Anda di halaman 1dari 16

TINDAK PIDANA PERZINAHAN

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Jinayah)

Dosen Pengampu : Dr.H.Akhwad ikhwani,I.C.,M.A

Nama kelompok:

Deni Agus Wijarnako (2021030376)

Ovie Liani (2021030305)

Rissa Dwi Ardhana (2021030132)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH

(TA 2021/2022)

KATA PENGANTAR
‫ْــــــــــــــــم اﷲِالرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬
ِ ‫بِس‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "TINDAK
PIDANA PERZINAHAN" Makalah ini dapat tewujud berkat adanya bantuan dari teman kelompok
serta dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
selaku pembimbing mata kuliah FIQIH JINAYAH dalam pembuatan makalah ini dengan penuh
kecermatan dan ketelitian. Kedua orang tua tercinta yang selalu membimbing dan memberikan
do’a restunya. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati kami siap menerima kritik dan saran yang sipatnya membangun dalam
guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan teman-teman, serta
pemerhati pendidikan pada umumnya, dan ini merupakan wujud sebuah pengabdian kami
kepada Allah SWT.

Bandar lampung, 31 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………............
……………........................................................…….i

DAFTAR ISI………………………………………………………..……………............................
….......………...…………ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………..…….....…..........................…......
…………………..……1

b. Rumusan Masalah…………………………………..………..…………...........................
……......…………………2

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Zina Menurut Hukum Islam.......…………………...................……................


……....….3

b. Pengertian Zina Menurut Para Ulama.……………………………….............................….


……….…..…3

c. Sumber Hukum Zina…………………………......……………......


…………….............................................4

d. Macam-macam Zina…………………......……………......…………….....................……….
…………............7

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………….…………………..……………...
…................................…..……….....12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zina pada hakekatnya adalah melakukan hubungan badan di luar nikah. Sayangnya dalam pasal
284 KUHP yang berlaku sekarang mengalami penyempitan makna, zina hanya dilakukan oleh
orang yang salah satunya terikat perkawinan dengan orang lain. Tetapi seperti kita ketahui
bahwa pasal tersebut masih kurang pas dalam penerapannya di masyarakat Indonesia karena
dalam pasal tersebut masih amat sempit pengertian dan pemahamannya tentang zina.
Menurut hukum yang hidup dimasyarakat zina adalah hubungan badan diluar nikah, baik yang
salah satunya terikat tali perkawinan atau keduannya belum terikat.

Zina (bahasa Arab, bahasa Ibrani, zanah) adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan
perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina
bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas
seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.

Perzinahan merupakan penyakit masyarakat yang semakin marak sekarang ini dan mempunyai
sejarah panjang. Sejak adanya kehidupan manusia telah diatur norma-norma perkawinan, dan
sejak saat itu pula perzinahan sebagai salah satu penyimpangan dari pada norma-norma
perkawinan tersebut, zina tidak ada habis-habisnya yang terdapat di semua masyarakat di
dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam pemikiran masyarakat pada umumnya zina yang diterangkan dalam KUHP kita hanya
menjerat orang melakukan zina jika salah satunya terikat tali perkawinan, berarti jika orang
yang melakukan zina yang keduannya belum memiliki tali perkawinan maka perbuatan tersebut
tidak dipidana. Lagi pula, pasal 284 KUHP adalah delik aduan yang tidak memungkinkan
perbuatan itu dipidana jika tidak ada yang mengadukan dari pihak yang dirugikan (suami atau
istri yang dikhianati pasangannya). Pandangan inilah yang seharusnya diubah dalam kebijakan
hukum pidana dalam tindak pidana zina, walaupun konsep KUHP belum rampung diketok oleh
badan legislative, dan legalitas formal kita pun belum diatur secara jelas, kita bias menggunakan
asas legalitas materiel yang memungkinkan seorang hakim hanya mendasarkan hukum yang
tertulis saja tetapi hukum yang hidup di masyarakat pun bisa dipakai menjadi dasar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Zina Menurut Hukum Islam

2. Pengertian Zina Menurut Para Ulama

3. Sumber Hukum Zina

4. Macam-macam Zina
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zina Menurut Hukum Islam

Zina secara harfiah berarti fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah
hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang satu sama lain
tidak terikat dalam hubungan perkawinan. Para fuqaha (ahli hukum Islam) mengartikan zina
yaitu melakukan hubungan seksual dalam arti memasukkan zakar (kelamin pria) ke dalam
vagina wanita yang dinyatakan haram, bukan karena syubhat dan atas dasar syahwat. Zina
diartikan sebagai hubungan kelamin anatara laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri
yang sah (di luar nikah). Islam menganggap zina bukan hanya sebagai perbuatan dosa besar
melainkan juga sebagai tindakan yang akan memberi peluang bagi berbagai perbuatan
memalukan lainnya yang akan menghancurkan landasan keluarga yang sangat mendasar yang
akan mengakibatkan terjadinya banyak perselisihan dan pembunuhan, menghancurkan nama
baik dan harta benda, serta menyebarluaskan berbagai macam penyakit baik jasmani maupun
rohani.

B. Pengertian Zina Menurut Para Ulama

Para ulama dalam memberikan defenisi zina ini berbeda redaksinya, namun dalam substansinya
hampir sama.
1. Pendapat Malikiyah

Mazhab Malikiyah mendefinisikan bahwa zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh orang
mukallaf terhadap kemaluan manusia (wanita) yang bukan miliknya secara disepakati dengan
kesengajaan.
2. Pendapat Hanafiah
Zina adalah nama bagi persetubuhan yang haram dalam kemaluan seorang perempuan yang
masih hidup dan bukan dalam terpaksa di dalam negeri yang adil yang dilakukan oleh orang-
orang kepadanya berlaku hukum Islam, dan wanita tersebut bukan miliknya dan tidak ada
syubhat dalam miliknya.6 Oleh karena itu, apabila laki-laki melakukannya sesama jenis atau
perempuan dengan sesama jenis, tidak termasuk kriteria zina walupun tetap berdosa.
3. Pendapat Syafi’iyah

Syafi‟iyah sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Audah, memberikan defenisi zina adalah
memasukkan zakar ke dalam kemaluan yang diharamkan karena zatnya tanpa ada syubhat dan
menurut tabiatnya menimbulkan syahwat. Oleh karena itu, masuknya ujung kemaluan laki-laki
meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanita yang haram dalam keadaan syahwat yang
alami tanpa syubhat.
4. Pendapat Hambaliyah

Zina adalah melakukan perbuatan keji (persetubuhan), baik terhadap kemaluan maupun dubur
(bukan kemaluan). Jika kita menganalisa dari beberapa defenisi tersebut maka pada
substansinya adalah sama, yaitu bahwa zina adalah hubungan kelamin antara seorang wanita
dan seorang laki-laki yang tidak melalui sebuah pernikahan, akan tetapi ada sedikit perbedaan
yang dikemukakan oleh mazhab hambaliyah yang menegaskan bahwa zina adalah perbuatan
keji yang dilakukan terhadap kemaluan atau bukan kemaluan (pantat).

Dari berbagai macam definisi tentang zina diatas maka dapat penyusun simpulkan bahwa zina
adalah perbuatan bersetubuh (memasukkan penis kedalam vagina) diluar ikatan pernikahan
yang sah dan berbeda jenis kelaminnya, yang dapat merusak kehormatan/perhiasan
perempuan (pecahnya selaput darah dalam vagina).

C. Sumber Hukum Zina

1. Al-Qur’an

- Surat An Nur ayat 2


َ‫ل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِ ْي ِد ْي ِن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَــوْ ِم ااْل ٰ ِخـ ۚ ِر َو ْليَ ْشـهَ ْد‬
َ‫َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕٕىِـفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

- SuratُA’rafُayatُ80-81ُ:

َ ‫) إِنَّ ُك ْم لَتَـأْتُونَ ال ِّر َجـ‬80( َ‫َولُوطًا إِ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ِه أَتَأْتُونَ ْالفَا ِح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن أَ َح ٍد ِمنَ ْال َعــالَ ِمين‬
‫ال َشـ ْه َوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسـا ِء بَــلْ أَ ْنتُ ْم‬
)81( َ‫ْرفُون‬
ِ ‫} قَوْ ٌم ُمس‬

Artinya: "Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?"
Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian
(kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah kaum yang
melampaui batas."

- Surah an-Nisa ayat 15-16.

َ ‫ت أَوْ يَجْ َعـ‬


‫ـل‬ ُ ْ‫ت َحتَّى يَتَ َوفَّاه َُّن ْال َمو‬ ِ َ‫َوالاَّل تِي يَأْتِينَ ْالف‬
ِ ‫اح َشةَ ِم ْن نِ َسائِ ُك ْم فَا ْستَ ْش ِهدُوا َعلَ ْي ِه َّن أَرْ بَ َعةً ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن َش ِهدُوا فَأ َ ْم ِس ُكوه َُّن فِي ْالبُيُو‬
)16( ‫) َواللَّ َذا ِن يَأْتِيَانِهَا ِم ْن ُك ْم فَآ َ ُذوهُ َما فَإ ِ ْن تَابَا َوأَصْ لَ َحا فَأ َ ْع ِرضُوا َع ْنهُ َما إِ َّن هَّللا َ َكانَ تَوَّابًا َر ِحي ًما‬15( ‫هَّللا ُ لَه َُّن َسبِياًل‬

Artinya: 15- Dan perempuan-perempuan yang melakukan perbuatan keji dari perempuan
-perempuan kalian, hendaklah terhadap mereka ada empat saksi dari kalian
(yang menyaksikannya). Apabila mereka telah bersaksi maka kurunglah
perempuan-perempuan itu di dalam rumah sampai ajal menemui mereka
atau sampai Allah memberi jalan (yang lain) kepadanya. 16- Dan terhadap
dua orang yang melakukan perbuatan keji diantara kalian maka berikanlah
hukuman kepada mereka berdua. Jika keduanya bertaubat dan
memperbaiki diri maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha
menerima taubat dan Maha penyayang.

- Surah al-Isra' ayat 32.

‫ٱلزن ٰ َٓى ۖ إِنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َسبِي ًل‬ ۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”

Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar
dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan
kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya
AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek
hidup bersama tanpa nikah. Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa
besar. Dalam agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah
menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam
Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan
dilarang oleh Allah.

2. Hadits

Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya:

1. “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu
(bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.”
(Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu
Hurairah).

2. “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata
zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya
memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang
berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.”
(HR Bukhari).

D. Macam-Macam Zina

Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :


1. Zina al-lamam

a. Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang. Di dalam Islam
ada jenis maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat atau zina ain). Lahadhat itu,
pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya sekadar
memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya. Pandangan mata adalah sumber
itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang menjaga
pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka
manusia itu akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa
Sallam, pernah menasihati Ali :“Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan
kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan”.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda
“Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan
pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan
dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat” Yang tergolong “zina mata” (berzina dengan
mata) adalah melihat dengan syahwat. Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek
mandi,

b. Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan
senang kepadanya. “Zina hati” adalah “mengharap-harap kesempatan untuk berzina” atau
“memelihara hasrat untuk berzina”. Pengertian “zina hati” (berzina dalam hati) adalah
mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi. Contohnya: berpikiran mesum.

c. Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang
kepadanya. Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong
zina lisan.Yang tergolong “zina lisan” adalah yang disertai dengan nafsu birahi. Contohnya:
ucapan mesum

d. Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senang
kepadanya. Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak
baik, melakukan masturbasi atau onani untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau
ditilik dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani dikategorikan sebagai bentuk zina
tangan. Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai
mengeluarkan sperma, maka baginya berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu berdasarkan
hadis Nabi saw yang mengatakan ”Air (mandi itu wajib) dari (keluarnya) air (sperma). (HR
Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib mandi besar. Untuk itu Nabi
saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan ”Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah
sanggup kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan menjaga pandangan dan
melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa,
karena Hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.” (HR Bukhari).

2. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)

a. Zina Muhshon.
Para ulama sepakat hukuman bagi pezina muhshon (pezina yang telah menikah dan
berzina dengan selain pasangan yang dinikahinya) adalah rajam sampai mati.

b. Zina Ghoiru Muhshon.

Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri, hukumannya
adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.Perbuatan zina adalah perbuatan
dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi yang berat bagi pelaku, oleh karena itu
untuk menentukan bahwa seseorang telah berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara
sbagaimana telah digariskan oleh rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki,
memberikan yang sama mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan cara melakukannya. Pengakuan
dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut imam syafi’i dan imam
malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali, namun menurut imam abu hanifah dan
imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi
hukuman.

Para ulama‟ sepakat hukuman untuk perawan atau jejaka adalah dera sebanyak 100 kali dan
pengasingan selama satu tahun.13 Sebagaimana dalam firman Allah QS an-Nur /24:2.

‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَـةٌ فِ ْي ِد ْي ِن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُــوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَــوْ ِم ااْل ٰ ِخـ ۚ ِر َو ْليَ ْشـهَ ْد‬
َ‫َع َذابَهُ َما طَ ۤا ِٕٕىِـفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya
keduanya mencegahseratus
kamu dali dera,
untuk dan janganlah
(menjalankan) belasAllah,
agama kasihan
jikakepada
kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

c. Homo seksual Musahaqah

Adapun hukuman bagi orang yang melakukan homoseksual di kalangan ulama terdapat
perbedaan pendapat. Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad hukuman bagi
orang yang zina. Mereka beralasan bahwa al-Qur‟an menyamakan diantara keduanya.16 Dasar
keharaman homo seksual adalah QS alA‟raf/ 7: 80-81.

َ ‫) إِنَّ ُك ْم لَتَـأْتُونَ ال ِّر َجـ‬80( َ‫َولُوطًا إِ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ِه أَتَأْتُونَ ْالفَا ِح َشةَ َما َسبَقَ ُك ْم بِهَا ِم ْن أَ َح ٍد ِمنَ ْال َعــالَ ِمين‬
‫ال َشـ ْه َوةً ِم ْن دُو ِن النِّ َسـا ِء بَــلْ أَ ْنتُ ْم‬
)81( َ‫ْرفُون‬
ِ ‫} قَوْ ٌم ُمس‬

Artinya: "Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian?"
Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian
(kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah kaum yang
melampaui batas."

Menurut riwayat khulafah bahwasanya imam Abu Bakar dan Imam Ali berpendapat
bahwasanya hukuman untuk homo adalah dibunuh dengan pedang kemudian di bakar,
sedangkan Imam Umar dan Imam Utsman adalah di jauhi benda-benda yang berat sampai
tewas.19 Oleh karena itu, hukuman pelaku homo mendapatkan laknat, di hukum bunuh baik
yang jadi subjek maupun objek.

d. Lesbian.

Istilah lesbian diperuntukkan bagi panggilan wanita-wanita yang melakukan hubungan seksual
sesamanya. Lesbian merupakan salah satu bentuk kebalikan homoseks, artinya para wanita
lesbian itu cenderung untuk mencintai sejenisnya dan ia akan mendapatkan kepuasan seks bila
dilakukan dengan wanita dan bukan dengan laki-laki .

Menurut Sayyid Sabiq, bahwa lesbian di hukum ta‟zir yaitu suatu hukuman yang berat atau
ringan, diserahkan kepada pengadilan. Jadi hukuman terhadap lesbian lebih ringan bila
dibandingkan dengan hukuman homoseksual. Hal ini disebabkan karena lesbian melakukan
hubungan seks dengan cara menggesekkan saja, berbeda dengan homoseks. Namun perbuatan
ini tetap diharamkan, karena bertentangan dengan fitrah manusia, moral dan agama. Oleh
karena itu, setiap perbuatan yang mengarah kepada perbuatan zina tetap di haramkan karena
dapat merusak akhlak dan moral.

e. Zoovilla (ittiyan al-Bahima)

Para ulama sepakat keharaman bersetubuh dengan hewan, hanya saja untuk hukumann
mereka masih berbeda pendapat. Imam Syafi‟i mengatakan bahwasanya orang yang
bersetubuh dengan hewan harus di bunuh sebagaimana sabda Rasulullah: "Telah menceritakan
kepadaku Abu Sa'id telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari 'Amru bin Abu
'Amru dari Ikrimah dari Ibnu Abbas; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang menyetubuhi binatang, maka bunuhlah dia dan juga binatangnya".

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa orang yang melakukan zina dengan dengan hewan itu
dapat dihukum, hewan yang menjadi korbannya tidak berdosa karena tidak mempunyai akal.

f. Necrovilia (bersetubuh dengan mayat) Ittiyam Al-Mayati.

Dalam kasus menyetubuhi mayat ini, ulama‟ pun berbeda pendapat mengenai hal ini. Pendapat
yang pertama datang dari Imam Hanafi bahwahsanya perbuatan tersebut tidak dikenai tindak
pidana zina, dengan demikian pelakunya hanya dikenai dengan hukuman ta‟zir, alasannya
adalah bahwa persetubuhan tersebut dapat dianggap tidak melakukan persetubuhan karena
organ tubuh mayat sudah tidak berfungsi, dan menururt kebiasaan hal ini tidak menimbulkan
syahwat.

Pendapat kedua datang dari Imam Syafi‟i dan Hambali. Perbuatan tersebut dianggap sebagai
zina yang dikenai hukuman had apabila pelakunya bukan suamiistri. Sebab perbuatan tersebut
merupakan persetubuhan yang di haramkan bahkan dosanya lebih berat dari pada zina, karena
menabrak dua dosa yaitu zina dan kehormatan mayat.

Pendapat ke tiga dari Imam Malik, apabila seorang menyetubuhi mayat dan bukan istrinya
maka perbuatannya tersebut dianggap zina dan harus di hukum had, akan tetapi jika disetubuhi
itu istrinya ia tidak dikenai hukuman had, dan jika yang melakukan persetubuhan itu
perempuan terhadap laki-laki yang telah meninggal hukumannya hanyalah ta‟zir. Oleh karena
itu, meskipun perbedaan pendapat dari kalangan ulama perbutan itu tetap merupakan dosa
besar karena telah merusak kehormatan mayat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zina secara harfiah berarti fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah
hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang satu sama lain
tidak terikat dalam hubungan perkawinan. Para fuqaha (ahli hukum Islam) mengartikan zina
yaitu melakukan hubungan seksual dalam arti memasukkan zakar (kelamin pria) ke dalam
vagina wanita yang dinyatakan haram, bukan karena syubhat dan atas dasar syahwat. Zina
diartikan sebagai hubungan kelamin anatara laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri
yang sah (di luar nikah). Islam menganggap zina bukan hanya sebagai perbuatan dosa besar
melainkan juga sebagai tindakan yang akan memberi peluang bagi berbagai perbuatan
memalukan lainnya yang akan menghancurkan landasan keluarga yang sangat mendasar yang
akan mengakibatkan terjadinya banyak perselisihan dan pembunuhan, menghancurkan nama
baik dan harta benda, serta menyebarluaskan berbagai macam penyakit baik jasmani maupun
rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin . Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Audah, Abdul Qadir. Al-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun AlWad’i, Beiru :
Mu’assasah Al-Risalah, 1992.

Andrisman Tri, Hukum Pidana, Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2005.

Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2005.


Bawengan, Gerson W. Hukum Pidana di dalam Teori dan Praktek, Jakarta : PT.
Pradnya Paramita, 1983.

Chazawi Adami, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2007.

Djubaedah, Neng Perzinaan (Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ditinjau dari


Hukum Islam). Jakarta : Kencana, 2010.

Djubaedah Neng, Pornografi dan Pornoaksi, Jakarta: Prenada Media,2004.

Djazuli, A. Fiqh Jinayah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Anda mungkin juga menyukai