Anda di halaman 1dari 56

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS MODEL SIMAS ERIC

PADA MATERI PENGUKURAN DAN VEKTOR


UNTUK KELAS X SMA/MA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Mata Kuliah


Metodologi Penetian dan Publikasi

Oleh :
NAMA.............
NIM.................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai sebagai abad globalisasi yang penuh persaingan dan

tantangan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ini menuntut

adanya peningkatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas

dapat diraih dengan pendidikan. Di abad ke-21 ini, pendidikan menjadi semakin

penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan

berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta

bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).

Keterampilan yang dimaksud pada abad ke-21 meliputi penyelesaian masalah,

pemikiran kritis, kreatif, kolaborasi dan komunikasi atau yang sering kita kenal

sebagai keterampilan 4C.

Banyak upaya telah dilakukan pemerintah sebagai pemenuhan tuntutan

keterampilan abad ke-21. upaya yang dilakukan pemerintah terkhusus pada

bidang pendidikan seperti adanya pembaharuan kurikulum. Kurikulum yang saat

ini digunakan adalah kurikulum 2013 dimana Kurikulum 2013 bertumpu pada

bentuk dan kegiatan pembelajaran di dalam ruang kelas (Festiyed, 2015).

Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek

yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan

menggunakan pengetahuannya. Dalam kurikulum 2013, diyakini pembelajaran

yang berkualitas itu adalah pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik.

2
3

Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) mengandung unsur 5M yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.Untuk itu

pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta

didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.

Menurut Mulyasa (2007 : 41) pembelajaran yang berkualitas sangat

bergantung dengan motivasi peserta didik dan kreatifitas guru. Ciri-ciri

pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik, pembelajaran yang melatih peserta didik mengolah akal pikirannya dalam

menemukan pengetahuan. Begitu juga pada pembelajaran fisika, sesuai yang

dikutip dari Suparno (2007 : 2) “Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa

yang aktif belajar fisika”. Sebab fisika membahas tentang gejala dan fenomena

alam yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, sangat dibutuhkan

keterlibatan aktif peserta didik untuk mengkonstruksi pengalamannya dalam

memperoleh pengetahuan itu sendiri. Untuk mencapai hal tersebut dalam proses

pembelajaran, maka dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif dalam

merencanakan pembelajaran.

Setelah dilakukan studi awal di SMAN 3 PadangPanjang diperoleh

kenyataan yang berbeda antara kondisi ideal dengan kondisi di lapangan.

Kenyataan di lapangan belum menggambarkan kondisi yang diharapkan. Studi

awal yang dilakukan berupa wawancara dengan guru dan penyebaran angket

kepada peserta didik.

Hasil yang didapatkan dari wawancara yang dilakukan adalah guru masih

cenderung mendominasi pembelajaran sehingga peserta didik tidak terlibat aktif


4

dalam pembelajaran. Pada umumnya metode konvensional/metode ceramah masih

digunakan oleh guru. Guru telah berupaya dalam menerapkan model atau metode

sesuai tuntutan kurikulum 2013 seperti model discovery learning, namun tetap

pada akhirnya guru yang mendominasi pembelajaran. Guru mengatakan bahwa

kendala yang mereka temui dalam menerapkan kurikulum 2013 adalah tidak

sanggupnya peserta didik untuk belajar mandiri karena kemampuan mereka masih

tergolong rendah.

Selain dari aspek model atau metode yang digunakan guru, aspek bahan ajar

juga menjadi salah satu faktor penyebab kurang dilibatkannya peserta didik secara

aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan guru disekolah berupa LKS

atau LKPD yang dibeli dari penerbit. Guru menganggap LKPD yang digunakan

tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik peserta didik. Hal ini

disebabkan karena LKPD yang digunakan belum mengasah kemampuan peserta

didik sehingga pemahamannya terhadap materi tergolong rendah. Pemahaman

tersebut akan meningkat jika peserta didik dilibatkan aktif dalam pembelajaran.

Namun, keterlibatan aktif peserta didik dalam penggunaan LKPD tersebut hanya

tampak pada pengerjaan soal latihan saja.

Data tersebut juga didukung dengan hasil analisis angket yang telah

disebarkan kepada peserta didik. Aspek yang dianalisis yaitu : a). Motivasi

belajar, b). Pemahaman, c). Metode pembelajaran, d). Sumber belajar, dan e).

Proses pembelajaran. Skor yang diperoleh pada setiap aspek rata-rata kecil dari

75% seperti pada Gambar 1.


5

Skor Angket Peserta Didik


100
90
80 72
63 63 70
70 69
60
50
40
persentase

30
20 Persentase
10
0
si
va an
oti am an
M ah ar jar
m elaj ela an
Pe b B ar
Pe
m
be
r
elaj
e m b
od Su m
et Pe
M es
os
Pr
Aspek yang dinilai

Gambar 1. Persentase Angket Peserta Didik Kelas X SMAN 3


Padang Panjang

Gambar 1 menunjukkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa

motivasi belajar dan pemahaman peserta didik masih rendah dalam memahami

konsep fisika sehingga perlu direncanakan pembelajaran yang dapat

memunculkan motivasi peserta didik sehingga pemahamannya ikut meningkat.

Dilihat dari aspek metode pembelajaran, sumber belajar dan proses pembelajaran

diperoleh persentase yang cukup besar. Indikator yang dinilai pada aspek tersebut

merupakan pernyataan negatif, artinya peserta didik mengatakan setuju bahwa

pembelajaran yang dilakukan masih bersifat pasif. Maka guru harus kreatif agar

pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan peserta didik dapat memahami

fisika dengan mudah.

Rendahnya pemahaman peserta didik berakibat pada nilai yang diraih

peserta didik pada ujian akhir semester ganjil tahun 2018/2019. Nilai yang telah

ditetapkan oleh SMAN 3 Padang Panjang adalah ≥75, yang berarti apabila 75%
6

peserta didik telah mencapai nilai tersebut, maka dapat dikatakan peserta didik

memahami pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terlihat perolehan

kompetensi peserta didik belum sepenuhnya mencapai KKM seperti yang terlihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Semester Peserta Didik Kelas X MIPA
Semester 1 SMAN 3 Padang Panjang Tahun Ajaran 2018/2019
No Aspek Kelas
X MIPA 1 X MIPA 2 X MIPA 3
1 Nilai rata-rata 75,7 73 73
2 Jumlah peserta didik 20 15 13
yang mencapai
KKM
3 Jumlah peserta didik 15 17 20
yang tidak
mencapai KKM
4 Jumlah peserta didik 35 32 33
5 Persentase ketuntasan 57,1% 46,8% 39,4%
6 Persentase 42,8% 53,1% 60,6%
ketidaktuntasan
(Sumber: Guru fisika kelas X IPA SMAN 3 Padang Panjang)
Tabel 1 menunjukkan rendahnya perolehan kompetensi peserta didik dalam

pembelajaran fisika. Hal ini berarti peserta didik belum maksimal dalam

memahami fisika sehingga perlu dilakukan upaya agar pemahaman peserta didik

meningkat. Salah satu upaya guru agar peserta didik lebih memahami pelajaran

yaitu dengan memberikan tugas awal sebagai bekal sebelum mereka memasuki

pembelajaran. Bentuk tugas awal yang diberikan guru hanya berupa instruksi

membaca materi dirumah, sehingga tidak sepenuhnya upaya ini berhasil. Sehingga

perlu suatu metode menarik yang dapat dijadikan tugas awal bagi peserta didik

sebelum memasuki materi, misalnya saja dengan instruksi membuat mind

mapping dari hasil bacaannya dirumah. Dengan begitu, peserta didik akan

menjadi lebih semangat dalam mengerjakan tugasnya karena menuntut kreatifitas


7

mereka dalam menyimpulkan hasil bacaan. Maka perlu dilakukan strategi tugas

dan paksa kepada peserta didik. Strategi pembelajaran tugas dan paksa bertujuan

untuk melatih kedisiplinan peserta didik, merangsang kesadaran diri peserta didik

dalam tanggung jawabnya sebagai pelajar, dan mendorong peserta didik untuk

berinisiatif tanpa adanya paksaan dari luar (Komalasari, 2018 : 352).

Model pembelajaran Simas Eric (Skimming-Mind mapping-Questioning-

Exploring-Writing-Communicating) merupakan salah satu pembelajaran inovatif

berbasis kontruktivis yang menekankan pada pembelajaran student centered

melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi

peserta didik untuk memahami fisika. Model pembelajaran Simas Eric memiliki

sintaks yang dapat meningkatkan motivasi karena memberdayakan keterampilan

metakognitifnya. Selain itu model ini mampu mendisiplinkan siswa dalam

membaca dan memahami materi yang akan diajarkan sehingga peserta didik dapat

lebih mudah memahami fisika. Tahapan yang digunakan dan dikembangkan oleh

Darmawan (2015 : 703) dalam pembelajaran ini adalah: (1) skimming: melakukan

survey dengan cepat pada setiap bab, (2) Mind mapping: membuat peta pikiran

dari bab yang diskimming, (3) questioning: mengajukan pertanyaan tingkat tinggi

(why and how), (4) Exploring: menelaah materi kembali untuk menjawab

pertanyaan, (5) writing: menuliskan jawaban pertanyaan secara ringkas, dan (6)

Communicating: mengkomunikasikan secara kolaboratif hasil mindmap,

pertanyaan dan jawabannya. Sehingga tampak jelas bahwa model simas eric ini

menjadikan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran yang dapat

menjadikan pemahamannya meningkat.


8

Dalam proses pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan hanya

mempertimbang dan menerapkan model saja tidak cukup. Model pembelajaran

akan lebih bermakna apabila menggunakan bahan ajar yang tepat secara

bersamaan. Dari berbagai jenis bahan ajar yang ada, salah satu yang cocok

digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta didik

terhadap materi pada mata pelajaran fisika adalah LKPD. Dikatakan demikian

karena pengguaan LKPD melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran yang

diidentifikasi dengan adanya langkah kerja atau kegiatan yang dilakukan. Jika

dibandingkan dengan modul, LKPD dikatakan lebih cocok karena modul

memerlukan disiplin belajar yang tinggi yang pada umumnya kurang dimiliki oleh

peserta didik. Penggunaan jenis bahan ajar lainnya belum sepenuhnya mampu

meningkatkan pemahaman peserta didik karena hanya berisikan materi yang

disusun secara sistematis.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan LKPD

Berbasis Model Simas Eric pada Materi Pengukuran Besaran Fisika dan Vektor

Kelas X Semester I SMA/MA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, mengungkapkan

bahwa kualitas pencapaian kompetensi fisika peserta didik masih rendah yang

ditandai oleh:

1. Peserta didik kurang dibekali pada pengetahuan awal sebelum memulai

materi.
9

2. Strategi/model pembelajaran yang digunakan guru belum seutuhnya

menerapkan model pembelajaran yang dianjurkan dalam kurikulum 2013,

masih didominasi oleh metode ceramah.

3. Peserta didik belum terlibat aktif dalam pembelajaran.

4. Bahan ajar yang digunakan di sekolah berupa LKS yang dibeli dari penerbit.

5. Bahan ajar yang digunakan tidak menarik perhatian peserta didik sehingga

pemahamannya masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kekeliruan pemahaman dan agar fokus masalah yang

akan dipecahkan, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi

sebagai berikut:

1. Materi esensial dari bahan ajaryang dikembangkan adalah materi kelas X

pada KD 3.2 dan KD 3.2 yaitu materi Pengukuran Besaran Fisika dan Vektor.

2. LKPD yang dikembangkan berbasis pada model pembelajaran simas eric

dengan langkah-langkah; (1) skimming, (2) mind mapping, (3) questioning,

(4) exploring, (5) writing, dan (6) communicating.

3. Uji kelayakan LKPD dilakukan dengan uji validitas dan uji praktikalitas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan masalah yaitu:

a. Bagaimana karakteristik LKPD berbasis model pembelajara simas eric pada

materi pengukuran dan vektor?


10

b. Bagaimana tingkat validitas dan praktikalitas LKPD berbasis model

pembelajara simas eric pada materi pengukuran dan vektor ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan produk LKPD berbasis model pembelajaran simas eric pada

materi pengukuran besaran fisika dan vektor untuk pembelajaran Fisika SMA

kelas X semester 1.

2. Mengetahui kelayakan produk LKPD berbasis model pembelajaran simas eric

pada materi pengukuran besaran fisika dan vektor ditinjau dari validitas dan

praktikalitas.

F. Spesifikasi Produk

Spesifikasi bahan ajar yang didesain adalah sebagai berikut :

1. Format LKPD yang digunakan merujuk pada Depdiknas Tahun 2008 dengan

komponen-komponen yaitu : a) Judul/identitas, b) Petunjuk belajar, c)

KI/KD, d) Informasi Pendukung/ringkasan materi, e) Tugas/langkah kerja,

dan f) Penilaian berupa evaluasi.

2. Kegiatan peserta didik dalam LKPD disesuaikan dengan sintaks model simas

eric menurut Ericka Darmawan yaitu : 1) Skimming, 2) Mind Mapping, 3)

Questioning, 4) Exploring, 5) Writing, dan 6) Communicating.

3. Sintaks skimming dari model simas eric terintegrasi pada bahan bacaan yang

menjadi informasi pendukung dalam LKPD.


11

4. Sintaks model simas eric selanjutnya didominasi pada komponen

tugas/langkah kerja dalam LKPD.

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, sebagai salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam

pembelajaran pengukuran besaran fisika dan vektor

2. Bagi peserta didik, sebagai salah satu sumber belajar yang dapat membantu

peserta didik untuk memahami konsep materi pengukuran besaran fisika dan

vektor.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

Pada bagian ini akan di sajikan deskripsi teoritis yaitu teori-teori yang

berhubungan dengan variabel penelitian diantaranya 1). Model Pembelajaran

Simas Eric , 2). LKPD berbasis model simas eric, 3). Analisis Materi, 4). Model-

model Pengembangan, 5).Validitas dan Praktikalitas Produk LKPD.

1. Model Pembelajaran Simas Eric

Simas Eric merupakan suatu model pembelajaran yang telah dikembangkan

oleh Ericka Darmawan sejak tahun 2012 dan mengalami pembaharuan hingga

sampai tahun 2015. Model pembelajaran yang dikembangkan ini berbasis pada

teori belajar kontruktivisme, kognitivisme, konektivisme dan behaviourisme. Hal

tersebut juga sesuai dengan yang dikatakan oleh pengembang model ini yaitu

Ericka Darmawan dalam jurnalnya (2015 : 695).

Teori belajar kontruktivisme menganggap bahwa pengetahuan itu adalah

bentukan (kontsruksi) dari kita sendiri yang sedang menekuninya yang dikutip

dari Suparno (2007 : 8). Hal ini berarti bahwa pengetahuan itu terjadi dari

bentukan peserta didik itu sendiri berdasarkan pengalamannya. Dari sini cukup

jelas bahwa untuk mengetahui sesuatu, dibutuhkan keaktifan peserta didik untuk

mengkonstruksi pengetahuannya. Selain itu, teori belajar yang juga melandasi

pengembangan model pembelajaran yaitu teori belajar behaviourisme. Teori

belajar behaviorisme adalah sebuah teori belajar yang menekankan pada

perubahanan tingkah laku sebagai hasil belajar yang tampak. Seperti yang
13

dijelaskan Sani dalam bukunya (2014 : 4) yaitu teori behaviorisme menjelaskan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah perilaku yang dapat diamati, diukur dan

dinilai secara konkret. Untuk teori belajar kognitivisme menurut Bruner bahwa

terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran.

Seperti yang dikatakan Ericka Darmawan (2016 : 47) dalam jurnalnya bahwa teori

belajar kognitivisme Bruner ini menganggap bahwa belajar meliputi tiga proses

kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan

menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Sejalan dengan itu, menurut Sani

(2014 : 15) proses belajar terjadi melalui tahap-tahap, yaitu : (a) memanipulasi

objek lansung (enactive), (b) representasi gambar (iconic), dan (c) manipulasi

simbol (symbolic). Memasuki jenjang SMA, peserta didik dianggap sebagai

pebelajar yang sudah dewasa sehingga kemampuan symbolicnya juga semakin

bagus.

a. Latar Belakang dikembangkan Model simas eric

Perubahan ekologi belajar ditandai dengan seiring perkembangan zaman

yang terjadi. Apalagi saat ini kita sedang memasuki abad ke-21 yang tentunya

perubahan ekologi belajar berkembang sangat pesat. Perubahan ekologi belajar

peserta didik berdampak pada cara belajar peserta didik secara mendalam.

Keadaan ini mengharuskan guru mampu melibatkan peserta didik masa kini untuk

terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menjadi desainer pembelajaran

atau dengan kata lain guru hanya sebagai fasilisator dalam pembelajaran peserta

didik. Untuk itu sangat penting bagi seorang pengajar untuk menciptakan

bermacam-macam model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik.


14

LDC (Learning Development Cycle) menjadi salah satu alternatif bagi guru

membuat pengembangan model pembelajaran. LDC menyajikan empat ranah

pembelajaran yaitu transmission, acquisition, emergence, dan accretion.

Pengembangan model simas eric yang berpijak pada teori LDC ini

dilatarbelakangi oleh beberapa fakta yang ditemui dilapangan.

Fakta empiris yang ditemui Ericka Darmawan pembelajaran yang dilakukan

dibeberapa sekolah di Kota Malang belum efektif dan efisien. Fakta tersebut

menunjukkan bahwa peserta didik jenjang SMA belum dibelajarkan dengan

model pembelajaran yang mampu memberdayakan keterampilan metakognitif,

model pembelajaran yang mengasah keterampilan berpikir kritis serta model

pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada

materi pembelajaran.

Fakta empiris yang juga ditemui oleh Darmawan (2015 : 694) bahwa peserta

didik masa kini cenderung memiliki kesiapan yang rendah dalam memulai

pembelajaran yang melakukan pendalaman materi yang terlihat dari banyaknya

peserta didik yang masih pasif bertanya, tidak belajar dan membaca materi yang

akan diajarkan sebelumnya, dan masih banyak peserta didik yang harus

melaksanakan remedi. Sejalan dengan itu fakta yang juga ditemui dari hasil

wawancara dengan guru-guru di SMAN 6 Malang menunjukkan bahwa pada saat

mengikuti proses pembelajaran masih banyak peserta didik yang kurang

mempunyai kesadaran untuk belajar mandiri. Fakta lain, seperti: 1) peserta didik

kurang mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran, 2) peserta didik

kurang memperhatikan pada saat pembelajaran seperti berbicara dengan teman


15

kelompoknya, 3) peserta didik juga ada yang tidak mengerjakan tugas rumah atau

menyalin pekerjaan temannya, serta 4) tidak mencatat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pada fakta tersebut, Ericka Darmawan mengembangkan model

pembelajaran simas eric. Hasil uji terhadap model pembelajaran simas eric

dilakukan dengan memperhatikan 3 aspek, yakni : (1) Validasi kelayakan model

pembelajaran dan didapatkan hasil bahwa model pembelajaran ini masuk kategori

sangat layak karena mencerminkan rasionalitas teoritik serta adanya kerterkaitan

pada sintaks, (2) Validasi kepraktisan oleh guru, didapatkan hasil sesuai dan

efektif karena model ini dapat diterapkan serta tingkat keterlaksanaannya

termasuk kategori tinggi, dan (3) uji efektivitas yang dilakukan didapatkan bahwa

model ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi 83,5% dari siswa

yang difasilitasi pembelajaran reguler. (Darmawan dkk., 2015 : 706-707)

b. Karakteristik Model Simas Eric

Model pembelajaran simas eric yang dikutip dari jurnal Darmawan (2015 :

704-705) memiliki sintaks dengan keterkaitan kemampuan berpikir kritis

sepertiyang dijabarkan dalam Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Sintaks Model Simas Eric


Tahap
Pembelaj Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
aran
Tahap I Guru memberikan tugas kepada Siswa membaca dan melakukan telaah
Skimming siswa untuk membaca materi secara cepat terhadap suatu materi
dirumah dengan fokus pada pendahuluan,
judul, gambar, tabel, grafik,
.ringkasan dan kesimpulan
Tahap II Guru memfasilitasi siswa untuk bisa
Siswa membuat petapikiran,
Mind mapping membuat peta pikiran yang berdasarkan hasil skimming.
baik dan benar dan meminta Siswa membuatnya dalam
siswa membuat peta pikiran di selembar kertas yang merupakan
rumah karya otentik siswa pada tahap
skimming dan mindmampping
16

Tahap III Guru membagi siswa dalam Siswa secara mandiri membuat
Questioning kelompok heterogen dan pertanyaan dan kemudian
meminta siap untuk membuat berdiskusi dalam kelompok untuk
pertanyaan mendapatkan pertanyaan yang
sesuai
Tahap IV Guru memberikan kesempatan Siswa melakukan pendalaman kembali
Exploring kepada siswa untuk materi dengan lebih seksama, atau
melakukan pendalaman melakukan eksperimen untuk
dari materi dan mendapatkan solusi atas
berdiskusi dengan teman pertanyaan
kelompok dalam rangka
mencari solusi, apabila
pertanyaan yang muncul
membutuhkan
eksplorasi berupa
eksperimen maka guru
akan memfasilitasi
Tahap V Guru meminta siswa untuk Siswa menuliskan jawaban atas
Writing menuliskan jawaban pertanyaan yang dibuatnya
dalam lembar yang telah dengan mengkaji dan
disiapkan oleh siswa mendiskusikan terlebih dahulu
dengan kelompok
Tahap VI Guru memberikan kesempatan Siswa mempresentasikan dan
Communicating kepada siswa presentasi mendiskusikan secara klasikal
kelas dan berdiskusi pertanyaan-pertanyaan yang
secara klasikal .muncul

Setiap langkah dari sintaks model simas eric ini memiliki

kelebihannya masing-masing dan tentunya menggambarkan keterlibatan

peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Pada tahap skimming, peserta

didik menelaah materi dengan membaca cepat untuk menemukan informasi

penting dari suatu bacaan, artinya peserta didik telah berpikir kritis untuk

menentukan informasi yang penting baginya. Membaca cepat yang

dimaksud bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga setelah selesai

membaca tidak ada yang diingat dan dipahami. Dua hal pokok yang harus

dicamkan dalam membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase

pemahaman bacaan yang tinggi.


17

Langkah kedua diikuti dengan tahap mind mapping yaitu peserta didik

membuat peta pikiran dari hasil skimming yang telah dilaluinya. Mind

mappingberbeda dengan peta konsep. Mind mapping dikembangkan oleh

Tony Buzan sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya

dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Mind mapping yang dibuat

merupakan bentuk kreativitas peserta didik dalam mengkonstruksikan hasil

bacaannya terhadap materi. Sehingga pembuatan mind mapping dianggap

mampu menghilangkan rasa bosan dari peserta didik serta dapat

meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini terbukti dengan

penelitian yang dilakukan (Herlina, 2018 : 7) dan (Sumiati, 2018 : 24) untuk

meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan model

simas eric dalam pembelajaran. Hasil dari penelitiannya diperoleh bahwa

model simas eric mampu meningkatkan motivasi peserta didik. Sehingga

berpijak dari hal itu, mind map ini menarik untuk digunakan dalam

pembelajaran.

Setelah kegiatan mind mapping dilakukan, terdapat pula tahap

questioning pada model simas eric yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan

dari peserta didik. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik diharapkan

mampu melatih berfikir kritisnya untuk menggali informasi sedalam

mungkin dari materi. Proses pertanyaan menjadi penting karena guru dapat

menilai cara penyampaian dan pengolahan kata dari pertanyaan peserta

didik yang berasal dari pemikirannya. Hal ini didorong dengan proses

exploring pada model ini. Menjelajah materi yang diberikan adalah salah
18

satu cara peserta didik dalam memahami dan mengembangkan materi yang

diberikan. Kemudian proses selanjutnya yaitu menulis (writing) semua

pertanyaan yang sudah diketahui. Hal ini menjadi penting karena menurut

Pillay yang dikutip dari jurnal Komalasari, SR & Leonard (2018 : 350)

bahwa “research has shown that cues in the nonverbal “channels” of

communication (how something is said) are often more important than

words alone”. Dilanjutkan dengan mengkomunikasikannya

(communication) kembali sebagai bahan evaluasi peserta didik dengan

berdiskusi secara berkelompok yang diajukan dalam proses pembelajaran.

Dari keenam langkah model simas eric, ada yang menarik dari

penerapan model simas eric ini. Dua langkah pertama dari model simas eric

ini yaitu skimming dan mind mapping dilakukan dirumah dan dinilai sebagai

pekerjaan rumah dari peserta didik. Hal tersebut diupayakan agar peserta

didik telah membaca dan memahami materi sebelum pembelajaran dimulai

serta dapat mengefektifkan waktu kegiatan pembelajaran. secara tidak

lansung, kegiatan ini merupakan strategi pembelajaran tugas dan paksa.

Strategi pembelajaran tugas dan paksa digagas oleh Leonard yang

dikutip dari jurnal Komalasari (2018 : 352) didasari dengan adanya paham

“dipaksa, terpaksa, biasa, jadi budaya, dan muncul bangsa yang beradab”.

Strategi pembelajaran tugas dan paksa bertujuan untuk melatih kedisiplinan

peserta didik, merangsang kesadaran diri peserta didik dalam tanggung

jawabnya sebagai pelajar, dan mendorong peserta didik untuk berinisiatif

tanpa adanya paksaan dari luar. Berpijak dari pernyataan tersebut, sintaks
19

skimming dan mind mapping yang dilakukan dengan peserta didik secara

paksaan diharapkan mampu memberikan pengetahuan awal dari peserta

didik sebelum memulai pembelajaran. Pernyataan ini juga diperkuat dari

pendapat (Uno & Mohammad, 2012 : 84) bahwa model mind mapping

sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal peserta didik.

Adanya strategi pembelajaran tugas dan paksa yang terintegrasi

dalam model simas eric ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman

dari peserta didik sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Pemahaman

peserta didik dinilai dari daya serap yang dimiliki peserta didik terhadap

materi yang dipelajarinya dan terealisasi pada hasil belajarnya.

c. Kelebihan Model Simas Eric

Model pembelajaran simas eric ternyata mampu menjadikan pembelajaran

aktif bagi peserta didik serta dianggap mampu menjadikan peserta didik belajar

secara mandiri dan berdampak baik bagi kualitas pengajarannya. Peran guru

dalam pembelajaran aktif bagi peserta didik seperti yang dipaparkan oleh Sanjaya

(2016 : 139-140) bahwa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk melibatkan

peserta didik secara aktif diantaranya sebagai berikut :

a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus

dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama peserta didik.

c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus

dilakukan.
20

d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada peserta didik yang

memerlukannya.

e. Memberikan motivasi, mendorong peserta didik untuk belajar.

f. Membantu peserta didik dalam menarik suatu kesimpulan.

Dari poin-poin diatas tampak jelas bahwa poin-poin tersebut terintegrasi

dalam model simas eric. Misalnya saja pada poin (b) dengan memberikan tugas

pada peserta didik sesuai tahap skimming dan mind mapping dari model simas eric

sudah menjadikan pembelajaran aktif bagi peserta didik begitu pula untuk poin

lainnya. Selanjutnya Uno & Mohammad (2012 : 76) juga memaparkan bahwa

untuk menciptakan pembelajaran yang aktif salah satunya adalah anak belajar dari

pengalamannya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh.

Hal ini tentu sesuai dengan landasan dalam pengembangan model simas eric yaitu

konstruktivisme.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Model Simas Eric

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan istilah lain dari lembar kerja

siswa (LKS). Penggantian isitilah siswa menjadi istilah peserta didik ini

digunakan sejak diberlakukannya kurikulum 2013 di setiap satuan pendidikan

(Mizarwan,2015). Meskipun istilah ini berubah, susunan dan struktur dari LKS

menjadi LKPD tidak berubah sama sekali, hanya penggunaan istilah siswa

menjadi peserta didik yang mengalami perubahan. Berdasarkan hal di atas maka

untuk selanjutnya di dalam penelitian ini istilah LKS diganti dengan LKPD.

Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu jenis bahan ajar cetak

yang digunakan dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan seperangkat materi


21

yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru dan peserta

didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran serta memungkinkan peserta

didik untuk belajar (Kementrian Pendidikan Nasional,2010). Bahan ajar

dipersiapkan dengan sengaja oleh guru untuk dipelajari peserta didik dalam

rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

ditentukan oleh kurikulum (Trianto, 2012).Mulyasa (2006:96) mengemukakan

bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat

diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik bersifat khusus

maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bahan ajar merupakan

bagian terpenting yang dapat menunjang proses pembelajaran. Bahan ajar dalam

bentuk LKPD ini dapat menjadi sumber belajar bagi peserta didik dan membantu

guru agar lebih mudah melaksanakan pembelajaran di sekolah.

LKPD merupakan kumpulan dari lembaran yang berisikan kegiatan peserta

didik yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas nyata dengan objek

dan persoalan yang dipelajari. LKPD juga dapat didefinisikan sebagai bahan ajar

cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-

petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang

mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai (Prastowo, 2011 : 204). Tugas-

tugas yang diberikan pada peserta didik berupa teori dan atau praktik sebagai

upaya dalam memaksimalkan pemahaman sesuai dengan indikator pencapaian

pembelajaran yang dicapai. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru,
22

memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan

belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas

tertulis(Depdiknas, 2008:23).

LKPD berkualitas adalah LKPD yang memenuhi beberapa syarat,

diantaranya dapat mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran,

memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep, memiliki variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik, dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika

pada diri peserta didik. Berikut ini beberapa fungsi dari LKPD yaitu:

1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pelajaran atau

memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar,

2. Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat

waktu penyajian suatu topik,

3. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai peserta didik,

4. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas,

5. Membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar,

6. Dapat membangkitkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara rapi,

sistematis mudah dipahami oleh peserta didik sehingga mudah menarik

perhatian peserta didik,

7. Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri perserta didik dan meningkatkan

motivasi belajar dan rasa ingin tahu.


23

8. Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal

karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan

belajarnya,

9. Dapat digunakan untuk melatih peserta didik menggunakan waktu seefektif

mungkin,

10. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah

(Widjajanti, 2008)

Suatu LKPD harus mengandung beberapa komponen yaitu: petunjuk belajar

(petunjuk peserta didik/guru); kompotensi yang akan dicapai; konten atau isi

materi pembelajaran; informasi pendukung; latihan-latihan; petunjuk kerja;

evaluasi; dan respon terhadap hasil evaluasi. Ada 6 unsur utama yang harus

termuat dalam LKPD, yaitu : judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau

materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja dan penilaian.

(Kementrian Pendidikan Nasional,2010)

Perbedaan LKPD ini dengan bahan ajar lain seperti modul terletak pada

kelengkapan materinya. Materi yang disajikan pada LKPD tidak selengkap yang

terdapat pada lembar kerja peserta didik ini lebih banyak memuat emabran-

lembaran berupa tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, sehingga

meskipun guru telah menggunakan LKPD, tetap diperlukan bahan ajarlainnya

seperti modul. Hal ini disebabkan LKPD hanya berupa bahan ajar pendukung

yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2008:25).

Penyusunan LKPD selain terdiri dari beberapa komponen diatas, harus

memuat juga sintaks model pembelajaran yang digunakan dalam penyusunan


24

LKPD, yaitu berbasis model simas eric. Model simas eric adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan dua kegiatan sekaligus, yaitu kegiatan di rumah

dan di sekolah. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi

peserta didik seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam

tentang topik-topik yang jelas. Selain itu, penggunaan model ini dapat menjadikan

waktu belajar yang lebih efisien sebab dibagi dalam dua kegiatan yaitu di rumah

dan di sekolah.

Komponen dari LKPD yang disusun merujuk pada Depdiknas (2008 : 24)

yaitu terdiri atas 1). Cover, 2). Kata pengantar, 3). Daftar isi, 4). Petunjuk umum,

5). Kompetensi yang akan dicapai, 6). Bahan belajar peserta didik dengan sintaks

skimming dari model simas eric, 7). Isi LKPD, dengan lanjutan sintaks model

simas eric, dan 8). Penilaian/evaluasi.

3. Deskripsi Materi

Materi pengukuran dan vektor merupakan pokok bahasan Bab II dan Bab III

mata pelajaran Fisika pada kelas X SMA semester 1. Berdasarkan silabus fisika

kurikulum 2013, pokok bahasan tersebut termasuk pada KD 3.2 dan KD 3.3,

dengan kompetensi dasar yang dicapai sebagai berikut :

3.2 Menerapkan prinsip- prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian

dan angka penting, serta notasi ilmiah

4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan

menggunakan peralatan dan teknikyang tepat serta mengikuti kaidah angka

penting untuk suatu penyelidikan ilmiah

3.3 Menerapkan prinsip penjumlahan vektor sebidang (misalnya perpindahan)


25

4.3 Merancang percobaan untuk menentukan resultan vektor sebidang (misalnya

perpindahan) beserta presentasi hasil dan makna fisisnya

Pada materi pengukuran besaran fisika terdapat 4 sub-bab yang akan

dibahas, diantaranya yaitu : 1). Hakikat Pengukuran Fisika, 2). Penggunaan

Alat Ukur, c). Pelaporan Hasil Pengukuran, dan d). Aktivitas Pengukuran.

Sedangkan untuk materi vektor terdapat 2 sub-bab yang akan dibahas yaitu :

1). Pendahuluan Vektor dan 2). Resutan Vektor. Kedua materi tersebut

dikaji kedalam pokok-pokok materi sesuai dengan sub-bab yang dibahas.

Dalam sub-bab hakikat pengukuran fisika, pokok-pokok materi yang akan

dikaji adalah tentang konsep dasar pengukuran seperti pengertian serta alasan

pentingnya pengukuran kemudian mendiskusikan prinsip-prinsip pengukuran

(ketelitian, ketepatan, dan akurasi). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dalam

sub-bab ini dapat berupa pengamatan pembuatan daftar tabel nama-nama besaran

besaran beserta satuan dan dimensinya. Sehingga sub-bab ini dikatakan sebagai

dasar dalam mengetahui konsep pengukuran dalam fisika.

Sub-bab berikutnya dari materi pengukuran merupakan lanjutan pemahaman

dari sub-bab pertama. Setelah mengetahui konsep dasar dari pengukuran, maka

pembelajaran selanjutnya yang dilakukan berupa pengamatan terhadap

penggunaan alat ukur, cara memakainya serta melaporkan hasil pengukuran yang

didapatkan. Pembelajaran selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data hasil

pengukuran dalam bentuk penyajian data, membuat grafik,menginterpretasi data

dan grafik, dan menentukan ketelitian pengukuran, serta menyimpulkan hasil

interpretasi data. Sehingga dapat disimpulkan pokok-pokok materi yang dibahas


26

adalah tentang penggunaan alat ukur besaran, angka penting dan notasi ilmiah

serta kesalahan dalam pengukuran.

Sedangkan pada materi vektor, terdapat 3 bentuk pembelajaran yang

dilakukan. Pembelajaran tersebut diantaranya : a) mengamati vektor-vektor yang

bekerja pada benda, b) melakukan percobaan untuk menentukan resultan vektor

sebidang (misalnya gaya), c) mengolah tentang berbagai operasi vektor, dan d)

mempresentasikan rancangan percobaan untuk menentukan resultan vektor

sebidang beserta makna fisisnya. Sehingga dapat disimpulkan pokok-pokok

materi yang dibahas dalam bab ini adalah notasi vektor termasuk didalam cara

menyatakan serta menentukan besar dan arah vektor, dan resultan vektor yaitu

tentang bagaimana menjumlahkan vektor sebidang.

4. Model-model Penelitian Pengembangan

Terdapat berbagai model pengembangan yang digunakan untuk mendesain

suatu sistem pembelajaran. Pada bagian ini hanya beberapa model desain sistem

pembelajaran saja yang diuraikan, diantaranya yaitu : model Kemp, dan model

Plomp dan model 4-D.

a. Model Kemp

Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar sebab model ini

membentuk sebuah siklus. Model sistem instruksional yang dikembangkan Kemp

ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses

pengembangan. Tahap-tahap dalam mengembangkan suatu perangkat

pembelajaran menurut model Kemp dalam Hamasah (2013 : 64-70) terdiri atas 14

tahap membentuk suatu lingkaran yang kontinu. Rancangan pengembangan


27

perangkat pembelajaran mdoel ini tidak mempunyai titik awal tertentu. Itu

sebabnya model pengembangan ini dikatakan sebagai siklus (Sanjaya, 2008 : 72).

b. Model Plomp

Model Plomp dipandang lebih luwes dan fleksibel dikarenakan pada setiap

langkahnya memuat kegiatan pengembangan yang dapat sisesuaikan dengan

karakteristik penelitiannyaRochmad (2012 : 65). Tahapan dalam mengembangkan

model Plomp ini dalam (Rochmad, 2012 : 64-68) terdiri atas 5 tahap yaitu : 1)

Fase investigasi awal, 2) Fase desain, 3) Fase realisasi/konstruksi, 4) Fase tes,

evaluasi, dan revisi, serta 5) Fase implementasi.

Setelah diketahui tahapan-tahapan dari setiap model pengembangan yang

ada, peneliti lebih tertarik menggunakan model 4D karena setiap langkahnya jelas

yang dilakukan dan dapat mengefisienkan waktu pelaksanaan. Hal ini dikarenakan

menggunakan model 4D tidak menuntut banyaknya pengulangan hasil revisi

disetiap tahapnya. Berbeda dengan model plomp, Model Plomp menuntut

banyaknya revisi dan harus membagi objek penelitian menjadi beberapa

kelompok sehingga memakan waktu dalam pelaksanaannya.

Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan LKPD

berbasis model simas eric pada materi pengukuran besaran fisika dan vektor kelas

X SMA/MA ini adalah model 4D oleh Thiagarajan, dimana model ini

menggunakan 4 tahap pengembangan yaitu Define (pendefinisian), Design

(Desain), Development (pengembangan) dan Dessiminate (Penyebarluasan).

Dalam penelitian ini model pengembangan 4D direduksi menjadi 3D artinya

penelitian ini sampai pada tahap Development (pengembangan).


28

Menurut Thiagarajan dan Semmel dalam Trianto (2010: 189-192), model

pengembangan 4-D-models terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu: define,

design, develop, dan disseminate.

a. TahapDefine (Pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan

mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini

sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan

analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini

dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat

pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model

penelitian dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk

mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature

atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan (1974) dalam Trianto (2012 : 93)

menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu: 1). Front

and analysis, 2). Learner analysis, 3). Task analysis. 4). Concept analysis,

dan 5). Specifying instructional objectives.

Menurut Trianto (2012 : 93) kegiatan front end analysismerupakan

kegiatan yang dilakukan peneliti untuk menemukan diagnosis awal dalam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Kegiatan ini

bertujuanuntuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi

dalam pembelajaran fisika.Setelah kegiatan ini dilakukan maka dilanjutkan

dengan kegiatan learner analysis.


29

Kegiatan pada learner analysis merupakan telaah tentang karakteristik

peserta didik. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

karakteristik Peserta didik. Pengembang pembelajaran perlu melakukan

analisis ini untuk mengetahui perbedaan karakter peserta didik agar

pembelajaran yang didesain dapat diakomodasikan dengan baik (Yaumi M,

2013 : 120-134). Maka pengembang melakukan analisis terhadap empat

komponen pada aspek ini yaitu terhadap minat, sikap, motivasi dan gaya

belajar peserta didik. Selanjutnya dilanjutkan task analysisjika pada

kegiatan tersebut telah diselesaikan.

Task analysis menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk

mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh

peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan keterampilan tambahan

yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh

tentang tugas dalam materi pembelajaran agar mencapai tuntutan atau

kompetensi yang diinginkan. Setelah itu, dilanjutkan pada kegiatan concept

analysis.

concept analysis merupakan satu langkah penting untuk memenuhi

prinsip dalam membangun konsep atas materi-materi yang digunakan

sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi.

Analisis konsep diperlukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan

disampaikan, mengidentifikasi pengetahuan deklaratif atau prosedural pada

materi yang akan dikembangkan dengan menyusunnya dalam bentuk

hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan
30

tidak relevan. Setelah konsep-konsep tersebut diketahui, maka kegiatannya

selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah merumuskan tujuan

pembelajaran atau specifying instructional objectives.

Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk memperoleh tujuan

yang akan dicapai pada pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran

merupakan perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar.Tujuan

pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator yang telah dibuat

berdasarkan KI dan KD mengacu pada kata kerja operasional Taksonomi

Bloom revisi menurut Anderson and Krathwohl.

b. TahapDesign (Perancangan)

Thiagarajan (1974) dalam Trianto (2012 :95) membagi tahap design

dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media

selection, format selection, initial design. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap tersebut antara lain: 1). Penyusunan tes acuan patokan, 2). Pemilihan

media, 3). Pemilihan format, dan 4). Rancangan awal. Tahap ini akan

menghasilkan suatu rancangan produk yang belum dinilai tingkat keabsahan

serta praktisnya.

Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang

menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap

perancangan (design). Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi

tujuan pembelajaran dan analisis peserta didik. Setelah disusun tes acuan
31

tersebut maka dilanjutkan dengan kegiatan untuk memilih media serta

format yang etpat dalam mengembangkan suatu produk.

Pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan

ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

Sedangkan pemilihan format dalam pengembangan ini dimaksudkan untuk

mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekata,

metode pembelajaran, dan sumber belajar sesuai dengan media yang telah

dipilih sebelumnya. Setelah ditemukan media serta format yang cocok,

maka epneliti mulai melakukan rancangan awal untuk produk yang akan

dihasilkan.

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “Initial design is the presenting of

the essential instruction through appropriate media and in a suitable

sequence.” Rancanganawal yang dimaksud adalah rancangan seluruh

perangkatpembelajaran yang harus dikerjakan sebelum uji

cobadilaksanakan.

Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya,

maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi.

Validasi rancangan produk dilakukan oleh yang ahli dibidangnya seperti

dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan

hasil tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki

sesuai dengan saran validator.

c. Tahap Develop (Pengembangan)


32

Tahap develop dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

yang sudah diperbaiki berdasarkan masukan para ahli. Thiagarajan (1974)

membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal

dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk

memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini

dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan

digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang

telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba

rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji

coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna

model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk.

d. Tahap Dessiminate (pendesiminasian)

Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan produk

perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan. Tahapan ini dilakukan pada skala

yang lebih luas, misalnya pada jumlah sekolah dan guru yang lebih banyak

(Trianto, 2012:96).

5. Validitas dan Praktikalitas LKPD Berbasis Model Simas Eric

Dalam penelitian pengembangan hasil pengembangan dapat berupa

prototype model atau perangkat pembelajaran. Dalam upaya untuk

memperoleh hasil pengembangan yang berkualitas diperlukan penilaian atau

uji yang dilakukan terhadap produk yang dihasilkan. Menurut Sugiyono

(2017 : 493) “untuk menentukan kualitas hasil pengembangan model dan

perangkat pembelajaran diperlukan tiga kriteria: validitas, praktikalitas, dan


33

efektivitas”. Peneliti membatasi uji kualitas pengembangan pada uji

validitas dan uji praktikalitas saja untuk melihat kelayakan dari produk yang

dikembangkan.

a. Validitas

Validasi produk dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Sugiyono

(2012 : 414)

menyatakan“validasiprodukdapatdilakukandengancaramenghadirkanbeberapa

pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang

dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga

selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya".Pakar yang dimaksud

adalahorangyangprofesionaldalambidangnya,sepertidosendanpendidik atau yang

mengerti tujuan dan substansi media sebagai salah satu bahan ajar. Aspek

penilaian kevalidan bahan ajar berdasarkan Depdiknas (2008: 28) adalah sebagai

berikut:

1) Komponen untuk kelayakan isi mencakup, antara lain kesesuaian dengan KI


dan KD, kesesuaian dengan perkembangan anak, kesesuaian dengan
kebutuhan bahan ajar dan kebenaran substansi materi pembelajaran.
2) Komponen kebahasaan mencakup antara lain keterbacaan, kejelasan
informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta emanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).
3) Komponen penyajian antara lain mencakup kejelasan tujuan (indikator)
yang ingin dicapai, urutan sajian, pemberian motivasi, daya Tarik.
4) Komponen kegrafikan antara lain mencakup: (a) Penggunaan font; jenis dan
ukuran, (b) Lay out atau tata letak, (c) Ilustrasi, gambar, foto, (d) Desain
tampilan.
34

Validitas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu validitas isi dan
validitas konstruk (Rochmad, 2012: 122).
1) Validitas isi

Validitas isi dari suatu bahan bahan ajar adalah validitas yang diperoleh

setelah dilakukan analisis, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang

terkandung dalam bahan ajar (Sudijono, 2001: 164). Validitas bahan ajar

dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang

sejajar dengan materi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2015: 64).

2) Validitas konstruk

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes

mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct. Konstruk secara

definitf merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi dapat kita

rasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita. Validitas konstruk adalah

validitas yang ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaannya (Sudijono,

2001: 166).

Selain menguji kelayakan produk dari aspek komponen bahan ajar, produk

juga akan divalidasi dari aspek keterkaitan dengan model pembelajaran yang

digunakan. Komponen yang diukur pada aspek ini adalah ketercapaian sintaks

dari model yang dipilih serta ketercapaian keunggulan dari model simas

ericterhadap LKPD yang didesain. Sintaks dari model simas eric dapat dilihat

pada Tabel 1 pada Halaman 14-15. Sedangkan Keunggulan model simas eric yang

dikutip dari Darmawan (2015 : 706) adalah sebagai berikut :

1) Mengeefektifkan waktu kegiatan pembelajaran


2) Meningkatkan motivasi peserta didik
35

3) Meningkatkan keterlibatan peserta didik


4) Mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir
5) Meningkatkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah
6) Meningkatkan kolaborasi dalam mengkonstruksi pengetahuan.

b. Praktikalitas

Praktikalitas menunjukkan tingkat kemudahan, kepraktisan, penggunaan

dan pelaksanaan yang berhubungan dengan biaya dan waktu untuk

melaksanakannya (Mudjijo, 1995). Uji praktikalitas dilakukan terhadap guru dan

peserta didik. Uji praktikalitas terhadap guru dilakukan ntuk mengetahui sejauh

mana pemahaman dan tanggapan guru terhadap bahan ajar dalam bentuk LKPD

berbasis model simas eric yang dirancang, sedangkan uji praktikalitas untuk

peserta didik dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap

materi yang disajikan dalam LKPD yang dapat dilihat dari angket yang diisi oleh

peserta didik.

Praktikalitas berkaitan dengan keterpakaian bahan ajar yang digunakan

dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dikatakan praktis jika dapat digunakan

untuk melaksanakan pembelajaran secara logis dan berkesinambungan, tanpa

banyak masalah. Pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dari aspek-aspek

berikut.

a. Kemudahan menggunakan

b. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat, cepat dan tepat

c. Daya tarik bahan ajar terhadap minat peserta didik (Sukardi, 2011).
36

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis dalam melakukan

penelitian ini yaitu :

1. Ericka Darmawan (2015) yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran

Simas Eric (Skimming, Mind Mapping, Questioning, Exploring, Writing,

Communicating) Menggunakan Learning Development Cycle”. Hasil dari

penelitian ini yakni : (1) Validasi kelayakan model pembelajaran dan

didapatkan hasil bahwa model pembelajaran ini masuk kategori sangat layak

karena mencerminkan rasionalitas teoritik serta adanya kerterkaitan pada

sintaks, (2) Validasi kepraktisan oleh guru, didapatkan hasil sesuai dan efektif

karena model ini dapat diterapkan serta tingkat keterlaksanaannya termasuk

kategori tinggi, dan (3) uji efektivitas yang dilakukan didapatkan bahwa model

ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi 83,5% dari siswa

yang difasilitasi pembelajaran reguler.

2. Misba Herlina, dkk (2018) yang berjudul “The Application Of Simas Eric

Model To Improve Student’s Learning Motivation On Global Warming

Material In Xi Class Man 1 Pekanbaru”. Hasil penilitian ini menyatakan

bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah menerapkan

model Simas Eric.

3. Ericka Darmawan, dkk (2016) yang berjudul “Simas eric Model to Improve

Students’ Critical Thinking Skills”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

pencapaian keterampilan berpikir kritissiswa di kelas yang menerapkan model


37

simas eric jauh lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

4. Elvy Kartika Putri, dkk (2018) yang berjudul “The Application Of Simas Eric

Model To Enhance Students Cognitive Study Result On Global Warming

Material in XI Class MAN 1 Pekanbaru”. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa daya serap rata-rata siswa dalam menyerap materi pemenasan global

pada kelas eksperimen yang menggunakan model Simas Eric lebih tinggi dari

pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

5. Ericka Darmawan, dkk (2018) yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan

Metakognitif Siswa Berbeda Gender Dengan Model Pembelajaran Simas Eric

Di Sman 6 Malang”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa model

pembelajaran Simas eric mampu meningkatkan keterampilan metakognitif

siswa di SMAN 6 Malang. Keterampilan metakognitif tersebut tercermin

dalam tahapan sintaks dari model pembelajaran Simas eric.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

menggunakan model pembelajaran simas eric sebagai dasar dalam penelitian ini.

Kemudian asumsi yang diharapkan sama yaitu untuk meningkatkan pemahaman

peserta didik dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Sedangkan

perbedaannya adalah jenis penelitian yang dilakukan. Jenis penelitian terdahulu

merupakan penelitian eksperimen, sedangkan penelitian ini merupakan jenis

penelitian research and development. Penelitian terdahulu menggunakan bahan

ajar yang ada disekolah yang belum menggunakan model simas eric, sedangkan
38

penelitian ini meletakkan sintaks simas eric dalam penyusunan komponen bahan

ajar yang berbentuk LKPD.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antar guru dengan peserta

didik, sesama peserta didik dan dengan sumber belajar. Proses pembelajaran yang

diharapkan ialah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Hal

yang dapat menunjang proses pembelajaran ini adalah dengan penggunaan bahan

ajar. Bahan ajar digunakan sebagai pedoman untuk menambah wawasannya, serta

meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Artinya bahan ajar

harusnya menuntut keterlibatan aktif dari peserta didik.

Model simas eric merupakan inovasi terbaru yang dikembangkan untuk

membuat pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik. Setiap langkah dari

simas eric dilakukan oleh peserta didik. Artinya model ini mengarahkan peserta

didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri, dan model ini dikembangkan

dengan menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Dari keunggulan model simas eric tersebut, penelliti tertarik untuk

mengembangangkan bahan ajar berbasis model simas eric dalam menunjang

pembelajaran yang dilakukan. Bahan ajar yang dikembangkan diharapkan

memenuhi kriteria valid dan praktis sehingga dapat mencapai prinsip yang

seharusnya untuk perbaikan dari bahan ajar yang digunakan sebelumnya.

Kerangka berpikir ini dapat dilihat dari Gambar 2 berikut.


39

Guru Proses Pembelajaran Peserta Didik

Keterlibatan Aktif
Peserta Didik

Bahan Ajar Model Simas Eric

Memberikan wawasan dan Skimming


pengetahuan Mind Mapping
Melatih kemampuan berpikir Questioning
Memecahkan masalah Exploring
Menyimpulkan dengan guru Writing
sebagai fasilisator Communicating

Bahan Ajar Fisika Berbasis Model Simas Eric

Kemudahan menggunakan
Waktu yang diperlukan dalam
Valid pelaksanaan
Daya tarik

Praktis

Gambar 2. Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (Research and

Development/R&D). Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2017 :28)

mengemukakan bahwa “Penelitian dan pengembangan adalah proses/metoda yang

digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk”. Produk yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis model simas eric pada

materi pengukuran dan vektor untuk kelas X SMA/MA.

B. Model Penelitian

Model pengembangan yang digunakan yaitu model 4-D yang dikemukakan

oleh Thiagarajan (1974). Model tersebut terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1) Define,

2) Design, 3) Develop, dan 4) Disseminate. Namun, pada penelitian ini dibatasi

hanya sampai pada tahap developpada uji coba terbatas. Uji coba terbatas

dilakukan untuk mendapatkan validitas dan praktikalitas produk. Sehingga model

4-D yang digunakan direduksi menjadi 3-D yaitu define, designand develop.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 4 orang dosen jurusan Fisika FMIPA UNP, 1

orang dosen FMIPA Universitas Tidar, 2 orang guru Fisika SMAN 3 Padang

Panjang, dan 33 orang peserta didik kelas XII IPA SMAN 3 Padang Panjang.

Objek dalam penelitian ini adalah adalah LKPD berbasis simas eric pada materi

pengukuran besaran fisika dan vektor dalam fisika untuk kelas X SMA.

38
39

D. Prosedur Penelitian

Menurut Thiagarajan, model penelitian pengembangan 4-D terdiri dari

langkah Define (Pendefinisian), Design (Desain), Develop (Pengembangan) dan

Disseminate (Penyebaran). Namun dalam penelitian ini, model 4-D direduksi

menjadi 3-D yaitu Define (Pendefinisian), Design (Desain), Develop

(Pengembangan). Langkah-langkah tersebutdijelaskan oleh Gambar 5 berikut.

Pembelajaran fisika

Analisis ujung depan Analisis peserta


(wawancara dengan guru Fisika) didik(penyebaran angket)

Pendefinisian
Analisis Tugas Analis Konsep/Materi

Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Menyusun instrumen validasidan praktikalitas


Perancangan
Merancang LKPD berbasis simas eric

Validasi ahli

Tidak
Revisi
Valid
Ya Pengembangan
Uji coba pada peserta didik SMAN 3 Padang Panjang

Tidak Revisi
Praktis
Ya
LKPD berbasis simas ericyang valid dan praktis
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian
40

Gambar 3 memperlihatkan pengembangan dimulai dengan

melakukan analisis terhadap pembelajaran Fisika. Analisis ini meliputi

analisis kebutuhan guru dan analisis peserta didik, serta konsep-konsep yang

akan dikembangkan pada penelitian. Hasil analisis tersebut digunakan untuk

menyusun indikator-indikator pembelajaran. Indikator yang telah disusun

digunakan untuk menyusun LKPD berbasis simas eric. LKPD yang telah

disusun divalidsi oleh pakar dan diuji cobakan secara terbatas di sekolah.

Sebaliknya, jika masih belum valid maka dilakukan revisi dan LKPD

kembali divalidasi oleh ahli sampai dinyatakan valid. Uji coba di sekolah

digunakan untuk melihat kepraktisan LKPD yang telah disusun.

Kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada tahap uji coba direvisi pada

tahap selanjutnya. Penjelasan lebih lanjut pada setiap tahap dijelaskan

sebagai berikut:

1. Define (Pendefinisian)

Tujuan pada tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat pengembangan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai analisis awal

kebutuhan. Analisis bisa dilakukan dengan studi literature atau penelitian

pendahuluan. Terdapat 5 langkah yang akan dilakukan pada tahap ini, diantaranya

sebagai berikut :

a. Front-end analysis (Analisis Ujung Depan)

Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan

masalah dasar yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran fisika. Tahap ini
41

dilakukan dengan cara mengobservasi pelaksanaan dan mewawancarai guru

mengenai pembelajaran Fisika di SMAN 3 Padang Panjang.

b. Learner analysis (Analisis Peserta Didik)

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari peserta didik.

seperti kemampuan akademik, latar belakang pengalaman, motivasi dalam belajar,

dan sebagainya. Pelaksanaan tahap ini yaitu dengan menyebarkan angket kepada

peserta didik tentang karakteristik peserta didik.

c. Task analysis (Analisis Tugas)

Kegiatan dalam tahap ini adalah menganalisis tugas-tugas pokok yang harus

dikuasai peserta didik agar dapat mencapai kompetensi minimal. Analisis tugas

yaitu tugas yang cocok untuk peserta didik berdasarkan kompetensi dasar materi

pengukuran besaran fisika dan vektor. Menurut Trianto (2009: 191), analisis tugas

adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran.

Maka yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis silabus permendikbud

tahun 2016.

d. Concept analysis (Analisis Konsep)

Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi konsep utama yang

perlu diajarkan, dengan cara mengumpulkan dan memilih materi yang relevan,

dan menyusunnya kembali secara sistematis. Dari analisis konsep yang dilakukan

didapatkan suatu peta konsep. Konsep yang didapatkan didasarkan pada silabus

permendikbud tahun 2016.

e. Specifying instructional objectives (Menetapkan Tujuan Pembelajaran)


42

Menetapkan tujuan pembelajaran ini merupakan proses atau tahap

mengubah hasil analisis tugas dan analisis konsep kedalam tujuan pembelajaran

yang diperoleh dari perumusan kompetensi menjadi indikator, kemudian dari

indikator dirumuskan menjadi tujuan pembelajaran yang lebih khusus atau

spesifik sebagai perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata

kerja operasional.

2. Design (perancangan)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu membuat rancangan

awal dari produk yang dikembangkan. Spesifikasi produk LKPD berbasis

model simas eric pada materi pengukuran dan vektor untuk keals X SMA

adalah sebagai berikut :

LKPD Berbasis Model Simas Eric

Struktur LKPD menurut Depdiknas (2008)

Judul/ Petunjuk KI/ Informasi Tugas/Langkah Penilaian


Identitas Belajar KD Pendukung Kerja

Skimming Mind Questioning Exploring Writing Communicating


Mappping

Kegiatan di rumah Kegiatan di sekolah

Sintaks Model Simas Eric


43

Gambar 4. Spesifikasi Produk

3. Tahap Develop (Pengembangan)

Tahap develop dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang

sudah diperbaiki berdasarkan masukan para ahli. Tahapan pengembangan yang

dilakukan meliputi :

a. Uji Validasi

Validasi merupakan suatu proses untuk menguji kesahihan bahan ajar

melalui pemberian penilaian oleh beberapa orang tenaga ahli. Validasi produk

dilakukan dengan mengisi nilai dari setiap indikator-indikator yang ada pada

masing-masing komponen produk pada lembar validitas. Setiap pakar diminta

untuk menilai produk tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan

dan kekuatannya.

Dalam melakukan uji validitas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Meminta kesediaan dosen dan guru untuk membaca LKPD yang

dikembangkan dan memeriksa kebenaran konsep, indikator, tujuan

pembelajaran, soal-soal latihan dan pemakaian bahasa yang digunakan.

2) Meminta dosen dan guru memberikan penilaian terhadap LKPD yang telah

dibuat berdasarkan item-item yang ada pada lembar validasi dan memberikan

saran terhadap kekurangan yang ada pada LKPD tersebut.


44

3) Melakukan revisi LKPD tersebut sesuai dengan saran-saran yang diberikan

oleh validator.

Validitas produk LKPD yang dikembangkan dinilai dari dua aspek antara

lain : a) kelayakan bahan ajar dan b) model pembelajaran yang digunakan yaitu

model simas eric. Tingkat kevalidan produk LKPD dari aspek kelayakan bahan

ajar diperoleh dari hasil validasi menurut 4 orang dosen Fisika FMIPA UNP dan 2

orang guru Fisika. Sedangkan untuk tingkat kevalidan LKPD dari aspek model

simas eric diperoleh dari hasil validasi menurut 1 orang pengembang model simas

eric dari Universitas Tidar, 3 orang dosen Fisika FMIPA UNP dan 2 orang guru

Fisika. Berikut nama-nama validator, instansi serta aspek yang dinilai seperti

dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Daftar Nama Validator


No Nama Validator Speseialisasi/Instansi Komponen yang dinilai
Dosen Fisika FMIPA
1. Dr. Hamdi, M.Si Kelayakan isi
UNP
Kelayakan isi, penyajian,
Dr. Fatni Mufit, Dosen Fisika FMIPA bahasa dan kegrafikan
2.
S.Pd., M.Si UNP serta kelayakan model
simas eric
Dr. Ericka Pengembang Model
Kelayakan aspek model
3. Darmawan, S.Si., Pembelajaran/ Universitas
simas eric
S.Pd., M.Pd Tidar
Kelayakan isi, penyajian,
Drs. H. Amali Dosen Fisika FMIPA bahasa dan kegrafikan
4.
Putra, M.Pd UNP serta kelayakan model
simas eric
Silvi Yulia Sari, Dosen Fisika FMIPA Kelayakan penyajian,
5.
M.Pd UNP bahasa, dan kegrafikan
Kelayakan isi, penyajian,
Guru Fisika SMAN 3 bahasa dan kegrafikan
6. Dra. Yulza Satri
Padang Panjang serta kelayakan model
simas eric
7. Yuhefrina, S.Pd Guru Fisika SMAN 3 Kelayakan isi, penyajian,
Padang Panjang bahasa dan kegrafikan
45

serta kelayakan model


simas eric

b. Uji praktikalitas

Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui kepraktisan LKPD yang

dikembangkan, meliputi manfaat, kemudahan penggunaan dan efisisensi waktu

pembelajaran. Uji praktikalitas ini dilakukan dengan memberikan angket uji

praktikalitas kepada 2 orang guru fisika SMAN 3 Padang Panjang dan 33 peserta

didik kelas XII IPA SMAN 3 Padang Panjang. Uji praktikalitas dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut ini.

1) Uji praktikalitas oleh guru fisika

a) Memberikan pengarahan tentang cara pengisian angket kepada guru fisika.

b) Memberikan LKPD yang dikembangkan kepada guru fisika.

c) Memberikan petunjuk singkat penggunaan LKPD yang dikembangkan.

d) Meminta guru untuk mengisi angket praktikalitas LKPD yang dikembangkan

serta meminta saran dan kritikan.

2) Uji praktikalitas oleh peserta didik

a) Membagikan LKPD yang dikembangkan kepada peserta didik.

b) Memberikan petunjuk singkat penggunaan LKPD yang dikembangkan.

c) Peserta didik membaca dan memahami isi LKPD yang dikembangkan.

d) Memberikan pengarahan cara pengisian angket kepada peserta didik.

e) Meminta siswa untuk mengisi angket praktikalitas LKPD serta memberikan

saran dan kritikan.

Setelah melakukan uji praktikalitas dilakukan revisi kembali terhadap

LKPD yang dikembangkan. Revisi dilakukan pada bagian-bagian yang dianggap


46

perlu sesuai dengan hasil angket dan saran-saran dari guru fisika dan peserta

didik SMAN 3 Padang Panjang.

4. Tahap Disseminate (Penyebaran)

Setelah dihasilkan bahan ajar dalam bentuk LKPD yang sudah valid dan

praktis, seharusnya dilakukan tahapan pencetakan dan penyebaran secara luas.

Namun karena keterbatasan waktu dan biaya, sehingga peneliti membatasi

penelitian ini sampai tahapan pengembangan produk saja.

E. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini yaitu lembaran analisis

kebutuhan, lembaran penilaian validasi tenaga ahli yaitu 4 orang dosen Fisika

FMIPA UNP, 1 orang pengembang model, dan 2 orang guru Fisika SMAN 3

Padang Panjang serta lembar praktikalitas guru dan peserta didik SMAN 3 Padang

Panjang.

1. Lembar Analisis Kebutuhan

Lembaran analisis kebutuhan bertujuan untuk menemukan syarat

dilakukannya sebuah pengembangan. Lembaran ini berfungsi sebagai data untuk

mendapatkan hasil pada tahap define. Bentuk lembaran yang digunakan yaitu

lembaran wawancara kepada guru Fisika SMAN 3 Padang Panjang dan angket

karakteristik peserta didik SMAN 3 Padang Panjang. Arikunto (2010 : 268)

menjelaskan prosedur penyusunan angket, meliputi:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner

2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sebagai kuesioner


47

3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan

tunggal

4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan

teknik analisisnya.

2. Lembar Validasi

Validitas disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan dinilai dari LKPD

yang dikembangkan. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek kelayakan bahan ajar

dan aspek model pembelajaran simas eric. Seluruh aspek tersebut kemudian

disusun dengan pernyataan-pernyataan berdasarkan indikator dari masing-masing

aspeknya. Kisi-kisi instrumen validasi dari setiap aspek yang dinilai dapat dilihat

pada lampiran.

3. Lembar Uji Kepraktisan

Instrument sebagai alat pengumpul data praktikalitas penelitian ini berupa

angket praktikalitas penggunaan LKPD yang ditinjau dari aspek (1)Kemudahan

penggunaan, (2)Efisiensi waktu pembelajaran, dan(3) Manfaat. Indikator-

indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi beberapa pernyataan untuk

memudahkan dalam menganalisis praktis atau tidaknya LKPD dalam

pembelajaran. Instrument kepraktisan penggunaan LKPD ini diisi oleh guru dan

peserta didik yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan ataupun saran

sehingga produk yang dikembangkan mudah dan praktis di gunakan dalam

pembelajaran.
48

F. Jenis Data Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri atas 2 jenis, yaitunya data

kualitatif dan data kuantitatif. Kedua jenis data ini diuraikan sebagai berikut :

1. Data Kualitatif

Penelitian memperoleh data kualitatif yang merupakan data hasil wawancara

dan analisis data hasil angket karakteristik peserta didik yang dilakukan pada

tahap penjajakan pendahuluan.

2. Data Kuantitatif

Penelitian memperoleh data kualitatif yang terdiri atas data hasil validitas,

dan data hasil praktikalitas.

G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Secara umum data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara

deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara

yaitu:

1. Analisis data kualitatif

Menurut Miles dan Huberman dalam Rohidi (1992:16), tahap proses

analisis data kualitatif dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduksi data, yaitu proses analisis untuk memilih hal-hal pokok, membuat

rangkuman, serta membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu.


49

b. Penyajian data, menyajikan data hasil reduksi secara sistematis sehingga

mudah dipahami. Penyajian data kualititif dalam penelitian ini dalam bentuk

uraian naratif.

c. Verifikasi data, yaitu menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi data.

2. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi LKPD dan lembar

kepraktisan LKPD.

a) Analisis Validitas

Teknik analisis validitas produk LKPD berbasis model Simas Eric ini

didasarkan pada categorical judgments yang dimodifikasi (Boslaugh, 2008:11-

12). Berdasarkan categorical judgments, validator diberikan angket berupa

kumpulan pernyataan kemudian memberikan penilaian terhadap masing-masing

pernyataan tersebut. Penilaian yang telah diberikan disesuaikan dengan kriteria

yang terdapat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Skor Lembar Validitas dan Praktikalitas


Jawaban SS S N TS STS

Skor 5 4 3 2 1

Penilaian validator terhadap masing-masing pernyataan yang dinilai

kemudian dianalisis dengan menggunakan formula Kappa Cohen, dimana pada

akhir pengolahan data diperoleh momen kappa.

P 0−Pe
moment kappa(k )=
1−Pe

Keterangan :
50

K = moment kappa yang menunjukkan validitas produk

P0 = proporsi yang terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai yang diberi oleh

validitas dibagi jumlah nilai maksimal.

Pe = proporsi yang tidak terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai maksimal

dikurangi dengan jumlah nilai yang diberi validitas dibagi jumlah nilai maksimal.

Tabel 5. Kategori Keputusan berdasarkan Moment Kappa (k)


Interval Kategori
0,81 – 1,00 sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,01 – 0,20 sangat rendah
0,00 tidak valid
(Boslaugh, 2008)

b) Analisis Praktikalitas

Teknik analisis praktikalitas kemudahan pengguanaan, efisiensi waktu, dan

manfaat LKPD yang dikembangkan juga dianalisis dengan menggunakan formula

kappa Cohen, baik penilaian lembar praktikalitas angket respon guru maupun

peserta didik. Hasil analisis dapat diputuskan berdasarkan kategori momen Kappa

seperti pada Tabel 5 di atas dengan catatan ≤ 0,00 memiliki kategori tidak praktis.
51

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2015. Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Festiyed. 2015. Studi Pendahuluan Pengimplementasian Kurikulum 2013 dalam

Mengintegrasikan Pendekatan Saintifik Melalui Model Inkuiri dan

Authentic Assessment dalam Pembelajaran IPA di Kota Padang. Padang :

Universitas Negeri Padang.

Darmawan E, dkk. (2018). Meningkatkan Keterampilan Metakognitif Siswa

Berbeda Gender dengan Model Pembelajaran Simas Eric di SMAN 6

Malang. BIOSFER: Jurnal Pendidikan Biologi (BIOSFERJPB) , 47-56.

Darmawan E, dkk. (2017). SIMAS ERIC Learning Model Based on Lesson Study

to Increase Student Motivation and Learning Outcomes. International

Journal of Research & Review, Vol.4, Issue:4 .

Darmawan,E. Zubaidah, S., Susilo, H.,& Suwono, H. (2016). Simas Eric Model to

Improve Student's Critical Thinking Skills. Journal of Education & Social

Policy.

Darmawan, E. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Simas Eric

(Skimming, Mind Mapping, Questioning, Exploring, Writing,

Communicating) Menggunakan Learning Development Cycle.Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Biologi. Malang: FKIP UMM.

Darmodjo, Hendro dan Kaligis, Jemmy R.E. 1993. Pendidikan IPA Proyek

Pembinaan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan & Kebudayaan.


52

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Hamasah. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi

(Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung

Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Herlina, M., Azhar, dan Irianti, M. 2018. The Application of Simas Eric Model to

Improve Student's Learning Motivation on Global Warming Material in XI

Class MAN 1 Pekan Baru. JOM FKIP Volume 5 Edisi 1 .

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA.

Jakarta; Direktorat Pembinaan SMA.

Komalasari, SR & Leonard. (2018). Model Pembelajaran Simas Eric dengan

Strategi Tugas dan Paksa. Seminar Nasional dan Diskusi Panel

Multidisiplin Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat (p. 354).

Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.

Mizarwan, Betty., Ratnawulan, dan Gusnedi. 2015. Pengaruh Lembar Kerja

Peserta Didik Berorientasi Inkuiri Terbimbing terhadap Kompetensi IPA

Kelas VII SMPN 2 Bukittinggi. Pillar of Physics education. 6(1): 41-48.

Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Prastowo,Andi.2011. Pengembangan Sumber Belajar. Yogyakarta : Pustaka Insan

Mandiri.

Pribadi, BA. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.
Putri EK, Irianti M, Azhar. (2018). The Application Of Simas Eric Model To Enhance

Students Cognitive Study Result On Global Warming Material in XI Class Man 1

Pekanbaru. JOM FKIP Volume 5 Edisi 1.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Pembelajaran Matematika, Jurnal Kreano,

3(1), 59-72.

Rohidi, Tjetjep Rohandi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI Press.

Sani, R. (2014). Inovasi Pembelajaran. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan, Prinsip, dan Operasionalnya. Yogyakarta : Bumi

Aksara.

Sumiati IK, dkk. (2018). Model Pembelajaran Simas Eric Untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Di Sman 1 Malang.Jurnal Biologi dan

Pembelajarannya, Vol 5 No 2 , 21-25.

Sumiati, ID. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Simas Eric dalam Mempengaruhi

Retensi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN 1 Malang. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Dasar 2016. Malang: Pascasarjana UNM.

Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.
Thiagarajan, Sivasailam, Dorothy S. Semmel & Melvyn I Samme (1974). Instructional

Development for Training Teacher for Exceptional Chindren. Minnesota : India

University.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H.,& Mohammad, N. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi

Aksara.

Widjajanti, Endang. 2008. Pelatihan Penyusnan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan

KTSP bagi Guru SMK/MAK. Makalah disajikan dalam Kegiatan Pengabdian

Kepada Masyarakat, Jurusan FMIPA UNY. 22 Agustus 2008.

Yaumi M. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembalajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013

Edisi Kedua. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai