Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR FISIKA MODERN

A. Hakekat Ilmu Fisika


Fisika adalah cabang sains yang mempelajari materi (matter), energi, ruang, dan
waktu. Sebelum akhir Abad ke 19, cabang sains ini lebih dikenal dengan nama “filsafat alam”
(natural philosophy, dari bahasa Yunani “physikos”). Bisa dikatakan, fisika merupakan sains
murni yang paling dasar (basic). Temuan dari fisika pun menjalar dan mempengaruhi cabang
sains lainnya. Tidak heran, karena fisika banyak mengulik materi dan energi yang pada
hakekatnya merupakan penyusun dasar (basic constituents) alam.
Seperti dasar piramida, cakupan fisika sangat luas dibanding sains dasar lainnya.
Mulai dari materi berskala mikroskopik (subpartikel) hingga makroskopik (jagat raya). Selain
itu, di fisika pun dikenal berbagai bentuk energi dan dipelajari perubahannya dari satu bentuk
energi ke bentuk energi lainnya. Sedangkan ruang dan waktu berperan penting sebagai
kerangka pengamatan fisika.
Secara garis besar, ilmu fisika bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu fisika klasik
dan fisika modern. Fisika klasik biasanya mempelajari materi dan energi dari suatu kejadian
keseharian yang mudah diamati (kondisi normal). Beberapa topik bahasannya adalah
mekanika, termodinamika, bunyi, cahaya, dan elektromagnet (listrik dan magnet). Fisika
modern mempelajari materi dan energi yang berada pada kondisi ekstrem atau skala sangat
besar atau sangat kecil. Sebagai contoh, fisika atom dan fisika inti atau Fisika Partikel
Elementer (FPE) yang skalanya lebih kecil daripada atom dan inti. Bidang FPE ini dikenal
pula dengan nama “fisika energi-tinggi” (Arthur Beiser,1982).
Fisika Modern memiliki kaitan erat dengan matematika. Hal ini karena matematika
mampu menyediakan kerangka logika di mana hukum-hukum fisika modern dapat
diformulasikan secara tepat. Definisi, teori, dan model fisika selalu dinyatakan menggunakan
hubungan matematis. Sebagai ilmu dasar, fisika modern khususnya memiliki pengaruh pada
banyak ilmu sains lainnya. Salah satu contohnya pada ilmu kimia. Fisika modern banyak
mempelajari partikel renik semacam elektron. Bahasan tersebut ternyata juga dipelajari dan
dimanfaatkan pada ilmu kimia. Bahkan topik mekanika kuantum yang diterapkan pada ilmu
kimia telah melahirkan bidang baru yang dinamakan kimia kuantum (quantum chemistry).
Selain itu, ilmu fisika modern yang diterapkan pada bidang ilmu lain ikut berperan dalam
melahirkan bidang baru yang menarik. Contohnya adalah ilmu biofisika (fisika pada ilmu
biologi) dan fisika medis (fisika pada ilmu kedokteran).
Sagan (dalam Supriyono, 2003) mengatakan tentang tujuan dari fisika:
”Tujuan fisika adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari
bagaimana aturannya, memecahkan keteraturan yang ada dari partikel-partikel
subnuklir yang mungkin membawa komponen utama semua materi, kemakluk hidup,
komunitas sosial manusia dan kosmos secara keseluruhan. Fisika didasarkan atas
eksperimen, pada kemauan menentang dogma lama, pada keterbukaan untuk melihat
alam semesta seperti apa sesungguhnya”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat fisika dan tentunya fisika modern
bukan hanya sekedar penampakan fakta dan prinsip tetapi lebih dari itu fisika juga
mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip tersebut beserta sikap
fisikawan dalam melakukannya.

B. Fisika Klasik
Di akhir Abad ke-19 ilmu fisika yang sebagian besar menekuni zat curah dapat
dikatakan telah mencapai keadaan mapan. Artinya sebagaian besar gejala bidang fisika dapat
di terangkan dengan kaidah dan hukum yang telah dirumuskan. Hukum yang terkenal
tentang gerak adalah Hukum Newton. Cerita prestasi Newton diawali oleh data gerak benda
jatuh (dalam gravitasi bumi) pada satu dimensi yang dihasilkan oleh eksperimen yang
dilakukan oleh Galileo. Data ini kemudian dianalisa dengan menggunakan perangkat
matematika yang ada ketika itu, seperti operator penambah, pengurang, pembagi dan pengali,
kemudian juga dengan menggunakan grafik waktu terhadap ruang, maka dari data tersebut
diperoleh bahasa baru dalam matematika, yaitu integral dan diferensial. Jadi kemunculan
integral dan diferensial sebenarnya sangat menarik, karena muncul dari perpaduan antara
bahasa matematika yang sudah ada ketika itu dengan penafsiran Newton terhadap data gerak
jatuh pada satu dimensi. Setelah itu observasi Newton diteruskan dengan membuat suatu
cerita dengan memperkenalkan konsep momentum (besaran pada sistem) dan lingkungan,
sehingga diperoleh hukum Newton 1, 2 dan 3.
Kisah kelahiran bidang-bidang fisika yang lainnya juga mirip-mirip dengan kelahiran
Mekanika Newton. Hukum-hukum Elektrodinamika dan Kuantum selalu diawali oleh
eksperimen, kemudian para ilmuwan memberikan tafsiran terhadap data-data tersebut
sehingga muncul konsep-konsep yang baru. Tetapi dalam beberapa kasus juga bisa terjadi
sebaliknya dan „beberapa kasus tersebut‟ itu sering disebut sebagai bidang fisika teori.
Gambar 1. Skema Kemunculan Hukum Fisika

Bidang ilmu fisika klasik terbagi dalam kelompok besar sebagai berikut:
 Mekanika
 Elektromagnetisme
 Thermodinamika
 Optika
Pada akhir Abad ke-19 kelompok bidang diatas sudah memiliki struktur axiomatis
yang tuntas. Sebagai ilmu, sistematikanya sangat baik. Cabang-cabang lain ilmu fisika dapat
dikembalikan pada empat kelompok diatas, atau merupakan cabang yang bersandar pada
bagian-bagian tertentu beberapa kelompok dari yang empat itu.
Masih ada beberapa hal yang rasanya belum dapat diterangkan, seperti umpamanya
spektrum garis dan radiasi termal oleh benda sempurna hitam. Tetapi orang ada saat itu
berpendapat bahwa hal-hal semacam itu hanya memerlukan waktu, dan akan dapat
diterangkan dengan kerangka kaedah dan hukum yang telah dirumuskan. Dianggap orang
bahwa fisika masa depan terutama akan berkisar pada penghalusan kaedah yang telah ada,
serta pengukuran besaran-besaran fisika yang ada dengan ketelitian yang lebih besar.

C. Awal lahirnya Fisika Modern


Seperti dikatakan sebelumnya, pada akhir abad 19 masih ada beberapa gejala yang
belum dapat diterangkan secara memadai dengan hukum dan kaedah yang ada, seperti:
a. Efek fotolistrik, yang diamati oleh Hallwach;
b. Spektrum garis yang dipancarkan oleh gas; antara lain sepktrum garis Hidrogen yang
diukur dengan sangat teliti oleh Balmer;
c. Bentuk radiansi spektral radiasi termal oleh benda sempurna hitam.
Hal-hal tesebut berakitan dengan fakta-fakta eksperimental, dan belum dapat
memperoleh penjelasan teorematik yang memuaskan dalam kerangka fisika klasik. Di
samping itu masih ditemui kesukaran tentang hasil rumusan teori elektromagnet Maxwell
dalam hubungannya dengan hipotesa tentang ether. Ether di hipotesakan sebagai perantara
bagi perambatan gelombang elektromagnet dalam ruang.
Percobaan Michelson-Morley memberi indikasi negatif tentang kehadiran ether
tersebut. Secara teoritik, tidak adanya ether sebagai perantara perambatan gelombang
elektromagnet mempunyai implikasi yang luas; yaitu bahwa bagi perambatan gelombang
elektromagnet tak ada suatu kerangka referensi inersial yang mutlak.
Usaha awal untuk menerangkan a, b, c, diatas dan indikasi negatif tentang adanya
ether, dengan teori klasik tidak berhasil dan kadang-kadang memberikan konsekuensi yang
berat. Seperti umpamanya, ketika Rayleigh dan Jeans menerangkan teori ekipartisi energi
pada pemancaran oleh benda sempurna hitam. Pendekatan Rayleigh dan Jeans tersebut
meramalkan rapat energi radiasi yang tak berhingga pada frekuensi yang tinggi; ini dikenal
sebagai bencana ultraviolet.
Rupanya beberapa konsep yang sudah kokoh dan diterima sebagai hal yang berlaku
umum tidak dapat menerangkan beberapa gejala yang diamati. Ada semacam kebuntuan.

D. Melepaskan Diri dari Konsep yang Ada


Awal fisika baru atau fisika modern dimulai pada 14 Desember 1900, ketika Planck
dalam usahanya untuk menerangkan lengkung radiansi spektral   (0) untuk benda
sempurna hitam menghipotesakan bahwa energi dari osilator yang memancar radiasi termal
tidak berharga kontinu, melainkan terkuantisasi. Kuantisasi energi, meskipun oleh osilator
hipotetik yang dikatakan, merupakan sumber radiasi oleh benda sempurna hitam, adalah
sesuatu yang baru. Malah sesuatu yang tidak didukung oleh hukum-hukum fisika yang
dikenal. Planck belum mengatakan bahwa cahaya terkuantisasi melainkan hanya bahwa
osilator yang berada di permukaan benda sempurna hitam, terkuantisasi energinya. Dia tetap
menganggap bahwa radiasi termal merupakan gejala gelombang.
Einstein lah yang di tahun 1905 menghipotesakan terkuantisasinya cahaya. Kuantum
cahaya itu dinamakannya foton. Hipotesa tentang foton dirumuskan untuk dapat
menerangkan efek fotolistrik. Anggapan dasar itu sejalan dengan teori yang dikemukakan
Planck tentang radiasi termal oleh benda sempurna hitam. Fisika klasik menganggap bahwa
cahaya itu gelombang, sedangkan disini timbul suatu konsep adhoc tentang terkuantisasinya
cahaya. Kata adhoc digunakan disini karena kuantisasi. Cahaya memang semula dirumuskan
khusus untuk menerangkan efek fotolistrik, dan tidak dianggap harus berlaku umum.
Menerima konsep foton tidak berarti dikala itu (ataupun sekarang) menolak konsep
gelombang untuk cahaya. Konsep foton dianggap berada disamping konsep cahaya sebagai
gelombang, dipergunakan.
Orang di kala itu sadar bahwa untuk menerangkan beberapa gejala tertentu diperlukan
konsep-konsep yang baru, yang masih perlu dijajaki dan ditemukan. Langkah yang ditempuh
adalah perumusan konsep-konsep adhoc yang ditujukan pada suatu gejala tertentu. Pada
mulanya belum gambaran sampai beberapa jauh sifat universal konsep-konsep baru yang
dikemukakan. Fisika baru akhirnya diketahui berkaitan dengan proses-proses tingkat atom
dan sub atom. Mulai pula disadari bahwa fisika klasik yang merupakan hasil telaah pada
tingkat zat curah, tak dapat diharapkan secara mutlak juga berlaku pada tingkat aotom dan
sub atom.
Fisika modern berhadapan dengan realitas fisik yang sangat berbeda dibandingkan
dengan realita fisik yang diterangkan oleh fisika klasik. Realita fisik tingkat atom dan sub
atom vs. realita fisik tingkat benda curah. Perumusan hipotesa dan teori adhoc dalam
menjajaki realitas fisika tingkat atom dan sub- atom merupakan suatu pendekatan yang sangat
ampuh dalam mengembangkan dasar dan landasan fisika baru.
Dalam tahun 1905 juga, Albert Einstein mengemukakan teori tentang kenisbian
khusus. Dan dengan demikian menghapus kontroversi tentang ether yang mengganggu teori
elektromagnetisme yang dikemukakan Maxwell. Teori kenisbian khusus yang sangat luas
implikasinya itu diambil oleh seorang jenius seperti Einstein, tanpa melalui tahap-tahap
perantara sepeti berkembangnya mekanika kuantum.
Teori kenisbian khusus memberikan ekivalennya massa dan energi, serta konsep
bahwa ada batas bagaimana materi dapat merambat dalam ruang, yaitu kecepatan cahaya c.
Apabila orang melihat kembali masa lalu, maka kurun waktu 1900 sampai 1930 (kira-kira)
merupakan selang waktu yang menggoncangkan landasan-landasan fisika.
Selang waktu yang imaginatip dan bersemangat itu telah meletakkan dasar-dasar
suatu fisika baru (fisika modern) yang menerangkan gejala dan proses fisika pada tingkat
atom dan sub atom. Selang waktu itu membuka suatu liputan baru bagi ilmu fisika, yaitu
atom dan inti atom.
Secara esensial postulat-postulat dan teori adhoe yang bersebaran terpadukan menjadi
suatu teori yang dapat dijadikan landasan dalam menerangkan gejala dan proses fisika tingkat
atom dan sub atom. Teori ini adalah mekanika kuantum, yang dapat dinyatakan dalam bentuk
mekanika gelombangnya Schrodinger (1925) ataupun dalam bentuk mekanika matrixnya
Heisenberg (1925).

Anda mungkin juga menyukai