Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan didefinisikan
sebagai berikut: “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, serta mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan.” Sementara itu, Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/Permentan/OT.140/3/2011 mengartikan pembangunan berkelanjutan sebagai
“sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak
sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.” (Jan Horas V. Purba &Tungkot Sipayung, 2017)

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan pengusahaan perkebunan


kelapa sawit di Indonesia dibedakan menjadi tiga, yakni perkebunan besar swasta
(PBS) sebesar 51,86%, perkebunan rakyat (PR) sebesar 41,42%, dan perkebunan
besar negara (PBN) sebesar 6,72%. Luas area perkebunan kelapa sawit di
Indonesia selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, yaitu 6,59
juta ha pada tahun 2006 menjadi 11,44 juta ha pada tahun 2015. Perkebunan
kelapa sawit menjadi andalan di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya adalah
Provinsi Jambi (PASPI 2016). Salah satu daerah di Provinsi Jambi yang menjadi
sentra perkebunan kelapa sawit adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Data
dari Dinas Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (2015), menunjukkan
luas perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan dari 34.498 ha pada tahun
2010 menjadi 57.029 ha pada tahun 2014. (Utami. R., et al, 2017).

Menurut Brury Marco Silalahi dan Supijatno tahun 2017 Kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) merupakan komoditas perkebunan yang berperan penting bagi
perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa dari sektor
nonmigas. Limbah kelapa sawit merupakan sisa hasil tanaman kelapa sawit yang
tidak termasuk dalam produk utama atau hasil ikutan dari proses pengolahan
kelapa sawit. Limbah hasil pengolahan kelapa sawit dibedakan menjadi limbah
cair yang biasa dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) serta
limbah padat berupa sabut, cangkang, janjangan kosong (JJK) dan solid basah
(wet decanter solid). Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari limbah
industri kelapa sawit dan pertimbangan potensi bahan organik yang terkandung
dalam limbah kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan, menuntut perkebunan untuk
melakukan kegiatan pengelolaan limbah dengan baik. (Silalahi, B.M & Supijatno,
2017)
2

Sejalan dengan semakin tinggi-nya produksi dan luas area per-kebunan kelapa
sawit dari tahun ke tahun, di sisi lain akan terjadi pula peningkatan volume
limbahnya, baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah kelapa sawit
adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk
utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah
padat kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang, janjang, dan fiber
(sabut). Tandan kosong adalah rangka antar buah, sedangkan cangkang adalah
kulit buah. Di antara cangkang terdapat serabut yang disebut fiber. Limbah yang
dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit antara lain janjang kosong,
limbah cair, limbah solid (padatan) dan cangkang. (Pranata, H.R&Arico. Z, 2019).

Pelepah sawit merupakan limbah yang dihasilkan kelapa sawit setelah


melakukan kegiatan penunasan dan kegiatan pemanenan. Menurut Dabuke, M.H .
2018 pohon kelapa sawit memiliki jumlah pelepah optimum 40-56 pelepah pada
usia muda dan 40-48 pelepah pada masa usia tua, penunasan bertujuan supaya
hasil produksi maksimum dan memperkecil kehilangan produksi. Limbah pelepah
sawit pada luasan areal 1 Ha dapat menghasilkan 10 ton/ha/. Apabila dengan
jumlah pelepah yang besar ini tidak dilakukan pengolahan khusus, maka akan
menjadi masalah limbah. (Dabuke, M.H , 2018)

Padahal sampah-sampah tersebut dapat dimafaatkan agar lebih bernilai guna


dengan menjadikan sampah-sampah organik menjadi kompos atau dengan
melakukan daur ulang sampah-sampah anorganik. Sehingga sampah tidak lagi
menjadi sumber penyakit dan berdampak negatif bagi lingkungan melainkan dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sampah-sampah anorganik bisa
dimanfaatkan menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi. Pembuatan
produk kerajinan berbahan sampah telah dilakukan oleh beberapa kelompok
masyarakat namun belum menjadi sesuatu yang dimasukkan dalam sistem
pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah belum memasukkan pembuatan produk
berbahan sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Pebuatan
produk berbahan sampah sepertinya masih di luar sistem pengelolaan sampah.
(Fatoni, N., et al, 2017).

Dari latar belakang permasalahan yang ada dimasyarakat, tentang limbah


pelepah sawit dari bagian batang daun yang tidak terpakai lagi, dapat digunakan
menjadi suatu kreatifitas kerajnan tangan. sehingga dapat dikembangkan menjadi
suatu kerajinan dari Limbah Pelepah Kelapa Sawit yaitu sebuah Tas .Ide tas dari
limbah sawit ini kami usulkan untuk membantu memenuhi kebutuhan para
konsumen akan produk tas yang kreatif, inovatif, dan sesuai dengan selera serta
kegunaan masing-masing dengan harga terjangkau. Dan dapat mengurangi limbah
dari kelapa sawit tersebut, serta membantu perekonomian masyarakat.
3

Karena menurut Yanuarsari, H.D (2015) bahwa Tas merupakan salah satu
komoditas paling dicari wanita ketika berada dipusat perbelanjaan. Produk
subtitusi pelengkap fashion ini mampu menghipnotis kaum perempuan untuk   
mengambil keputusan membeli tas sesuai selera mereka bahkan menjadikannya
sebagai barang koleksi. Tas seringkali mengalihkan perhatian wanita yang mampu
menimbulkan fetisisme berlebihan dalam mengambil    keputusan   membeli atau
memiliki sebuah tas sesuai harapan mereka. Perhatian,  sebagai salah satu aktifitas
psikis, dapat dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) ataupun sekumpulan objek-
objek .

1.2 RumusanMasalah

Pelepah sawit merupakan limbah yang dihasilkan kelapa sawit setelah


melakukan kegiatan penunasan dan kegiatan pemanenan. Dampak negatif yang
mungkin ditimbulkan dari limbah industri kelapa sawit dan pertimbangan potensi
bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit yang bisa
dimanfaatkan, Maka dari itu didapatkan beberapa masalah yang muncul, yaitu.

1. Bagaimana cara mengurangi limbah sawit dengan memanfaatkanya menjadi


bahan baku tas?
2. Bagaimana membuat sebuah tas yang menjadi kreatifitas masyarakat di
Indonesia dari pelepah sawit?
3. Apa manfaat yang didapat masyarakat apabila memproduksi tas dari limbah
pelepah daun kelapa sawit ?
4. Bagaimana strategi pemasaran tas dari limbah pelepah daun kelapa sawit?

1.3 Tujuan

Tujuan umum kegiatan PKM Kewirausahaan ini adalah menghasilkan


studi kelayakan usaha tas dari limbah pelepah daun kelapa sawit sebagai usaha
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia dan mengurangi
masalah lingkungan yang diakibatkan limbah pelepah daun kelapa sawit.

Tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara mengurangi limbah sawit


2. Untuk mengetahui cara membuat sebuah tas yang menjadi kreatifitas
masyarakat di Indonesia dari pelepah sawit
3. Untuk mengetahui manfaat yang didapat masyarakat apabila memproduksi
tas dari limbah pelepah daun kelapa sawit
4

4. Untuk mengetahuistrategi pemasaran tas dari limbah pelepah daun kelapa


sawit
1.4 Luaran Yang Diharapkan

1. Laporan kemajuan
2. Laporan akhir
3. Artikel ilmiah yang terbit di jurnal terakreditasi nasional.
4. Tas yang terbuat dari pelepah daun kelapa sawit

1.5 Manfaat Program

Umumnya limbah pelepah kelapa sawit dibiarkan begitu saja membusuk


tanpa ada perlakuan pengolahan lebih lanjut. Pelepah kelapa sawit memiliki tinggi
kandungan selulosa (40,96 %), hemiseiulosa (20,69 %), Hgnin (18,9 %), silika
( 0,6 %) dan air (10,10 %). Berdasasarkan hasil pengamatan ,masyarakat di
Labuhan Batu Selatan pada umumnya banyak dimiliki masyarakat. Namun belum
dikelola secara optimal , masyarakat memanfaatkan kelapa sawit hanya sebagai
sumer pengasilan ,pakan ternak,pupuk kompos ,alat rumah tangga seperti sapu
dan lainya. Sehingga pelepah akandimamfaatkan sebagai suatu produk untuk:

1. Mengurangi limbah pelepah daun kelapa sawit.


2. Memanfaatkan nilai guna dari suatu sumber daya alam yang tak terpakai
3. Meningkatkan kreativitas masyarakat Indonesia
4. Membuka peluang kerja dan bisnis bagi masyarakat

BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Gagasan kegiatan usaha

Gambar produk usaha tas

“Tas Cantik Nan Indah Hasil Olahan Limbah Kelapa Sawit”merupakan


suatu produk inovasi dari limbah batang kelapa sawit yang dirancang untuk
memberikan manfaat bagi penggunanya yaitu tempat menyimpan dan membawa
barang .Yang mana kita ketahui bahwa masalah perekonomian sampai saat ini
masih belum bisa diatasi dengan baik .Maka dari itu peneliti menggunakan bahan
dari limbah batang pelepah kelapa sawit yang kemudian di anyam yang pada
akhirnya dijadikan tas cantik .Tas ini kami produksi dengan desain yang dapat
memberikan manfaat bagi penguna maupun orang lain .
5

2.2 Peluang pasar

Menurut Badan Pusat statistic luas lahan kelapa sawit di Indonesia telah
mencapai 13,5 juta Ha.Sumatera Utara merupakan salah satu daerah penghasil
kelapa sawit .Terjadi peningkatan luas areal perkebunan yang dikelola rakyat
.Dilihat dari data yang dieroleh pada tahun 2008 seluas 375.853 ha menjadi
405.921,08 ha pada tahun 2012 Dari sini dapat kita lihat peningkatan yang dialami
yaitu sebanyak 6,86 %.Di Labuhan Batu Selatan,perkebunan kelapa sawit sendiri
menjadi salah satu sumber penghasilan utama bagi masyarakat dan banyak
dimiliki masyarakat. (Rizky dkk : 2017). Dan produk tas ini memiliki prospek
usaha yang menjanjikan karena belum ada dipasaran dan yang
mengembangkannya. Selain itu produk usaha ini, memiliki cirri khas tersendiri
yang belum dimiliki produk lain.
.Berikut berdasarkan hasil analisis SWOT

Aspek Produk
Strength (kekuatan) 1. Belum didapatinya produk pesaiang
2. Memiliki motif yang unik yang trend
3. Dikemas dengan inovatif dan edukatif
4. Harga produk yangterjangkau
5. Produk memiliki jenis
6. Bahannya adalah limbah pelepah sawit
7. Bisa untuk tempat beberapa barang didalam
tasnya.
Weakness (kelemahan) 1. Produk baru sehingga belum banyak
di kenal masyarakat

Opportunity (peluang) 1. Masyarakat Indonesia yangmenyukai


produk yang unik dan trend kekinian.
2. Peluang pasar industry fashion yang
terus meningkat
3. Tas sangat banyak peminatnya
4. Bahan pelepah kelapa sawit masih banyak
ditemui

Threat (ancaman ) 1. Perubahan tren yang terus terjadi


seiring waktu
2. Adanya tindakan plagiarisme

Dimana dari hasil pengmatan untuk mengambil hasil dilakukan


pemanenan sawit dengan memotong pelepah daun sawit dan pelepah yang telah
dipotong akan dibuang begitu saja. Limah pelepah daun kelaapa sawit ini cukup
6

besar karena setiap pemanenan buah akan menghasilkan pelepah daun juga
sehingga pemanfaatan limbah pelepah daun kelapa sawit ini dapat menjadi potensi
pemanfatan yang prospektif karena belum banyak dimanfatkan sehingga
berpeluang pasar besar.

2.3 Analisis kelayakan usaha

No Biaya tetap Harga (Rp)


1 Sewa Labtop 1.500.000
Mesin jahit 1.350.000
Penjahit 2.000.000
Pisau 60.000
Parang 110.000

Gunting 40.000

Tembak lem 90.000

Total 5.150.000
2 Biaya yang berubah 900.000
3 Harga jual barang per unit 50.000

Break event point (BEP) adalah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan
biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian.
Harga pokok tas yaitu sebesar 30.000 per unit. Adapun harga jual dari produk tas
ini sebesar 50.000 dan kuantitas produksi sebesar 300 unit per 3 bulan.

biaya tetap/( harga jual−biaya variabel)


priceBEP=
harga per unit
5.150 .000/(1.500 .000−900.000)
priceBEP=
50.000
priceBEP=429.000
quantity BEP=biayatetap /(harga jual−biaya variabel)

quantity BEP=5.150 .000/(1.500 .000−900.000)

quantity BEP=13 unit

2.4 Keberlanjutan Usaha


7

Tas merupakan suatu benda yang dipakai untuk menyimpan atau


membawa barang dengan berbagai jenis,bentuk dan ukurandan mode sesuai
dengan bahan untuk pembuatanya (Wulandari dan Achir,2015). Kami memilih tas
untuk mengembangkan produksi karena pada masa sekarang tas sudah menjadi
benda yang sangat dibutuhkan khususnya kaum hawa untuk berpergian.Selain itu
peneliti memilih tas dari limbah pelepah daun kelapa sawit karena produksinya
yang tersebar luas di Indonesia dan belum banyak dimanfatkan.Selain produk tas
ini dapat meningkatkan potensi produksi yang tinggi juga dapat menjadi salah
satu cara kita dalam mengurangi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh
limbah tersebut karena limbah tersebut jika dibiarkan dapat menjadi sarang hama
dan serangga,sehingga perlu mendapat perhatian agar tidak membawa pengaruh
buruk bagi lingkungan.Maka produksi tas dari limbah pelepah daun kelapa sawit
ini layak di lakukan sampai beberapa tahun kedepan guna mengatasi masalah
hama dan serangga.

BAB 3. METODE PELAKSANAAN

3.1 PraProduksi
Pada tahap ini dilakukan survey pada tempat bahan baku yaitu
pelepah sawit di perkebunan kelapa sawit. Serta ke tempat penjualan alat dan
bahan lainya yang digunakan dalam pembuatan TAS.
3.2 Produksi TAS
Proses produksi Tas dari Limbah Kelapa Sawit, dilakukan dengan
rincian sebagai berikut;
a. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
a) Alat tulis (Pulpen/pensil) a) Pelepah Kelapa Sawit

b) Gunting b) Kertas Karton

c) Mesin Jahit c) Latex

d) Kertas Amplas d) Tali tas

e) Alat menjahit (benang dan e) Magnet Tas


jarum)
f) Pernis/minyak
f) Alat lukis
g) Kain/meter
g) Pisau
8

h) Parang h) Lem kayu

i) Tembak lem i) Lem lilin

j) Cat kayu

b. Cara Pembuatan

1. Bersihkan pelepah kelapa sawit, lalu pelepah tersebut di jemur dahulu


sehingga benar-benar kering.
2. Setelah kering kemudian pelepah di amplas agar permukaan pelepah lebih
rapi, lunak dan halus.
3. Lalu, lumuri pelepah tersebuat dengan minyak/ pernis agar pelepah tahan
lama dan bagus.
4. Setelah itu pelepah, dianyam sama seperti anyaman biasanya.
5. Selanjutnya, buatlah pola sesuai ukuran tas yang kita inginkan pada karton.
6. Potong karton yang sudah dipola lalu lumuri dengan latex secukupnya.
7. Tempelkan pola karton yang sudah diberi perekat ke atas pelepah yang
telah dianyam kemudian potong sesuai pola.
8. Setelah itu lumuri bagian belakang karton dengan latex secukupnya,
kemudian tempelkan pada kain lalu potong.
9. Jahit bagian sisi tas dengan tali untuk menutupi potongan tas dan jahit
potongan-potongan pola menjadi satu hingga membentuk menjadi tas.
10. Kemudian pasang magnet tas untuk penutup tas dan hiasi dengan hiasan
yg diinginkan.

3.3 Pengemasan Produk


Pada tahap ini dilakukan pengemasan tas yang telah dibuat dari limbah
kelapa sawit dengan mendesain kemasan yang unik dan menarik.yaitu pada
kemasan tas akan diberi cover bag atau pouche yang terbuat dari kain dan di
desain dengan tambahan kata-kata maupun gambar,sehingga juga menarik para
pembeli.

3.4 Produksi dan Publiksai Produk


Pada tahap ini dilakukan promosi dan publikasi produk tas yang menggunakan
bahan limbah kelapa sawit dengan cara menerapkan sistem pemasaran secara
online maupun offline.promosi offline dilakukan dengan cara membuka stand
penjualan,dipasar maupun ditempat yang banyak wisatawan.sedangkan promosi
secara online dilakukan di social media sehingga para konsumen bisa langsung
9

berkomunikasi terkait dengan produk tas tersebut.


Target sasaran yaitu semua kalanganbaik usia muda ataupun tua, anak-anak
pelajar,Mahasiswa,pekerja dan sebagainya. Karena produk ini, tidak
memfokuskan pada beberapa kalangan tapi semua kalangan merupakan sasaran
dari produk ini.

3.4 PascaProduksi
Pada tahap ini dilakukan evaluai pembuatantas yang terbuat dari limbah
kelapa sawit agar hasil nya bagus dan juga pada produksi ini juga diperlihatkan
kebeberapa teman sekitar terlebih dahulu agar mengetahui tanggapan mereka
mengenai produk yang dihasilkan. Selain itu semua tahap di lakukan dengan
mematuhuhi protocol kesehatan, dari praproduksi, produksi, pengemasan produk,
publikasi, sampai tahap terakhir agar terjadinya keberlanjutan usaha yang baik
dan kesehatan terjaga.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya PKM-K


No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1 Perlengkapan untuk membuat Tas Rp. 4.850.000

2 Bahan habis pakai Rp. 2.838.000


Perjalanan ke pasar dan ketempat mencari Rp. 1.250.000
kebutuhan lainnya
4 Lain-lain: administrasi, publikasi, seminar, Rp. 850.000
laporan, lainnya
Sebutkan
Jumlah Total Rp 9.588.000

4. 1 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2.1 Format Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan Bulan Person
1 2 3 4 Penanggung-
jawab
1 Perencanaan konsep
dan keuangan Tacani
2 Pembelian peralatan
dan perlengkapan
produkksi Tacani
10

3 ProduksiTacani
4 Promosi dan pemasaran
Tacani
5 Transaksi penjualan
Tacani
6 Evaluasi Produk dan
Pemasaran Tacani
7 Pembuatan
laporan akhir

DAFTAR PUSTAKA

Dabuke, M.H . 2018. PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT (Elaeis


guineensis J.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TALI SERAT
ALAMI. Skripsi . Universitas Negeri Sumatera Utara.

Fatoni,N, L,R.I dan Darmawan, A.R. 2017. Pendayagunaan Sampah Menjadi Produk
Kerajinan. DIMAS. Vol 17(1)

Pranata , R.H dan Arico,Z. 2019. Pemanfaatan Limbah Kebun Pelepah Kelapa Sawit
(Elaeis guinensis Jacq) Sebagai Alternatif Pakan Ternak Bernilai Gizi Tinggi.
JURNAL BIOLOGICA SAMUDRA. Vol 1 (1)

Purba, J. H V. dan Sipayung,T. 2017. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA


DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Jurnal
Masyarakat Indonesia. Vol. 43 (1)

Rizki,dkk.2017.Analisis Perbandingan Produksi Kebun Kelapa Sawit Rakyat Dengan


Perusahaan Perkebunan Kelapa sawi Di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.Jurnal
Agromast.Vol 2(2)

Silalahi , B.M dan Supijatno. 2017. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Angsana Estate, Kalimantan Selatan. Bul. Jurnal Agrohorti. Vol 5(3)

Utami, R, Putri,E.K.I, dan Ekayani,M. 2017. Dampak Ekonomi dan Lingkungan


Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Penyabungan, Kecamatan
Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). Vol 22(2)

Wulandri dan Achir.2015.Pengaruh bahan Tali Rafia Asahylon Terhadap Hasil Jadi
Crochet/rajutan pada Tas jinjing (corde bag).Jurnal tata busana .Vol 4(2).
11

Yanuarsari , D.H .2015 . ANALISIS MINAT BELI WANITA TERHADAP PRODUK


TAS BERMEREK ORIGINAL DI TENGAH KOMODITI PRODUKSI TAS
BERMEREK TIRUAN PRODUKSI PRODUSEN LOKAL. Jurnal Desain
Komunikasi Visual & Multimedia. Vol 1 (2)

Anda mungkin juga menyukai

  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen13 halaman
    Kelompok 3
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Praktek Micro Teaching
    Penilaian Praktek Micro Teaching
    Dokumen1 halaman
    Penilaian Praktek Micro Teaching
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • CJR Fadillah Nur Ilmi
    CJR Fadillah Nur Ilmi
    Dokumen58 halaman
    CJR Fadillah Nur Ilmi
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • CJR Imh Kel 3 - 1
    CJR Imh Kel 3 - 1
    Dokumen23 halaman
    CJR Imh Kel 3 - 1
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • CJR Imh Kel 3
    CJR Imh Kel 3
    Dokumen22 halaman
    CJR Imh Kel 3
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bab II Dan Bab 3
    Bab II Dan Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab II Dan Bab 3
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Analisis MR KELl 1
    Analisis MR KELl 1
    Dokumen6 halaman
    Analisis MR KELl 1
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen13 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bab 3,4
    Bab 3,4
    Dokumen4 halaman
    Bab 3,4
    Septriyanti Sianturi
    Belum ada peringkat