Anda di halaman 1dari 75

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah pokok pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat

ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak rerata hasil

belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya

merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan

tidak menyentuh dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya

belajar itu (Trianto, 2007: 1). Konsep Teacher Centered ternyata masih sangat

dominan dalam pembelajaran. Seharusnya guru mampu mengemas disain

pembelajaran dengan konsep Student Centered yang dalam implementasinya

desain belajar harus membuat siswa aktif karena keingintahuan dari proses

belajar, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memudahkan proses

pencarian pengetahuan dari siswa.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(UUSPN) menyatakan tujuan pendidikan nasional, ditekankan pada

’Perkembangan potensi peserta didik’, yang berimplikasi pada kegiatan

pembelajaran di kelas harus dikondisikan sedemikian rupa oleh guru sebagai

agen peubah mengarah pada penggunaan dan pemberdayaan keterampilan

berpikir anak. Digulirkannya PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional

merupakan alat untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan pada UUSPN No.20

Tahun 2003. Standar nasional yang dimaksud dalam PP tersebut meliputi delapan

aspek (Bab II, Pasal 2, ayat 1) yang salah satunya adalah standar proses.

1
Standar proses berisi tentang bagaimana seharusnya proses pendidikan

berlangsung. Standar proses ini diharapkan menjadi pedoman bagi para guru

dalam pengelolaan pembelajaran. Standar proses ini merupakan standar minimal.

Definisi standar proses menurut PP No. 19 tahun 2005 Bab pasal 20 sebagai

berikut “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil

belajar“ ditambah dengan penjelasan pada pasal 21 ayat 1 sebagai berikut

“Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya

membaca dan menulis“. Implikasi dari kedua pernyataan tersebut adalah

pelaksanaan proses pembelajaran harus mengarahkan materi ajar, metode

pembelajaran, sumber belajar, tumbuhnya motivasi, sarana dan prasarana yang

lengkap serta penilaian pada upaya pembudayaan membaca dan menulis yang

bermuara pada keaktifan siswa, sebagai subyek belajar.

Diduga masih banyaknya unsur kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional

(UN) di Kota Metro termasuk di SMK Negeri 1 Metro, khususnya pada pelajaran

Matematika disampaikan oleh Slamet. Slamet (2007:54) menyampaikan adanya

unsur kecurangan dalam pelaksanaan UN yang diindikasikan dengan adanya

kesenjangan antara hasil UN dan nilai latihannya serta kesenjangan antara nilai

UN dengan nilai tes ulang. Kondisi ini menunjukkan bahwa prestasi belajar para

siswa memang masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar Matematika juga ditengarai dari faktor rendahnya

kinerja guru Matematika dalam pembelajaran. Berikut disampaikan gambaran

2
rendahnya kinerja guru tersebut berdasarkan pengamatan awal di SMK Negeri 1

Metro.

Gam baran Kine rja Gur u

60
S k o r K in e r ja

50 1
2
40
3
30 4
5
20
6
10 7

0
a b c d
Re s ponde n

Keterangan:
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
3. Mengelola interaksi kelas
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran Matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

Diagram 1. Gambaran Kinerja Guru Matematika pada Pengamatan Awal

Diagram 1 menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran Matematika

berada diantara rentang nilai 25 s.d 50. Dengan kategorisasi nilai ≤ 25 = rendah,

26 s.d 50 = sedang, 51 s.d 75 = baik dan 76 s.d 100 = istimewa, maka dapat

dinyatakan bahwa kinerja guru Matematika hanya berada kategori rendah dan

sedang.

Pelajaran Matematika sebagai suatu pelajaran kunci menjembatani pelajaran-

pelajaran lainnya perlu dipelajari dengan mengedepankan aktivitas siswa. Anak-

anak hafal perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus

membayar dalam manakala ia disuruh membeli 3,5 kg telur, harga satu kilo Rp

11.500,00. Gejala ini merupakan gejala umum dari proses pendidikan kita.

3
Pendidikan disekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar

yang harus dihapal; pendidikan kita tidak diarahkan untuk membangun dan

mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki; dengan kata lain, proses

pendidikan kita tidak pernah diarahkan untuk membentuk manusia yang cerdas,

memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk

membentuk manusia yang kreatif dan inovatif (Sanjaya, 2007: 1

Membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah

hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif

memang merupakan tujuan belajar dalam tiga ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik, yang dalam hal ini juga terkandung dalam empat pilar pendidikan

UNESCO; learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live

together . Dengan demikian upaya pembentukan tersebut harus memanusiakan

manusia dalam proses pendidikan.

Sejalan dengan perubahan paradigma pendidikan di Indonesia dari konsep

Teacher Centered menjadi Student Centered, pemaknaan memanusiakan manusia

dalam proses pendidikan adalah agar siswa selalu menjadi sumber perhatian,

berpartisipasi sebagai subyek dalam proses pembelajaran dapat dikondisikan

pada penerapan metode-metode pembelajaran yang mempunyai skenario agar

siswa tersebut menjadi aktif. Peranan guru sebagai fasilitator, salah satu sumber

belajar, agen peubah bermuara pada kemampuan para guru dalam merancang

desain pembelajaran yang dapat memfasilitasi sepenuhnya penuangan potensi

dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

4
Guru perlu menerapkan, melatih dan mengembangkan berbagai macam

pendekatan, strategi, metode dan teknis pembelajaran. Untuk keperluan ini guru

dipengaruhi oleh banyak elemen. Salah satu elemen yang mempengaruhi adalah

peranan para pengawas sekolah. Pengawas sekolah merupakan mitra inovator

dan konsultan pendidikan di sekolah, terutama dalam dimensi upaya peningkatan

mutu. Kenyataan bahwa tugas pengawas menurut Keputusan Mendikbud Nomor:

020/U/1998 adalah setiap pengawas berkewajiban melaksanakan tugas

jabatannya terhadap 15 sekolah merupakan tugas yang cukup berat.

Rendahnya prestasi belajar dan kinerja para guru dalam proses pembelajaran

memberikan indikator bahwa tugas-tugas kepengawasan belum terlaksana

dengan maksimal. Upaya perbaikan kualitas proses pembelajaran melalui kinerja

para guru sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dilakukan oleh

para pengawas pada satuan-satuan pendidikan setempat dengan memberikan

perlakuan tindakan secara terstruktur dan konsisten.

B. Perumusan Masalah dan Rencana Pemecahannya

Memahami latar belakang pada bagian sebelumnya dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang ada dengan mengidentifikasi kondisi yang seharusnya dan

kondisi senyatanya. Masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya prestasi

belajar dan kinerja guru Matematika SMK Negeri 1 Metro. Terdapat beberapa

masalah yang dapat diidentifikasi, namun dua masalah dapat dirumuskan sebagai

berikut:

5
1. Rumusan Masalah

Masalah di rumuskan sebagai berikut:

a). Bagaimanakah meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada pelajaran

Matematika melalui supervisi klinis di SMK Negeri 1 Metro?

b). Bagaimanakah meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran pada

pelajaran Matematika melalui supervisi klinis di SMK Negeri 1 Metro?

2. Rencana Pemecahan Masalah

Pada dasarnya ketiga rumusan tersebut di atas dapat disederhanakan

penyebabnya. Penyebabnya yang paling utama diduga adalah karena

rendahnya kinerja guru dalam proses pembelajaran. Dugaan ini beralasan

karena beberapa hal: a) apapun keadaan anak didik, menurut teori belajar dan

pembelajaran mereka tetap mempunyai potensi yang baik, anak didik adalah

meja tabula rasa, apalagi mereka adalah siswa-siswa sekolah negeri yang

notabene pada saat proses penerimaan siswa baru (PSB) mereka telah

melewati beberapa rangkaian tes untuk dapat diterima menjadi siswa di

sekolah negeri, b) kualitas proses pembelajaran merupakan upaya sadar dan

secara kesengajaan sebagai bentuk pengkondisian dari para guru. Kualitas

memang tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja guru saja, namun juga

dipengaruhi variabel lain seperti fasilitas belajar. Kontribusi fasilitas belajar

yang ada sangat dipengaruhi oleh bagaimana guru dapat mendesain

pembelajaran yang memberdayakan fasilitas tersebut. Dengan demikian unsur

sumber daya manusia tentu menjadi sangat dominan.

6
Peranan pengawas pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut: a)

sebagai mitra guru dan kepala sekolah, b) pelapor dan inovator, c) kolaborator

dan inovator, d) penilai atau asesor, konselor, e) peneliti dan, f) konsultan

pendidikan. Melalui peranan pengawas ini, pengawas dapat memberikan

perlakuan tindakan kepada sekolah-sekolah binaannya sehingga meningkatkan

kinerja guru dalam memperbaiki kualitas proses pembelajarannya. Rencana

tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pada SMK Negeri 1

Metro adalah dengan melakukan konsep supervisi klinis, khusus pada guru

Matematika.

C. Tujuan

Penelitian tindakan ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada pelajaran Matematika di

SMK Negeri 1 Metro?

2. Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran pada pelajaran

Matematika di SMK Negeri 1 Metro?

D. Manfaat

Manfaat dapat berupa manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah

sebagai berikut:

a) Memberikan informasi kepada para pengawas lain untuk dapat meningkatkan

kinerja guru-guru pada sekolah binaannya melalui tindakan supervisi klinis

7
b) Memberikan wawasan dalam penerapan tindakan supervisi klinis pada semua

guru pelajaran sehingga dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran

pada semua pelajaran

c) Memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan kinerja para guru yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Meningkatkan kinerja para pengawas sekolah. Adanya informasi pendekatan

supervisi klinis memberikan motivasi kepada para pengawas untuk dapat

meningkatkan kinerjanya

E. Hipotesis Tindakan

Adanya perlakuan tindakan berupa supervisi klinis pada guru-guru Matematika di

SMK Negeri 1 Metro maka para guru tersebut akan:

1. Merasakan kedekatan dengan pengawas pembinanya

2. Melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran Matematika

sebagaiman yang disarankan oleh pengawas pembinanya

3. Menemukan cara-cara dalam meningkatkan kualitas proses

pembelajaran

4. Meningkatkan kinerjanya

8
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Supervisi

Istilah supervisi klinis baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini.

Istilah yang dahulu banyak digunakan untuk kegiatan serupa adalah inspeksi,

pemeriksaan, pengawasan, dan atau penilikan. Di dalam konteks sekolah

sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari

proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-

fungsi administrasi sekolah sebagai fungsi akhir, yaitu penilaian terhadap

semua kegiatan dalam mencapai tujuan (Arikunto, 2004: 3-4).

Istilah yang dahulu digunakan untuk kegiatan pengawasan yang paling sering

adalah inspeksi. Istilah inspeksi mempunyai konotasi mencari-cari kesalahan

guru-guru dalam melakukan kegiatan tugas-tugasnya. Agak sedikit lunak dari

istilah inspeksi adalah pemeriksaan, karena seolah-olah hanya melihat apa

yang terjadi dalam kegiatan, belum tampak adanya menilai. Kemudian istilah

pengawasan atau penilikan, kedua istilah ini menunjukkan kegiatan melihat

apa yang terjadi sekaligus melakukan penilaian, yaitu mengidentifikasi hal-

hal yang sudah baik sesuai dengan yang diharapkan dan hal-hal yang belum

sesuai dengan harapan. Kegiatan supervisi sebagai istilah yang digunakan

daripada istilah pengawasan atau penilikan, pelaksanaan bukan mencari-cari

kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar keadaan

pekerjaan yang sedang diamati dapat diketahui kekuranganya dan bukan

9
semata-mata kesalahannya untuk dapat dicari cara memperbaiki bagian

tersebut (Sahertian, 2000: 16).

Terdapat beberapa macam prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut adalah

sebagai berikut: 1) Prinsip Ilmiah. Prinsip ini mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut; (a) kegiatan dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh

dari kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar, (b) Data diperoleh

dengan menggunakan alat perekam seperti angket, lembar observasi,

percakapan pribadi dst, (c) kegiatan dilaksanakan dengan sistematis,

berencana dan kontinu. 2) Prinsip Demokratis. Pelayanan dan bantuan yang

diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan

kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan

tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan

martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan tetapi berdasarkan

rasa kesejawatan. 3) Prinsip Kerja sama. Mengembangkan usaha bersama,

memberi dukungan, memdorong, menstimulasi guru, sehingga mereka

tumbuh bersama. 4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif. Prinsip ini

memungkinkan guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi

kreativitasnya ketika supervisi mampu memberikan suasana kerja yang

menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.

Beberapa model supervisi adalah; 1) Model Konvensional, 2) Model Ilmiah,

3) Model Klinis, 4) Model Artisitik. Sejalan dengan tujuan penulisan

proposal penelitian tindakan sekolah ini yaitu meningkatkan kinerja guru

10
melalui supervisi klinis maka model supervisi yang akan dibahas adalah

model supervisi klinis.

2. Supervisi Klinis

Supervisi klinis merupakan serangkaian kegiatan supervisi yang difokuskan

pada upaya perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis yang

diawali tahapan-tahapan perencanaan, pengamatan serta analisis intelektual

yang intensif terhadap pembelajaran yang sesungguhnya dengan tujuan untuk

mengadakan modifikasi yang dianggap rasional (Sahertian, 2000: 36).

Kemudian pendapat ini diperkuat dengan pernyataan supervisi klinis

merupakan supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui

siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis

yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk

memperbaiki proses pembelajaran (Sudrajat, 2008: 1)

Supervisi klinis dikembangkan dengan adanya beberapa faktor yang

mendorong: a) dalam kenyataanya pekerjaan supervisi adalah mengadakan

evaluasi guru semata-mata. Diakhir semester guru-guru mengisi skala

penilaian yang diisi oleh peserta didik mengenai cara mengajar guru. Hasil

penilaian diberikan kepada guru-guru, tetapi tidak dianalisis mengapa kinerja

guru hanya pada sampai pada level itu. Cara ini menyebabkan kepuasan guru

secara tersembunyi, b) pusat pelaksanaan supervisi adalah supervisor, bukan

berpusat pada kebutuhan guru, berupa kebutuhan profesional sehingga guru-

guru memperoleh sesuatu yang berguna bagi pertumbuhan profesinya, c)

dengan menggunakan merit rating (alat penilaian kemampuan guru), maka

11
aspek-aspek yang diukur terlalu umum. Sangat sukar untuk mendeskripsikan

tingkah laku guru yang paling mendasar seperti yang mereka rasakan, karena

diagnosisnya tidak mendalam, tetapi sangat bersifat umum dan abstrak, d)

umpan balik yang diperolah dari hasil pendekatan sifatnya memberi arahan,

petunjuk, instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam

dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat di permukaan, e) tidak

diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru-guru melihat

konsep dirinya (self concept, self idea, dan self reality), f) melalui diagnosis

dan analisis dirinya sendiri guru menemukan dirinya. Ia sadar akan

kemampuan dirinya dengan menerima dirinya dan timbul motivasi daru

dalam dirinya sendir untuk memperbaiki dirinya sendiri. Praktik-praktik

supervisi yang tidak manusiawi itu menyebabkan kegagalan dalam pemberian

supervisi kepada guru-guru sehingga dengan demikian diperlukan adanya

supervisi klinis.

3. Ciri-ciri Supervisi Klinis

Beberapa ciri yang terdapat pada supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah, tetapi

hubungan manusiawi sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan

adanya rasa aman maka diharapkan adanya kesediaan untuk menerima

perbaikan.

b) Apa yang disupervisi itu berasal dari harapan dan dorongan dari para guru

sendiri karena dia membutuhkan bantuan itu

12
c) Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang

terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa,

keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki

d) Suasana dalam pemberian suupervisi adalah suasan penuh kehangatan,

kedekatan dan keterbukaan

e) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga

mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap

gairah belajar

f) Instrumen yang digunakan observasi disusun atas dasar kesepakatan

antara supervisor dan guru

g) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif

h) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru terlebih

dulu, bukan dari supervisor

Ciri-ciri tersebut harusnya menjadi perhatian bagi seorang supervisor,

sehingga dengan demikian supervisor harus menguasainya.

4. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis

Beberapa prinsip dalam supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a) Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para

guru terlebih dulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga

guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor

b) Menciptakan hubungan yang manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa

kesejawatan (kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru dsb).

c) Menciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan

apa yang dialami. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru

13
d) Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang senyatanya mereka

alami

Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus diangkat untuk

diperbaiki

5. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Supervisi Klinis

Beberapa langkah sebagai tahapan yang harus dilakukan dalam supervisi

klinis menurut Yoes (2007:1-2) dan Sahertian (2000: 40) adalah sebagai

berikut:

a) Pertemuan awal. Pada tahap awal ini, seorang guru barangkali mengeluh,

bahwa pada saat mengajar ada tiga orang siswa yang selalu mengganggu

ketertiban kelas. Guru berusaha memperbaiki, tetapi ketiga siswa ini

masih tetap membandel. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan

agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat ia mengajar, dan guru

sudah melakukan, supervisor setuju untuk mengikuti guru waktu

mengajar

b) Observasi. Pada tahap observasi ini supervisor menggunakan instru-men

observasi berupa cek lis sebagai berikut:

Waktu Perhatian pada Tidak Ada Tidak Ada


Tugas Perhatian (Pasif) Perhatian
(Aktif)
8.00
8.10
8.20
8.30
9.00
dst

14
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dan

interprestasikan.

c) Percakapan sesudah analisis. Terjadi percakapan antara supervisor dengan

para guru. Dalam percakapan itu bisa terungkap bahwa para siswa tidak

menaruh perhatian, karena guru hanya melarang tetapi tidak memecahkan

masalah. Waktu berikut diadakan analisis dan interprestasi data. Oleh

karena guru tidak berusaha memecahkan masalah (bahwa ketiga siswa

tidak menunjukkan perhatian pada saat proses pembelajaran) maka lalu

diadakan diskusi bagaimana cara memperbaiki perilaku pada saat proses

pembelajaran. Selama percakapan berlangsung supervisor dapat

menggunakan pendekatan direktif, non-direktif dan kolaboratif dengan

perilaku yang diharapkan.

6. Kinerja Guru

Kinerja memiliki pengertian sebagai berikut: (1) sesuatu yang dicapai, (2)

prestasi yang diperlihatkan, dan (3) kemampuan bekerja. Secara umum

kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku.

Dengan demikian mengukur kinerja masalah yang paling pokok adalah

menentukan persyaratan-persyaratan pekerjaan atau kriterianya (Juhri, 2007).

Kinerja akan semakin baik dengan adanya pembinaan dari pengawas. Kinerja

guru diukur dengan menggunakan instrumen kinerja guru yang bersangkutan.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

Temuan hasil penelitian yang pertama diperoleh dari penelitian kaji tindak yang

berjudul “Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan di Wilayah Kota

15
Yogyakarta, oleh Suharsimi Arikunto, Slamet Suyanto, Setya Raharja”. Hasil

temuan yang relevan dari penelitian ini adalah : a) Struktur organisasi

pengawasan sekolah dan pola pengawasan yang berjalan sampai saat ini belum

dapat mengakomodasi kejelasan pembagian tugas diantara komponen-komponen

pengawas, yaitu pengawas sekolah, pengawas Pendidikan Agama Islam, LPI,

maupun Dewan Pendidikan.Pengawasan sekolah yang berjalan saat ini masih

terpisah antara unsur pengawas yang satu dengan lainnya, dan belum

menunjukkan keterpaduan yang kolaboratif, b) Kinerja pengawas di sekolah

dapat dilihat dari enam komponen obyek pengawasan, yaitu komponen siswa,

guru, kurikulum, sarana prasarana dan dana, manajemen sekolah, dan

lingkungan/kultursekolah. Dari keenam obyek tersebut, yang belum tergarap

secara intensif adalah pengawasan terhadap komponen kultur sekolah.

Temuan hasil penelitian yang kedua diperoleh dari penelitian kaji tindak yang

berjudul “Peranan Kkultur Ssekolah Tterhadap Kinerja Guru, Motivasi

Berprestasi dan Prestasi Akademik Siswa. Oleh : Jumadi. Temuan yang relevan

dari penelitian ini adalah Karena kultur akademik sekolah berperan terhadap

kinerja guru, motivasi berprestasi siswa, dan secara tidak langsung terhadap

prestasi akademik siswa sedangkan kultur akademik yang positif persentasenya

masih di bawah ketuntasan, maka perlu usaha-usaha untuk meningkatkan kultur

akademik. Pada pembinaan kultur akademik inilah salah peranan pengawas.

C. Kerangka Pikir

Dua masalah utama yang disoroti adalah rendahnya prestasi belajar dan

rendahnya kinerja guru Matematika SMK Negeri 1 Metro. Dengan demikian

16
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru Matematika SMK

Negeri 1 Metro tersebut. Konteks pemberian tindakan dilakukan sebagai

perbaikan proses tugas-tugas kepengawasan. Para guru sebagai binaan penga-was

perlu mendapatkan perlakuan yang terukur sebagai upaya preskriptif terhadap

perbaikan kinerja mereka. Tindakan yang diberikan adalah supervisi klinis

dengan tiga pendekatan: direktif; non direktif; kolaboratif yang terbagi dalam tiga

siklus : siklus I, siklus II, dan siklus III.

Adanya perlakuan tindakan berupa supervisi klinis maka patut diduga tindakan

yang mungkin terjadi dengan para guru: 1) merasakan kedekatan dengan

pengawas pembinanya, 2) melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran

Matematika sebagaiman yang disarankan oleh pengawas pembinanya, 3)

menemukan cara-cara dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, 4)

meningkatkan kinerjanya

17
III. METODE PENELITIAN TINDAKAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Perencanaan ketiga siklus

ini juga mempertimbangkan alokasi waktu yang ada, karena sebenarnya

penggunaan siklus tidak terbatas, namun yang membatasi adalah ketercapaian

tujuan. Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa secara menyeluruh konsep

supervisi yang digunakan adalah supervisi klinis, selanjutnya supervisi klinis

tersebut dibagi dalam beberapa pendekatan, yaitu: 1) direktif, 2) non-direktif, dan

3) kolaboratif. Dengan demikian perbedaan tindakan dalam tiap siklus adalah

pada jenis penggunaan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dilakukan dalam

siklus I adalah pendekatan direktif, siklus II adalah pendekatan non direktif, dan

siklus III adalah pendekatan kolaboratif.

Selama pelaksanaan tindakan peneliti diamati oleh rekan sejawat. Pengamatan ini

dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan peneliti memang

telah sesuai dengan konsep supervisi klinis. Proses pengamatan tindakan peneliti

ini menggunakan instrumen pengamatan tindakan baik dari siklus I, II, dan III.

Kemudian untuk memantau sejauh mana kinerja guru setelah tindakan diberikan

oleh peneliti, diberdayakan pengamat dari para rekan guru itu sendiri. Dengan

demikian data mengenai kinerja guru setelah diberi perlakuan diperoleh dari

instrumen pengamatan kinerja guru yang telah diisi dari para pengamat rekan

sejawat guru masing-masing. Cara ini dilakukan mengingat akan sulit sekali jika

tidak memberdayakan rekan sejawat guru, karena keterbatasan rekan sejawat

18
pengawas. Lagipula pemberdayaan pengamat rekan sejawat guru ini memberikan

dampak refleksi diri masing-masing.

B. Subyek dan Obyek

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah para guru Matematika SMK Negeri 1

Metro tahun ajaran 2011/2012. Guru Matematika yang dimaksud adalah

semua guru pada semua tingkatan dan semua jurusan. Terdapat sebanyak 4

orang guru Matematika di SMK Negeri 1 Metro. Kesemuanya adalah

pegawai negeri dengan pangkat/golongan antara Penata Muda/IIIa s.d

Pembina/IVa.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian merupakan intisari yang menjadi tujuan penelitian.

Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa tujuan tindakan adalah

meningkatkan kinerja guru Matematika, dengan demikian obyek

penelitiannya adalah kinerja para guru Matematika. Dalam hal ini

peningkatan yang dimaksud dibatasi sampai kinerja para guru tersebut

mencapai 75% dari keseluruhan skor dari instrumen penilaian kinerja guru

yang digunakan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Metro yang beralamat di Jalan. Ki

Hajar Dewantara, 15 A Metro Timur, Kota Metro. SMK Negeri 1 Metro

adalah SMK kelompok bisnis dan manajemen.

19
2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan September s/d November 2011. Hal ini

disesuaikan dengan perencanaan waktu dari program Blockgrant penelitian

tindakan sekolah. Jadwal dan kegiatan penelitian disusun sebagai berikut:

No Uraian Kegiatan Pelaksanaan


Bulan Spt s/d Nov 2011 Ket
8 9 10 11 12 1
A. Siklus I
1. Perencanaan √
 Merencanakan tindakan
 Menyusun Instrumen √
2. Pelaksanaan/Observasi √
 Melakukan pertemuan
awal
 Melakukan observasi √
pembelajaran
3. Melakukan evaluasi √
4. Melakukan refleksi √
B. Siklus II √
C. Siklus III √
D. Menulis laporan penelitian √
E. Presentasi laporan penelitian √
F. Perbaikan laporan penelitian √ √

D. Prosedur

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap

masalah yang bersifat langsung. Supervisor menggunakan arahan

langsung. Sudah barang tentu pendekatan ini membawa implikasi

pengaruh supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan

pada pemahaman psikologi Behaviorisme. Prinsip ini menyatakan bahwa

20
segala perbuatan tergantung dari refleks, yaitu respon terhadap

rangsangan atau stimulus. Oleh karena guru mengalami kekurangan,

maka ia perlu diberi rangsangan agar ia bisa berreaksi. Supervisor dapat

menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Pendekatan ini dilakukan dengan perilaku supervisor sebagai berikut:

1) Menjelaskan

2) Menyajikan

3) Mengarahkan

4) Memberi contoh

5) Menetapkan tolok ukur

6) Menguatkan

Berpedoman pada konsep pendekatan direktif tersebut perencanaan pada

siklus pertama adalah:

1) Melakukan pertemuan pertama awal dengan guru Matematika. Di

dalam pertemuan awal ini disepakati adanya kegiatan observasi kelas

selama guru Matematika mengadakan pembelajaran.

2) Melakukan pertemuan kedua untuk observasi dengan guru

Matematika selama proses pembelajaran Matematika di kelas. Pada

saat proses observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas supervisor

menggunakan instrumen observasi.

3) Melakukan percakapan analisis pada pertemuan ketiga. Percakapan

analisis berpedoman pada hasil dan interprestasi instrumen

pengamatan pada saat proses pembelajaran Matematika di kelas

21
b. Pelaksanaan

Ketiga langkah 1), 2), dan 3) merupakan tahapan dalam pelaksanaan

supervisi klinis, sedangkan dalam tahapan penelitian tindakan ini, ketiga

langkah tersebut dipadukan dengan pendekatan direktif merupakan

langkah pertama yaitu perencanaan dari penelitian tindakan ini. Untuk

melaksanakan kegiatan penelitian pada siklus pertama ini, perlu dilakukan

penjadwalan kegiatan, kapan kegiatan melakukan pertemuan awal,

mengobservasi dan melakukan percakapan analisis dilakukan.

Ketiga langkah supervisi klinis digabungkan dengan pendekatan direktif

dilakukan sebagai berikut:

1) Pengawas mengadakan pertemuan pertama dengan kepala sekolah

untuk dapat bertemu secara khusus dengan guru Matematika.

Pertemuan awal dilakukan pada tanggal 15 September 2011. Hasil

pertemuan menyepakati observasi kelas. Karena adanya kelas paralel

sehingga tidak semuanya bisa diobservasi pengawas, maka untuk

kelas paralel guru Matematika yang sedang mengajar diamati oleh

teman sejawat, menggunakan lembar observasi. Berikutnya bersama-

sama dengan guru yang Matematika lain (yang sedang tidak

mengajar) mengadakan observasi. Kemudian untuk kelas paralel

diobservasi oleh teman sejawat.

2) Melakukan tindakan dengan pendekatan direktif, pada pertemuan

kedua.

22
3) Melaksanakan pengamatan pasca tindakan siklus I pada pertemuan

ketiga

c. Observasi

Observasi yang dimaksud adalah ketika pengawas mengadakan tindakan

dengan pendekatan direktif terkait dengan temuan hasil observasi

pembelajaran. Selama pendekatan direktif terhadap para guru Matematika

ini dilakukan, teman sejawat pengawas mengadakan pengamatan

sejauhmana tindakan direktif yang dilakukan tersebut telah sesuai dengan

konsepnya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar

pengamatan LOS.1 yang ada dalam lampiran. Setelah pendekatan direktif

selesai dilakukan observasi lagi terhadap kinerja guru pada pembelajaran

yang dilaksanakan dikelas sesuai dengan jadwal menggunakan instrumen

pengamatan guru. Instrumen pengamatan kinerja guru ini terdapat pada

lampiran 1 dan 2.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap dua hal: 1) terhadap temuan kinerja guru, 2)

terhadap temuan tindakan direktif peneliti. Refleksi terkait dengan temuan

kinerja guru merupakan rujukan untuk melihat sejauhmana keberhasilan

tindakan terhadap objek penelitian, yaitu kinerja guru itu sendiri.

Kemudian temuan terhadap tindakan direktif merujuk pada perbaikan

pemberian tindakan pada siklus berikutnya.

23
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II diawali dengan kegiatan:

1) Melakukan pertemuan keempat dengan para guru Matematika

2) Melakukan percakapan analisis. Percakapan analisis berpedoman pada

hasil dan interprestasi instrumen pengamatan pada saat proses

pembelajaran Matematika di kelas

3) Menyepakati kegiatan observasi ketiga. Terkait dengan kinerja guru

setelah pemberian tindakan

Percakapan analisis inilah merupakan hasil analisis pada siklus I.

Memahami hasil refleksi melalui percakapan analisis siklus I, maka

direncanakan perubahan tindakan oleh peneliti. Hal ini disebabkan dalam

pelaksanaan siklus I tersebut masih banyak terdapat faktor-faktor yang

menjadi bagian dari supervisi klinis tidak terlaksana dengan baik. Pada

siklus II tindakan yang diberikan adalah pendekatan non direktif.

Pendekatan ini dilakukan dengan perilaku peneliti sebagai berikut: 1)

mendengarkan, 2) memberi penguatan, 3) menjelaskan, 4) menyajikan,

dan 5) memecahkan masalah.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan non direktif dilakukan dengan cara persuasif individual.

Kelima langkah diterapkan oleh peneliti terhadap para guru Matematika

teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

24
1) Pada pertemuan keempat seperti yang direncanakan masing, masing-

masing guru diberi kesempatan untuk menyampaikan permasalahan

dan kendala yang dihadapi terkait dengan hasil kinerja pada siklus I.

Pada fase ini peneliti hanya sama sekali mendengarkan dan mencatat

beberapa hal yang bersifat penting

2) Setelah semua guru Matematika tersebut selesai menyampaikan

permasalahan dan kendala yang dihadapi, peneliti memberikan

respon. Pada fase ini respon yang diberikan guru adalah penguatan

dalam pernyataan apresiatif terhadap upaya yang mereka lakukan

(seperti pernyatan “memang harus saya akui bahwa guru-guru

Matematika mengemban tugas penting dan sulit dalam

membelajarkan Matematika kepada anak-anak. Dengan tugas penting

ini tentulah layak kita perjuangkan semaksimal mungkin, karena

keberhasilan dalam pembelajaran Matematika adalah kebanggaan

yang luarbiasa bagi para guru-guru Matematika”) dll.

3) Ketika penguatan telah selesai diberikan, selanjutnya peneliti

memberikan beberapa penjelasan terkait dengan penyebab pencapaian

kinerja guru masih belum mencapai target yang diinginkan.

4) Penjelasan disertai dengan penyajian beberapa data terkait.

5) Melakukan curah pendapat terkait pemecahan masalah dan

menginventarisasikanya

25
c. Observasi

Observasi terkait dengan pemberian tindakan oleh peneliti terhadap

subyek dilakukan oleh teman sejawat pengawas dengan menggunakan

lembar observasi LOS II. Kemudian observasi terkait dengan kinerja

guru setelah pemberian perlakuaan siklus II menggunakan lembar

observasi kinerja guru. Observasi kinerja guru dilakukan pada pertemuan

kelima.

d. Refleksi

Semua berkas terkait dengan observasi pemberian tindakan dan kinerja

dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Data pada siklus kedua

ini kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif kemudian

digunakan sebagai bahan refleksi.

3. Siklus III
a. Perencanaan Tindakan

Peneliti mengadakan pertemuan keenam. Hasil refleksi digunakan sebagai

bahan perencanaan tindakan siklus III. Pada siklus III rencana tindakan

yang dilakukan adalah pendekatan kolaboratif. Dalam konteks

pendekatan kolaboratif ini para guru Matematika dan peneliti betul-betul

dikondisikan untuk bekerja sama dalam memecahkan permasalahan.

Pendekatan kolaboratif merupakan pendekatan yang memadukan

pendekatan direktif dan nondirektif, dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut: 1) menyajikan, 2) menjelaskan, 3) mendengarkan, 4)

memecahkan masalah, dan melakukan negoisasi

26
b. Pelaksanaan

Pendekatan kolaboratif mengutamakan kerja sama guru terkait. Dalam

langkah 1) menyajikan permasalahan, peneliti langsung saja bisa

mengungkapkan kelemahan yang ada terkait dengan hasil refleksi kinerja

guru pada saat observasi ketiga. Kemudian diikuti langkah 2)

menjelaskan, yaitu memberikan deskripsi kenapa masih terdapat kinerja

yang rendah pada guru terkait, 3) memberikan kesempatan kepada guru

terkait untuk menjelaskan penyebab masih adanya kinerja yang rendah

(pada tahap ini peneliti mendengarkan penjelasan guru), 4) Setelah

mendengarkan penjelasan guru terkait, peneliti memberikan alternatif

penyelesaian masalah, dan 5) alternatif pemecahan masalah ini

selanjutnya dinegosasikan kemudian dikaitkan dengan upaya peningkatan

kinerja guru yang bersangkutan. Langkah 1 s.d 5 dilakukan secara

bergantian pada keempat guru Matematika yang ada.

c. Observasi

Observasi terkait dengan pemberian tindakan oleh peneliti terhadap

subyek dilakukan oleh teman sejawat pengawas dengan menggunakan

lembar observasi LOS III. Kemudian observasi terkait dengan kinerja

guru setelah pemberian perlakuaan siklus III menggunakan lembar

observasi kinerja guru. Observasi kinerja guru dilakukan pada pertemuan

ketujuh.

27
d. Refleksi

Semua berkas terkait dengan observasi pemberian tindakan dan kinerja

dikumpulkan pada siklus III kemudian dianalisis oleh peneliti. Data pada

siklus ketiga ini kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif

kemudian digunakan sebagai bahan refleksi.

28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Hasil pada Siklus I

Setelah dilakukan analisis data terhadap skor kinerja guru Matematika

dalam pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Program Microsoft

Excell 2003 pada siklus I, berikut dapat ditampilkan data terkait:

Kinerja Guru Setelah Siklus I

70
1
60
S k o r K in e rja

2
50
3
40
4
30
5
20
6
10
7
0
a b c d
Re sponde n

Diagram 2. Gambaran Kinerja Guru Matematika Setelah Siklus I


Keterangan:
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
3. Mengelola interaksi kelas
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap
belajar
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran Matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

Data tersebut berasal dari data mentah skor tiap unsur penilaian kinerja

guru Matematika dalam pembelajaran yang kemudian dipersentasekan.

Instrumen pengamatan kinerja guru adalah instrumen yang sama

digunakan pada saat pengamatan awal. Data merupakan skor kinerja yang

diperoleh dari responden guru Matematika sebanyak empat orang.

29
Kenaikan nilai rata-rata skor unsur kinerja memang belum signifikan hal

terkait dengan perlakuan yang diberikan guru sendiri. Berdasarkan analisis

data skor pengamatan tindakan yang diberikan oleh peneliti, ternyata

peneliti sendiri memiliki skor rendah. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan

pemberian tindakan direktif belum sesuai betul dengan konsepnya.

Ketidaksesuaian proses supervisi klinis dengan pendekatan direktif dapat

dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram Skor Proses Superivisi Klinis Siklus I

80
Skor Proses

60 1
40 2
20 3
0
Peneliti Guru
Subyek Penelitian

Keterangan:
2. Pertemuan Awal
3. Observasi
4. Pertemuan Akhir
Diagram 3. Skor Presentase Proses Supervisi Klinis Siklus I

Diagram 3. menunjukkan bahwa proses supervisi klinis dengan pendekatan

direktif belum dilaksanakan sepeuhnya dengan baik. Peneliti menjauhi

konsep supervisi klinis, sebaliknya respon dari para guru pada saat diberi

tindakan juga tidak optimal, hanya berada pada rentang skor 20% s.d 45%

dari keseluruhan indikator kegiatan.

2. Hasil pada Siklus II

Perolehan data kinerja guru Matematika dalam pembelajaran setelah

diberikan perlakuan dalam siklus II adalah sebagai berikut:

30
Kinerja Guru Matematika Setelah Siklus II

80
70 1

R esp o n d en
60 2
50 3
40 4
30 5
20 6
10 7
0
a b c d
Sk or Kine rja

Diagram 4. Gambaran Kinerja Guru Matematika Setelah Siklus II


Keterangan:
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
3. Mengelola interaksi kelas
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa
terhadap belajar
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran Matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

Berikut data yang diperoleh mengenai proses supervisi klinis siklus II.

Diagram Skor Proses Supervisi Klinisi Sik lus II

80
Skor Proses

60 1
40 2
20 3
0
Peneliti Guru
Subyek Penelitian

Diagram 5. Skor Presentase Proses Supervisi Klinis Siklus II


3. Hasil pada Siklus III

Perolehan data kinerja guru Matematika dalam pembelajaran setelah

diberikan perlakuan dalam siklus III adalah sebagai berikut:

31
KInerja Guru Matematika Setelah Siklus III

100
1
Sko r K in erja 80 2

60 3
4
40
5
20 6
7
0
a b c d
Re sponde n

Diagram 6. Gambaran Kinerja Guru Matematika Setelah Siklus II


Keterangan:
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
3. Mengelola interaksi kelas
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa
terhadap belajar
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran Matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

Berikut data mengenai skor proses supervisi klinis siklus III.

Diagram Skor Proses Superivisi Klinis Siklus III

100
Skor Proses

80 1
60
2
40
20 3
0
Peneliti Guru
Subyek Penelitian

Diagram 7 Skor Presentase Proses Supervisi Klinis Siklus III

Selanjutnya seberapa besar peningkatan masing-masing unsur sebelum

pemberian tindakan dan pada tiap siklus dapat ditampilkan pada Diagram 8

berikut di bawah ini:

32
Peningkatan Masing-masing Unsur Sebelum
Perlakuan dan Tiap Siklus
No. Unsur
90
80
S k o r U n s u r K in e rja
Skor Pengamatan Awal
70 a
Skor Sik. I b
60
50
Skor Peningkatan a ke b
40
30 Skor Sik. II c
20
Skor Peningkatan b ke c
10
0 Skor Sik. III d
1 2 3 4 5 6 7
Unsur Kinerja Skor Peningkatan c ke d

Diagram 8. Peningkatan Masing-masing Unsur Sebelum Perlakuan dan


Tiap Siklus

Bila kumulasi peningkatan tersebut dirata-ratakan maka dapat ditampilkan

dalam Diagram 9 di bawah ini:

Diagram Peningkatan Rata-rata Kumulatif

18
Skor Presentase Kinerja

16
14
12
10 No. Unsur
8 Rata-rata Peningkatan
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Unsur

Diagram 9. Peningkatan Rata-rata Kumulatif

B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil pada Siklus I

Penilaian ada atau tidak peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran

Matematika setelah perlakuan dalam siklus I diberikan dibandingkan

33
dengan skor kinerja yang diperoleh pada saat pengamatan awal. Untuk

memudahkan memahami pembahasan berikut ditampilkan tabel

perhitungan rata-rata skor persentasi antara skor pada pengamatan awal

dan setelah mendapatkan perlakuan siklus I

Std.
Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair Skor Unsur Kinerja
1 Guru Pengamatan 41,6343 7 6,66000 2,51725
Awal
Skor Unsur Kinerja
47,8429 7 6,03210 2,27992
Guru Siklus I

Tabel 1. Perbedaan Rata-rata Skor Persentase Unsur Kinerja


Pengamatan Awal dan Siklus I

Tabel 1 memberikan informasi tentang rata-rata (Mean), jumlah unsur

kinerja (N), Simpangan baku (Std. Deviation) dan Standar kesalahan rata-

rata (Std. Error Mean).

Nilai rata-rata yang ditunjukkan oleh Skor Unsur Kinerja Guru

Pengamatan awal hanya 41,63 kemudian nilai rata-rata yang ditunjukkan

oleh Skor Unsur Kinerja Guru Siklus I sebesar 47, 84. Dengan demikian

ada perbedaan sebesar 6,21 sebagai bentuk peningkatan nilai rata-rata dari

kondisi sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada siklus I.

Peningkatan nilai nampak tidak signifikan. Artinya pemberian tindakan

direktif belum dapat meningkatkan kinerja guru secara maksimal. Terkait

dengan pendekatan direktif yang bernuansa teori behavioristik, nampaknya

34
kurang sesuai diterapkan bagi para guru yang merupakan pembelajar

dewasa (andragogi). Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik bukan

disebabkan karena keinginan hati tetapi karena adanya faktor eksternal,

yaitu stimulan direktif itu.

Selanjutnya ditampilkan perbedaan rata-rata skor responden pada

pengamatan awal dan setelah siklus I sebagai berikut.

Std.
Deviati Std. Error
Mean N on Mean
Pair Skor Responden
1 Kinerja Guru 41,6350 4 2,02255 1,01127
Pengamatan Awal
Skor Responden Unsur
47,8425 4 2,53155 1,26578
Kinerja Guru Siklus I

Tabel 2 Perbedaan Rata-rata Skor Responden Kinerja Pengamatan Awal


dan Siklus I

Perbedaan nilai rata-rata sebesar 6,20 juga tidak jauh berbeda dengan

perbedaan nilai rata-rata skor unsur kinerja. Kedua perbedaan ini

mempunyai korelasi positif, artinya rata-rata skor unsur kinerja begitu juga

dengan rata-rata skor responden. Perbedaan kedua rata-rata hanya sebesar

0,01 dan bukan perbedaan yang signifikan.

2. Pembahasan Hasil pada Siklus II

Perbedaan skor kinerja guru dari siklus I ke siklus II diperlihatkan pada

Tabel 3. Perbedaan nilai rata-rata menunjukkan sebesar 10,53 lebih besar

dari sebelum perlakuan dan siklus I. Hal juga membuktikan bahwa kualitas

35
perlakuan supervisi klinis semakin baik. Guru selama diberi perlakukan

dengan tindakan non direktif memberikan respon yang baik.

Std. Std. Error


Mean N Deviation Mean
Pair Skor Unsur
1 Kinerja Guru 47,8429 7 6,03210 2,27992
Siklus I
Skor Unsur
Kinerja Guru 58,3771 7 5,16599 1,95256
Siklus II

Tabel 3 Perbedaan Rata-rata Skor Persentase Unsur Kinerja Siklus I dan


Siklus II

Perbedaan skor responden pada Tabel 4 juga menunjukkan

peningkatan yang signifikan. Perbedaan nilai rata-rata menunjukkan

sebesar 10,49 meskipun lebih rendah sebesar 0,12 dengan skor

persentase kinerja.

Paired Samples Statistics

Std. Std. Error


Mean N Deviation Mean
Pair 1 Skor Responden Unsur
Kinerja Guru Siklus I 47,8425 4 2,53155 1,26578

Skor Responden Unsur


Kinerja Guru Siklus II 58,3350 4 3,56995 1,78498

Tabel 4 Perbedaan Rata-rata Skor Responden Kinerja Siklus I dan Siklus


II
Perbedaan skor yang signifikan ini memiliki korelasi positif dengan proses

pemberikan tindakan non direktif terhadap guru, sebagaimana ditunjukkan

pada diagram 5. Pemberian perlakuan meningkat 10 s.d 15 % menjadi

semakin baik.

36
Peningkatan nilai ini merupakan akumulasi dari peningkatan kinerja guru,

yang mana mereka lebih aktif dalam merespon pemberian tindakan.

Kenyataan bahwa para guru tersebut sudah mempunyai pengalaman

sebelumnya membuat mereka kurang bisa menerima ketika diberikan

pendekatan direktif, karena terkesan mendikte mereka. Sebaliknya dengan

pendekatan non direktif potensi para guru merasa lebih dihargai sehingga

keinginan untuk berubah itu berasal dari dirinya sendiri.

3. Pembahasan Hasil pada Siklus III

Terakhir adalah perbedaan skor kinerja pada siklus III. Adanya

peningkatan secara berkelanjutan dari siklus I, memberikan kontribusi

positif dalam peningkatan skor berikutnya. Informasi perbedaan rata-rata

skor ditampilkan dalam Tabel 5 di bawah ini:

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Skor Unsur Kinerja
Guru Siklus II 58,3771 7 5,16599 1,95256

Skor Unsur Kinerja


Guru Siklus III 71,7800 7 4,57997 1,73107

Tabel 5. Perbedaan Rata-rata Skor Persentase Unsur Kinerja Siklus II


dan Siklus III

Berpedoman pada Tabel 5, perbedaan nilai rata-rata ditunjukkan sebesar

13,40. Peningkatan ini lebih besar lagi dibandingkan dengan siklus II. Hal

ini sejalan dengan peningkatan skor responden sebesar 13,48 pada Tabel

6.

37
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Skor Responden
Unsur Kinerja Guru 58,3350 4 3,56995 1,78498
Siklus II
Skor Responden
Unsur Kinerja Guru 71,8150 4 1,78756 ,89378
Siklus III

Tabel 6. Perbedaan Rata-rata Skor Responden Kinerja Siklus II dan


Siklus III

Penggunaan pendekatan kolaboratif rupanya telah mampu mengakomo-

dasi segenap potensi para guru Matematika itu, sehingga kinerja mereka

meningkat. Meskipun peningkatan belum mencapai sepenuhnya sebesar

75% dari tujuan penilitian tindakan ini, namun dari siklus ke siklus telah

menunjukkan perubahan yang signifikan sebesar ±72%. Para guru merasa

lebih dihargai, sehingga peningkatan kinerja menjadi miliknya sendiri dan

bukan milik pengawas atau sekolah. Respon yang ditunjukkan oleh para

guru selama pemberian tindakan dengan pendekatan kolaboratif ini

semakin baik, jika dilihat pada Diagram 7.

Peningkatan secara kumulatif unsur kinerja Guru Matematika dari awal

sebelum perlakuan diberikan, kemudian siklus I, II dan III serta seberapa

besar peningkatan yang telah digambarkan pada Diagram 8 dan 9

selanjunya secara spesifik dapat ditampilkan pada Tabel 7. Persentase

Kumulatif Peningkatan Unsur Kinerja Guru Matematika berikut di bawah

ini:

38
Tabel 7. Persentase Kumulatif Peningkatan Unsur Kinerja Guru
Matematika

Pada Tabel 7 ini, jelaslah bahwa peningkatan terjadi secara variatif baik

dari sebelum perlakuan diberikan, siklus I, siklus I ke II, dan siklus II ke

III. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhirnya supervisi klinis dengan

ketiag pendekatan: direktif, non direktif dan kolaboratif memang

memberikan konstribusi sangat besar dalam meningkatkan kinerja guru.

39
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Memperhatikan hasil yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa hipotesis

tindakan telah terbukti. Beberapa kesimpulan dapat ditarik setelah memahami

hasil dan pembahasan penelitian ini. Adapun kesimpulannya adalah:

1. Terjadi peningkatan kinerja guru Matematika dari awal sebelum pemberian

tindakan sampai dengan tahapan siklus I sebesar 6,21, dari siklus I ke siklus

II sebesar 10,53 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 13,40. Peningkatan

kinerja guru terjadi secara signifikan dari siklus I ke siklus II, dan sangat

signifikan dari siklus II ke siklus III

2. Target penelitian untuk meningkatkan kinerja guru menjadi 75 % tercapai

pada tingkat 72%.

3. Terjadi peningkatan proses pemberian tindakan sesuai dengan jenis konsep

pendekatan yang digunakan, dimulai dari pendekatan direktif, sebesar 10 s.d

15 % ke non direktif. Kemudian dari non direktif ke kolaboratif meningkat

relatif sama sebesar 10 s.d 15 %.

4. Peningkatan terjadi secara variatif baik dari sebelum perlakuan diberikan,

siklus I, siklus I ke II, dan siklus II ke III. Hal ini menunjukkan bahwa pada

akhirnya supervisi klinis dengan ketiag pendekatan: direktif, non direktif dan

kolaboratif memang memberikan konstribusi sangat besar dalam

meningkatkan kinerja guru

5. Pendekatan non direktif lebih baik daripada pendekatan direktif sedangkan

pendekatan kolaboratif merupakan pendekatan yang paling baik diantara

40
keduanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan tertinggi pada

kinerja dan proses selama pemberian tindakan

B. Saran

Melihat simpulan dari penelitian tindakan sekolah ini, maka layak disarankan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Para Pengawas

1) Perlunya penggunaan supervisi klinis dalam kegiatan supervisi di sekolah

untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran

2) Penggunaan supervisi klinis akan efektif sekali ketika digunakan

pendekatan non direktif dan kolaboratif pada guru dengan masa kerja

lama (> 5 tahun), sedangkan pendekatan direktif akan efektif digunakan

pada guru dengan masa kerja belum lama (< 5 tahun)

2. Bagi Sekolah

1) Perlu memotivasi para guru untuk selalu berkomunikasi dengan para

pengawas dalam bentuk pembinaan terkait dengan kualitas pembelajaran

di sekolahnya

2) Melibatkan para pengawas sekolah dalam kegiatan-kegiatan sekolah

lainnya untuk meningkatkan mutu

3) Mengagendakan kegiatan pelatihan dan workshop bagi para guru

khususnya sebagai upaya peningkatan kinerja dalam pembelajaran

41
3. Bagi Institusi Dinas Pendidikan

1) Perlunya pengadaan kegiatan penelitian tindakan sekolah secara

berkelanjutan dengan bantuan pembiayaan yang proporsional untuk

meningkatkan kinerja pengawas sekolah

2) Perlu diadakan pelatihan dan workshop secara berkelanjutan mengenai

konsep-konsep supervisi, khususnya supervisi klinis terkait dengan

pendekatan direktif, non direktif dan kolaboratif bagi para pengawas

sekolah

42
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. P.T. Rineka Cipta. Jakarta

Juhri, AM. 2007. Perspektif Manajemen Pendidikan. Lembaga Penelitian Universitas


Muhammadiyah 2 Metro Press. Metro

Sahertian, A. Piet. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. P.T. Rineka Cipta. Jakarta

Sanjaya, Wina 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Kencana Prenadia Media Group. Jakarta.

Slamet. 2007. Kesahihan Nilai UN. Cerdik, Cerdas dan Terdidik. Majalah Ilmiah
Tengah Tahun Dewan Pendidikan Kota Metro.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Supervisi Klinis untuk Perbaikan Pembelajaran.


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/01/supervisi-klinis/. Diakses
hari Minggu, 12 Oktober 2008, pukul 10.00 WIB.

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Prestasi Pustaka.
Jakarta

Yoes Kahar. 2007. Tahap-Tahap Kegiatan Supervisi Klinis. Materi Bimtek Supervisi
Klinis Pengawas Sekolah P4TK Bidang Bisnis dan Pariwisata, Tgl 19 s.d
Juni 2007. Sawangan, Jakarta. Tidak dipublikasikan

43
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN


(Sebelum Perlakuan Siklus )

Petunjuk
1. Bacalah pernyataan dengan teliti
2. Berikan skor dengan cara memberikan tanda √ pada pilihan skor tersebut
3. Berikan penjumlah pada kolom jumlah dari semua skor yang anda peroleh

Penafsiran pilihan jawaban:


1 = Sangat jarang
2 = Jarang
3 = Sering
4 = Sangat Sering

Skoring
No Pernyataan
SJ J S SS
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1 Menata fasilitas sumber belajar
1.2 Melaksanakan tugas rutin guru
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Membuka pembelajaran
2.2 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
metode yang dipilih
2.4 Menggunakan media, alat pembelajaran sesuai
dengan indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.5 Melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang
logis
2.6 Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
3. Mengelola interaksi kelas
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
dengan isi pembelajaran
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan
gerakan badan

44
Memicu dan memelihara keterlibatan siswa
Memantapkan penguasaaan materi pembelajaran
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar
4.1 Ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian kepada
siswa dan sabar
4.2 Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
4.3 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang
sehat dan serasi
4.4 Membantu siswa menyadari kelebihan dan
kekurangannya
4.5 Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
pembelajaran Matematika
5.1 Menanamkan konsep matematika melalui metode
5.2 Bervariasi yang sesuai dengan karakteristik materi
5.3 Menguasai simbol-simbol matematika
5.4 Memberikan matematika dalam kehidupan sehari-
hari
5.6 Menguasai materi matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
6.1 Melaksanakan penilaian selama proses
pembelajaran
6.2 Melaksanakan penilaian akhir pembelajaran
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran
7.1 Kefektifan proses pembelajaran
7.2 Penggunaan Bahasa Indonesia lisan
7.3 Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa
7.4 Penampilan guru dalam pembelajaran
Jumlah skor
Skor total

45
Nilai Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Jumlah = 1+2+3+4+5+6+7, Skor kemudian dipersentasekan

Kriteria Kinerja:

≤ 25 = rendah,

26 s.d 50 = sedang,

51 s.d 75 = baik dan

76 s.d 100 = istimewa,

46
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN


(Sesudah Perlakuan Siklus )

Petunjuk
1. Bacalah pernyataan dengan teliti
2. Berikan skor dengan cara memberikan tanda √ pada pilihan skor tersebut
3. Berikan penjumlah pada kolom jumlah dari semua skor yang anda peroleh

Penafsiran pilihan jawaban:


1 = Sangat jarang
2 = Jarang
3 = Sering
4 = Sangat Sering

No Pernyataan Skoring
SJ J S SS
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1 Menata fasilitas sumber belajar
1.2 Melaksanakan tugas rutin guru
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Memulain pembelajaran
2.2 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
metode yang dipilih
3.4 Menggunakan media, alat pembelajaran sesuai
dengan indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.5 Melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang
logis
2.6 Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
3. Mengelola interaksi kelas
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
dengan isi pembelajaran

47
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan
gerakan badan
Memicu dan memelihara keterlibatan siswa
Memantapkan penguasaaan materi pembelajaran
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap
belajar
4.1 Ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian
kepada siswa dan sabar
4.2 Menunjukkan kegairahan dalam mengajar
4.3 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang
sehat dan serasi
4.4 Membantu siswa menyadari kelebihan dan
kekurangannya
4.5 Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan
diri
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
pembelajaran Matematika
5.1 Menanamkan konsep matematika melalui
metode
5.2 Bervariasi yang sesuai dengan karakteristik
materi
5.3 Menguasai simbol-simbol matematika
5.4 Memberikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari
5.5 Menguasai materi matematika
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
6.1 Melaksanakan penilaian selama proses
pembelajaran
6.2 Melaksanakan penilaian akhir pembelajaran
7. 7.1 Kesan umum pelaksanaan pembelajaran

48
7.2 Keefektifan proses pembelajaran
7.3 Penggunaan Bahasa Indonesia lisan
7.4 Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa
7.5 Penampilan guru dalam pembelajaran
Jumlah skor
Skor total

Nilai Kinerja Guru dalam Pembelajaran


Jumlah = 1+2+3+4+5+6+7, Skor kemudian dipersentasekan

Kriteria Kinerja:

≤ 25 = rendah,

26 s.d 50 = sedang,

51 s.d 75 = baik dan

76 s.d 100 = istimewa,

49
Lampiran 3

Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Supervisi Klinis Siklus I

Pendekatan Direktif

No Unsur Indikator Butir


Pengawas Guru
1. Pertemuan 1.1 Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan 1
awal atau perma-salahan guru permasalahan da-lam
1.2 Menunjukkan simpati pembelajaran
atas perma-salahan guru 1.2 Menunjukkan kedekatan
terse-but profesional
1.3 Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas
observasi untuk mengadakan
1.4 Menyepakati jadwal observasi di kelasnya
pertemuan berikut-nya 1.4 Menyepakati jadwal
pertemuan berikutnya
2. Observasi 2.1 Mengadakan obser-vasi 2.1 Mengadakan 2
kelas sesuai dengan pembelajaran
pembicara-an awal
dengan guru
2.2 Menggunakan lem-bar
observasi sela-ma proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. Analisis 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan anali-sis 3
hasil bersama guru yang diob- bersama pengawas yang
Observasi servasi mengobervasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil
analisis dengan guru analisis dengan guru
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah-
langkah perbaikan langkah perbaikan
kinerja bersama guru kinerja bersama
(pendekatan direktif) pengawas
a. Menjelaskan a. Mendengarkan
b. Menyajikan b. Memahami
c. Mengarahkan c. Memberi umpan
balik
d. Memberi contoh d. Menanyakan
kejelasan contoh
e. Menetapkan tolok e. Menetapkan tolok
ukur ukur
f. Menguatkan f. Menyanggupi untuk
melak-sanakan
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-
langkah perbaikan langkah perbaikan
kinerja bersama guru kinerja bersama guru
* LO2. Menggunakan pengamat dari teman sejawat guru atau teman pengawas

50
Lampiran 4

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus I (LOS.I)

Pendekatan Direktif

No Pernyataan Skor

Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1 Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan


atau permasalahan guru permasalahan dalam
pembelajaran
1.2 Menunjukkan simpati atas 1.2 Menunjukkan kedekatan
permasalahan guru tersebut profesional

1.3 Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas untuk


observasi mengadakan observasi di
kelasnya
1.4 Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal
pertemuan berikutnya pertemuan berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembelajaran
kelas sesuai dengan yang akan diobservasi
pembicaraan awal dengan
guru
2.2 Menggunakan lembar
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis
bersama guru yang bersama pengawas yang
diobservasi mengobervasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil
analisis dengan guru analisis dengan guru

51
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah-
langkah perbaikan kinerja langkah perbaikan kinerja
bersama guru (pendekatan bersama pengawas
direktif)
a. Menjelaskan a. Mendengarkan
b. Menyajikan b. Memahami
c. Mengarahkan c. Memberi umpan balik
d. Memberi contoh d. Menanyakan kejelasan
contoh
e. Menetapkan tolok ukur e. Menetapkan tolok ukur
f. Menguatkan f. Menyanggupi untuk
melaksanakan
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-
langkah perbaikan kinerja langkah perbaikan kinerja
bersama guru bersama guru
Jumlah Sel
Jumlah total

Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan direktif:


a. 17 s.d 25= Kurang
b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

52
Lampiran 6

Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Supervisi Klinis Siklus II

Pendekatan Non Direktif

No Unsur Indikator Butir


Pengawas Guru
1. Pertemuan 1.1 Mendengarkan 1.1 Mengungkapkan permasalahan 1
awal keluhan atau per- dalam pembelajaran
masalahan guru 1.2 Menunjukkan kedekatan
1.2 Menunjukkan profesional
simpati atas perma- 1.3 Meminta pengawas untuk
salahan guru terse- mengadakan observasi di kelasnya
but 1.4 Menyepakati jadwal pertemuan
1.3 Menunjukkan berikutnya
kesedian observasi
1.4 Menyepakati
jadwal pertemuan
berikut-nya
2. Observasi 2.1 Mengadakan obser- 2.1 Mengadakan pembelajaran 2
vasi kelas sesuai
dengan pembicara-
an awal dengan
guru
2.2 Menggunakan lem-
bar observasi sela-
ma proses observasi
(LO.1) dan LO.2*
3. Analisis 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan anali-sis bersama 3
hasil bersama guru yang pengawas yang mengobervasi
Observasi diob-servasi 3.2 Membicarakan hasil analisis
3.2 Membicarakan hasil dengan guru
analisis dengan 3.3 Mendengarkan langkah-langkah
guru perbaikan kinerja bersama
3.3 Merumuskan pengawas
langkah-langkah a. Menceritakan masalah yang
perbaikan kinerja dihadapi
bersama guru b.Mendengarkan motivasi dan
(pendekatan non penguatan yang diberikan
direktif) pengawas
a. Mendengarkan c. Mendengarkan Memahami
b. Memberi d.penyajian pengawas
penguatan e. Memahami kemungkinan
pemecahan masalah

53
c. Menjelaskan 3.4 Menyepakati langkah-langkah
d. Menyajikan perbaikan kinerja bersama guru
e. Memecahkan
masalah
3.4 Menyepakati
langkah-langkah
perbaikan kinerja
bersama guru

* LO2. Menggunakan pengamat dari teman sejawat guru atau teman pengawas

54
Lampiran 7

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus II (LOS.II)

Pendekatan Non Direktif

N Pernyataan Skor
o
Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1 Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan permasalahan


atau permasalahan guru dalam pembelajaran
1.2 Menunjukkan simpati 1.2 Menunjukkan kedekatan
atas permasalahan guru profesional
tersebut
1.3 Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas untuk
observasi mengadakan observasi di
kelasnya
1.4 Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal pertemuan
pertemuan berikutnya berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembelajaran yang
kelas sesuai dengan akan diobservasi
pembicaraan awal
dengan guru
2.2 Menggunakan lembar
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis bersama
bersama guru yang pengawas yang mengobervasi
diobservasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil analisis
analisis dengan guru dengan guru

55
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah-langkah
langkah perbaikan perbaikan kinerja bersama
kinerja bersama guru pengawas
(pendekatan non-
direktif)
a. Mendengarkan a. Menceritakan masalah yang
dihadapi
b. Memberi penguatan b. Mendengarkan motivasi dan
penguatan yang diberikan
pengawas
c. Menjelaskan c. Mendengarkan Memahami
d. Menyajikan e. penyajian pengawas
e..Memecahkan e. Memahami kemungkinan
masalah pemecahan masalah
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-langkah
langkah perbaikan perbaikan kinerja bersama guru
kinerja bersama guru
Jumlah Sel
Jumlah total

Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan non-direktif:

a. 17 s.d 25= Kurang


b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

56
Lampiran 8

Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Supervisi Klinis Siklus III

Pendekatan Kolaboratif

No Unsur Indikator Butir


Pengawas Guru
1. Pertemuan 1.1 Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan permasalahan 1
awal atau per-masalahan guru dalam pembelajaran
1.2 Menunjukkan simpati atas 1.2 Menunjukkan kedekatan
permasalahan guru profesional
tersebut 1.3 Meminta pengawas untuk
1.3 Menunjukkan kesedian mengadakan observasi di kelasnya
observasi 1.4 Menyepakati jadwal pertemuan
1.4 Menyepakati jadwal berikutnya
pertemuan berikutnya
2. Observasi 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembelajaran 2
kelas sesuai dengan
pembicara-an awal dengan
guru
2.2 Menggunakan lembar
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. Analisis 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan anali-sis bersama 3
hasil bersama guru yang diob- pengawas yang mengobervasi
Observasi servasi 3.2 Membicarakan hasil analisis dengan
3.2 Membicarakan hasil guru
analisis dengan guru 3.3 Mendengarkan langkah-langkah
3.3 Merumuskan langkah- perbaikan kinerja bersama pengawas
langkah perbaikan kinerja
bersama guru (pendekatan
kolaboratif:
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negoisasi
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-langkah
langkah perbaikan kinerja perbaikan kinerja bersama guru
bersama guru

* LO2. Menggunakan pengamat dari teman sejawat guru atau teman pengawas

57
Lampiran 9

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus III (LOS.III)

Pendekatan Kolaboratif

N Pernyataan Skor
o
Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1 Mendengarkan 1.1 Mengungkapkan permasalahan


keluhan atau dalam pembelajaran
permasalahan guru
1.2 Menunjukkan simpati 1.2 Menunjukkan kedekatan
atas permasalahan profesional
guru tersebut
1.3 Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas untuk
observasi mengadakan observasi di
kelasnya
1.4 Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal pertemuan
pertemuan berikutnya berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembela-jaran
kelas sesuai dengan yang akan diobservasi
pembicaraan awal
dengan guru
2.2 Menggunakan lembar
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis bersama
bersama guru yang pengawas yang mengobervasi
diobservasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil analisis
analisis dengan guru dengan guru

58
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah-langkah
langkah perbaikan perbaikan kinerja bersama
kinerja bersama guru pengawas
(pendekatan kolaboratif)
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan
Masalah
e. Negoisasi
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-langkah
langkah perbaikan perbaikan kinerja bersama guru
kinerja bersama guru
Jumlah Sel
Jumlah total
Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan kolaboratif:

a. 17 s.d 25= Kurang


b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

59
Lampiran 10

Perolehan Skor Kinerja Guru Matematika dalam Pembelajaran

Skor Kinerja Guru Matematika dalam Pembelajaran


Pengamatan Awal

Skor Mentah
Skor Unsur
Responden
1 2 3 4 5 6 7
a 4 12 6 10 8 2 4
b 2 8 8 10 10 2 3
c 4 10 6 8 10 2 4
d 3 8 8 8 10 3 4

Skor Presentase
  Skor Unsur Rerata
Rsponden 1 2 3 4 5 6 7  
a 50 50 37,5 50 40 25 50 43,21
b 25 33,33 50 50 50 25 37,5 38,69
c 50 41,67 37,5 40 50 25 50 42,02
d 37,5 33,33 50 40 50 37,5 50 42,62
Rerata Unsur 40,63 39,58 43,75 45 47,5 28,1 46,88  
Kategori
≤ 25 Rendah
26 s.d 50 Cukup
51 s.d 75 Baik
76 s.d 100 Istimewa

Skor Kinerja Guru Matematika dalam Pembelajaran


Setelah Siklus I
Skor Mentah
Skor Unsur
Responden
1 2 3 4 5 6 7
a 5 13 7 11 9 3 5
b 3 8 8 12 11 3 4
c 4 11 8 8 12 2 5
d 4 9 8 9 8 4 4
Skor Presentase
  Skor Unsur Rerata
Responden 1 2 3 4 5 6 7  
a 62,5 54,17 43,75 55 45 37,5 62,5 51,49
b 37,5 33,33 50 60 55 37,5 50 46,19
c 50 45,83 50 40 60 25 62,5 47,62
d 50 37,5 50 45 40 50 50 46,07
Rerata Unsur 50 42,71 48,44 50 50 37,5 56,25  

Skor Kinerja Guru Matematika dalam Pembelajaran


Setelah Siklus II

60
Skor Mentah
Skor Unsur
Responden
1 2 3 4 5 6 7
a 6 16 10 11 12 4 6
b 4 13 11 12 13 4 4
c 5 14 11 11 12 3 5
d 4 13 10 9 10 5 5

Skor Presentase
  Skor Unsur Rerata
Responden 1 2 3 4 5 6 7  
a 75 66,67 62,5 55 60 50 75 63,45
b 50 54,17 68,75 60 65 50 50 56,85
c 62,5 58,33 68,75 55 60 37,5 62,5 57,80
d 50 54,17 62,5 45 50 62,5 62,5 55,24
Rerata Unsur 59,38 58,33 65,63 54 58,8 50 62,5  

Skor Kinerja Guru Matematika dalam Pembelajaran


Setelah Siklus III
Skor Mentah
Skor Unsur
Responden
1 2 3 4 5 6 7
a 6 16 13 14 15 6 6
b 7 15 12 15 14 6 5
c 6 15 12 15 13 6 5
d 6 16 11 13 14 6 6

Skor Presentase
  Skor Unsur Rerata
Responden 1 2 3 4 5 6 7  
a 75 66,67 81,25 70 75 75 75 73,99
b 87,5 62,5 75 75 70 75 62,5 72,50
c 75 62,5 75 75 65 75 62,5 70,00
d 75 66,67 68,75 65 70 75 75 70,77
Rerata Unsur 78,13 64,58 75 71 70 75 68,75  

61
Lampiran 11

Perolehan Skor Proses Supervisi Klinis

Proses Supervisi Klinis Siklus I


Skor Mentah
Subjek Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 6 4 25
Guru 3 2 20
Jumlah 16 8 40

Skor Presentase
  Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 37,5 50 62,5
Guru 18,75 25 50
1. Pertemuan Awal
2. Tahap Observasi
3. Pertemuan Akhir

Proses Supervisi Klinis Siklus II


Skor Mentah
Subjek Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 10 6 30
Guru 9 4 25
Jumlah 16 8 40

Skor Presentase
  Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 62,5 75 75
Guru 56,25 50 62,5
Proses Supervisi Klinis Siklus III
Skor Mentah
Subjek Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 12 6 35
Guru 10 6 30
Jumlah 16 8 40

Skor Presentase
  Skor Unsur Supervisi Klinis
  1 2 3
Peneliti 75 75 87,5
Guru 62,5 75 75

62
63
Lampiran 12

HASIL LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM


PEMBELAJARAN
(Sebelum Perlakuan Siklus )

Petunjuk
3 Bacalah pernyataan dengan teliti
4 Berikan skor dengan cara memberikan tanda √ pada pilihan skor tersebut
5 Berikan penjumlah pada kolom jumlah dari semua skor yang anda peroleh

Penafsiran pilihan jawaban:


1 = Sangat jarang
2 = Jarang
3 = Sering
4 = Sangat Sering

No Pernyataan Skoring
SJ J S SS
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1 Menata fasilitas sumber belajar v
1.2 Melaksanakan tugas rutin guru v
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Membuka pembelajaran v
2.2 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan indikator, v
siswa, situasi dan lingkungan
2.3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode yang v
dipilih
2.4 Menggunakan media, alat pembelajaran sesuai dengan v
indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.5 Melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis v
2.6 Mengelola waktu pembelajaran secara efisien v
3. Mengelola interaksi kelas
3.1 Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan v
isi pembelajaran
3.2 Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan v
badan

64
3.3 Memicu dan memelihara keterlibatan siswa v
3.4 Memantapkan penguasaaan materi pembelajaran v
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan
sikap positif siswa terhadap belajar
4.1 Ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian kepada siswa v
dan sabar
4.2 Menunjukkan kegairahan dalam mengajar v
4.3 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan v
serasi
4.4 Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya v
4.5 Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri v
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran
Matematika
5.1 Menanamkan konsep matematika melalui metode v
5.2 Bervariasi yang sesuai dengan karakteristik materi v
5.3 Menguasai simbol-simbol matematika v
5.4 Memberikan matematika dalam kehidupan sehari-hari v
5.5 Menguasai materi matematika v
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
6.1 Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran v
6.2 Melaksanakan penilaian akhir pembelajaran v
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran
7.1 Kefektifan proses pembelajaran v
7.2 Penggunaan Bahasa Indonesia lisan v
7.3 Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa v
7.4 Penampilan guru dalam pembelajaran v
Jumlah skor
Skor total

65
Nilai Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Jumlah = 1+2+3+4+5+6+7, Skor kemudian dipersentasekan

Kriteria Kinerja:

≤ 25 = rendah,

26 s.d 50 = sedang,

51 s.d 75 = baik dan

76 s.d 100 = istimewa,

66
Lampiran 13

HASIL LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU DALAM


PEMBELAJARAN
(Sesudah Perlakuan Siklus )

Petunjuk
1. Bacalah pernyataan dengan teliti
2. Berikan skor dengan cara memberikan tanda √ pada pilihan skor tersebut
3. Berikan penjumlah pada kolom jumlah dari semua skor yang anda peroleh

Penafsiran pilihan jawaban:


1 = Sangat jarang
2 = Jarang
3 = Sering
4 = Sangat Sering

No Pernyataan Skoring
SJ J S SS
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1 Menata fasilitas sumber belajar v
1.2 Melaksanakan tugas rutin guru v
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Membuka pembelajaran v
2.2 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan indikator, v
siswa, situasi dan lingkungan
2.3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode yang v
dipilih
2.4 Menggunakan media, alat pembelajaran sesuai dengan v
indikator, siswa, situasi dan lingkungan
2.5 Melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis v
2.6 Mengelola waktu pembelajaran secara efisien v
3. Mengelola interaksi kelas
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi v
pembelajaran
Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat dan gerakan v
badan

67
Memicu dan memelihara keterlibatan siswa v
Memantapkan penguasaaan materi pembelajaran
4. Bersikap terbuka, luwes serta membantu mengembangkan
sikap positif siswa terhadap belajar
4.1 Ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian kepada siswa v
dan sabar
4.2 Menunjukkan kegairahan dalam mengajar v
4.3 Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan v
serasi
4.4 Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya v
4.5 Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri v
5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran
Matematika
5.1 Menanamkan konsep matematika melalui metode v
5.2 Bervariasi yang sesuai dengan karakteristik materi v
5.3 Menguasai simbol-simbol matematika v
5.4 Memberikan matematika dalam kehidupan sehari-hari v
5.5 Menguasai materi matematika v
6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
6.1 Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran
6.2 Melaksanakan penilaian akhir pembelajaran
7. Kesan umum pelaksanaan pembelajaran
7.1 Kefektifan proses pembelajaran v
7.2 Penggunaan Bahasa Indonesia lisan v
7.3 Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa v
7.4 Penampilan guru dalam pembelajaran v
Jumlah skor
Skor total

68
Nilai Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Jumlah = 1+2+3+4+5+6+7, Skor kemudian dipersentasekan

Kriteria Kinerja:

≤ 25 = rendah,

26 s.d 50 = sedang,

51 s.d 75 = baik dan

76 s.d 100 = istimewa,

69
Lampiran 14

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus I (LOS.I)

Pendekatan Direktif

No Pernyataan Skor

Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan v v


atau permasalahan guru permasalahan dalam
pembelajaran
1.2Menunjukkan simpati atas 1.2 Menunjukkan kedekatan vv
permasalahan guru tersebut profesional

1.3Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas untuk vv


observasi mengadakan observasi di
kelasnya
1.4Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal v
pertemuan berikutnya pertemuan berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembelajaran vv
kelas sesuai dengan yang akan diobservasi
pembicaraan awal dengan
guru
2.2Menggunakan lembar v
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis vv
bersama guru yang bersama pengawas yang
diobservasi mengobervasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil vv
analisis dengan guru analisis dengan guru

70
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah- vv
langkah perbaikan kinerja langkah perbaikan kinerja
bersama guru (pendekatan bersama pengawas
direktif)
a. Menjelaskan a. Mendengarkan v v
b. Menyajikan b. Memahami v v
c. Mengarahkan c. Memberi umpan balik v v
d. Memberi contoh d. Menanyakan kejelasan v v
contoh
e. Menetapkan tolok e. Menetapkan tolok ukur vv
ukur
f. Menguatkan f. Menyanggupi untuk vv
melaksanakan
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah- v v
langkah perbaikan kinerja langkah perbaikan kinerja
bersama guru bersama guru
Jumlah Sel
Jumlah total
Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan direktif:

a. 17 s.d 25= Kurang


b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

71
Lampiran 15

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus II (LOS.II)

Pendekatan Non Direktif

No Pernyataan Skor

Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1 Mendengarkan keluhan 1.1 Mengungkapkan permasalahan v v


atau permasalahan guru dalam pembelajaran
1.2 Menunjukkan simpati 1.2 Menunjukkan kedekatan vv
atas permasalahan guru profesional
tersebut
1.3 Menunjukkan kesedian 1.3 Meminta pengawas untuk vv
observasi mengadakan observasi di
kelasnya
1.4 Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal pertemuan vv
pertemuan berikutnya berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembelajaran yang v v
kelas sesuai dengan akan diobservasi
pembicaraan awal dengan
guru
2.2 Menggunakan lembar v
observasi selama proses
observasi (LO.1) dan
LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis bersama vv
bersama guru yang pengawas yang mengobervasi
diobservasi
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil analisis vv
analisis dengan guru dengan guru
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah-langkah v v
langkah perbaikan kinerja perbaikan kinerja bersama

72
bersama guru (pendekatan pengawas
non- direktif)
a Mendengarkan a. Menceritakan masalah yang vv
dihadapi
b. Memberi penguatan b. Mendengarkan motivasi dan v v
penguatan yang diberikan
pengawas
c. Menjelaskan c. Mendengarkan Memahami vv
d Menyajikan d Penyajian pengawas vv
e..Memecahkan masalah e. Memahami kemungkinan vv
pemecahan masalah
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-langkah vv
langkah perbaikan kinerja perbaikan kinerja bersama guru
bersama guru
Jumlah Sel
Jumlah total

Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan non-direktif:

a. 17 s.d 25= Kurang


b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

73
Lampiran 16

Lembar Observasi Supervisi Klinis Siklus III (LOS.III)

Pendekatan Kolaboratif

N Pernyataan Skor
o
Pengawas Guru 1 2 3 4

1. 1.1 Mendengarkan 1.1 Mengungkapkan v v


keluhan atau permasalahan dalam
permasalahan guru pembelajaran
1.2 Menunjukkan 1.2 Menunjukkan kedekatan v v
simpati atas profesional
permasalahan guru
tersebut
1.3 Menunjukkan 1.3 Meminta pengawas untuk v
kesedian observasi mengadakan observasi di v
kelasnya
1.4 Menyepakati jadwal 1.4 Menyepakati jadwal v
pertemuan pertemuan berikutnya v
berikutnya
2. 2.1 Mengadakan observasi 2.1 Mengadakan pembela-jaran v
kelas sesuai dengan yang akan diobservasi v
pembicaraan awal
dengan guru
2.2 Menggunakan lembar v
observasi selama v
proses observasi
(LO.1) dan LO.2*
3. 3.1 Melakukan analisis 3.1 Melakukan analisis bersama v
bersama guru yang pengawas yang mengobervasi v
diobservasi

74
3.2 Membicarakan hasil 3.2 Membicarakan hasil analisis v v
analisis dengan guru dengan guru
3.3 Merumuskan langkah- 3.3 Mendengarkan langkah- v v
langkah perbaikan langkah perbaikan kinerja
kinerja bersama guru bersama pengawas
(pendekatan
kolaboratif)
a. Menyajikan v v
b. Menjelaskan v v
c. Mendengarkan v
v
d. Memecahkan v v
masalah
e. Negoisasi v
v
3.4 Menyepakati langkah- 3.4 Menyepakati langkah-langkah v
langkah perbaikan perbaikan kinerja bersama v
kinerja bersama guru guru
Jumlah Sel
Jumlah total
Kriteria Kualitas Supervisi Klinis dengan pendekatan kolaboratif:

a. 17 s.d 25= Kurang


b. 26 s.d 34= Cukup
c. 35 s.d 43= Baik
d. 44 s.d 68= Sangat Baik

75

Anda mungkin juga menyukai