Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar ISPA

2.2.1. Pengertian ISPA

Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan

Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya

Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris

Accute Respiratory Infections (ARI). Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada

dua pendapat, pendapat pertama memilih istilah ISPA (Infeksi Saluran

Pernafasan Akut) dan pendapat kedua memilih istilah ISNA (Infeksi Saluran

Nafas Akut). Pada akhir lokakarya diputuskan untuk memilih ISPA dan

istilah ini pula yang dipakai hingga sekarang (Depkes RI, 2002). Istilah ISPA

mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut.

Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:

2.2.1.1.Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2.2.1.2.Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran

pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk

1
2

jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan

batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernafasan

(respiratory tract).

2.2.1.3.Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini.

Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini

dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2002).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran

pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang

berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas

laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan

bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan

terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA

merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang

terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab,

dingin atau cuaca terlalu panas (Saydam, 2011). ISPA adalah penyakit yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai

dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu

tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran
3

pernafasan atau strukturyang berhubungan dengan pernafasan yang

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2.2.2. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain

(Suhandayani, 2007).

2.2.3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

2.2.3.1. ISPA ringan : Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila

ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.

2.2.3.2. ISPA sedang : ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu

tubuh lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti

mengorok.

2.2.3.3. ISPA berat : Gejala meliputi kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak

teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis)

dan gelisah.

2.2.4. Tanda dan gejala

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian

saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan


4

dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta

perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing,

malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah),

photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara

nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan

dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas

apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson,

2003).

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

2.2.4.1.Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal

pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak

diraba.
5

2.2.4.2.Gejala dari ISPA Sedang

Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala

dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari batas normalnya. Cara menghitung pernafasan ialah

dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk

menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

2.2.4.3.Gejala dari ISPA Berat

Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala

ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.


6

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah

2.2.5. Patofisiologi ISPA

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas.

Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri.

Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi

di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier

dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka

bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut

akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun

bawah (Fuad, 2008).

2.2.6. Penatalaksanaan ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus

yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program

(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik

dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman

penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat

batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup

pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
7

tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA

meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak

dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan

mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak

menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini

diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat

dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu

membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada

bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi

dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

b. Pengobatan

1) ISPA berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic parenteral,

oksigendan sebagainya.

2) ISPA sedang : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3) ISPA ringan: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang

tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan


8

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan

didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah

bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman

streptococcuss dan harus diberi antibiotic (penisilin) selama 10 hari. Tanda

bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan

khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

2. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI (2002), pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau

terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya

dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air

putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan

menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka

kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /

bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun

orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita


9

supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh

virus/bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga

dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan

terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi

udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri

yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara

yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa

virus/ bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang

melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari

sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan

melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

3. Penyebab penyakit ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas.

Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu

yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak

menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah


10

tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar

kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah

mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak

nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut

mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen

dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2009).

2.2. Balita

1. Pengertian balita

Secara harfiah, balita merupakan anak usia kurang dari lima tahun sehingga

bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal

(kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia

di atas satu tahun (Adisasmito, 2007). Sedangkan menurut Kuntjoyo (2006), Balita

adalah anak-anak yang berusia diatas 14 hari sampai dengan dibawah 6 tahun. Dalam

keseharian kita balita sering diartikan bayi lima tahun. Masa balita dibedakan pada 2

fase yaitu :

a. Masa bayi

Masa Bayi berlangsung dari usia sekitar 14 hari sampai sekitar 2 tahun. Masa

bayi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Masa bayi merupakan masa dasar dari perkembangan selanjutnya.

2) Masa bayi merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat.
11

3) Masa bayi merupakan masa berkurangnya masa ketergantungan.

4) Masa bayi merupakan masa meningkatnya individualitas.

5) Masa bayi adalah masa permulaan sosialisasi.

6) Masa bayi merupakan masa permulaan penggolongan perak seks.

7) Masa bayi merupakan masa yang menarik.

8) Masa bayi merupakan masa perkembangan kreatifitas.

b. Masa kanak-kanak

Masa kanak-kanak terdiri dari 2 fase yaitu masa kanak-kanak awal dan masa

kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak awal yaitu masa kanak-kanak yang

berusia diatas 2 tahun dan dibawah 6 tahun, sedangkan masa kanak-kanak akhir

berusia di atas 6 tahun dan di bawah 12 tahun. Dalam karya tulis ini

pembahasan dibatasi pada fase masa kanak-kanak awal yaitu anak-anak yang

berusia diatas 2 tahun dan dibawah 6 tahun. Masa kanak-kanak awal anak-anak

memiliki ciri-ciri sebagai berikut, seperti yang digambarkan oleh orang tua,

pendidik atau guru dan psikolog.

1) Menurut orang tua masa kanak-kanak awal

Merupakan :

a) Masa yang bermasalah atau masa-masa yang sulit bagi orang tua karena

pada masa kanak-kanak awal, anak-anak sedang mengembangkan

kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya

kurang berhasil.
12

b) Masa bermain yaitu karena anak-anak menghabiskan sebagian besar

waktu bermain dengan mainannya.

2) Menurut pendidik, masa kanak kanak awal

Merupakan masa usia pra sekolah atau pre school age adalah usia yang

belum memasuki usia sekolah atau masih berada di taman kanak-kanak,

kelompok bermain atau penitipan anak-anak.

3) Menurut psikolog, masa kanak-kanak awal

Merupakan :

a) Masa kelompok yaitu masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar

perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi

yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas

satu. 

b) Masa menjelajah yaitu sebuah label yang menunjukkan anak ingin

mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya,

bagaimana perasaannya dan bagaimana anak dapat menjadi bagian dari

lingkungannya, ini termasuk manusia dan benda mati.

c) Masa bertanya yaitu  untuk mengetahui keadaan lingkungannya,

bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia

dapat menjadi bagian dari lingkungannya, ini termasuk manusia dan

benda mati. Salah satu cara yang umum dalam menjelajah lingkungan

adalah dengan bertanya pada orang terdekat misalnya orangtua.


13

d) Masa meniru yaitu belajar dengan cara mempersamakan diri atau

learning by imitation sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan dan

aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi

tertentu pada orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode

ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

e) Masa kreatif yaitu anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain

selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain dalam

kehidupannya.

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu

hal, maka akan timbul pemikiran tentang segi positif dan negatif mengenai

hal tersebut, pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap-sikap seseorang

sesuai dengan pemikirannya, kalau positif akan menimbulkan sikap positif

demikian pula sebaliknya (Green dalam Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan

atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Hidayat (2007), Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu

proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap

objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan..

Pengetahuan adalah hasil tahu, yaitu yang terjadi jika seseorang melakukan
14

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui

pancaindera yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Tindakan yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik di banding dengan tanpa didasari

pengetahuan (Arikunto, 2008).

Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian

pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain

pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.

Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi.

b. Tingkatan Pengetahuan

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)

terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2010).

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari (Notoatmodjo, 2010).


15

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya). Aplikasi

ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

(Notoatmodjo, 2010).

4) Analisa (analysis)

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat

dari penggunaan kata karena dapat menggambarkan, membedakan dan

mengelompokkan (Notoatmodjo, 2010).

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2010).

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang

telah ada sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).


16

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), banyak yang digunakan untuk

memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara mendapatkan

pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yaitu cara tradisional atau non

ilmiah dan cara modern atau yang disebut cara ilmiah.

1) Cara Tradisional

Cara ini ada empat cara, yaitu:

a) Trial and Error atau coba-salah

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dengan memecahkan masalah dan apabila tidak berhasil

maka dicoba lagi dengan kemungkian yang lain sampai berhasil, oleh

karena itu cara ini disebut dengan metode trial (coba) dan error (gagal

atau salah) atau metode coba-salah. Pengalaman yang diperoleh

melalui penggunaan ini banyak membantu perkembangan berfikir dan

kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna.

b) Kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisional,


17

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru yang terbaik”,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

d) Jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikiran baik melalui induksi maupun deduksi.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-

pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum kepada yang khusus.

2) Cara Ilmiah atau Cara Modern

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang

lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau

lebih populer disebut metodologi penelitian (Research Methodology).

d. Tahap pengetahuan

Tahap-tahap pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), yang

mengutip pendapat Rogers (1974) terdiri dari :


18

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-menimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan

(Notoadmodjo, 2010). Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-

masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan penilaian atau skoring

yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.

2) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75%.

3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai < 55%.
19

2. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian ISPA

Menurut Azwar (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah

faktor internal dan eksternal masa lalu, pengetahuan, pengalaman pribadi atau

individu, motivasi dan status kepribadian. Tingkat pengetahuan yang rendah

kemungkinan dapat mengurangi rasa percaya diri dalam hal wawasan dan

kemampuan pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir

wawasan serta tindakan atau sikap seseorang akan mempengaruhi pola pikir

wawasan serta tindakan atau sikap seseorang.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), yang menyatakan

bahwa, tindakan yang didasari pengetahuan yang tinggi akan menimbulkan respon

batin dalam bentuk sikap yang positif dan akan berdampak pada tindakan yang

akan dilakukan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan sesorang maka akan semakin

positif sikap seseorang sehingga semakin baik pula cara bertindak seseorang dalam

melakukan perawatan.

Salah satu strategi penting dalam upaya penyelenggaraan ISPA adalah

terlibatnya secara aktif anggota keluarga dalam upaya diri khusus terhadap ISPA.

Pengetahuan yang benar tentang ISPA dan lebih dalam lagi pengetahuan yang

cukup untuk membedakan ISPA ringan, sedang dan berat akan sangat membantu.

Oleh karena itu, untuk mengetahui pemahaman pada masyarakat maka perlu

diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap segala

sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit ISPA ini (Notoatmodjo, 2010).
20

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen31 halaman
    Bab Ii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • SDG'S Baru
    SDG'S Baru
    Dokumen15 halaman
    SDG'S Baru
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • BAB II Baru Elpa
    BAB II Baru Elpa
    Dokumen23 halaman
    BAB II Baru Elpa
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Efektifitas Program Kerja Berdasarkan Data Hasil Penelitian
    Efektifitas Program Kerja Berdasarkan Data Hasil Penelitian
    Dokumen49 halaman
    Efektifitas Program Kerja Berdasarkan Data Hasil Penelitian
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Format Pengumpulan Data 2
    Format Pengumpulan Data 2
    Dokumen1 halaman
    Format Pengumpulan Data 2
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    rianiellyana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsul Pembimbing 1
    Lembar Konsul Pembimbing 1
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsul Pembimbing 1
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar isi skripsi
    Daftar isi skripsi
    Dokumen3 halaman
    Daftar isi skripsi
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan Menjadi Responden
    Lembar Persetujuan Menjadi Responden
    Dokumen1 halaman
    Lembar Persetujuan Menjadi Responden
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen3 halaman
    KUESIONER
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Surat Pengantar Responden
    Surat Pengantar Responden
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengantar Responden
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen3 halaman
    KUESIONER
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar isi skripsi
    Daftar isi skripsi
    Dokumen3 halaman
    Daftar isi skripsi
    Bayu Syahputra
    Belum ada peringkat