok bawah.
c) Cari indeks pembeda soal dengan rumus:

B A BB
− =P A −PB
D = JA JB

Keterangan :
D = Daya pembeda soal
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
PA = Angka indeks kesukaran atas
PB = Angka indeks kesukaran bawah.

Tabel 3.20 Kriteria Daya Pembeda Soal

No Daya Pembeda Klasifikasi

1 0,00 - 0,20 Jelek (poor)

2 0,21 – 0,40 Sedang (satistifactory)

3 0,41 – 0,70 Baik (good)

4 0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)

5 Negative Jelek sekali

(Sumber : Suharsimi Arikunto, 2005, p. 218 )

9
Berdasarkan perhitungan daya beda soal dapat diklasifikasikan 9
butir soal dengan kriteria jelek, 14 butir soal dengan kriteria sedang
dan 17 butir soal dengan kriteria baik. Untuk lebih jelasnya hasil
perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Lampiran 20 hal 279.

4) Realibilitas Tes

Sudah diterangkan dalam persyaratan tes, bahwa reliabilitas


berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian realibilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya
hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak
berarti [CITATION Sud95 \p 209 \l 1033 ]. Langkah-langkah yang dipakai
untuk menghitung reliabilitas adalah:

a) Menjumlahkan skor-skor dan butir-butir item bernomor belahan


ganjil-genap yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan
formula Spearman-Brown.
b) Menghitung korelasi product moment dengan rumus:

N ( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
rxy= ¿¿
√¿ ¿ ¿

Keterangan:
rxy = Korelasi product moment antar belahan (ganjil-genap)
atau (awal-akhir)
X = Jumlah jawaban benar yang dijawab oleh kelompok
ganjil
Y = Jumlah jawaban benar yang dijawab oleh kelompok
genap
N = Jumlah responden

9
c) Menghitung reabilitas seluruh tes dengan cara:
1 1
2r 2 2
r 11 = 1 1
1+r 2 2

Tabel 3.21. Kriteria Tingkat Reliabilitas Soal

No Kriteria Klasifikasi
Nilai r 11

1 0,80 1,00 Reliabilitas sangat tinggi Reliabel


= r11<

2 0,60 0,80 Reliabilitas tinggi Reliabel


= r11<

3 0,40 0,60 Reliabilitas sedang Reliabel


= r11<

4 0,20 40 Reliabilitas rendah Tidak Reliabel


= r11< 0,

5 0,00 = 0,20 Reliabilitas sangat rendah Tidak Reliabel


r11<

(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2015, p. 75)

Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel . Jika


r hitung >r tabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes reliabel.
Berdasarkan analisis formula Spearman-Brown diperoleh r11 =
0.843. Karena 0,84 < 1.00 maka klasifikasinya adalah Reliabel
dengan kriteria realibilitas sangat tinggi. Perhitungan realibilitas
dapat dilihat pada Lampiran 21 hal 280.

9
5) Klasifikasi soal
Setelah dilakukan perhitungan perhitungan indeks
kesukaran soal (P), daya pembeda soal (D) dan reliabilitas tes maka
ditentukan soal yang akan digunakan untuk tes akhir. Setelah soal atau
item setelah dianalisis, perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap
dipakai atau dibuang.
Berdasarkan perhitungan validitas tingkat kesukaran soal
dan indeks pembeda maka soal yang akan diujikan pada tes akhir
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah:1, 2, 3, 7, 8, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 45, 36 dan 38.
Dari analisi tersebut didapatkan 27 butir soal dipakai, dan 13 butir soal
dibuang. 27 butir soal yang dipakai sudah mencapai indikator. Tabel
klasifikasi soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 22 hal 283.
2. Hasil Belajar Ranah Afektif

Penilaian hasil belajar ranah afektif siswa menggunakan lembar


observasi yang diamati oleh 3 orang observer, yaitu peneliti dan ibu Mesra
Nurfia, M.Pd, selaku guru mata pelajaran Biologi, Aulia Putri observer II
dan Devita Sari Purpa observer III. Penilaian afektif ini dilakukan dengan
cara mengobservasi langsung selama proses pembelajaran. Ibu Mesra
Nurfia, M.Pd, Aulia Putri dan Devita Sari Purpa melakukan pengamatan dan
memberi penilaian terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran.
Setelah itu peneliti menjumlahkan dan merata-ratakan nilai yang diberi oleh
tiap-tiap observer.

3. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik

Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik bertujuan mengamati


keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun penilaian
psikomotorik pada penelitian ini adalah mengamati keterampilan siswa

9
dalam kegiatan praktikum yang diamati dan nilai oleh ibu Mesra Nurfia,
M.Pd, selaku guru mata pelajaran Biologi, Aulia Putri observer II dan
Devita Sari Purpa observer III dianalisis oleh peneliti.

4. Produk

Produk yang dihasilkan oleh siswa adalah berupa laporan praktikum


dan karya siswa(poster). Laporan praktikum dan poster tersebut dibuat oleh
siswa secara berkelompok. Adapun Penilaian dari laporan praktikum yang
dibuat siswa yaitu berisi Latar Belakang, tujuan, manfaat, alat dan bahan,
prosedur pembuatan, prosedur kerja, hasil dan kesimpulan. Sedangkan
penilaian dari poster yaitu alat dan bahan, cara pembuatan poster,
keterangan poster, cara menanggulangi. Selanjutnya peneliti menganalisi
dan memberi nilai dari laporan yang dibuat siswa.

I. Teknik Analisi Data


1. Hasil Belajar Ranah Kognitif (Pengetahuan)
Analisis terhadap data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji
kebenaran hipotesis dalam penelitian. Analisis data menurut Sudjana (1996)
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas ini menggunakan
Uji Liliefors, bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:

9
H0 : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

Menurut [CITATION Wal93 \p 182-188 \l 1033 ] langkah-langkah


dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:
1) Data X1, X2, X3, ..., Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga
yang terbesar.
2) Data X1, X2, X3, ..., Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, Z3, ..., Zn dengan
rumus:

x i− x́
Zi =
s

Keterangan: xi = skor yang diperoleh siswa ke-i


x́ = skor rata-rata
s = simpangan baku
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).
4) Dengan menggunakan proporsi yang lebih kecil atau sama dengan
Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka:
banyaknya Z 1 Z 2 Z 3 … yang ≤ Z i
S (Zi )=
n
5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian ditentukan harga
mutlaknya.
6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih
tersebut yang disebut dengan L0.
7) Membandingkan nilai L0< Ltabel maka data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Variansi

9
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah dua
sampel yang diambil mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji
ini dilakukan dengan cara uji dua variansi yang dikenal dengan uji
kesamaan dua variansi atau uji-f. Uji-f dapat dilakukan dengan langkah-
langkah dalam sebagai berikut[CITATION Wal93 \p 314-315 \l 1033 ]:

1) Tulis H0 dan H1 yang diajukan


H 0 :σ 21=σ 22
H 1 : σ 21 ≠ σ 22
2) Tentukan nilai sebaran F dengan v1= n1-1, dan v2= n2-1
3) Tetapkan taraf nyata α
4) Tentukan wilayah kritiknya H 1 : σ 21 ≠ σ 22
Maka wilayah kritiknya adalah
f <f α ( v 1 , v 2 ) , danf >f α ( v 1 , v 2 )
1−
2 2

5) Tentukan nilai f bagi pengujian H 0 :σ 21=σ 22


s 21
f=
s 22
Keterangan: S12 = Variansi Tebesar
S22 = Variansi Terkecil
6) Keputusannya:

H0 diterima jika: f α ( v1 , v 2 ) < f < f α (v 1 , v 2), berarti datanya


1−
2 2

homogen.

H0 ditolak jika: f <f 1− α ( v 1 , v 2 ) , danf >f α (v 1 , v 2 ), berarti datanya


2 2

tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah
hasil belajar biologi peserta didik kedua kelas sampel berbeda secara uji

9
satu pihak, dengan hipotesis statistik H 0 :μ 1=μ2 dan H 1 : μ 1> μ 2 dengan
uraian yaitu:
H 0 :μ 1 ≠ μ2 : Hasil belajar Biologi dan aktivitas peserta didik dengan
menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) tidak lebih baik dari hasil belajar
Biologi dan aktivitas peserta didik yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
H 1 : μ 1> μ 2 : Hasil belajar Biologi dan aktivitas peserta didik dengan
menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) lebih baik dari hasil belajar Biologi dan
aktivitas peserta didik menggunakan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, jika didapatkan
data berdistribusi normal dan homogen, maka rumus untuk pengujian
hipotesisnya adalah:
X́ 1− X́ 2
t= ( n1 −1 ) S12+ ( n1−1 ) S 22
S
√1 1 dengan S=
+
n1 n2 √ n1+ n2−2

Dimana:
X́ 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
X́ 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 = Jumlah peserta didik kelompok eksperimen
n2 = Jumlah peserta didik kelompok kontrol

S21 = Variansi hasil belajar kelas eksperimen


S22 = Variansi hasil belajar kelas kontrol
Dengan kriteria:
Terima H0 jikattabel >thitung atau thitung <t(1 a-), dengan dk = n1 + n2 – 2 selain
itu H0 ditolak .

9
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan hasil
bahwa sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen.
Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran 27 hal 296.

Jika data sampel berdistribusi normal dan tidak memiliki variansi


yang homogen, maka rumus untuk menguji hipotesisnya adalah uji t,
dengan langkah-langkah yaitu:

1) Hipotesis yang diajukan adalah


H 0 :μ 1 ≠ μ2
H 1 : μ 1> μ 2
2) Tentukan taraf nyata (a)
3) Tentukan wilayah kritiknya
4) Rumus uji hipotesisnya yaitu
' x́ 1− x́ 2
t=
S 12 S 22
√ +
n1 n2

Dimana:

X́ 1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen


X́ 2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 = Jumlah peserta didik kelompok eksperimen
n2 = Jumlah peserta didik kelompok kontrol

S21 = Variansi hasil belajar kelas eksperimen


S22 = Variansi hasil belajar kelas kontrol
2. Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik
Analisis data untuk ranah afektif dan psikomotor dalam penelitian ini
diisi dengan cara mencek skor yang diperoleh siswa sesuai dengan rubrik

9
yang telah disediakan. Untuk mendapat hasil akhir, dilakukan penjumlahan
terhadap semua skor dari semua aspek yang dinilai.

skor diperoleh
Nilai = x 100
skor maxsimum

Tabel 3.22 Kriteria Penilaian afektif dan psikomotor

Skor Nilai Mutu Ket

4 86-100 SB Sangat Baik

3 66-85 B Baik

2 51-65 C Cukup Baik

1 0-50 K Kurang Baik


(Haris dalam khadijah, 2019; 886)

3. Produk/Proyek
Analisis data untuk pebilaian produk/proyek dalam penelitian ini
diisi dengan cara mencek skor yang diperoleh siswa sesuai dengan rubrik
yang telah disediakan. Untuk mendapat hasil akhir, dilakukan penjumlahan
terhadap semua skor dari semua aspek yang dinilai.

9
9
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang dideskripsikan adalah data tentang hasil
belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik siswa selama
mengikuti pembelajaran Biologi dengan menggunakan penerapan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada pembelajaran Biologi
kelas XI MIPA di SMAN 1 Sawahlunto.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan
pada dua kelas yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI
MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dengan materi sistem respirasi pada
manusia. Materi sistem respirasi pada manusia merupakan materi yang
sangat cocok dengan digunakan model PjBL ini. Mulai penelitian
dilaksanakan pada tanggal 21 Januari sampai 23 Januari 2020. Materi
yang diajarkan dalam penelitian ini adalah KD 3.8 Menganalisis hubungan
antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem respirasi dan
mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses
pernapasan serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem
respirasi manusia melalui studi literatur dan KD 4.8 Menyajikan hasil
analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan organ respirasi
yang menyebabkan gangguan sistem respirasi manusia melalui berbagai
bentuk media presentasi pengamatan, percobaan dan simulasi. Kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

9
(PjBL) dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional
metode diskusi, tanya jawab dan ceramah. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan tiga kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk tes akhir.
Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti menentukan
materi dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa Rencana
Pelaksanaan Pendidikan (RPP), lembar observasi hasil belajar ranah
afektif dan psikomotorik, serta soal uji coba. Pelaksanaan pembelajaran
pertama pada kelas eksperimen dimulai pada hari Sabtu tanggal 21 Januari
2020 pukul 09.20-12.00 WIB. Awal pembelajaran dimulai, para siswa
masih banyak yang masuk tidak
63 tepat pada jam pembelajaran Biologi
disebabkan oleh jeda jam istirahat pertama. Selang beberapa menit,
peneliti memulai proses pembelajaran dan memberikan penjelasan tentang
model yang akan peneliti pakai yaitu model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL). Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
membantu berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Model Project Based
Learning (PjBL) adalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk
63 proyek yang nyata. Jadi nanti siswa akan
menghasilkan suatu produk atau
menghasilkan suatu produk berupa laporan praktikum dan poster.
Pertemuan pertama yaitu peneliti melihatkan gambar ogran
pernafasan manusia kepada siswa untuk dapat dianalisis apa saja organ
pernafasan apa saja yang terdapat pada manusia serta dijelaskan, sretelah
menganalisi gambar tersebut guru bertanya yang berkaitan dengan gambar
tersebut yaitu tentang mekanisme dari respirasi, setelah terjawab guru
bertanya lagi bagaimana pertukaran oksigen dan karbondioksida dan
terakhir baru guru bertanya tentang udara pernafasan. Setelah pertanyaan
esensial terjawab siswa diharapkan mencari ide tentang proyek apa yang
akan dibuat yang berkaitan dengan pertanyaan esensial tadi yaitu tentang
mengukur kapasitas paru-paru dengan membuat spirometer sederhana.
Setelah itu guru menjelaskan tentang laporan praktikum yang akan dibuat.
Setalah itu Peneliti meminta siswa membentuk lima kelompok belajar

9
dengan cara berhitung, siswa yang mendapatkan nomor yang sama akan
berada pada kelompok yang sama. Kemudian, guru menyusun jadwal
dengan membuat time line menyelesaikan proyek pada pertemuan itu,
antara kesepakatan antara siswa dengan peneliti yaitu 10 menit. Setelah
time line disepakati baru guru dan siswa membuat dead line terakhir
laoran dikumpulkan, setelah itu guru menyuruh siswa menyelesaikan
membuat spirometer sederhana dalam waktu 5 menit dan selesai
membuatnya baru siswa mempraktekkan proyek yang dibuat dan
melakukan pengulangan slama 2 kali. Sejalan dengan siswa melakukan
percobaan guru membimbing siswa dalam praktikum sehingga praktikum
lebih terarah, setelah 30 menit baru siswa mempresentasikan hasil proyek
serta memperagakan kedepan dan ang terakhir batu siswa mengungkapkan
perasaan atau pengalaman tentang proyek yang dibuat. Adapun tujuan
diberikan proyek adalah untuk meningkatkan keingintahuan dan
merangsang motivasi siswa.

Pada pertemuan berikutnya, peserta didik sudah memperoleh


banyak kemajuan dengan penerapan model pembelajaran PjBL. Peserta
didik bisa tenang dibangkunya masing-masing selama waktu yang
diberikan untuk berpikir sendiri tanpa mengganggu temannya yang lain
serta waktu yang diberikan untuk mengerjakan proyek terkait dengan
materi yang dipelajari sudah bisa dikondisikan dengan baik, sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Peserta didik lebih terkontrol dalam
pelaksanaan kegiatan, dan peserta didik terlihat sudah terbiasa dalam
melaksanakan kegiatan pada model pembelajaran PjBL.

Kegiatan pembelajaran/praktikum di kelas eksperimen dan kelas


kontrol diberikan perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen siswa
diberi perlakuan dengan menggunakan model Project Based Learning
(PjBL), sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan model
konvesional. Metode eksperimen adalah metode guru dan siswa bersama-

9
sama mengerjakan suatu percobaan (Rahyubi, 2012, p. 241). Pada kelas
eksperimen dan kontrol dilakukan penilaian afektif dan psikomotor.
Untuk penilaian lembar observasi pengamatan ranah afektif kelas
eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 31hal 304.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dimulai pada hari
Senin tanggal 21 Januari 2020 pukul 11.00.15-13.30 WIB. Sebelum
memulai pembelajaran peneliti mengajak siswa berdoa, mengabsen,
memberikan apersepsi dan memotivasi siswa untuk memulai proses
pembelajaran. Peneliti menjelaskan model pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada setiap pertemuan, peneliti
dan observer juga melakukan pengamatan sikap atau afektif siswa.
Adapun lembar penilaian afektif siswa kelas kontrol dapat dilihat pada
Lampiran 32 hal 310.
Pertemua kedua pada kelas kontrol dilakukan pada hari Rabu
tanggal 22 Januari 2020 pukul 09.30-11.00 WIB dengan langkah-langkah
yang sama pada pertemuan pertama.
2. Analisis Data Hasil Belajar Secara Deskriptif
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Data hasil belajar ranah kognitif peserta didik diperoleh dari tes
akhir yang diberikan kepada kedua kelas sampel yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Tes akhir diikuti oleh 64 orang siswa, yang terdiri
dari 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol. Soal tes
akhir diberikan dalam bentuk soal objektif yang terdiri dari 27 butir
soal. Peserta didik diberikan waktu mengerjakan soal objektif 27
tersebut selama 90 menit.
~
Dari perhitungan statistik yang diperoleh nilai rata- rata ( X ),
simpangan baku (S), dan variansi ( S2) untuk kedua kelas sampel. Dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai rata-rata, Simpangan Baku, dan Variansi Kelas
Sampel
~ x maks x min
No Kelas N X S S2

9
1 Eksperimen 32 75,56 19,74 389,75 92 26

2 Kontrol 32 65,47 22,46 504,23 92 18

Keterangan :

N : Banyak sampel
~ : Rata-rata
X
2
S : Variansi
s : Standar deviasi
x maks : Nilai skor tertinggi
x min : Nilai skor terendah

Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan rata-rata nilai peserta


didik kelas eksperimen sebesar 75,57 lebih tinggi dari kelas kontrol
yang hanya 65,46 artinya ada peningkatan hasil belajar kelas yang
diberi perlakuan berupa penerapan model PjBL. Standar deviasi dan
variansi pada kelompok eksperimen yaitu standar deviasinya 19,74 dan
variansinya 389,75, sedangkan pada kelas kontrol standar deviasinya
22,46 dan variansinya 504,23 hal ini menunjukkan standar deviasi dan
variansi pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol,
artinya tingkat keragaman dan penyimpangan dari nilai rata-rata pada
kelompok eksperimen lebih besar. Keragaman tersebut dapat dilihat
juga dari rentang nilai maksimum dan minimum kelas eksperimen yang
lebih besar dibandingkan kelas kontrol, dimana nilai maksimum dan
minimum kelas eksperiemen yaitu 92 dan 26, sedangkan nilai
maksimum dan minimum kelas kontrol yaitu 92 dan 18.

Selain itu, dilihat dari segi kuantitas ketuntasan terdapat 23


orang siwa yang tuntas dan 9 orang yang tidak tuntas dari 32 orang
yang mengikuti tes akhir di kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas
kontrol terdapat 13 orang yang tuntas dan 19 orang yang tidak tuntas
dari 2 orang peserta didik mengikuti tes akhir. Persentase ketuntasan
dapat dilihat pada tabel 4.2:

9
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Biologi siswa Kelas
Sampel SMAN 1 Sawahlunto Tahun Ajaran 2019/2020
Persentase
Ketuntasan
Jumlah Ketuntasan
N KK
Kelas Peserta
o M Tidak Tidak
didik Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas
1. Eksperimen 75 32 23 9 71,88 % 28,13 %
Een
2. Kontrol 75 32 13 19 40,63 % 59,38 %

Berdasarkan table di atas, terlihat dari nilai hasil belajar siswa


kelas XI sebagai sampel. Dimana persentase ketuntasan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, pada
kelas eksperimen persentase siswa yang tuntas yaitu 71,88%, yang
tidak tuntas 28,13%. Sedangkan pada kelas kontrol yang tuntas
40,63%, dan tidak tuntas 59,38%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran 26 hal 294.
Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif peserta didik pada
kelas eksperimen dan kontrol dapat juga dinyatakan dalam gambar
diagram berikut:

Eksperimen Kontrol

Tida
k
Tun
tas
28% Tuntas
Tuntas 41% Tuntas
Tidak
Tidak Tuntas Tidak
Tuntas 59% Tuntas
Tun
tas
72%

9
Gambar 4.1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Ranah Kognitif.

Berdasarkan grafik di atas, terlihat perbedaan persentase


ketuntasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Persentase siswa
yang tuntas pada kelas eksperimen sebanyak 72%, sedangkan pada
kelas kontrol hanya 41%. Persentase siswa yang tidak tuntas pada kelas
eksperimen adalah 28% dan kelas kontrol sebanyak 59,%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persentase rata-rata ketuntasan hasil belajar ranah
kognitif siswa eksperimen lebih tinggi dari persentase rata-rata
ketuntasan kelas kontrol. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran pada
materi sistem respirasi manusia dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) lebih baik daripada
penggunaan model pembelajaran konvensional berupa metode ceramah
dan tanya jawab.

b. Hasil Belajar Ranah Afektif


Penilaian hasil belajar ranah afektif dilakukan dengan
melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsuang.
Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi yaitu Ibu Mesra
Nurfia, Aulia Putri dan Devita Sari Purpa kepada seluruh siswa secara
objektif. Adapun aspek yang dinilai pada ranah afektif ini yaitu Jujur,
Bertangung Jawab, kerja sama, Percaya Diri dan Disiplin. Berikut dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
pertemuan I
Persentase
Aspek yang Nilai Kelas
No Kelas Kriteria Kriteria
Dinilai Kontrol
Eksperimen
1 Jujur 81,18 Sangat Baik 79,38 Baik
2 Bertanggung Jawab 78,09 Baik 86,63 Sangat Baik
3 Kerja Sama 75 Baik 82,76 Sangat baik
4 Percaya Diri 76,03 Baik 75 Baik
5 Disiplin 79,12 Baik 75 Baik
Rata – rata 77,88 Baik 79,86 Baik

9
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, pada pertemuan pertama
Persentase afektif yang diperoleh kelas eksperimen dan kontrol dari
kelima aspek afektif siswa yang dinilai yaitu memperoleh kriteria
sama-sama baik, namun rata-rata persentase nilai afektif kelas
eksperimen lebih rendah dari pada kelas kontrol, hal tersebut terjadi
karena siswa belum mengenal dan belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran PjBL.
Tabel 4.4 Hasil Afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
pertemuan II
Persentase
Aspek yang Persentase
No Kelas Kriteria Kriteria
Dinilai Kelas Kontrol
Eksperimen
Sangat Sangat
1 Jujur 87,42 85,57
Baik baik
Sangat Sangat
2 Bertanggung Jawab 89,26 81,18
Baik Baik
Sangat
3 Kerja Sama 77,83 Baik 84,79
baik
Sangat
4 Percaya Diri 76,28 Baik 80,15
Baik
Sangat
5 Disiplin 87,67 72,57 Baik
Baik
Sangat
Rata – rata 83,69 80,85 Baik
baik

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, pada pertemuan kedua rata-rata


kelas eksperimen dikategorikan sangat baik sedangkan pada kelas
kontrol dengan kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
afektif siswa eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan kelas kontrol. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut:

9
Perbandingan Nilai Afektif Siswa
86
84
82
Kelas Eksperimen
80 Column1
78
76
74
Pertemuan Pertemuan
I II
G
ambar 4.2 Persentase Hasil Belajar Ranah Afektif
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa hasil belajar afektif
kelas eksperimen mengalami peningkatan dari 77,88% menjadi
83,69%. Sedangkan pada kelas kontrol dari 79,86 menjadi 80,85.
c. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik dilakukan dengan
cara mengamati langsung keterampilan siswa selama melakukan
praktikum di kelas. Penilaian ini dilakukan oleh observer guru mata
pelajaran Biologi dan peneliti kepada seluruh siswa secara objektif.
Adapun aspek yang dinilai pada ranah penilaian kinerja yaitu praktikum
adalah Persiapan, Mencoba, mengolah dan menyaji. Berikut dapat
dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Psikomotor kelas eksperimen dan kelas kontrol


pertemuan I
N Aspek yang Nilai Kelas Nilai Kelas
Kriteria Kriteria
o Dinilai Eksperimen Kontrol
1 Persiapan 72,58 Baik 85,57 Sangat baik
2 Mencoba 75 Baik 76,28 Baik
3 Mengolah 75 Baik 75 Baik
4 Menyajikan 80,41 Baik 75 Baik
Rata – rata 75,74 Baik 77,96 Baik

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, pada pertemuan pertama


Persentase psikomotor yang diperoleh kelas eksperimen dan kontrol
dari empat aspek afektif siswa yang dinilai yaitu memperoleh kriteria

9
sama-sama baik, namun rata-rata persentase nilai afektif kelas
eksperimen lebih rendah dari pada kelas kontrol, hal tersebut terjadi
karena siswa belum mengenal dan belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran PjBL.
Tabel 4.6 Hasil Psikomotor kelas eksperimen dan kelas kontrol
pertemuan II
N Aspek yang Nilai Kelas Nilai Kelas
Kriteria Kriteria
o Dinilai Eksperimen Kontrol
Sangat Sangat
1 Persiapan 84,79 85,35
baik baik
Sangat
2 Mencoba 82,99 79,87 Baik
baik
3 Mengolah 75 Baik 75 Baik
Sangat
4 Menyajikan 81,96 71,79 Baik
baik
Sangat
Rata – rata 81,18 78,00 Baik
baik

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, pada pertemuan kedua rata-rata


kelas eksperimen dikategorikan sangat baik sedangkan pada kelas
kontrol dengan kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
afektif siswa eksperimen mengalami peningkatan dibandingkan kelas
kontrol. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Perbandingan Nilai Afektif Siswa


82
81
80
79
78 Kelas Eksperimen
77 Column1
76
75
74
73
Pertemuan Pertemuan
I II

Gambar 4.3 Persentase Hasil Belajar Ranah Afektif

9
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa hasil belajar afektif
kelas eksperimen mengalami peningkatan dari 75,74% menjadi
81,18%. Sedangkan pada kelas kontrol dari 77,96 menjadi 78,00.
d. Proyek
Penilaian hasil dari proyek yaitu berupa laporan praktikum dan
poster.
1) Laporan Praktikum
Adapun aspek yang dinilai pada proyek ini yaitu latar
belakang, tujuan praktikum, manfaat praktikukm, alat dan bahan,
prosedur pembuatan, prosedur kerja, hasil dan kesimpulan. Berikut
didapatkan hasil dari proyek yang dibuat sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Proyek kelas Eksperimen Pertemuan I

Aspek yang dinilai


NK Nilai Mutu
Latar Belakang Tujuan Manfaat Alat dan bahan Prosedur pembuatan Prosedur Kerja Hasil Kesimpulan
1 4 4 2 4 4 4 4 4 83.3 Sangat Baik
2 0 4 2 4 0 4 4 52.7 Cukup Baik
3 0 4 2 4 2 4 4 4 74.6 Baik

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, pada pertemuan pertama kerja


proyek yang dibuat siswa rata-rata diperoleh kelas eksperimen yaitu
baik. Sebelumnya guru menerapkan pembelajaran konvesional,
sehingga saat peneliti menerapkan model PjBL siswa agak kebingungan
dan masih belum memhami model tersebut dan dalam pembuatan
proyek pun siswa masih belum paham betul.

9
Tabel 4.8 Hasil Proyek kelas Eksperimen Pertemuan II

Aspek yang dinilai


NK
Latar Belakang Tujuan Manfaat Alat dan bahan Prosedur pembuatan Prosedur Kerja Hasil
1 4 4 2 4 4 4 4
2 0 4 2 4 0 4
3 0 4 2 4 2 4 4

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, pada pertemuan kedua rata-rata


hasil kerja proyek siswa dikategorikan sangat baik, karena siswa sudah
mulai mengenal model pembelajaran yang peneliti terapkan, sehingga
apa yang akan dilakukan siswa sudah dapat memahami tanpa peneliti
bicara panjang lebar. Sedangkan hal ini menunjukkan bahwa hasil kerja
proyek siswa mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
pada pertemuan pertama.
B. Pembahasan
Menurut Sutirman (2013) pembelajaran Project Based Learning
merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif
dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau
proyek yang nyata. Pembelajaran Project Based Learning merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas melibatkan proyek [ CITATION Mad16 \p 144 \l 1057 ] .
Jadi pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah model
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran yang
melibatkan proyek sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif.
Keuntungan pembelajaran Project Based Learning yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah siswa, mampu secara cepat memperoleh informasi
melalui sumber-sumber informasi.

9
Menurut Thobroni (2015, pp. 28-31) hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar individual atau sosial. Faktor dari
dalam salah satunya adalah motivasi. Motivasi merupakan pendorong bagi
suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Seseorang tidak akan mau
berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak
mengetahui pentingnya hasil yang akan dicapai dari belajar. Faktor dari luar
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu cara mengajar guru, ketersediaan alat-
alat yang digunakan untuk proses pembelajaran dan faktor lingkungan alami
dan sosial budaya siswa. Faktor lingkungan alami yaitu tempat tinggal siswa,
masyarakat dan keluarganya sendiri. Faktor lingkungan sosial budaya berupa
hubungan manusia sebagai makhluk sosial, teman sebaya dan lain-lain.
Penilaian hasil belajar terdiri dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan analisis data hasil peneliti, diperoleh secara umum
bahwa pelaksanaan pembelajaran Biologi pada materi sistem respirasi
manuisa di kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan kelas
kontrol. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan menarapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL),
sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan model pembelajaran
konvesional. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PjBL dapat
membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Untuk lebih jelas lagi peneliti akan membahas mengenai hasil
belajar biologi siswa kelas XI SMA N 1 Sawahlunto sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) merupakan
model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek
yang nyata (Sutirman, 2013). Pada kelas eksperimen, penerapan model
pembelajaran Project Based Learnng (PjBL) dapat menjadikan hasil
belajar siswa lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensio. Hal ini
disebabkan karena langkah-langkah dari Project Based Learning (PjBL)
dapat membuat siswa termotivasi dan aktif untuk belajar. Hal ini sejalan

9
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan pada tahun 2018
mengatakan bahwa” Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya pengaruh
model pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif siswa, dimana hasil
belajar kognitif siswa yang diajar dengan model PjBL lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran konvesional. Hal ini disebabkan
karena penerapan sintaks PjBL yang memungkinkan peserta didik
termotivasi untuk belajar. Dengan meningkatnya motivasi siswa, maka
akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajarnya. Motivasi belajar
berkorelasi positif dengan hasil belajar kognitif peserta didik. Di sisi lain,
pembelajaran berbasis proyek telah mampu memberikan hasil lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran langsung (Fauzan & Bahri, 2018, p.
78).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fatikhatun pada tahun 2019
mengatakan bahwa Penerapan project based learning dapat meningkatkan
hasil belajar. Hal tersebut dikuatkan oleh nilai pretes siswa dibawah 60
dan nilai postes siswa sebesar 80.
Tahap Pertama penentuan pertanyaan esensial, pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan siswa dalam melakukan suatu proyek. Sehingga siswa
termotivasi dan terlibat aktif memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran, hal tersebut dapat membuat hasil belajar siswa meningkat
dengan menggunakan model PjBL. Pada pertemuan pertama peneliti
memakai media gambar yaitu gambar tentang organ sistem pernafasan
tanpa keterangan, yang mana dari gambar tersebut siswa dituntut berfikir
apa naama-nama organ pernafasan yang ditunjukkan pada gambar. Guru
melontarkan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan nama organ sistem
pernafasan, siswa akan menjawab pertanyaan guru berdasarkan analisis
dan sumber yang dibaca setelah dijawab guru bertanya kembali bagaimana
mekanisme sistem pernafasan manusia dan bagaimana proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Setelah semua pertanyaan esensial terjawab

9
guru menjelaskan sedikit materi pembelajaran yang bertujuan untuk
memberikan penguatan jawaban dari pertanyaan esensial tersebut.
Pada tahap Kedua menyusun perencanaa proyek, perencanaan
dilakukan secara kalaboratif antara pengajar dengan siswa, dengan adanya
perencanaan proyek siswa menjadi lebih terarah saat proses pembelajaran,
siswa sudah mengetahui apa yang akan dilakukan saat belajar, guru dan
siswa sepakat membuat proyek yaitu spirometer sederhana untuk
mengukur kapasitas paru-paru manusia. Dengan adanya perencanaan
proyek ini siswa lebih mudah untuk menyelesaikan proyek. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajarwati, Susilo, &
Indriwati (2017, p. 319) mengatakan bahwa pada tahap ini siswa akan
merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan, waktu, alat dan
bahan, sumber yang dibutuhkan dalam melaksanakan proyek, hal tersebut
sangat berpengaruh untuk penyelesaian proyek yang akan dibuat siswa.
Pada tahap Ketiga menyusun jadwal yang mana pada tahap ini guru
dan siswa akan sepakat membuat time line dan dead line kapan proyek
akan dikumpulkan. Dengan adanya time line dan dead line siswa bisa lebih
terarah, siswa akan membuat target-target yang harus dicapai saat proses
pembelajaran.
Pada tahap keempat yaitu monitoring disini guru akan bertanggung
jawab untuk melakukan monitoring terhadap siswa selama menyelesaikan
proyek. Proses ini dapat dilakukan denga menggunakan rubrik seperti
penilaian afektif dan psikomotor yang nantinya akan diisi oleh observer.
dengan adanya monitoring guru bisa langsung melihat kinerja masing-
masing siswa, berinteraksi langsung dengan siswa sehingga komunikasi
antara guru dan siswa berjalan dengan baik.
Pada tahap kelima menguji hasil, siswa akan mempresentasikan
hasil dari proyek kedepan kelas, hal ini dapat membuat siswa menjalin
kerja sama yang baik, belajar saling menghargai pendapat orang lain
pada tahap keenam, evaluasi pengalaman pada akhir proses
pembelajaran guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proyek yang

9
dibuat, pada tahap ini siswa dimintak mengungkapkan perasaan dan
pengalaman baik dalam pembelajaran dikelas maupun saat praktikum dan
pengalaman saat menyelesaikan proyek. Tahap-tahap yang peneliti
lakukan sesuai dengan tahap-tahap yang digunakan oleh Nurdyansyah
(2016, p. 8) yaitu pada tahap Pertama, penentuan pertanyaan mendasar,
Kedua, menyusun perencanaan proyek, Ketiga menyusun jadwal, keempat
Monitoring, Kelima menguji hasil dan yang Keenam Evaluasi pengalaman
[ CITATION Nur16 \p 8 \l 1057 ].
Sementara itu pada kelas kontrol tidak menerapkan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Dalam proses pembelajaran
di kelas kontrol memakai metode diskusi dan ceramah, sehingga masih
banyak siswa yang belum tuntas atau yang memiliki hasil belajar yang
rendah. Beberapa alasan lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa kelas kontrol ini adalah : Pertama, hanya beberapa orang dari siswa
yang aktif dalam diskusi kelompok sehingga pembelajaran tidak berjalan
seperti yang diharapkan. Kedua, saat presentasi didepan kelas ada sebagian
kelompok yang kurang merespon dari presentasi yang dilakukan, hal ini
bisa saja disebabkan karena siswa tidak membaca materi sebelumnya.
Ketiga, ada sebagian dari siswa yang menertawakan pendapat dari
temannya sehingga membuat siswa tersebut menjadi malu mengutarakan
pendapat atau menjawaban pertannyaan dari kelompok yang bertanya.
Keempat saat guru menjelaskan materi pembelajaran banyak siswa yang
berbicara dan tidak fokus dan bahkan ada beberapa siswa yang sering
mintak permisi saat proses pembelajaran berlangsung.
Lufri mengatakan bahwa metode diskusi dan tanya jawab tidak
dapat mencakup berbagai tipe belajar siswa, sehingga menyebabkan
sebagian siswa menjadi pasif. Hal tersebut mengakibatkan siswa
bergantung pada guru sehingga bila diberikan sebuah permasalahan dan
harus dikerjakan dalam proses pembelajaran mereka cenderung tidak bisa
mengerjakan tugas dengan baik karena siswa terbiasa mengandalkan
informasi dari guru sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah.

9
Adapun kekurangan dari metode diskusi dan tanya jawab ini adalah
kurang menarik bagi siswa yang kurang aktif berpikir dan bebicara. (Lufri,
2007, pp. 32–34).
Penelitian yang peneliti lakukan senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elin Rahmawati (2019, p. 272) mengatakan bahwa
persentase hasil belajar siswa meningkat, yang menunjukan bahwa
pembelajaran dengan model PjBL berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan Fauzan & Bahri
(2018, p. 78) dalam penelitiannya berjudul “Efektivitas Model Pjbl
(Project Based Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif
Peserta Didik Dengan Gaya Belajar Berbeda” mengatakan bahwa
Pembelajaran menggunakan model Project Based Learning dapat
meningkatan hasil belajar yang mana dijelaskan bahwa PjBL dapat
menjadi pengalaman bermakna karena memungkinkan siswa menguasai
suatu konsep, memecahkan suatu masalah melalui penyelesaian proyek
dan memberi kesempatan berpikir kritis dan kreatif.
Materi yang peneliti pakai sangat cocok diterapkan dengan model
Project Based Learning karena pada materi ini siswa melakukan
percobaan/praktikum, sehingga sintak dari PjBL ini akan mudah
diterapkan karena PjBL ini nantinya akan menghasilkan proyek pada akhir
pembelajaran disini proyek yang dihasilkan siswa berupa laporan
praktikum. KD 3.8 menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem respirasi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan prosese pernafasan serta
gangguang fungsi yang mungkin terjadi pada sistem respirasi manusia
melalui studi literatur, pengamatan, percobaan dan simulasi. KD 4.8
menyajikan hasil analisis tentang kelaian pada struktur dan fungsi jaringan
organ respirasi yang menyebabkan gangguan sistem respirasi manusia
melalui berbagai bentuk media presentasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berpengaruh terhadap hasil

9
belajar Biologi siswa di SMAN 1 Sawahlunto. Karena dengan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) ini siswa lebih termotivasi,
aktif dan dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, selain
itu siswa juga termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Sehingga hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran diskusi dan
ceramah.
2. Hasil Belajar Ranah Afektif
Berdasarkan analisis data hasil obeservasi ranah afektif
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) yang
diterapkan di kelas eksperimen menunjukkan bahwa hasil belajar afektif
siswa lebih baik karena sintak atau karakteristik dari model pembelajaran
Project Based Learnig ini. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) termaksud kepada pembelajaran inovatif
yang melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran
untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata [ CITATION Sut13 \p
43 \l 1057 ].
Pada lengkah ke lima menguji hasil bisa kita lihat bahwa disini
siswa akan menguji hasil dari proyek yang dibuat, sikap yang dinilai
disini adalah tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan proyek. Adapun
kriteria penilaian aspek tanggung jawab adalah melaksanakan tugas
individu dengan baik, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, tidak
menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, meminta maaf atas kesalahan
yang dilakukan. Aspek tanggung jawab di kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena kelas eksperimen dalam
proses pembelajaran memiliki tanggung jawab dalam berdiskusi.
Pada langkah ke dua yaitu menyusun perencanaan proyek. Siswa
dan guru akan merancang proyek apa yang akan dibuat dan pada tahap ini
siswa melakukan percobaan dan disini guru akan menilai kinerja masing-
masing kelompok, apakah siswa bekerja sama saat menyelesaikan proyek.
Adapun kriteria penilaian aspek kerjasama adalah aktif dalam kerja

9
kelompok, suka menolong teman/orang lain, kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan, rela berkorban untuk orang lain. Pada kelas
eksperimen kerjasama antara siswa lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Aspek percaya diri ini dilihat pada langkah pertama pertama yaitu
pada pertanyaan esensial, karena disini siswa dimintak untuk percaya diri
menyampaikan argumen dari pertanyaan esensial yang muncul. Pada
langkah yang ke enam menguji hasil juga dapat kita lihat, saat siswa
presentasi di depan apakah siswa tersebut percaya diri tampil didepan
teman-temannya. Adapun kriteria penilaian aspek percaya diri yang dinilai
adalah mampu berani presentasi di depan kelas, berani berpendapat,
bertanya, atau menjawab pertanyaan, berpendapat atau melakukan
kegiatan tanpa ragu-ragu dan tidak mudah putus asa atau pantang
menyerah. Setelah dilakukan penilaian oleh observer diperoleh bahwa
dalam dua kali pertemuan aspek percaya diri kelas eksperimen lebih baik.
Siswa yang awalnya malu-malu mengemukakan pendapat, bertanya dan
presentasi menjadi lebih terlatih untuk bisa percaya diri dalam diskusi,
presentasi dan tidak malu untuk menyampaikan gagasan atau pendapatnya.
3. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Menurut Lufri (2007, p. 17) materi pembelajaran Biologi pada
dasarnya berupa fakta, konsep, prinsip dan teori. Sistem Respirasi
memiliki materi pembelajaran yang bersifat sangat luas dan makroskopis
yang tidak bisa hanya dijelaskan dengan teori saja. Oleh sebab itu, pada
materi ini dilakukan praktikum yang bertujuan untuk melihat langsung apa
yang dipelajari saat belajar teori dan pada saat praktikum siswa akan
dianjurkan membuat laporan praktikum (Proyek). Pembuatan proyek
berupa laporan praktikum mampu memberikan respon positif dari siswa.
Siswa lebih termotivasi untuk belajar dan mampu meningkatkan
pemahamannya terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Pada saat
praktikum guru melakukan penilaian psikomotor.

9
Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik merupakan penilaian
hasil belajar siswa dalam bentuk hasil penampilan atau tampak dalam
bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu (Sudjana, 2014).
Hasil belajar psikomotorik yang diteliti adalah hasil belajar selama siswa
melakukan percobaan atau praktikum dan hasil belajar pembuatan laporan
praktikum dan poster. Berdasarkan analisis data diperoleh peningkatan
hasil belajar psikomotor siswa dikarenakan karakteristik dari model PjBL.
hal ini sejalan dengan pendapat Addin,dkk (2014) bahwa hasil belajar
psikomotor siswa pada kualitas yang sangat baik. Selain itu Pembelajaran
proyek merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan
melatih siswa dalam bersosialisasi bekerja dalam suatu kelompok untuk
menyelesaikan proyek. Laporan praktikum dan poster dapat dilihat pada
lampiran 10.
Penilaian pada aspek psikomotorik ini melibatkan keterampilan
siswa pada saat melakukan praktikum mulai dari persiapan proses
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian aspek psikomotor
terdiri dari aspek yang dapat teramati pada saat siswa melakukan
pembelajaran dengan rubrik penilaian yang sistematis dan jelas. Pada
ranah psikomotor berupa percobaan atau praktikum ada beberapa aspek
yang diamati. Aspek hasil belajar yang diamati adalah persiapan, mencoba,
mengolah, dan menyajikan.
Aspek persiapan ini dilihat pada perencanaan proyek karena akan
terlihat jelas persiapan siswa saat proses pembelajaran. Pada kelas
eksperimen persiapan siswa lebih baik. Adapun kriteria penilaian mencoba
yaitu bagaimana siswa melakukan percobaan terhadap proyek yang dibuat
sehingga menentukan hasil yang diharapkan. Aspek mengolah berkaitan
dengan kelengkapan data dengan kriteria data tidak ada, data kurang
lengkap dan tidak terorganisir, atau ada salah tulis, dan data lengkap,
terorganisir dan ditulis dengan benar. Aspek menyaji berkaitan dengan
hasil percobaan dengan kriteria penilaian yaitu tidak benar atau tidak

9
sesuai dengan tujuan praktikum, benar tapi kurang mencapai tujuan
praktikum dan Semua benar sesuai dengan tujuan praktikum.
Pada kelas eksperimen pada pertemuan pertama memperoleh
kriteria baik akan tetapi pada pertemuan kedua terjadi peningkatan yaitu
80,18 dalam kategori sangat baik. Pada kelas kontrol peningkatan tidak
seperti kelas eksperimen. Hal ini disebabkan karena siswa pada kelas
eksperimen memakai model PjBL yang jelas tahap pembelajarannya
sehingga siswa terarah saat praktikum dan proses pembelajaran dalam
kegiatan praktikum sehingga membuat siswa lebih memahami prosedur
percobaan, mengolah data dan sudah terbiasa melakukan presentasi ke
depan kelas. Penggunaan model Project Based Learning (PjBL) ini
mampu membuat siswa lebih aktif dalam pelaksanaan praktikum dan
kreatif dalam pembuatan laporan praktikum melalui percobaan yang
dilakukan. Menurut Sutirman (2013, p. 45) Project Based Learning (PjBL)
memiliki kelebihan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan yang komplek, seperti berpikir tingkat
tinggi, aktif, pemecahan masalah, bekerja sama dan berkomunikasi. Dalam
pembelajaran ini, siswa aktif dalam praktikum dan berdiskusi tanpa
bergantung pada kemampuan orang lain dalam memecahkan masalah yang
ada. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafizd
pada tahun 2018 dengan hasil “Selain hasil kognitif dan afektif pada uji
skala besar ini juga dilakukan pada aspek psikomotorik. Pada aspek
psikomotorik ini melibatkan keterampilan siswa pada saat melakukan
praktikum mulai dari persiapan peroses pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan aktivitas setelah pembelajaran [ CITATION Kur18 \p 82 \l
1057 ]. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Santi pada tahun 2017
mengatakan bahwa ” Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi
guru terhadap hasil belajar psikomotor siswa, hasil belajar psikomotorik
siswa menggunakan SPSS 18 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil belajar psikomotor siswa yang signifikan dengan nilai terkoreksi
sebesar 52,56 pada kelas kontrol dan 66,16 pada kelas eksperimen.

9
Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji beda untuk mengetahui besar
perbedaan peningkatan hasil hasil belajar psikomotorsiswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol” (Fajarwati, Susilo & Indriwati, 2017, p.
318). Project Based Learning (PjBL) memiliki kelebihan yaitu dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih
aktif dalam praktikum dan berdiskusi tanpa bergantung pada orang lain
dalam memecahkan masalah yang ada. Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) mampu meningkatkan pengaplikasian materi pembelajaran yang
konseptual menjadi praktik secara nyata di lingkungan sekitarnya.
4. Proyek
Proyek yang dihasilkan oleh siswa yaitu 2 macam yaitu laporan
praktikum dan poster. Pada pertemuan pertama siswa melakukan
percobaan membuat spirometer sederhana dan membuat laporan
praktikum. Penilaian hasil dari proyek yaitu berupa laporan praktikum
dilakukan setelah praktikum selesai. Adapun aspek yang dinilai pada
proyek ini yaitu latar belakang, tujuan praktikum, manfaat, alat dan bahan,
prosedur pembuatan spirometer sederhana, prosedur kerja, hasil dan
kesimpulan.
Latar belakang berkaitan dengan bagaimana siswa menjelaskan
tentang apa yang mereka lakukan atau apa yang dibuat. Dalam
menyelesaikan proyek/laporan praktikum, apakah laporan yang dibuat oleh
masing-masing kelompok tersebut cukup tepat, kurang tepat, tepat dan
Sangat tepat. Nilai yang didapat masing-masing kelompok yaitu 4 oleh
kelompok 1 dan 6 sedangkan pada kelompok 2, 3,4 dan 5 tidak ada
(Cukup tepat dan tepat) dalam membuat laporan praktikum.
Tujuan berisi tentang dilakukan pembuatan spirometer sederhana
dari hasil tersebut tujuan yang dibuat berdasarkan yang dilakukan, tujuan
berkaitan dengan tepat, cukup tept, kurang tepat dan sangat tepat jelas atau
tidaknya bagian dari laporan, bermakna atau tidak sebagai penyampai

9
pesan. Ketersampaian pesan berkaitan dengan bisa atau tidaknya dipahami
dan diterima oleh pembaca.
Aspek manfaat berisi apakah manfaat dilakukan pembuatan
spirometer sederhana, apakah ada manfaat buat pembelajaran atau tidak.
Alat dan bahan berisi alat dan bahan apa saja yang digunakan saat
raktikum berlangsung. Prosedur pembuatan dan cara kerja berisi tentang
bagaimana pembuatan spirometer sederhana dan setelah taucara
pembuatan bagaimna cara kerjanya. Hasil dan kesimpulan berisi hasil yang
didapat saat praktikum dan siswa menyimpulkan secara keseluruhan dari
apa yang di praktikumkan.
Proses pembelajaran menggunakan kerja proyek berpmemiliki
keuntungan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, hal tersebut
terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi Isnsyasyiska
bahwasanya hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor motivasi
belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis proyek adalah
77,11. Sedangkan rata-rata skor motivasi belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran secara konvensional adalah 71,72, dengan demikian
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
motivasi pada siswa. Selain itu Pembelajaran proyek merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan melatih siswa dalam
bersosialisasi bekerja dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan proyek.
Proyek yang dibuat oleh siswa pada kelas eksperimen berdasarkan
penilaian yang peneliti lakukan sudah kreatif dan inovatif karena siswa
sudah dapat menggunakan kalimat dalam laporan praktikum dengan
singkat, mudah dipahami, jelas, desain dan gambar yang lumayan menarik
sehingga sudah bisa dijadikan sebagai media informasi yang inovatif
begitu pula pembuatan poster.
Pada kelas kontrol siswa tidak membuat laporan praktikum
dikarenakan model yang peneliti terapkan pada kelas kontrol yaitu
konvensional. Dan siswa tidak dituntut untuk membuat laporan praktikum.
Akan tetapi pada kelas eksperimen siswa dituntut membuat laporan

9
praktikum dikarenakan model pembelajaran yang peneliti terapkan
mewajibkan siswa menghasilkan suatu proyek dan proyek yang dihasilkan
yaitu berupa laporan praktikum. Pada pertemuan kedua proyek yang
dihasilkan berupa poster tapi poster yang dibuat harus berkaitan dengan
materi pelajaran yang diipelajari. Selain itu siswa yang diterapkan dengan
model proyek ini akan dapat mengingat lama apa yang mereka pelajari,
selain mendengar siswa menggambarkan kembali apa yang diamatinya,
menulis pembahasan dari gambar yang diamati berdasarkan pendapat
sendiri, secara tidak langsung siswa akan mencari informasi sendiri, dan
melatih cara berfikir siswa, selain itu dengan adanya kerja proyek siswa
dilatih untuk menghargai pendapat teman dan melatih kerja sama dalam
kelompok. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulistiana
Pradita (2015, p. 91) mengatakan bahwa model pembelajaran Project
Based Learning sangat menekankan kreativitas siswa, juga menekankan
pada keterampilan siswa bekerja dalam kelompok untuk dapat
memecahkan masalah dengan menghasilkan suatu produk.
C. Kendala Selama Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa
kendala. adapun kendala yang ditemukan tersebut, yaitu:
1. Pada awal penelitian, penulis mengalami kesulitan dalam mengatur atau
mengorganisasikan peserta didik karena peserta didik belum terbiasa
melaksanakan pembelajaran dengan model yang penulis terapkan
namun,hal ini hanya terjadi pada pertemuan pertama setelah peserta didik
paham tentang perannya masing-masing pada akhirnya masalah tersebut
dapat teratasi.
2. Banyaknya siswa yang mengulur-ulur waktu untuk tampil kedepan
mempresentasikan hasil diskusi, sehingga tidak semua siswa mendapat
kesempatan untuk aktif dalam kegiatan tersebut.
3. Keterbatasan waktu menjadi kendala bagi peneliti waktu 90 menit tidak
cukup untuk belajar menerapkan model yang peneliti pakai, apalagi saat
praktikum waktu 90 menit siswa banyak yang tergesa-gesa untuk

9
menyelesaikan proyek sementara berupa laporan yang berisi gambar yang
diamati dibawah mikroskop dan hasil yang diamati serta pembahasan
sementara.
4. Penulis belum bisa mengontrol secara penuh seluruh keadaan dan kondisi
yang terjadi di dalam kelas, karena masih kurangnya pengalaman peneliti
untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Kendala di atas merupakan hambatan yang harus peneliti hadapi.
Dengan demikian, peneliti berusaha mengatasi kendala yang menjadi
hambatan tersebut dengan mengatur waktu sebaik mungkin, agar penelitian
dapat berjalan sesuai rencana dan mendapakan hasil yang maksimal. Peneliti
juga berusaha sebaik mungkin mendorong siswa untuk aktif selama proses
pembelajaran berlangsung.

9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen yang
menerapkan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) lebih
baik dari pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran PjBL berpengaruh terhadap Hasil belajar siswa SMAN 1
Sungayang. Adapun nilai rata-rata yang di peroleh pada kelas eksperimen
sebesar 75,56 dan pada kelas kontrol 65,47. .
2. Hasil belajar afektif siswa rata-rata siswa eksperimen pada pertemuan
pertama adalah yaitu 77,88 baik. Ada 5 aspek yang dinilai yaitu jujur
memperoleh nilai 81,18 (sangat baik), bertanggung jawab dengan nilai
78,09 (baik), kerja sama dengan nilai 75 (sangat), percaya diri dengan nilai
76,03 (baik) dan disiplin dengan nilai 79,12 (baik). Sedangkan pada
pertemuan kedua mengalami peningkatan dengan rata-rata 83,69.
Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata 79.38 yaitu baik jujur dengan nilai
79,38 (baik), Bertanggung jawab 86,63 (sangat baik), kerja sama dengan
nilai 82,76 (sangat baik), percaya diri denngan nilain 75 (baik) dan disiplin
dengan nilai 75(baik) sedangkan pada prtemuan kedua memperoleh rata-
rata 80,85.
3. Hasil belajar psikomotor siswa rata-rata siswa eksperimen adalah 75,74
yaitu sangat baik aspek yang dinilai yaitu persiapan dengan nilai 72,58
(baik), mencoba dengan nilai 75 (baik), mengolah dengan nilai 75 (baik)
dan menyajikan dengan nilai 80,41 (baik) pada pertemuan pertama
sedangkan pada pertemuan kedua rata-rata diperoleh yaitu 81,18.
Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata yang diperoleh yaitu 77,96 kriteria
penilaian yaitu baik persiapan denga nilai 85,57 (sangat baik), mencoba
dengan nilai 76,28 (baik), mengolah dengan nilai 75 (baik), dan

88
menyajikan dengan nilai 75 yaitu (baik) pada pertemuan satu sedangkan
pertemuan dua memperoleh rata-rata yaitu 78,00.
4. Hasil kerja proyek berupa laporan praktikum dan poster yang dibuat oleh
siswa pada kelas eksperimen sangat membantu siswa dalam proses
pembelajaran dan mampu membuat siswa lebih aktif dan dapat
memudahkan siswa untuk memahami konsep suatu materi sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil rata-rata
dari kerja proyek yaitu 83,44.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) dalam proses pembelajaran berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya
seorang guru harus mampu memvariasikan model dalam proses pembelajaran
agar tujuan pembelajaran tercapai dengan semestinya dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti dapat
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
Kepada guru-guru Biologi di SMAN 1 Sawahlunto untuk dapat
menerapkan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam
proses pembelajaran, karena model ini dapat meningkatkan hasil belajar
Biologi siswa terutama pada materi struktur dan fungsi jaringan pada
tumbuhan serta teknologi yang terinspirasi oleh struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan, sebagaimana yang telah diujikan peneliti, dengan
catatan harus memaksimalkan waktu.
1. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penerapan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Harus lebih memperhatikan
manajemen waktu dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut.
2. Pembelajaran dengan Model Project Based Learning (PjBL) bisa juga
diterapkan pada materi yang berbeda ataupun mata pelajaran yang berbeda
juga.

Anda mungkin juga menyukai