PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
NAMA.............
NIM.................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai sebagai abad globalisasi yang penuh persaingan dan
tantangan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ini menuntut
adanya peningkatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas
dapat diraih dengan pendidikan. Di abad ke-21 ini, pendidikan menjadi semakin
pemikiran kritis, kreatif, kolaborasi dan komunikasi atau yang sering kita kenal
ini digunakan adalah kurikulum 2013 dimana Kurikulum 2013 bertumpu pada
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek
2
3
didik, pembelajaran yang melatih peserta didik mengolah akal pikirannya dalam
dikutip dari Suparno (2007 : 2) “Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa
yang aktif belajar fisika”. Sebab fisika membahas tentang gejala dan fenomena
memperoleh pengetahuan itu sendiri. Untuk mencapai hal tersebut dalam proses
merencanakan pembelajaran.
awal yang dilakukan berupa wawancara dengan guru dan penyebaran angket
Hasil yang didapatkan dari wawancara yang dilakukan adalah guru masih
digunakan oleh guru. Guru telah berupaya dalam menerapkan model atau metode
sesuai tuntutan kurikulum 2013 seperti model discovery learning, namun tetap
kendala yang mereka temui dalam menerapkan kurikulum 2013 adalah tidak
sanggupnya peserta didik untuk belajar mandiri karena kemampuan mereka masih
tergolong rendah.
Selain dari aspek model atau metode yang digunakan guru, aspek bahan ajar
juga menjadi salah satu faktor penyebab kurang dilibatkannya peserta didik secara
aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan guru disekolah berupa LKS
atau LKPD yang dibeli dari penerbit. Guru menganggap LKPD yang digunakan
tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik peserta didik. Hal ini
tersebut akan meningkat jika peserta didik dilibatkan aktif dalam pembelajaran.
Namun, keterlibatan aktif peserta didik dalam penggunaan LKPD tersebut hanya
Data tersebut juga didukung dengan hasil analisis angket yang telah
disebarkan kepada peserta didik. Aspek yang dianalisis yaitu : a). Motivasi
belajar, b). Pemahaman, c). Metode pembelajaran, d). Sumber belajar, dan e).
Proses pembelajaran. Skor yang diperoleh pada setiap aspek rata-rata kecil dari
30
20 Persentase
10
0
si
va an
oti am an
M ah ar jar
m elaj ela an
Pe b B ar
Pe
m
be
r
elaj
e m b
od Su m
et Pe
M es
os
Pr
Aspek yang dinilai
motivasi belajar dan pemahaman peserta didik masih rendah dalam memahami
Dilihat dari aspek metode pembelajaran, sumber belajar dan proses pembelajaran
diperoleh persentase yang cukup besar. Indikator yang dinilai pada aspek tersebut
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat pasif. Maka guru harus kreatif agar
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan peserta didik dapat memahami
peserta didik pada ujian akhir semester ganjil tahun 2018/2019. Nilai yang telah
ditetapkan oleh SMAN 3 Padang Panjang adalah ≥75, yang berarti apabila 75%
6
peserta didik telah mencapai nilai tersebut, maka dapat dikatakan peserta didik
kompetensi peserta didik belum sepenuhnya mencapai KKM seperti yang terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Semester Peserta Didik Kelas X MIPA
Semester 1 SMAN 3 Padang Panjang Tahun Ajaran 2018/2019
No Aspek Kelas
X MIPA 1 X MIPA 2 X MIPA 3
1 Nilai rata-rata 75,7 73 73
2 Jumlah peserta didik 20 15 13
yang mencapai
KKM
3 Jumlah peserta didik 15 17 20
yang tidak
mencapai KKM
4 Jumlah peserta didik 35 32 33
5 Persentase ketuntasan 57,1% 46,8% 39,4%
6 Persentase 42,8% 53,1% 60,6%
ketidaktuntasan
(Sumber: Guru fisika kelas X IPA SMAN 3 Padang Panjang)
Tabel 1 menunjukkan rendahnya perolehan kompetensi peserta didik dalam
pembelajaran fisika. Hal ini berarti peserta didik belum maksimal dalam
memahami fisika sehingga perlu dilakukan upaya agar pemahaman peserta didik
meningkat. Salah satu upaya guru agar peserta didik lebih memahami pelajaran
yaitu dengan memberikan tugas awal sebagai bekal sebelum mereka memasuki
pembelajaran. Bentuk tugas awal yang diberikan guru hanya berupa instruksi
membaca materi dirumah, sehingga tidak sepenuhnya upaya ini berhasil. Sehingga
perlu suatu metode menarik yang dapat dijadikan tugas awal bagi peserta didik
mapping dari hasil bacaannya dirumah. Dengan begitu, peserta didik akan
mereka dalam menyimpulkan hasil bacaan. Maka perlu dilakukan strategi tugas
dan paksa kepada peserta didik. Strategi pembelajaran tugas dan paksa bertujuan
untuk melatih kedisiplinan peserta didik, merangsang kesadaran diri peserta didik
dalam tanggung jawabnya sebagai pelajar, dan mendorong peserta didik untuk
peserta didik untuk memahami fisika. Model pembelajaran Simas Eric memiliki
membaca dan memahami materi yang akan diajarkan sehingga peserta didik dapat
lebih mudah memahami fisika. Tahapan yang digunakan dan dikembangkan oleh
Darmawan (2015 : 703) dalam pembelajaran ini adalah: (1) skimming: melakukan
survey dengan cepat pada setiap bab, (2) Mind mapping: membuat peta pikiran
dari bab yang diskimming, (3) questioning: mengajukan pertanyaan tingkat tinggi
(why and how), (4) Exploring: menelaah materi kembali untuk menjawab
pertanyaan, (5) writing: menuliskan jawaban pertanyaan secara ringkas, dan (6)
pertanyaan dan jawabannya. Sehingga tampak jelas bahwa model simas eric ini
akan lebih bermakna apabila menggunakan bahan ajar yang tepat secara
bersamaan. Dari berbagai jenis bahan ajar yang ada, salah satu yang cocok
terhadap materi pada mata pelajaran fisika adalah LKPD. Dikatakan demikian
karena pengguaan LKPD melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran yang
diidentifikasi dengan adanya langkah kerja atau kegiatan yang dilakukan. Jika
memerlukan disiplin belajar yang tinggi yang pada umumnya kurang dimiliki oleh
peserta didik. Penggunaan jenis bahan ajar lainnya belum sepenuhnya mampu
Berbasis Model Simas Eric pada Materi Pengukuran Besaran Fisika dan Vektor
B. Identifikasi Masalah
bahwa kualitas pencapaian kompetensi fisika peserta didik masih rendah yang
ditandai oleh:
materi.
9
4. Bahan ajar yang digunakan di sekolah berupa LKS yang dibeli dari penerbit.
5. Bahan ajar yang digunakan tidak menarik perhatian peserta didik sehingga
C. Pembatasan Masalah
akan dipecahkan, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
pada KD 3.2 dan KD 3.2 yaitu materi Pengukuran Besaran Fisika dan Vektor.
3. Uji kelayakan LKPD dilakukan dengan uji validitas dan uji praktikalitas.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
materi pengukuran besaran fisika dan vektor untuk pembelajaran Fisika SMA
kelas X semester 1.
pada materi pengukuran besaran fisika dan vektor ditinjau dari validitas dan
praktikalitas.
F. Spesifikasi Produk
1. Format LKPD yang digunakan merujuk pada Depdiknas Tahun 2008 dengan
2. Kegiatan peserta didik dalam LKPD disesuaikan dengan sintaks model simas
3. Sintaks skimming dari model simas eric terintegrasi pada bahan bacaan yang
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, sebagai salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam
2. Bagi peserta didik, sebagai salah satu sumber belajar yang dapat membantu
peserta didik untuk memahami konsep materi pengukuran besaran fisika dan
vektor.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
Pada bagian ini akan di sajikan deskripsi teoritis yaitu teori-teori yang
Simas Eric , 2). LKPD berbasis model simas eric, 3). Analisis Materi, 4). Model-
oleh Ericka Darmawan sejak tahun 2012 dan mengalami pembaharuan hingga
sampai tahun 2015. Model pembelajaran yang dikembangkan ini berbasis pada
tersebut juga sesuai dengan yang dikatakan oleh pengembang model ini yaitu
bentukan (kontsruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya yang dikutip
dari Suparno (2007 : 8). Hal ini berarti bahwa pengetahuan itu terjadi dari
bentukan peserta didik itu sendiri berdasarkan pengalamannya. Dari sini cukup
jelas bahwa untuk mengetahui sesuatu, dibutuhkan keaktifan peserta didik untuk
perubahanan tingkah laku sebagai hasil belajar yang tampak. Seperti yang
13
bahwa belajar adalah perubahan tingkah perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dinilai secara konkret. Untuk teori belajar kognitivisme menurut Bruner bahwa
terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran.
Seperti yang dikatakan Ericka Darmawan (2016 : 47) dalam jurnalnya bahwa teori
belajar kognitivisme Bruner ini menganggap bahwa belajar meliputi tiga proses
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Sejalan dengan itu, menurut Sani
(2014 : 15) proses belajar terjadi melalui tahap-tahap, yaitu : (a) memanipulasi
objek lansung (enactive), (b) representasi gambar (iconic), dan (c) manipulasi
bagus.
yang terjadi. Apalagi saat ini kita sedang memasuki abad ke-21 yang tentunya
peserta didik berdampak pada cara belajar peserta didik secara mendalam.
Keadaan ini mengharuskan guru mampu melibatkan peserta didik masa kini untuk
atau dengan kata lain guru hanya sebagai fasilisator dalam pembelajaran peserta
didik. Untuk itu sangat penting bagi seorang pengajar untuk menciptakan
LDC (Learning Development Cycle) menjadi salah satu alternatif bagi guru
Pengembangan model simas eric yang berpijak pada teori LDC ini
dibeberapa sekolah di Kota Malang belum efektif dan efisien. Fakta tersebut
materi pembelajaran.
Fakta empiris yang juga ditemui oleh Darmawan (2015 : 694) bahwa peserta
didik masa kini cenderung memiliki kesiapan yang rendah dalam memulai
peserta didik yang masih pasif bertanya, tidak belajar dan membaca materi yang
akan diajarkan sebelumnya, dan masih banyak peserta didik yang harus
melaksanakan remedi. Sejalan dengan itu fakta yang juga ditemui dari hasil
mempunyai kesadaran untuk belajar mandiri. Fakta lain, seperti: 1) peserta didik
kelompoknya, 3) peserta didik juga ada yang tidak mengerjakan tugas rumah atau
pembelajaran simas eric. Hasil uji terhadap model pembelajaran simas eric
pembelajaran dan didapatkan hasil bahwa model pembelajaran ini masuk kategori
pada sintaks, (2) Validasi kepraktisan oleh guru, didapatkan hasil sesuai dan
termasuk kategori tinggi, dan (3) uji efektivitas yang dilakukan didapatkan bahwa
model ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi 83,5% dari siswa
Model pembelajaran simas eric yang dikutip dari jurnal Darmawan (2015 :
Tahap III Guru membagi siswa dalam Siswa secara mandiri membuat
Questioning kelompok heterogen dan pertanyaan dan kemudian
meminta siap untuk membuat berdiskusi dalam kelompok untuk
pertanyaan mendapatkan pertanyaan yang
sesuai
Tahap IV Guru memberikan kesempatan Siswa melakukan pendalaman kembali
Exploring kepada siswa untuk materi dengan lebih seksama, atau
melakukan pendalaman melakukan eksperimen untuk
dari materi dan mendapatkan solusi atas
berdiskusi dengan teman pertanyaan
kelompok dalam rangka
mencari solusi, apabila
pertanyaan yang muncul
membutuhkan
eksplorasi berupa
eksperimen maka guru
akan memfasilitasi
Tahap V Guru meminta siswa untuk Siswa menuliskan jawaban atas
Writing menuliskan jawaban pertanyaan yang dibuatnya
dalam lembar yang telah dengan mengkaji dan
disiapkan oleh siswa mendiskusikan terlebih dahulu
dengan kelompok
Tahap VI Guru memberikan kesempatan Siswa mempresentasikan dan
Communicating kepada siswa presentasi mendiskusikan secara klasikal
kelas dan berdiskusi pertanyaan-pertanyaan yang
secara klasikal .muncul
peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Pada tahap skimming, peserta
penting dari suatu bacaan, artinya peserta didik telah berpikir kritis untuk
dimaksud bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga setelah selesai
membaca tidak ada yang diingat dan dipahami. Dua hal pokok yang harus
Langkah kedua diikuti dengan tahap mind mapping yaitu peserta didik
membuat peta pikiran dari hasil skimming yang telah dilaluinya. Mind
Tony Buzan sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya
dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Mind mapping yang dibuat
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini terbukti dengan
penelitian yang dilakukan (Herlina, 2018 : 7) dan (Sumiati, 2018 : 24) untuk
berpijak dari hal itu, mind map ini menarik untuk digunakan dalam
pembelajaran.
dari peserta didik. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik diharapkan
mungkin dari materi. Proses pertanyaan menjadi penting karena guru dapat
didik yang berasal dari pemikirannya. Hal ini didorong dengan proses
exploring pada model ini. Menjelajah materi yang diberikan adalah salah
18
satu cara peserta didik dalam memahami dan mengembangkan materi yang
pertanyaan yang sudah diketahui. Hal ini menjadi penting karena menurut
Pillay yang dikutip dari jurnal Komalasari, SR & Leonard (2018 : 350)
Dari keenam langkah model simas eric, ada yang menarik dari
penerapan model simas eric ini. Dua langkah pertama dari model simas eric
ini yaitu skimming dan mind mapping dilakukan dirumah dan dinilai sebagai
pekerjaan rumah dari peserta didik. Hal tersebut diupayakan agar peserta
dikutip dari jurnal Komalasari (2018 : 352) didasari dengan adanya paham
“dipaksa, terpaksa, biasa, jadi budaya, dan muncul bangsa yang beradab”.
tanpa adanya paksaan dari luar. Berpijak dari pernyataan tersebut, sintaks
19
skimming dan mind mapping yang dilakukan dengan peserta didik secara
pendapat (Uno & Mohammad, 2012 : 84) bahwa model mind mapping
peserta didik dinilai dari daya serap yang dimiliki peserta didik terhadap
aktif bagi peserta didik serta dianggap mampu menjadikan peserta didik belajar
secara mandiri dan berdampak baik bagi kualitas pengajarannya. Peran guru
dalam pembelajaran aktif bagi peserta didik seperti yang dipaparkan oleh Sanjaya
(2016 : 139-140) bahwa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk melibatkan
dilakukan.
20
memerlukannya.
dalam model simas eric. Misalnya saja pada poin (b) dengan memberikan tugas
pada peserta didik sesuai tahap skimming dan mind mapping dari model simas eric
sudah menjadikan pembelajaran aktif bagi peserta didik begitu pula untuk poin
lainnya. Selanjutnya Uno & Mohammad (2012 : 76) juga memaparkan bahwa
untuk menciptakan pembelajaran yang aktif salah satunya adalah anak belajar dari
pengalamannya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh.
Hal ini tentu sesuai dengan landasan dalam pengembangan model simas eric yaitu
konstruktivisme.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan istilah lain dari lembar kerja
siswa (LKS). Penggantian isitilah siswa menjadi istilah peserta didik ini
(Mizarwan,2015). Meskipun istilah ini berubah, susunan dan struktur dari LKS
menjadi LKPD tidak berubah sama sekali, hanya penggunaan istilah siswa
menjadi peserta didik yang mengalami perubahan. Berdasarkan hal di atas maka
untuk selanjutnya di dalam penelitian ini istilah LKS diganti dengan LKPD.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu jenis bahan ajar cetak
yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru dan peserta
dipersiapkan dengan sengaja oleh guru untuk dipelajari peserta didik dalam
bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat
pembelajaran.
bagian terpenting yang dapat menunjang proses pembelajaran. Bahan ajar dalam
bentuk LKPD ini dapat menjadi sumber belajar bagi peserta didik dan membantu
didik yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas nyata dengan objek
dan persoalan yang dipelajari. LKPD juga dapat didefinisikan sebagai bahan ajar
cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang
mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai (Prastowo, 2011 : 204). Tugas-
tugas yang diberikan pada peserta didik berupa teori dan atau praktik sebagai
pembelajaran yang dicapai. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru,
22
belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas
tertulis(Depdiknas, 2008:23).
pada diri peserta didik. Berikut ini beberapa fungsi dari LKPD yaitu:
3. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai peserta didik,
5. Membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
6. Dapat membangkitkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara rapi,
belajarnya,
mungkin,
(Widjajanti, 2008)
(petunjuk peserta didik/guru); kompotensi yang akan dicapai; konten atau isi
evaluasi; dan respon terhadap hasil evaluasi. Ada 6 unsur utama yang harus
termuat dalam LKPD, yaitu : judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau
materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja dan penilaian.
Perbedaan LKPD ini dengan bahan ajar lain seperti modul terletak pada
kelengkapan materinya. Materi yang disajikan pada LKPD tidak selengkap yang
terdapat pada lembar kerja peserta didik ini lebih banyak memuat emabran-
lembaran berupa tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sehingga
seperti modul. Hal ini disebabkan LKPD hanya berupa bahan ajar pendukung
LKPD, yaitu berbasis model simas eric. Model simas eric adalah suatu model
dan di sekolah. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi
tentang topik-topik yang jelas. Selain itu, penggunaan model ini dapat menjadikan
waktu belajar yang lebih efisien sebab dibagi dalam dua kegiatan yaitu di rumah
dan di sekolah.
Komponen dari LKPD yang disusun merujuk pada Depdiknas (2008 : 24)
yaitu terdiri atas 1). Cover, 2). Kata pengantar, 3). Daftar isi, 4). Petunjuk umum,
5). Kompetensi yang akan dicapai, 6). Bahan belajar peserta didik dengan sintaks
skimming dari model simas eric, 7). Isi LKPD, dengan lanjutan sintaks model
3. Deskripsi Materi
Materi pengukuran dan vektor merupakan pokok bahasan Bab II dan Bab III
mata pelajaran Fisika pada kelas X SMA semester 1. Berdasarkan silabus fisika
kurikulum 2013, pokok bahasan tersebut termasuk pada KD 3.2 dan KD 3.3,
Alat Ukur, c). Pelaporan Hasil Pengukuran, dan d). Aktivitas Pengukuran.
Sedangkan untuk materi vektor terdapat 2 sub-bab yang akan dibahas yaitu :
1). Pendahuluan Vektor dan 2). Resutan Vektor. Kedua materi tersebut
dikaji adalah tentang konsep dasar pengukuran seperti pengertian serta alasan
(ketelitian, ketepatan, dan akurasi). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dalam
sub-bab ini dapat berupa pengamatan pembuatan daftar tabel nama-nama besaran
besaran beserta satuan dan dimensinya. Sehingga sub-bab ini dikatakan sebagai
dari sub-bab pertama. Setelah mengetahui konsep dasar dari pengukuran, maka
penggunaan alat ukur, cara memakainya serta melaporkan hasil pengukuran yang
adalah tentang penggunaan alat ukur besaran, angka penting dan notasi ilmiah
materi yang dibahas dalam bab ini adalah notasi vektor termasuk didalam cara
menyatakan serta menentukan besar dan arah vektor, dan resultan vektor yaitu
suatu sistem pembelajaran. Pada bagian ini hanya beberapa model desain sistem
pembelajaran saja yang diuraikan, diantaranya yaitu : model Kemp, dan model
a. Model Kemp
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar sebab model ini
ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses
pembelajaran menurut model Kemp dalam Hamasah (2013 : 64-70) terdiri atas 14
perangkat pembelajaran mdoel ini tidak mempunyai titik awal tertentu. Itu
sebabnya model pengembangan ini dikatakan sebagai siklus (Sanjaya, 2008 : 72).
b. Model Plomp
Model Plomp dipandang lebih luwes dan fleksibel dikarenakan pada setiap
model Plomp ini dalam (Rochmad, 2012 : 64-68) terdiri atas 5 tahap yaitu : 1)
ada, peneliti lebih tertarik menggunakan model 4D karena setiap langkahnya jelas
yang dilakukan dan dapat mengefisienkan waktu pelaksanaan. Hal ini dikarenakan
berbasis model simas eric pada materi pengukuran besaran fisika dan vektor kelas
a. TahapDefine (Pendefinisian)
menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu: 1). Front
and analysis, 2). Learner analysis, 3). Task analysis. 4). Concept analysis,
komponen pada aspek ini yaitu terhadap minat, sikap, motivasi dan gaya
analysis.
hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan
30
b. TahapDesign (Perancangan)
tahap tersebut antara lain: 1). Penyusunan tes acuan patokan, 2). Pemilihan
media, 3). Pemilihan format, dan 4). Rancangan awal. Tahap ini akan
serta praktisnya.
tujuan pembelajaran dan analisis peserta didik. Setelah disusun tes acuan
31
metode pembelajaran, dan sumber belajar sesuai dengan media yang telah
maka epneliti mulai melakukan rancangan awal untuk produk yang akan
dihasilkan.
cobadilaksanakan.
maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi.
dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan
rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji
coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna
perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan. Tahapan ini dilakukan pada skala
yang lebih luas, misalnya pada jumlah sekolah dan guru yang lebih banyak
(Trianto, 2012:96).
validitas dan uji praktikalitas saja untuk melihat kelayakan dari produk yang
dikembangkan.
a. Validitas
(2012 : 414)
menyatakan“validasiprodukdapatdilakukandengancaramenghadirkanbeberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang
dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga
mengerti tujuan dan substansi media sebagai salah satu bahan ajar. Aspek
penilaian kevalidan bahan ajar berdasarkan Depdiknas (2008: 28) adalah sebagai
berikut:
Validitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu validitas isi dan
validitas konstruk (Rochmad, 2012: 122).
1) Validitas isi
Validitas isi dari suatu bahan bahan ajar adalah validitas yang diperoleh
terkandung dalam bahan ajar (Sudijono, 2001: 164). Validitas bahan ajar
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
2) Validitas konstruk
definitf merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi dapat kita
rasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita. Validitas konstruk adalah
validitas yang ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaannya (Sudijono,
2001: 166).
Selain menguji kelayakan produk dari aspek komponen bahan ajar, produk
juga akan divalidasi dari aspek keterkaitan dengan model pembelajaran yang
digunakan. Komponen yang diukur pada aspek ini adalah ketercapaian sintaks
dari model yang dipilih serta ketercapaian keunggulan dari model simas
ericterhadap LKPD yang didesain. Sintaks dari model simas eric dapat dilihat
pada Tabel 1 pada Halaman 14-15. Sedangkan Keunggulan model simas eric yang
b. Praktikalitas
peserta didik. Uji praktikalitas terhadap guru dilakukan ntuk mengetahui sejauh
mana pemahaman dan tanggapan guru terhadap bahan ajar dalam bentuk LKPD
berbasis model simas eric yang dirancang, sedangkan uji praktikalitas untuk
materi yang disajikan dalam LKPD yang dapat dilihat dari angket yang diisi oleh
peserta didik.
dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dikatakan praktis jika dapat digunakan
berikut.
a. Kemudahan menggunakan
b. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat, cepat dan tepat
c. Daya tarik bahan ajar terhadap minat peserta didik (Sukardi, 2011).
36
didapatkan hasil bahwa model pembelajaran ini masuk kategori sangat layak
sintaks, (2) Validasi kepraktisan oleh guru, didapatkan hasil sesuai dan efektif
kategori tinggi, dan (3) uji efektivitas yang dilakukan didapatkan bahwa model
ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi 83,5% dari siswa
2. Misba Herlina, dkk (2018) yang berjudul “The Application Of Simas Eric
3. Ericka Darmawan, dkk (2016) yang berjudul “Simas eric Model to Improve
simas eric jauh lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.
4. Elvy Kartika Putri, dkk (2018) yang berjudul “The Application Of Simas Eric
bahwa daya serap rata-rata siswa dalam menyerap materi pemenasan global
pada kelas eksperimen yang menggunakan model Simas Eric lebih tinggi dari
menggunakan model pembelajaran simas eric sebagai dasar dalam penelitian ini.
ajar yang ada disekolah yang belum menggunakan model simas eric, sedangkan
38
penelitian ini meletakkan sintaks simas eric dalam penyusunan komponen bahan
C. Kerangka Berpikir
didik, sesama peserta didik dan dengan sumber belajar. Proses pembelajaran yang
diharapkan ialah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran ini adalah dengan penggunaan bahan
ajar. Bahan ajar digunakan sebagai pedoman untuk menambah wawasannya, serta
membuat pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik. Setiap langkah dari
simas eric dilakukan oleh peserta didik. Artinya model ini mengarahkan peserta
memenuhi kriteria valid dan praktis sehingga dapat mencapai prinsip yang
Keterlibatan Aktif
Peserta Didik
Kemudahan menggunakan
Waktu yang diperlukan dalam
Valid pelaksanaan
Daya tarik
Praktis
A. Jenis Penelitian
dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis model simas eric pada
B. Model Penelitian
oleh Thiagarajan (1974). Model tersebut terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1) Define,
hanya sampai pada tahap developpada uji coba terbatas. Uji coba terbatas
4-D yang digunakan direduksi menjadi 3-D yaitu define, designand develop.
Subjek penelitian ini adalah 4 orang dosen jurusan Fisika FMIPA UNP, 1
orang dosen FMIPA Universitas Tidar, 2 orang guru Fisika SMAN 3 Padang
Panjang, dan 33 orang peserta didik kelas XII IPA SMAN 3 Padang Panjang.
Objek dalam penelitian ini adalah adalah LKPD berbasis simas eric pada materi
pengukuran besaran fisika dan vektor dalam fisika untuk kelas X SMA.
38
39
D. Prosedur Penelitian
Pembelajaran fisika
Pendefinisian
Analisis Tugas Analis Konsep/Materi
Validasi ahli
Tidak
Revisi
Valid
Ya Pengembangan
Uji coba pada peserta didik SMAN 3 Padang Panjang
Tidak Revisi
Praktis
Ya
LKPD berbasis simas ericyang valid dan praktis
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian
40
analisis kebutuhan guru dan analisis peserta didik, serta konsep-konsep yang
digunakan untuk menyusun LKPD berbasis simas eric. LKPD yang telah
disusun divalidsi oleh pakar dan diuji cobakan secara terbatas di sekolah.
Sebaliknya, jika masih belum valid maka dilakukan revisi dan LKPD
kembali divalidasi oleh ahli sampai dinyatakan valid. Uji coba di sekolah
sebagai berikut:
1. Define (Pendefinisian)
pendahuluan. Terdapat 5 langkah yang akan dilakukan pada tahap ini, diantaranya
sebagai berikut :
masalah dasar yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran fisika. Tahap ini
41
dan sebagainya. Pelaksanaan tahap ini yaitu dengan menyebarkan angket kepada
Kegiatan dalam tahap ini adalah menganalisis tugas-tugas pokok yang harus
dikuasai peserta didik agar dapat mencapai kompetensi minimal. Analisis tugas
yaitu tugas yang cocok untuk peserta didik berdasarkan kompetensi dasar materi
pengukuran besaran fisika dan vektor. Menurut Trianto (2009: 191), analisis tugas
Maka yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis silabus permendikbud
tahun 2016.
perlu diajarkan, dengan cara mengumpulkan dan memilih materi yang relevan,
dan menyusunnya kembali secara sistematis. Dari analisis konsep yang dilakukan
didapatkan suatu peta konsep. Konsep yang didapatkan didasarkan pada silabus
mengubah hasil analisis tugas dan analisis konsep kedalam tujuan pembelajaran
spesifik sebagai perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata
kerja operasional.
2. Design (perancangan)
model simas eric pada materi pengukuran dan vektor untuk keals X SMA
dilakukan meliputi :
a. Uji Validasi
melalui pemberian penilaian oleh beberapa orang tenaga ahli. Validasi produk
dilakukan dengan mengisi nilai dari setiap indikator-indikator yang ada pada
dan kekuatannya.
2) Meminta dosen dan guru memberikan penilaian terhadap LKPD yang telah
dibuat berdasarkan item-item yang ada pada lembar validasi dan memberikan
oleh validator.
Validitas produk LKPD yang dikembangkan dinilai dari dua aspek antara
lain : a) kelayakan bahan ajar dan b) model pembelajaran yang digunakan yaitu
model simas eric. Tingkat kevalidan produk LKPD dari aspek kelayakan bahan
ajar diperoleh dari hasil validasi menurut 4 orang dosen Fisika FMIPA UNP dan 2
orang guru Fisika. Sedangkan untuk tingkat kevalidan LKPD dari aspek model
simas eric diperoleh dari hasil validasi menurut 1 orang pengembang model simas
eric dari Universitas Tidar, 3 orang dosen Fisika FMIPA UNP dan 2 orang guru
Fisika. Berikut nama-nama validator, instansi serta aspek yang dinilai seperti
b. Uji praktikalitas
praktikalitas kepada 2 orang guru fisika SMAN 3 Padang Panjang dan 33 peserta
didik kelas XII IPA SMAN 3 Padang Panjang. Uji praktikalitas dilakukan dengan
perlu sesuai dengan hasil angket dan saran-saran dari guru fisika dan peserta
Setelah dihasilkan bahan ajar dalam bentuk LKPD yang sudah valid dan
E. Instrument Penelitian
kebutuhan, lembaran penilaian validasi tenaga ahli yaitu 4 orang dosen Fisika
FMIPA UNP, 1 orang pengembang model, dan 2 orang guru Fisika SMAN 3
Padang Panjang serta lembar praktikalitas guru dan peserta didik SMAN 3 Padang
Panjang.
mendapatkan hasil pada tahap define. Bentuk lembaran yang digunakan yaitu
lembaran wawancara kepada guru Fisika SMAN 3 Padang Panjang dan angket
tunggal
teknik analisisnya.
2. Lembar Validasi
dan aspek model pembelajaran simas eric. Seluruh aspek tersebut kemudian
aspeknya. Kisi-kisi instrumen validasi dari setiap aspek yang dinilai dapat dilihat
pada lampiran.
pembelajaran. Instrument kepraktisan penggunaan LKPD ini diisi oleh guru dan
pembelajaran.
48
Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yaitunya data
kualitatif dan data kuantitatif. Kedua jenis data ini diuraikan sebagai berikut :
1. Data Kualitatif
dan analisis data hasil angket karakteristik peserta didik yang dilakukan pada
2. Data Kuantitatif
Penelitian memperoleh data kualitatif yang terdiri atas data hasil validitas,
Secara umum data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara
deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yaitu:
a. Reduksi data, yaitu proses analisis untuk memilih hal-hal pokok, membuat
mudah dipahami. Penyajian data kualititif dalam penelitian ini dalam bentuk
uraian naratif.
kepraktisan LKPD.
a) Analisis Validitas
Teknik analisis validitas produk LKPD berbasis model Simas Eric ini
Skor 5 4 3 2 1
P 0−Pe
moment kappa(k )=
1−Pe
Keterangan :
50
P0 = proporsi yang terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai yang diberi oleh
Pe = proporsi yang tidak terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai maksimal
dikurangi dengan jumlah nilai yang diberi validitas dibagi jumlah nilai maksimal.
b) Analisis Praktikalitas
kappa Cohen, baik penilaian lembar praktikalitas angket respon guru maupun
peserta didik. Hasil analisis dapat diputuskan berdasarkan kategori momen Kappa
seperti pada Tabel 5 di atas dengan catatan ≤ 0,00 memiliki kategori tidak praktis.
51
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan E, dkk. (2017). SIMAS ERIC Learning Model Based on Lesson Study
Darmawan,E. Zubaidah, S., Susilo, H.,& Suwono, H. (2016). Simas Eric Model to
Policy.
Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jemmy R.E. 1993. Pendidikan IPA Proyek
Herlina, M., Azhar, dan Irianti, M. 2018. The Application of Simas Eric Model to
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mandiri.
Pribadi, BA. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.
Putri EK, Irianti M, Azhar. (2018). The Application Of Simas Eric Model To Enhance
3(1), 59-72.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Aksara.
Sumiati IK, dkk. (2018). Model Pembelajaran Simas Eric Untuk Meningkatkan Motivasi
Sumiati, ID. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Simas Eric dalam Mempengaruhi
Retensi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN 1 Malang. Prosiding
Dharma.
Thiagarajan, Sivasailam, Dorothy S. Semmel & Melvyn I Samme (1974). Instructional
University.
Uno, H.,& Mohammad, N. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widjajanti, Endang. 2008. Pelatihan Penyusnan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan