Mata kuliah
“Fiqh Jinayah”
Kelas : E
Semester 3
Puji syukur marilah kita sampaikan kepada Allah Swt. Atas segala rahmat,
nikmat, dan inayah-Nya. Kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
sederhana yang berjudul “Tindak pidana pembunuhan” tepat pada
waktunya dengan berbagai kesulitan dan rintangan. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada sang revolusioner Islam pembawa risalah, pemersatu
umat dengan ikatan tauhid Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan
pengikutnya. Makalah ini bertujuan dapat menambah pengetahuan tentang
Sejarah & Penghantar hukum islam. Makalah ini disusun berdasarkan sumber
bacaan, pengetahuan yang kami ketahui, dari berbagai buku serta sumber
lainnya yang relevan dalam bahasan ini. Sehingga masih banyak kekurangan-
kekurangan didalampembahasan ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan dari kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah ikut berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita dan dapat menambah
informasi, pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca.
Amin……
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Tindak Pidana Pembunuhan dalam Fiqh Jinayah
B. Unsur-unsur Tindak Pidana Pembunuhan dalam Fiqh Jinayah
Jinayah
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di sisi lain manusia ingin hidup secara tenteram, tertib, damai dan
kejahatan manusia berikut upaya preventif dan represif dijelaskan dalam fiqih
akidah dan moral. Itulah sebabnya, akhlak jadi tolak ukur bagi semua
pekerjaan. Selain itu, hukum Islam mengawinkan dunia dan akhirat, seimbang
antara kebutuhan rohani dan jasmani. Ia mudah diamalkan, tidak sulit, tidak
mempersulit dan tidak sempit, serta sesuai pula dengan logika yang benar dan
fitrah manusia. Manfaat yang diperoleh bagi yang mematuhi suruhan Allah
BAB II
1
William Montgomery Watt, Islam, alih bahasa Imran Rasyadi, Yogyakarta: Jendela,
2002, hlm. 104-105.
2
Istilah Jinayah berorientasi pada hasil perbuatan seseorang yang dilarang oleh syara,
para fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya terbatas pada perbuatan yang mengancam
keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya. Lihat HA. Djazuli, Fiqh
Jinayah; Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, cet. III, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000, hlm. I
PEMBAHASAN
A.Tindak Pidana Pembunuhan dalam Fiqh Jinayah
a. Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan oleh
1) Jarimah hudud atau Qishash/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat,
3
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004),
18.
4
A. Djazuli., Fiqh Jinayah, (Raja Grafindo Persada: Jakarta,1997), 13
5
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinayah, …,18-19
amanah, dan menghina agama.
Pembunuhan secara etimologi, merupakan bentuk masdar قتالdari fi‟ il madhi قتل
yang artinya membunuh.Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan
proses, perbuatan, atau cara membunuh. Sedangkan pengertian membunuh adalah
mematikan, menghilangkan, (menghabisi, mencabut) nyawa. Para ulama
mendefinikasikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan
hilangnya nyawa. Sebagian fuqaha membagi pembunuhan menjadi dua bagian :
pembunuhan sengaja dan pembunuhan kesalahan.
Qishash. Karena di antara tindakan kekejaman itu ada yang disengaja, ada yang
semua.6
oleh para fuqaha’. Pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama adalah
6
6 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 10, ..., 28
7
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 10, ..., 124.
Unsur-unsur pembunuhan sengaja meliputi :
Unsur yang pertama, Yang dimaksud bahwa korban itu manusia hidup
adalah ia hidup ketika terjadi pembunuhan, sekalipun keadaan sakit keras. Adapun
bayi yang berada dalam perut ibunya tidak dianggap sebagai manusia hidup yang
pembunuhan dalam bentuk khusus, dan sanksinya pun khusus maksud dari
pembunuhaan dalam bentuk khusus adalah jika yang melakukan pembunuhan tersebut
adalah ibu dari anak tersebut maka di jelaskan oleh rasulullah bahwa tidak ada
hukuman qisas bagi pelaku nya atau ibu tersebut, tetapi di dalam hukum pidana islam
di indonesia pelaku pembunuhan anak akan di berikan sanksi dan hukuman maksimal
15 tahun penjara.
pembunuhan anak tidak sengaja, tidak ada niat untuk menghilangkan nyawa tapi
orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital anggota
asasi manusia. Akan tetapi, dalam hukum Islam, ada pembunuhan yang
diperbolehkan karena alasan hukum, yaitu pelaku yang harus dijatuhi hukuman
Qishash, pembunuhan yang dilakukan karena terpaksa pada saat pelaku membela
diri, dan pembunuhan yang terjadi dalam peperangan. Jadi, pembunuhan yang
tidak dibenarkan dalam hukum syara‟ adalah yang diharamkan oleh Allah dan
Rasulullah SAW.8
Allah SWT. berfirman :Yang Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa jiwa terbagi menjadi dua.
8
Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum pidana islam Fiqh Jinayah, ..., 273
9
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, ..., 88.
Pertama, jiwa yang dilindungi karena diharamkan untuk dihilangkan tanpa alasan
yang sah. Kedua, jiwa (nyawa) yang boleh dihilangkan karena terdapat alasan
dengan jelas dinyatakan oleh Rasulullah SAW., “Tidak halal darah seorang
berfirman,
هّٰللا ۤ
ُصلَّب ُْٓوا اَوْ تُقَطَّ َع اَ ْي ِد ْي ِه ْم َواَرْ ُجلُهُ ْم ِّم ْن
َ ض فَ َسادًا اَ ْن يُّقَتَّلُ ْٓوا اَوْ ي ِ اِنَّ َما َج ٰزؤُا الَّ ِذ ْينَ ي َُح
ِ ْاربُوْ نَ َ َو َرسُوْ لَهٗ َويَ ْس َعوْ نَ فِى ااْل َر
ي فِى ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ َع ِظ ْي ٌم ٌ ض ٰذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز ِ ۗ ْف اَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ ااْل َر
ٍ ِخاَل
10
Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum pidana islam Fiqh Jinayah, ..., 274
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, ..., 7
D. Pertanggungjawaban Tindak Pidana Pembunuhan dalam Fiqh
Jinayah
1. Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam fiqh jinayah
yaitu manusia harus bertanggungjawab atas akibat dari perbuatan haram yang
mengetahui arti serta akibat perbuatan tersebut. Maka dari itu, orang yang
perbuatan tersebut. Demikian pula orang yang melakukan suatu perbuatan haram
seperti anak-anak atau orang gila, maka dia tidak bertanggungjawab atas
Apabila ketiga dasar ini ada, pertanggungjawaban pidana harus ada, tetapi
jika salah satu diantaranya tidak ada, pertanggungjawaban tidak ada. Dengan
demikian orang gila, anak di bawah umur, orang yang dipaksa dan terpaksa tidak
tidak ada.
perbuatan maksiat, yaitu mengerjakan perbuatan yang dilarang oleh syara‟ atau
yaitu adanya idrak dan ikhtiar. Apabila pertanggungjawaban pidana itu tergantung
ini disebabkan oleh karena kejahatan seseorang itu erat kaitannya dengan niatnya,
kekeliruan. Sengaja terbagi kepada dua bagian, yaitu sengaja semata-mata dan
menyerupai sengaja. Sedangkan kekeliruan juga ada dua macam, yaitu keliru
maka pertanggung jawaban itu juga ada empat tingkatan sesuai dengan tingkatan
perbuatan melawan hukum tadi, yaitu sengaja, semi sengaja, keliru dan yang
12
Ibid., 76.
13
Ibid., 77
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hukum pidana Islam adalah bagian dari hukum Islam, jadi sumber-sumber hukumnya
di ambil dari al-Qur’an, as-Sunnah/al-Hadits, Ijma’ da Qiyas. Tapi dalam hukum
material Qias masih di perseslisihkan, bahkan ada satu pendapat bahwa Qias tidak di
masukkan dalam sumber-sumber hukum Islam.
Al-Qur’an adalah sumber hukum ajaran islam yang pertama yang memuat kumpulan
beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
Allah, dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan hubungannya dengan alam beserta
makhluk lainnya.
Anwar, Yesmil dan Adang. Sistem peradilan pidana: konsep komponen, dan
padjadjaran. 2009.