DOSEN PEMBIMBING
dr. Emi Memory Pakpahan, Sp. PK
DI SUSUN OLEH
IMELDA NASUTION
1881014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
MENILAI BAHAYA DAN RESIKO DI LABORATORIUM ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah MANAJEMEN LAB. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang RESIKO DAN BAHAYA DI
LABORATORIUM bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Emi Memory Pakpahan,
Sp.pK selaku dosen mata kuliah MANAJEMEM LAB. yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
PENULIS
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahaya dalam laboratorium?
2. Bagaimana resiko di laboratorium?
3. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahaya
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi
menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya. Bekerja di
laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yamg sering
terjadi di laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat
kecelakaan ataupun kerusakan peralatan laboratorium.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan
dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi
bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor manusia, merupakan potensi bahaya
yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut
tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
5
d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada
mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll.
f. Sengatan listrik.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dapat dikategorikan sebagai berikut:
2.1.2 Bahan Kimia
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil,
sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat
karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem
yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang
ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara
pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium,
pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal,
prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan.
Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti
gas beracun),serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui
mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif
(oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara
termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar).
6
diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan
atau kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh
dirasakan setelah waktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia
yang terakumulasi terus menerus. Contoh menghirup udara benzena,
kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan
sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam
darah.
b) Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran
pernapasan dan mata akibat kontak dengan bahan kimia korosif,
seperti asam sulfat, gas klor, dll.
c) Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas.
Kecelakaan ini sering terjadi pada tangan atau mata karena pecahan
kaca.
d) Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam
menangani pelarut- pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter
dan etanol. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan
reaktif peroksida dan perklorat.
7
(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik
agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik
maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan
kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk
pengendalian gas yang mudah terbakar.
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan
pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah
menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang
terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada
suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC.
Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan.
Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu
75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150
ºC.
2.1.4 Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi
atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang
dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan
melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah,
frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet
juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber
kecelakaan kerja.
2.1.5 Mekanik
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi
oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya
robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih
8
harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku,
penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara
manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung
tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam lingkup pekerjaan ini.
2.1.6 Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan
kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan,
pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering
digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan
mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton,
benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana,
dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets
(MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat
bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang
kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak
atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri
atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang
tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan
juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer
dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium.
Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency),
api dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau
plastic yang terbakar
9
2. Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar
dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum
yang digunakan di laboratorium.
3. Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4. Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala
seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
10
2.1.7 Suara (kebisingan)
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi
pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun
industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin,
atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari
peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus
memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan
tersebut.
11
8) Hilangnya data atau sistem komputer
12
Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut
ini :
1) Bisa menyulut api
2) Korosif
3) Reaktif
4) Beracun
13
yang berbeda, latar belakang, perbatasan dan informasi tambahan
dalam rangka untuk menentukan jenis bahaya.
14
15
Tabel 1. Bahan beracun
16
2.2.1 Resiko
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya bahaya atau
paparan dan keparahan luka atau gangguan kesehatan yang dapat
disebabkan oleh kejadian atau paparan.
1. Cara Mengidentikasi Bahaya Menggunakan Konsep “Penilaian
Resiko”
Menurut John Ridley (2008 : 47- 48), cara pencegahan bahaya
menggunakan konsep “Penilaian Resiko” bertujuan untuk
menghilangkan, mengurangi, dan mengendalikan bahaya sebelum terjadi
kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera tubuh maupun kerusakan
fisik sarana laboratorium. Adapun langkah-langkahnya adalah sbb.:
Mengidentifikasi tugas dan proses
Mengidentifikasi macam-macam bahaya
Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum
Mengevaluasi resiko, dan mempredeksi tingkat resiko
Mengembangkan strategi pencegahan
Melakukan pelatihan metode kerja baru
Mengimplementasikan upaya pencegahan
Memonitor kerja
Melakukan kajian ulang secara berkala.
b. Fasilitas kenyamanan
1. P3K
17
2. Toilet
3. Kantin
c. Tindakan pencegahan kebakaran
1. Alat pemadamapi
2. Rute-rute evakuasi
3. Alarm api
4. Area lokasi untuk merokok
18
Tabel 2. Klasifikasi limbah kimia berdasarkan sifat tingkat bahaya
a. Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam
perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
1. apa yang dikerjakan
2. bagaimana mengerjakannya
3. mengapa mengerjakan
4. siapa yang mengerjakan
5. kapan harus dikerjakan
6. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
b. Organizing/ (Organisasi)
19
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk
dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai
ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik
secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat
menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional)
dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu
dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
1. menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2. memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja
laboratorium
3. memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4.memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin
laboratorium
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
laboratorium
c. Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan
berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga
semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium,
serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi
berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia
dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer
untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
20
d. Controlling/ (Pengawasan)
1. adanya rencana
21
Jenis Kecelakaan Cara Pencegahannya Pertolongan yang Diberikan
Syok Listrik Tempelkan gambar orang Matikan sumber listrik, cabut
menggunakan sandal atau sambungan sumber, jangan
sepatu saat menghubungkan memegang korban kesetrum,
listrik ke sumbernya di tenangkan korban, dan bawa
dinding-dinding laboratorium ke dokter
Kebakaran Jauhkan zat yang mudah Basahi handuk dan kurungkan
terbakar dari api ke atas api yang menyala,
siapkan tabung pemadam
kebakaran. Dan jauhkan
bahan-bahan lain yang mudah
terbakar dari api
Terhirup gas beracun - Jangan menghirup gas Usahakan pasien untuk
sembarangan muntah, bawa ke tempat yang
BAB III
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Resiko yang dapat terjadi di laboratorium Luka gores, Iritasi pada hidung dan
tenggorokkan, Luka bakar, Luka tusuk, Keracunan, Memar, Timbulnya kebakaran
dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
23
Afifah, liana putri. 2014. Bahaya dan penilaian Resiko. Diakses pada 30
September 2015. http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/bahaya-
dan-penilaian-resiko.html
John Ridley. 2008. Health and Safety in Brief. England : Elsevier Ltd
24
25