Anda di halaman 1dari 5

Upaya pemberian insentif bagi mereka, unit yang melaksanakan CC (Cost Insentive)

Menurut Mangkunegara (2011:89) dalam jurnal (Pustaka et al., 2004) menjelaskan


bahwa “Insentif adalah suatu bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi
kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam
mencapai tujuan-tujuan oragnisasi sebagai pengakuan prestasi kerja dan kontribusi karyawan
kepada organisasi”. Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa insentif
merupakan penghargaan atau imbalan balas jasa yang diberikan kepada para karyawan atas
kinerjanya yang melebihi standar. Pemberian insentif juga diharapkan dapat memotivasi
dalam mencapai tujuan.
Tujuan pemberian insentif menurut Sutrisno Edy (2011:188-189) dalam jurnal
(Pustaka et al., 2004) tujuan diberikannya insentif adalah sebagai berikut :
1. Menghargai prestasi kerja
2. Menjamin keadilan
3. Mempertahankan karyawan
4. Memperoleh karyawan yang bermutu
5. Pengendalian biaya
6. Memenuhi peraturan.
Jadi pemberian insentif merupakan sarana motivasi yang dapat
merangsang ataupun mendorong pegawai agar dalam diri mereka timbul semangat
yang lebih besar untuk berprestasi bagi peningkatan kinerja individu untuk
mencapai tujuan organisasi.
Jenis – jenis insentif menurut Sarwoto (2000:144) dalam jurnal (F, 1967)
menggolongkan jenis insentif menjadi dua, yaitu :
a. Insentif material
Uang dan barang insentif ini dapat diberikan dalam berbagai
macam antara lain :
1. Bonus, terbagi atas :
1) Uang yang dibayarkan sebagai balas jasa
atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2) Dalam perusahaan yang menggunakan sistem insentif lazimnya
bebereapa persen dari laba yang melebihi jumlah tertentu
dimasukkan kedalam sebuah dana dan kemudian jumlah tersebut
dibagi-bagi antara pihak yang akan diberikan bonus.
2. Komisi, Merupakan sejenis komisi yang dibayarkan kepada pihak
agian penjualan yang menghasilkan penjualan yang baik.
3. Profit Sharing, Salah satu jenis insentif yang tertua. Dalam hal ini
pembayarannya dapat diikuti bersama-sama pula, tetapi biasanya
mencakup pembayaran berupa, sebagai dan hasil laba yang disetorkan kedalam
setiap peserta.
4. Jaminan Sosial. Insentif yang diberikan dalam bentuk jaminan
sosial lazimnya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur
kompetitif dan setiap pegawai dapat memperolehnya secara ratarata dan
otomatis.
b. Insentif Non material
Insentif non material dapat diberikan dalam berbagai bentuk :
1. Pemberian gelar (title) secara resmi
2. Pemberian tanda jasa
3. Pemberian piagam penghargaan
4. Pemberian kenaikan pangkat atau jabatan
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis insentif
terdiri dari :
a. Insentif Material, berupa Bonus dimana bonus diberikan ketika
karyawan berhasil mencapai hasil atau bahkan melebihi dari target
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b. Insentif Non Material, berupa pemberian promosi atau kenaikan
pangkat dimana ketika karyawan dirasa layak untuk mendapatkan
tanggung jawab yang lebih daripada posisi yang didudukinya saat
ini.
Faktor yang mempengaruhi system pemberian insentif menurut Siagian Sondang
P (2010:265) dalam jurnal (Pustaka et al., 2004) adalah sebagai berikut :
1. Tingkat upah dan gaji yang berlaku
2. Tuntutan serikat kerja
3. Produktifitas
4. Kebijaksanaan organisasi mengenai upah dan gaji
5. Peraturan Perundang-undangan.
Berdasarkan dari ke lima faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tingkat upah dan gaji yang berlaku
Dari berbagai survey, sistem pemberian upah termasuk insentif yang
diterapkan oleh berbagai organisasi dalam suatu wilayah tertentu, diketahui
adalah tingkat upah dan gaji yang pada umumnya berlaku. Akan tetapi hal ini
tidak bisa diterapkan begitu saja oleh organisasi tertentu, hal ini dikaitkan
dengan faktor yang harus di pertimbangkan diantaranya ialah langka tidaknya
tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dan sangat
dibutuhkan oleh organisasi yang bersangkutan.
2. Tuntutan serikat pekerja
Serikat pekerja berperan dalam mengajukan tuntutan. Tingkat upah dan gaji
termasuk insentif yang lebih tinggi dari tingkat yang berlaku. Tuntutan serikat
pekerja ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya dalam usaha
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan para anggotanya, atau
karena situasi yang memungkinkan perubahan dalam struktur upah dan gaji.
3. Produktifitas
Agar mampu mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, suatu organisasi
memerlukan tenaga kerja yang produktif. Hal ini menggambarkan bahwa
kaitan yang sangat erat antara tingkat upah ataupun pemberian insentif
dengan tingkat produktivitas kerja.
4. Kebijaksanaan organisasi mengenai upah dan gaji
Kebijaksanaan suatu organisasi mengenai upah dan gaji karyawan tercermin
dari jumlah pendapatan yang mereka peroleh. Bukan hanya gaji pokok yang
mereka peroleh, akan tetapi dari kebijaksanaan tersebut mencakup tunjangan,
bonus, dan insentif. Bahkan kebijaksanaan tentang kenaikan gaji berkala
perlu mendapat perhatian khusus dari pihak manajemen.
5. Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintah berkepentingan dalam bidang Ketenagakerjaan, seperti tingkat
upah minimum, upah lembur, jumlah jam kerja dan lain sebagainya di atur
dalam perundang-undangan.
Contoh Penerapannya :
Pada studi kasus pelayanan thoraks ap/pa foto di Sub Departemen Radiologi Rumkital
Dr. Mintohardjo upaya pemberian insentif terhadap petugas unit pelaksanaan cost
containment jika petugas dianggap cukup baik dan sadar akan biaya. Karena petugas yang
memiliki kesadaran biaya yang cukup baik dimana mereka memahami akan pentingnya
pengetahuan akan biaya-biaya yang ada dan sadar bahwa tindakannya mengandung biaya
yang secara nyata harus dihemat. Petugas juga berusaha untuk selalu mengurangi akan
pengulangan tindakan/prosedur, walaupun tujuannya bukanlah untuk penghematan semata-
mata melainkan lebih pada mengurangi pekerjaan yang berulang-ulang. Tetapi kesadaran
akan biaya dari para petugas radiographer saat ini belum direfleksikan dalam tingkah laku
sehari-hari untuk penghematan (Paruntu, 2012).
Referensi :
F, K. Ge. (1967). 済無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 6–25.
Paruntu, S. (2012). Analisis Cost Awareness Dan Cost Monitoring Untuk Efisiensi Biaya
Pelayanan Di Sub Departemen Radiologi Rumkital Dr. Mintoharjo (Studi Kasus :
Pelayanan Thoraks AP/PA Foto).
Pustaka, K., Pemikiran, K., & Hipotesis, D. a N. (2004). Bab II Kajian Pustaka , Kerangka
Pemikiran Dan Hipotesis. i, 16–45.

Anda mungkin juga menyukai