Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

KLASIFIKASI, KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN MEDIS


“Penyakit Protozoa, Helminthiasis, Pediculosis, dan Penyakit Parasite Lainnya ”

Dosen :
Angga Rahagiyanto, S.ST, M.T
Nama :
Dewi Candra Agustin
NIM / Golongan – No. Absen :
G41181346/B-15

GOLONGAN B
SEMESTER 6

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
A. Protozoa
Protozoa adalah binatang satu sel yang berukuran beberapa mikron sampai dengan
130 mikron. Sebagian dari protozoa yang hidup parasitic pada manusia tidak menyebabkan
penyakit (non pathogen), tetapi karena morfologinya serupa dengan rekannya yang pathogen,
dapat menyebabkan misdiagnosis karena dikelirukan dengan spesies yang menyebabkan
penyakit. Protozoa yang berada dalam usus tentu menimbulkan gejala usus, antara lain nyeri
perut, diare, mual, dan muntah, disamping dapat menyebabkan kekurangan gizi karena bahan
makanan juga dikonsumsi oleh parasite. Protozoa darah menimbulkan gejala panas-dingin
dan anemia. Protozoa uro genital menimbulkan gejala dysuria atau nyeri dan gangguan
kencing (anyang-anyangen), keputihan, gatal-gatal pada kemaluan dan rasa nyeri waktu
senggama. Demikian juga protozoa yang berpindah-pindah atau terbawa sirkulasi darah,
misalnya parasite penyebab malaria, tergantung dimana pada saat itu dia berada dihati, paru,
otak atau ginjal, maka disanalah timbul gejala. Berikut beberapa contoh dari penyakit akibat
infeksi protozoa yang banyak terdapat di Indonesia dan permasalahan yang ada :
1. Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Ada empat spesies
yang sering ditemukan pada manusia, yaitu plasmodium vivax, plasmodium
falciparum, plasmodium malariae dan plasmodium ovale. Parasite malaria yang
berada di dalam peredaran darah dapat menyebabkan serangan panas periodic yang
didahului oleh rasa dingin dan menggigil. Malaria juga dapat menyebabkan penyakit
yang serius antara lain malaria serebral dan kegagalan fungsi berbagai organ lain
misalnya paru, hati, dan ginjal. Biasanya malaria berat ini disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Beratnya penyakit pada spesies ini diperani antara lain oleh
mediator-mediator yang diproduksi oleh tubuh sendiri sebagai jawaban atas
rangsangan parasite atau bagian tertentu dari parasite virulen atau ganas.
2. Toxoplasmosis
Toxoplasmosis, penyakit yang disebabkan protozoa toxoplasmagondii,
mempunyai prevalensi yang tinggi, tidak hanya dinegara-negara tropis, tetapi juga di
negara-negara maju. Pada umumnya, gejala penyakit toxoplasmosis ringan, pada fase
akut terlihat seperti gejala flu “biasa”, namun sering kali disertai pembesar kelenjar-
kelenjar getah bening yang pada umumnya tidak kita rasakan. Toxoplasmosis menjadi
masalah besar pada penderita immunocompromised, yaitu penderita yang terganggu
respons imunnya sehingga tubuhnya tidak dapat menyikapi tantangan infeksi yang
dating, misalnya pada penderita HIV/AIDS.
3. Amebiasis
Amebiasis, penyakit yang disebabkan oleh protozoa pathogen entamoeba
histolytica, merupakan salah satu dari 3 penyakit parasite yang paling banyak
menyebabkan kematian. Amebiasis juga merupakan salah satu penyebab kematian
pada penderita HIV/AIDS. Hal ini antara lain karena amubiasis usus dapat
menyebabkan komplikasi misalnya perdarahan usus dan berbagai kelainan usus yang
lain, disamping dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan menyebakna abses di hati,
di paru dan pleura, diotak, dikulit dan bagian tubuh lain.
Pada umumnya, diagnosis penyakit parasite dilakukan dengan menemukan parasitnya
di dalam sampel dari penderita dengan pemeriksaan mikroskopi. Identifikasi spesies protozoa
dan parasite yang lain didasarkan kepada morfologi atau bentuknya, maka pengetahuan akan
morfologi atau bentuknya, maka pengetahuan akan morfologi atau bentuknya, maka
pengetahuan cukup akan morfologi juga harus berpengalaman dalam menghandel mikroskop
sesuai kebutuhan. (Santoso, 2008)

B. Helmithiasis
Cacingan (Helminthiasis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infestasi
cacing pada tubuh hewan, baik pada saluran percernaan, pernapasan, hati, maupun pada
bagian tubuh lainnya. Cacingan saluran pencernaan pada satwa liar maupun hewan ternak
pada umumnya tanpa menunjukkan gejala klinis atau bersifat kronis. Penyakit ini
menyebabkan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh penurunan berat badan serta
produktivitas ternak, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit yang diakibatkan oleh
parasit cacing diantaranya disebabkan oleh cacing Trematoda misalnya cacing hati (Fasciola
sp), cacing Cestoda contonya cacing (Taenia), dan cacing Nematoda misalnya Toxocara,
Bonustomum, dan lain sebagainya. Fasciola sp (cacing hati) merupakan jenis parasit yang
paling banyak menyerang sapi. Sapi yang terserang fasciola sp akan tampak pucat, lesu, mata
membengkak, tubuh kurus, dan bulu kasar serta kusam (berdiri). Demikian pula dengan sapi
yang menderita cacingan yang diakibatkan oleh cacing Nematoda dan Cestoda. Secara umum
, gejala yang ditimbulkan oleh ketiga cacing tersebut yaitu badan kurus, bulu kusam dan
berdiri, diare dan anemia.
C. Pediculosis
Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi ektoparasit obligat
(tungau/lice) spesies Pediculus humanus var. Capitis yang termasuk famili Pediculidae,
Parasit ini termasuk parasit yang menghisap darah (hemophagydea) dan menghabiskan
seluruh siklus hidupnya di manusia. Penyakit ini sering menyerang anak-anak, terutama
berusia 3-11 tahun. Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai terjadinya infeksi
Pediculosis capitis. Penyakit ini lebih sering menyerang anak perempuan dikarenakan
memiliki rambut yang panjang dan sering memakai aksesoris rambut. Kondisi higiene yang
tidak baik seperti jarang membersihkan rambut juga merupakan penyebab terkena penyakit
ini. Penyakit ini menyerang semua ras dan semua tingkatan sosial, namun status sosio-
ekonomi yang rendah lebih banyak yang terkena penyakit ini. cara penularannya dapat
langsung (rambut dengan rambut) atau melalui perantara seperti topi, bantal, kasur, sisir,
kerudung. Gejala utama dari manifestasi tungau kepala ialah rasa gatal,namun sebagian orang
asimtomatik dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi sebelum terjadi gejala sekitar 4-6
minggu. Tungau dan telur (nits) paling banyak terdapat di daerah oksipital kulit dan
retroaurikuler. Diagnosis pasti pada penyakit pediculosis capitis adalah menemukan
Pediculus humanus var. capitis dewasa, nimfa, dan telur di kulit dan rambut kepala Telur
(nits) sangat mudah dilihat dan merupakan marker yang paling efisien dalam mendiagnosis
penyakit tersebut. Penemuan tungau dewasa merupakan tanda bahwa sedang mengalami
infeksi aktif, tetapi tungau dewasa sangat sulit ditemukan karena dapat bergerak sekitar 6-30
cm per menit dan bersifat menghindari cahaya. Sisir tungau dapat membantu menemukan
tungau dewasa maupun nimfa dan merupakan metode yang lebih efektif daripada inspeksi
visual. (Janosik, 2005)

Soal dan Jawaban :


1. Seorang anak perempuan usia 17 tahun mengalami gejala demam, menggigil, sakit
kepala, berkeringat banyak, lemas, pegal linu, mual dan kurang darah. Kemudian
melakukan pemeriksaan ke sebuah klinik dan didiagnosa oleh dokter mengalami
gejala malaria. Dokter menyarankan untuk untuk melakukan tes lebih lanjut.
Selanjutnya ternyata terdapat gagal ginjal ketika hasil lab tersebut. Lalu kemudian
dokter menyimpulkan bahwa malaria menyebabkan gagal ginjal sehingga
diagnosanya berupa malaria cerebral. Dari kasus diatas kode penyakit dari malaria
cerebral adalah ?
Jawab :
Leadterm : malaria
- Cerebral
Kode : B50.0† G94.8
2. Seorang pasien mengalami pruritus yang hebat pada daerah yang terinfestasi,
sehingga pasien akan menggaruk terus menerus. Tindakan menggaruk dapat merusak
integritas kulit sehingga dapat menyebabkan infeksi bakteri
sekunder. Pyoderma derajat berat dapat menyebabkan terjadi bercak alopecia yang
tidak teratur. Beberapa gejala lainnya yaitu demam, lemas, pucat, mudah marah dan
pembesaran kelenjar getah bening. Selain itu, pasien juga dapat menemukan nits,
nymph, atau kutu dewasa secara tidak sengaja. Dari kasus tersebut dokter
menyimpulkan bahwa pasien terkena penyakit pediculosis capitis. Kode penyakit
untuk kasus tersebut adalah ?
Jawab :
Leadterm : pediculosis
- Capitis(head-louse)(any site)
Kode : B85.0
3. Seorang paruh baya mengalami gejala penyakit toxoplasmosis ringan, pada fase akut
terlihat seperti gejala flu “biasa”, namun sering kali disertai pembesar kelenjar-
kelenjar getah bening yang pada umumnya tidak kita rasakan. Toxoplasmosis menjadi
masalah besar pada penderita immunocompromised, yaitu penderita yang terganggu
respons imunnya sehingga tubuhnya tidak dapat menyikapi tantangan infeksi yang
dating, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Apa kode penyakit yang tepat ?
Jawab :
Leadterm : toxoplasmosis
- Resulting from HIV disease
Kode : B20.8
4. Pasien mengalami gejala yaitu badan kurus, bulu kusam dan berdiri, diare dan
anemia. Pasien diduga mengalami cacingan (Helminthiasis) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya infestasi cacing pada tubuh hewan, baik pada saluran
percernaan, pernapasan, hati, maupun pada bagian tubuh lainnya. Kode dari penyakit
helminthiasis adalah ?
Jawab :
Leadterm : Helminthiasis
Kode : B83.9
5. Pasien di duga mengalami penyakit amebiasis karena memiliki gejala seperti diare,
kram perut, buang angin berlebihan dan merasa sangat Lelah. Dari kasus tersebut
kode penyakit yang tepat adalah ?
Jawab :
Leadterm : Amebiasis
Kode : A06.9

Referensi :
Janosik, S. M. (2005). Pedikulosis Kapitis. NASPA Journal, 42(4), 1.
Santoso, S. H. B. (2008). Infeksi Protozoa Dan Permasalahannya Peran Profesi Parasitologi
Kedokteran Dalam Pendidikan Dan Pelayanan. 1–34.

Anda mungkin juga menyukai