Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAJEMEN LABORATORIUM

MENILAI BAHAYA DAN RESIKO


DI LABORATORIUM

DOSEN PEMBIMBING
dr. Emi Memory Pakpahan, Sp. PK

DI SUSUN OLEH

IMELDA NASUTION
1881014

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM


FAKULTAS FARMASI
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021/2022
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................2
BAB 1............................................................................................3
Pendahuluan .................................................................................3
1.1 Latar Belakang ..................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................4
BAB II ..........................................................................................5
Pembahasan ..................................................................................5
2.1 Bahaya ....................................................................................5
2.1.1 Jenis-jenis bahaya dalam laboratorium ..........................5
2.1.2 Bahan kimia ...................................................................6
2.1.3 Aliran listik ....................................................................7
2.1.4 Radiasi ............................................................................8
2.1.5 Mekanik .........................................................................8
2.1.6 Api ..................................................................................9
2.1.7 Suara .............................................................................11
2.1.8 Keadaan darurat skala...................................................11
2.1.9 Pelanggaran Keamanan ................................................12
2.1.10 Bahaya hayati..............................................................13
2.1.11 Limbah Berbahaya .....................................................13
2.1.12 Bahaya Fisik ...............................................................13
2.2 Simbol-simbol bahan kimia .................................................13
2.2.1 Resiko ...........................................................................17
2.2.2 Pengendalian Resiko ....................................................19
BAB III .......................................................................................23
Penutup .......................................................................................23
3.1 Kesimpulan ..........................................................................23
3.2 Saran .....................................................................................23
Daftar pustaka ............................................................................24

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
MENILAI BAHAYA DAN RESIKO DI LABORATORIUM ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah MANAJEMEN LAB. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang RESIKO DAN BAHAYA DI
LABORATORIUM bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Emi Memory Pakpahan,
Sp.pK selaku dosen mata kuliah MANAJEMEM LAB. yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

LUBUK PAKAM 06 MEI 2021

PENULIS

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai cara dilakukan oleh dosen ataupun pihak kampus untuk selalu
meningkatkan serta mendukung proses belajar mahasiswa yang lebih efektif dan
efisien. Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan atau proses
belajar, salah satunya yang terkait dengan pusat sumber belajar, media belajar dan
tempat belajar yang layak. Suatu kegiatan praktikum khususnya untuk para Analis
Kesehatan sangat membutuhkan suatu ruang laboratorium sebagai wadah kegiatan
eksperimen.
Banyak berbagai fasilitas yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber
belajar salah satunya adalah laboratorium. Laboratorium sangat diperlukan
sebagai sarana ataupun prasana oleh pihak kampus sebagai tempat pembelajaran
untuk mahasiswa melakukan eksperimen, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuannya. Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola oleh pihak kampus
karena sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ataupun proses
belajar.
Selain didukung oleh fasilitas keamanan laboratorium, setiap pekerja di
laboratorium sebaiknya menyadari bahwa bekerja di laboratorium mengandung
resiko yang membahayakan keselamatan kerja. Oleh karena itu untuk
menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan keselamatan kerja maka
para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya, dan kegiatan laboratorium
yang dapat menimbulkan kecelakaan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahaya dalam laboratorium?
2. Bagaimana resiko di laboratorium?
3. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. untuk mengetahui bahaya di dalam laboratorium
2. untuk mengetahui resiko di laboratorium
3. untuk mengetahui pertolongan pertama pada kecelakaan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahaya
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi
menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya. Bekerja di
laboratorium mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yamg sering
terjadi di laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat
kecelakaan ataupun kerusakan peralatan laboratorium.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan
dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi
bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor manusia, merupakan potensi bahaya
yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut
tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

2.1.1 Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium


Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium
diantaranya adalah ;
a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti
oksidator.
c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.

5
d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada
mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll.
f. Sengatan listrik.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dapat dikategorikan sebagai berikut:
2.1.2 Bahan Kimia
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil,
sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat
karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem
yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang
ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara
pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium,
pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal,
prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan.
Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti
gas beracun),serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui
mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif
(oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara
termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar).

Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik


lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi,
pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan
kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel
kanker), dan teratogenik.
a) Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui
oral maupun kulit. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut
artinya dapat memberikan akibat yang dapat dilihat atau dirasakan
dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat menyebabkan

6
diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pingsan
atau kematian dalam waktu singkat. Kronis artinya pengaruh
dirasakan setelah waktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia
yang terakumulasi terus menerus. Contoh menghirup udara benzena,
kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan
sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan kerusakan dalam
darah.
b) Iritasi dapat berupa luka, atau peradangan pada kulit, saluran
pernapasan dan mata akibat kontak dengan bahan kimia korosif,
seperti asam sulfat, gas klor, dll.
c) Luka kulit dapat terjadi sebagai akibat bekerja dengan alat gelas.
Kecelakaan ini sering terjadi pada tangan atau mata karena pecahan
kaca.
d) Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam
menangani pelarut- pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter
dan etanol. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan
reaktif peroksida dan perklorat.

2.1.3 Aliran Listrik


Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:
(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika
penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan
standar keamanan dari peralatan.
(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat
diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan
yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan
air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi
dengan peralatan listrik.

7
(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik
agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik
maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan
kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk
pengendalian gas yang mudah terbakar.
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan
pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah
menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang
terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada
suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC.
Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan.
Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu
75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150
ºC.

2.1.4 Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi
atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang
dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan
melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah,
frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet
juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber
kecelakaan kerja.

2.1.5 Mekanik
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi
oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya
robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih

8
harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku,
penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara
manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung
tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus
dalam lingkup pekerjaan ini.

2.1.6 Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan
kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan,
pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering
digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan
mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton,
benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana,
dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets
(MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat
bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang
kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak
atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri
atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang
tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan
juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer
dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium.
Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency),
api dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau
plastic yang terbakar

9
2. Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar
dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum
yang digunakan di laboratorium.
3. Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4. Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala
seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium.

Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher)


yang digunakan harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api.
Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah:
1) Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi
tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D.
2) Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas
A dan C
3) Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat
berguna untuk api kelas A, B, dan C dan merupakan pilihan
terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical
extinguisher yang digunakan adalah : Untuk api kelas B
dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau
kalium karbonat. Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia
yang digunakan mengandung ammonium fosfat.
4) Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api
kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih
baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat
berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang
berasal dari listrik.
5) Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung
individu (personal protective equipment) yang umumnya harus
digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker,
sepatu pengaman, dan pelindung mata.

10
2.1.7 Suara (kebisingan)
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi
pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun
industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin,
atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari
peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus
memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan
tersebut.

Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk


menjamin keselamatan kerja.
Laboratorium menghadapi beragam resiko, dari dalam
laboratorium maupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko
mungkin hanya mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tapi
beberapa resiko bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga
dimana laboratorium itu berada, atau bahkan mempengaruhi
masyarakat secara umum.

2.1.8 Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif


Ada banyak jenis kejadian skala besar dan situasi sensitif
yang bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga sampai
ketingkat operasional perusahaan,misalnya :
1) Kebakaran
2) Banjir
3) Gempa Bumi
4) Pemadaman Listrik
5) Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya
6) Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi
7) Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium

11
8) Hilangnya data atau sistem komputer

2.1.9 Pelanggaran Keamanan


Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa
dilakukan oleh petugas, pegawai atau orang luar. Beberapa
pelanggaran keamanan, meliputi ;
Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi
 Pencurian atau penyalah gunaan bahan kimia untuk kegiatan
ilegal.
 Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak
 Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah

2.10 Bahaya Hayati


Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang
menangani mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi
mikroorganisme.
Bahaya bahaya ini muncul biasanya muncul di laboratorium
penelitian kimia dan penyakit menular, dan tidak menutup
kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi. Penilaian
resiko bahan hayati berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa
faktor, seperti :
 organisme yang dimanipulasi
 perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut
 aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut

2.1.11 Limbah Berbahaya


Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah
adalah bahan yang dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi
berguna sesuai peruntukannya.
Limbah juga meliputi item seperti bahan bekas laboratorium sekali
pakai, media filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya.

12
Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut
ini :
1) Bisa menyulut api
2) Korosif
3) Reaktif
4) Beracun

2.1.12 Bahaya Fisik


Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik
bagi petugas karena zat atau peralatan yang digunakan, seperti
misalnya :
1) Gas yang dimampatkan
2) Kriogen tidak mudah menyala
3) Reaksi tekanan tinggi
4) Kerja vakum
5) Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro
6) Bahaya listik
Petugas di laboratorium juga menghadapi bahaya di tempat
kerja umum akibat kondisi atau aktifitas di laboratorium, seperti :
1) Luka terpotong
2) Tergelincir
3) Tersandung
4) Terjatuh

2.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya


Simbol bahaya adalah simbol dikenali dirancang untuk
memperingatkan tentang bahan berbahaya, lokasi, atau benda,
termasuk arus listrik, racun, dan hal-hal lain. Penggunaan simbol-
simbol bahaya sering diatur oleh hukum dan diarahkan oleh
organisasi standar. Simbol bahaya mungkin muncul dengan warna

13
yang berbeda, latar belakang, perbatasan dan informasi tambahan
dalam rangka untuk menentukan jenis bahaya.

Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan


berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya
(Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan
Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu
aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan
terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances)
untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah
valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga
untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan
manusia.

Bahan kimia berbahaya diberi lambang sbb :

14
15
Tabel 1. Bahan beracun

Sumber bahaya lain yang terjadi di laboratorium dapat diakibatkan


oleh kesalahan teknik bekerja. Beberapa contoh yang berhubungan
dengan aspek ini adalah:
Banyak peralatan yang tidak diperlukan pada meja praktikum.
Simpanlan kelebihan peralatan tersebut pada lemari alat.
Mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke badan atau
teman didekatnya.
Melubangi sumbat karet tanpa dibasahi dahulu dengan air atau
menggunakan tumpuannya menggunakan telapak tangan.
Memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet tanpa mengunakan
lap, tanpa dibasahi air, dan cara memegang pipa kacanya jauh dari
permukaan karet.

Memindahkan zat ke botol pereaksi bermulut kecil tanpa


menggunakan corong, dll. (Kadarohman, 2007)

16
2.2.1 Resiko
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya bahaya atau
paparan dan keparahan luka atau gangguan kesehatan yang dapat
disebabkan oleh kejadian atau paparan.
1. Cara Mengidentikasi Bahaya Menggunakan Konsep “Penilaian
Resiko”
Menurut John Ridley (2008 : 47- 48), cara pencegahan bahaya
menggunakan konsep “Penilaian Resiko” bertujuan untuk
menghilangkan, mengurangi, dan mengendalikan bahaya sebelum terjadi
kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera tubuh maupun kerusakan
fisik sarana laboratorium. Adapun langkah-langkahnya adalah sbb.:
 Mengidentifikasi tugas dan proses
 Mengidentifikasi macam-macam bahaya
 Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum
 Mengevaluasi resiko, dan mempredeksi tingkat resiko
 Mengembangkan strategi pencegahan
 Melakukan pelatihan metode kerja baru
 Mengimplementasikan upaya pencegahan
 Memonitor kerja
 Melakukan kajian ulang secara berkala.

Inspeksi Tingkat Masalah sesuai dengan Penilaian Faktor Resiko


(John Ridley, 2006) :
a. Kondisi tempat kerja
1. Temperature
2. Penerangan
3. Kebersihan
4. Asap & debu
5. Penataan yang aman

b. Fasilitas kenyamanan
1. P3K

17
2. Toilet
3. Kantin
c. Tindakan pencegahan kebakaran
1. Alat pemadamapi
2. Rute-rute evakuasi
3. Alarm api
4. Area lokasi untuk merokok

d. Alat-alat permesinan / alat-alat listrik


1. Arus pemutus listrik
2. Alat pengaman mesin
3. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
e. Akses jalan dan pintu emergency
1. Permukaan lantai tidak licin
2. Penerangan yang cukup
3. Pintu mudah dibuka
4. Tangga darurat

f. Pengelolaan Limbah Laboratorium


Asal limbah dari :
1. Bahan baku kadaluwarsa
2. Bahan habis pakai
3. Produk proses di laboratorium
Klasifikasi limbah berdasarkan sifat bahayanya :
1. Korosif
2. Reaktif
3. Mudah terbakar
4. Beracun

18
Tabel 2. Klasifikasi limbah kimia berdasarkan sifat tingkat bahaya

Ringan Berat Sangat Beracun


Asam asetat Aseton Benzene
Aluminium klorida Kloro benzene Cadmium klorida
Besi klorida Kobalt nitrat Kloroform
Magnesium klorida Tembaga sulfat Nikel sulfat
Metanol Timah hitam klorida Kalium kromat

2.2.2 Pengendalian Resiko


Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencapaian
tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang
lain (G.Terry). Untuk mencapai tujuan tersebut, dia membagi kegiatan atau fungsi
manajemen menjadi :
a. Planning /(perencanaan)
b. Organizing/ (organisasi)
c. Actuating /(pelaksanaan)
d. Controlling /(pengawasan)

a. Planning/ (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam
perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
1. apa yang dikerjakan
2. bagaimana mengerjakannya
3. mengapa mengerjakan
4. siapa yang mengerjakan
5. kapan harus dikerjakan
6. di mana kegiatan itu harus dikerjakan

b. Organizing/ (Organisasi)

19
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk
dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai
ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik
secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat
menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional)
dan tingkat daerah (wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu
dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
1. menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2. memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja
laboratorium
3. memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4.memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin
laboratorium
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
laboratorium
c. Actuating/ (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan
berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga
semua aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium,
serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi
berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia
dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer
untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.

20
d. Controlling/ (Pengawasan)

Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu :

1. adanya rencana

2. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.

Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi


tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja
bersama di laboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha
pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan
diabaikan. Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan labora- torium yang
tugasnya antara lain:

1. memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek laboratorium yang


baik, benar dan aman

2. memastikan semua petugas laboratorium memahami cara- cara menghindari


risiko bahaya dalam laboratorium

3. melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau


kecelakaan. 4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang
keamanan kerja laboratorium

5. melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan


mencegah meluasnya bahaya tersebut

Santosa (2010) menyebutkan kecelakaan yang terjadi di laboratorium Fisika dapat


diakibatkan beberapa faktor dan penanggulangannya seperti berikut ini :

21
Jenis Kecelakaan Cara Pencegahannya Pertolongan yang Diberikan
Syok Listrik Tempelkan gambar orang Matikan sumber listrik, cabut
menggunakan sandal atau sambungan sumber, jangan
sepatu saat menghubungkan memegang korban kesetrum,
listrik ke sumbernya di tenangkan korban, dan bawa
dinding-dinding laboratorium ke dokter
Kebakaran Jauhkan zat yang mudah Basahi handuk dan kurungkan
terbakar dari api ke atas api yang menyala,
siapkan tabung pemadam
kebakaran. Dan jauhkan
bahan-bahan lain yang mudah
terbakar dari api
Terhirup gas beracun - Jangan menghirup gas Usahakan pasien untuk
sembarangan muntah, bawa ke tempat yang

- Gunakan masker jika hendak tenang dan udara bersih,


berikan minum air hangat
praktikum kimia
Tersiram zat kimia -Jangan letakkan zat kimia di Jangan langsung dilap bagian
tepi meja kulit yang terkena cairan.

-Gunakan khusus Alirkan air ke atas bagian


pakaian
ketika akan bekerja dengan kulit yang terkena tumpahan.
bahan-bahan kimia

-Bacalah dengan teliti label


zat yang ada di botol

BAB III

22
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Jenis bahaya di laboratorium Kebakaran, Ledakan, sebagai akibat reaksi


eksplosif, Keracunan bahan kimia yang berbahaya, Iritasi, Luka pada kulit dan
Sengatan listrik..

2. Resiko yang dapat terjadi di laboratorium Luka gores, Iritasi pada hidung dan
tenggorokkan, Luka bakar, Luka tusuk, Keracunan, Memar, Timbulnya kebakaran
dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat

bahkan kematian, Penularan dan Kebutaan.

3. Pertolongan pertama pada kecelakaan meliputi; Memastikan keselamatan


penolong., Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan,
Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari
penderita, mengenali dan mengatasi cedera yang mengancam nyawa,
menstabilkan penderita dan meneruskan pemantauan, meminta bantuan bila
dianggap perlu,m nenangkan kondisi korban dengan cara yang tepat, dan
mengupayakan bantuan medis dengan cepat.

3.2 Saran

Selain didukung oleh fasilitas keamanan laboratorium, setiap pekerja di


laboratorium sebaiknya menyadari bahwa bekerja di laboratorium
mengandung resiko yang membahayakan keselamatan kerja. Oleh karena itu
untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan keselamatan kerja
maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya, dan kegiatan laboratorium
yang dapat menimbulkan kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Afifah, liana putri. 2014. Bahaya dan penilaian Resiko. Diakses pada 30
September 2015. http://liyanaputriafifah.blogspot.co.id/2014/09/bahaya-
dan-penilaian-resiko.html

Atmawidjaja, Sudana. 1999. Keselamatan Kerja dan Penanggulangan Bahaya di


Laboratorium. Bandung. LP3 ITB

Fitriyana, 2011. Desain dan Fasilitas Laboratorium Fisika. Diakses tanggal 16


September 2015 (http://physicslaboratory.blogspot.com/2012/03/desain-
laboratorium-fisika.html.

John Ridley. 2008. Health and Safety in Brief. England : Elsevier Ltd

Kadarohman, Asef. 2007. Management Laboratorium IPA. Makalah. Departemen


Agama Indonesia.

Kemendikbud. 2011. Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Fisika.


Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Kamri, Nur. 2003. Identifikasi Resiko ditempat kerja. Diakses tanggal 16


September 2015http://nrkamri.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-faktor-
bahaya-di-tempat.html

Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri


Malang

Rizwan Hamdi. 2008. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan. Diakses tanggal 16


September 2015 dari http://www.rizwanhamdi.com/?p=128

24
25

Anda mungkin juga menyukai