Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI BANGUN
RUANG DI KELAS VI UPTD SDN 06 TAEH BARUAH
TAHUN 2023

Diajukan untuk Mendapatkan Angka Kredit


Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Unsur Publikasi Ilmiah

Oleh

Dewi Forina Putri, S.Pd.SD


NIP. 19750101 199912 2 001
Guru UPTD SD N 06 Taeh Baruah

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UPTD SD N 06 TAEH BARUAH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi ilmu dasar

dari beberapa bidang ilmu yang lain. Matematika yang juga merupakan salah

satu mata pelajaran prioritas di Indonesia. Hal ini terbukti dengan masuknya

mata pelajaran ini dalam ujian asesmen nasional berupa materi numerasi..

Oleh karena itu, guru perlu mengkaji masalah yang ada dalam diri peserta

didik yang membuat kemampuan dan nilai sebagian peserta didik tidak sesuai

dengan Kriteria Ketercapaian Minimal (KKM) yaitu sebesar 75.

Guru mengkonfirmasikan dan berargumen dengan teman sejawat

untuk mendapatkan solusi bagi masalah ini. Mengingat masalah ini

merupakan masalah yang komplek bagi peserta didik Kelas VI. Kemungkinan

peserta didik mengalami kesulitan dan krisis kepercayaan diri dalam

menghadapi mata pelajaran matematika. Matematika merupakan mata

pelajaran yang bersifat pasti, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat

mengupayakan penerapan pendekatan yang tepat sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik. Dari hal tersebut dapat dipahami bagaimana

pentingnya minat belajar peserta didik dalam menentukan keberhasilan proses

pembelajaran. Minat merupakan salah satu faktor terpenting yang harus

dimiliki peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil pembelajaran

yang maksimal.

Di UPTD SD N 06 Taeh Baruah, mata pelajaran Matematika berada

pada urutan menengah. Secara keseluruhan dari kelas I sampai Kelas VI rata-

2
rata pelajaran Matematika semester 1 kurang dari 75. Selain itu, kenyataan

yang penulis temui dalam mengajar di kelas pada awal Semester Genap

Tahun Pelajaran 2022/2023 di kelas terlihat fenomena-fenomena sebagai

berikut: secara umum masih diperlukan kedisiplinan peserta didik masih perlu

ditingkatkan,cara belajar peserta didik yang tidak menunjukkan rasa ingin tahu

yang tinggi dan kurang serius dalam mempelajarinya dan peserta didik tidak

menunjukkan sikap bekerja keras atau tidak memiliki respon yang tinggi

dalam interaksi pembelajaran, termasuk dalam menerapkan kemampuan

berfikir tingkat tinggi.

Selain itu, sebagian besar peserta didik belum aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan peserta didik dalam aktivitas

oral, visual, maupun motorik. Dalam aktivitas oral, peserta didik masih belum

aktif mengacungkan tangan/memanggil guru untuk mengajukan pertanyaan,

mengajukan ide dari masalah yang dihadapi, serta belum aktif bekerjasama

dalam kelompok (diskusi). Begitu juga dalam aktivitas oral dan visual, peserta

didik belum aktif mencari keterangan dalam buku sumber untuk memecahkan

masalah dan mengerjakan tugas tepat waktu.

Dalam melaksanakan Proses Belajar Mengajar di kelas yang

dibebankan kepada penulis selama awal Semester Genap Tahun Pelajaran

2022/2023, setelah dilaksanakan Penilaian Harian ke pada kelas yang penulis

ampu, diperoleh hasil peserta didik tidak menangkap keseluruhan materi

pelajaran yang diberikan. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar

peserta didik. seperti tergambar pada tabel 1.1 berikut ini:

3
Tabel 01 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Peserta Didik
pada Penilian Harian I Semester Genap Tahun Pelajaran.
2022/2023

NO Muatan KKM Perolehan Hasil Belajar Ket


Pembelajaran Pengetahuan Keterampilan
N T BT N T BT
1 PPKn 75 88,00 14 1 79,46 12 3

2 Bahasa Indonesia 75 80,66 12 3 89,66 13 2

3 Matematika 75 71,33 8 7 70,66 7 8 PTK

4 IPA 75 94,66 15 0 92,33 15 0

5 IPS 75 89,00 15 0 83,14 13 2

6 SBdP 75 88,66 13 2 81,33 12 3

Jumlah 512,3 496,58


1
N ( 6)
Rata-rata 85,38 82,76

Ket.: T = tuntas, BT = belum tuntas, ṙ = rata-rata

Dari Tabel 01 di atas, diperoleh nilai rata-rata hasil belajar peserta

didik pada muatan pembelajaran PPKn kompetensi pengetahuan 88,00 dan

keterampilan 79,46, Bahasa Indonesia kompetensi pengetahuan 80,66 dan

keterampilan 89,66, matematika kompetensi pengetahuan rata-rata 71,33 dan

kompetensi keterampilan 70,66, IPA kompetensi pengetahuan 88,31 dan

kompetensi keterampilan 87,12, IPS kompetensi pengetahuan 89,00,

kompetensi keterampilan 83,33, SBdP kompetensi pengetahuan 88,66

kompetensi keterampilan 81,33. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

muatan pembelajaran matematika nilai PH yang diperoleh belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal yakni 75.

4
Menyikapi kondisi tersebut, penulis mencoba untuk merenungkan

apa yang dapat menjadi solusi pemecahan masalah di atas. Maka penulis

berencana melaksanakan Tindakan yang akan dlakukan untuk mengatasi

masalah tersebut di atas dengan Melaksanakan Proses Pembelajaran dengan

Model Problem Based Learning Metode diskusi kelompok berupa Penelitian

Tindakan Kelas. Untuk memastikan apakah strategi ini efektif untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik di Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh

Baruah, maka penulis tertarik untuk menelitinya dalam bentuk penelitian

tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Bangun Ruang di Kelas VI

UPTD SDN 06 Taeh Baruah Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di

atas, maka rumusan secara umum untuk mengatasi permasalahan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Penerapan Model

Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi

Bangun Ruang di Kelas VI UPTD SDN 06 Taeh Baruah Tahun 2023?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas,

maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk: Meneliti pelaksanaan

pembelajaran dalam rangka Penerapan Model Problem Based Learning

5
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Bangun Ruang di Kelas VI

UPTD SDN 06 Taeh Baruah Tahun 2023.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis, dengan penelitian ini diharapkan dapat :

a. memberikan layanan pendidikan yang prima bagi peserta didik sesuai

dengan sikapistik dan kebutuhannya sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar belajar tingkat tinggi.

b. menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang model

pembelajaran yang cocok digunakan pada pembelajaran, sehingga

dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu dengan

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a. Sekolah, sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat:

1) lebih meningkatkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (Paikem), agar hasil belajar peserta didik lebih baik

dan dapat untuk diterapkan pada mata pelajaran lain.

2) dijadikan sebagai tolok ukur proses dan hasil belajar atau prestasi

sekolah pada umumnya

3) digunakan untuk meningkatkan mutu para pendidik dan peserta didik.

b. Guru

1) Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan layanan

pendidikan di sekolah.

2) Sebagai upaya mengembangkan kreativitas dalam hal model, metode,

6
dan strategi pembelajaran

3) Mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran

4) Memberikan pengalaman baru dalam kegiatan pembelajaran

5) Meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan keprofesian

berkelanjutan.

c. Peserta didik

1) Memberikan pengalaman belajar menarik dan menyenangkan yang

berdampak pada peningkatan hasil belajar.

2) Meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik dalam

pembelajaran.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Model Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning sering juga disebut pembelajaran berbasis

masalah. Dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Depdiknas (2014:25) dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah

merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah

kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas

yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja

dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran

yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja

secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Problem-based learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran

dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-

masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui

stimulus dalam belajar (Fogarty dalam Rusman 2012:39). PBL adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tenting berfikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

PBL atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode

pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks

8
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Finkle dan Torp

(1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum

dan sistim pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi

pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan

dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai

pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan

setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan

sehari-hari.

Senada dengan pendapat di atas, menurut Hosnan (2014:295),

“Pendekatan PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih

tinggi dan inquirí, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan

diri sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan PBL adalah pendekatan dengan membelajarkan siswa yang

dimulai dari sebuah permasalahan autentik sehingga siswa dapat

memecahkan permasalahan tersebut.

b. Stategi Penggunaan PBL

Untuk memahami tentang model PBL dalam mengintegrasikan di

dalam proses pembelajaran, maka perlu dikaji tentang strategi penggunaan

9
PBL. Berikut ini strategi dalam menggunakan model pembelajaran PBL

berdasarkan panduan Kemendikbud (2014:43):

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

5) Permasalahan sebagai stimulus karakter autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis

masalah dapat digambarkan berikut ini.

Tabel 02. Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah dalam PBL

Peserta Didik Masalah sebagai


Guru sebagai Pelatih sebagai Awal Tantangan
Problem Solver dan Motivasi

o Asking about thinking o Peserta yang o Menarik untuk


(bertanya tentang pemikiran). aktif. dipecahkan.

o Memonitorpembelajaran. o Terlibat o Menyediakan


langsung kebutuhan
o Probbing ( menantang peserta dalam yang ada
didik untuk berpikir ). pembelajaran hubungannya
dengan
o Menjaga agar peserta didik o Membangun
pelajaran yang
terlibat. pembelajaran dipelajari.
o Mengatur dinamika kelompok.

o Menjaga berlangsungnya
proses.

Dari strategi penggunaan PBL di atas, dapat dianalisa bahwa ada

tiga aspek yang berperan dalam pembelajaran menggunakan model PBL.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan erat antara satu dengan yang

10
lainnya. Aspek tersebut yaitu antara guru, peserta didik, serta masalah

yang dimunculkan. Guru sebagai pelatih harus mampu memonitor

pembelajaran, mengatur, dan menjaga berlangsungnya proses

pembelajaran, sedangkan peserta didik bersifat aktif dan terlibat serta

membangun pembelajaran sesuai dengan masalah yang ada hubungannya

dengan pembelajaran yang disajikan menarik untuk dipecahkan.

c. Langkah-Langkah PBL

Menurut Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) dalam Trianto

mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Berbasis Masalah

adalah sebagai berikut:

Fase 1 : Orientasi siswa kepada masalah


Fase 2 : Mengorganisasikan siswa
Fase 3 : Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah

Tabel 03. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


Fase Indikator PERILAKU GURU

1 Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran,


Orientasi siswa menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
kepada masalah.  Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2 Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi mengorganisasikan tugas belajar yang
kan siswa. berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Fase 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
Membimbing eksperimen untuk mendapatkan
penyelidikan penjelasan dan pemecahan masalah.
individu dan
kelompok.
4 Fase 4 Membantu siswa dalam merencanakan

11
Fase Indikator PERILAKU GURU

Mngembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti


dan menyajikan laporan, model dan berbagi tugas dengan
hasil karya. teman.
5 Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisis yang telah dipelajari /meminta kelompok
mengevaluasi presentasi hasil kerja.
proses
pemecahan
masalah.

Sumber: Ibrahim dkk dalam Trianto, 2010:98

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran

dan karakter-karakter yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,

tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci

apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru

akan mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu

dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki

masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

3) Selama tahap penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi.

4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

12
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,

pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi.

Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing

antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran

dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing

kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi

permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada

umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data

dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.

Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat

penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk

mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun

aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi

permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup

informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan

Mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil

karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun

bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang

13
diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan

pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya

kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah

selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan

sebagai organisator pameran dan menjadi “penilai” atau memberikan

umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan

intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa

untuk merekonstruksi pemikiran dan karakter yang telah dilakukan selama

proses kegiatan belajarnya.

Sedangkan menurut Fogarty (dalam Satyasa:2008) pendekatan

PBL dijalankan dengan 8 langkah, yaitu: (1) menemukan masalah, (2)

mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta-fakta, (4) menyusun

dugaan sementara, (5) menyelidiki, (6) menyempurnakan permasalahan

yang telah didefinisikan, (7) menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan

secara kolaboratif, (8) menguji solusi permasalahan.

Selanjutnya ada enam fase dalam (http://www.idrisharta.blogspot.com/):

Fase 1: Pengajuan permasalahan. Soal yang diajukan seperti

dinyatakan sebelumnya harus tidak terstrktur dengan baik, dalam arti

untuk penyelesaiannya diperlukan informasi atau data lebih lanjut,

memungkinkan banyak cara atau jawaban, dan cukup luas kandungan

materinya.

14
Fase2: Apa yang diketahui diketahui dari permasalahan? Dalam

fase ini setiap anggota akan melihat permasalahan dari segi pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya.

Fase 3: Apa yang tidak diketahui dari permasalahan? Disini

anggota kelompok akan membuat daftar pertanyaan-pertanyaan atau isu-

isu pembelajaran yang harus dijawab untuk menjelas permasalahan.

Dalam fase ini, anggota kelompok akan mengurai permasalahan menjadi

komponen-komponen, mendiskusikan implikasinya, mengajukan berbagai

penjelasan atau solusi, dan mengembangkan hipotesis kerja.

Fase 4: Alternatif pemecahan. Dalam fase ini anggota kelompok

akan mendiskusikan, mengevaluasi, dan mengorganisir hipotesis dan

mengubah hipotesis. Dalam fase ini anggota kelompok akan menentukan

dan mengalokasikan tugas-tugas, mengembangkan rencana untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut dapat berasal

dari dalam kelas, bahan bacaan, buku pelajaran, perpustakaan, perusahaan,

video, dan dari seorang pakar tertentu. Bila ada informasi baru, kelompok

perlu menganalisa dan mengevaluasi reliabilitas dan kegunaannya untuk

penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi.

Fase 5: Laporan dan presentasi hasil. Pada fase ini, setiap

kelompok akan menulis laporan hasil kerja kelompoknya. Pada bagian

akhir setiap kelompok menjelaskan konsep yang terkandung dalam

permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka ajukan.

Misalnya, rumus apa yang mereka gunakan. Laporan ini kemudian

dipresentasikan dan didiskusikan dihadapan semua siswa.

15
Fase 6: Pengembangan materi. Dalam fase ini guru akan

mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam

dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang diajukan

oleh setiap kelompok dalam laporannya.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas terdapat

perbedaan tentang fase-fase (tahap) yang dilakukan untuk

mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan

praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Namun secara umum

berdasarkan fase yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa langkah dalam

PBL diawali dengan mengorientasikan siswa dalam masalah, selanjutnya

mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam

penelitian ini, langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur (2000:13)

dinilai lebih tepat dengan langkah langkah pembelajaran Berbasis Masalah

adalah sebagai berikut, Orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan

siswa, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada

16
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Menurut Oemar Hamalik (2008) hasil belajar menunjukkan

prestasi belajar. Sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator

adanya derajat perubahan tingkah laku peserta didik.

Slameto (2010) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) hasil

belajar adalah hasil yang ditunjukkan dan suatu interaksi tindak belajar

dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil

belajar dapat berupa:

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengkatagorisasikan kemampuan analitis-sintesis

fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

17
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan mengintemalidasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap

merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar

prilaku.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik suatu

pengertian bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan,

diperoleh karena ada suatu usaha atau adanya proses suatu kegiatan

dalam pembelajaran.

Jadi hasil belajar adalah indikator dari perubahan yang terjadi

pada individu setelah mengalami proses belajar, baik berupa

pengetahuan maupun keterampilan yang diukur menggunakan alat

pengukuran berupa tes dan lembar observasi.

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan

dicapai seseorang. Tujuan inilah yang mendorong seseorang

melakukan kegiatan belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan

18
oleh Sardiman (2011:26-28 dalam silabus.org) bahwa tujuan belajar

pada umumnya ada tiga macam, yaitu: 1) untuk mendapat

pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, 2)

penanaman konsep dan keterampilan, 3) pembentukan sikap.

Jadi tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang

diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran

dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan

terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai peserta

didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu.

c. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Pada prinsipnya belajar harus menjangkau banyak segi, baik

segi penerapan konsep, pemahaman konsep, menjabarkan dan menarik

kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep.

Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman melakukan suatu

kegiatan dan belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai

tujuan yang sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap peserta

didik.

Agar peserta didik dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar,

maka guru dapat menggunakan metode dan media yang menarik yang

sesuai dengan materi dan keadaan peserta didik sehingga dapat me

observasi Sikap Peserta didik mereka untuk belajar dengan aktif tanpa

paksaan dan tanpa merasakan kejenuhan saat belajar, sehingga belajar

19
seperti terasa bermain, dan setiap peserta didik dapat ikut serta secara

aktif belajar di dalamnya.

Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan

perkembangan kognitif peserta didik dan diberi kesempatan

melakukan eksperimen dengan objek fisik ditunjang oleh interaksi

dengan temannya dan dibantu oleh guru dengan me observasi Sikap

Peserta didik mereka agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara

aktif mencari dan menerima berbagai hal dari lingkungan.

Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan

informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang

berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Penilaian

kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator

pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih.

Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian

yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktik, dan

penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik

yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,

penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan

portofolio, dan penilaian diri ( Dirjen PMPTK, 2007 ).

1) Penilaian Sikap

Penilaian Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka)

yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon

sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau

20
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat

dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,

dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh

seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen

kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai

objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk

berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan

dengan kehadiran objek sikap (Dirjen PMPTK ,2007).

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses

pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut :

a) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki

sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif

dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat

belajar, akan lebih mudah diberi Observasi Sikap Peserta didik,

dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang

diajarkan. (disiplin)

b) Sikap terhadap guru/ pengajar, peserta didik perlu memiliki

sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki

sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-

hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang

memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar

menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

(santun)

21
c) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu

memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang

berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana

pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran

yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman

dan menyenangkan dapat menumbuhkan Observasi Sikap

Peserta didik belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai

hasil belajar yang maksimal. (responsif dan kerjasama)

d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan

dengan nilai-nilai kehidupan. (jujur)

Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu

kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku yang telah terjadi pada

diri peserta didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan

pengaruh dalam dua bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai

perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas prilaku yang

diinginkan dan mereka mendapatkan bahwa prilaku yang

diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap

sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang

sekarang dengan yang diinginkan.

2) Penilaian Kognitif

Penilaian hasil belajar kognitif dilakukan melalui tes tertulis

berupa soal pilihan ganda yang diberikan kepada peserta didik pada

setiap siklus di pertemuan terakhir.

22
Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau

pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional

pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh

pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian

harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan

penilaian kenaikan kelas.

Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru,

suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan

peningkatan mental peserta didik.

Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran

dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi

guru dan juga peserta didik. Dampak pengajaran adalah hasil yang

dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, sedangkan

dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di

bidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Dengan demikian, hasil belajar bahasa Matematika

merupakan hasil optimal peserta didik baik dalam aspek afektif,

kognitif, ataupun psikomotorik yang diperoleh peserta didik setelah

mempelajari matematika dengan jalan mencari berbagai informasi

yang dibutuhkan baik berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan,

maupun keterampilan sehingga peserta didik tersebut mampu

mencapai hasil maksimal belajarnya, sekaligus memecahkan

23
masalah yang berkaitan dengan masalah sosial dan menerapkannya

dalam kehidupan masyarakat.

3) Penilaian Psikomotor

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan

dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian

kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu

seperti: praktik di laboratorium, presentasi, diskusi, dll. Cara

penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa

yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang

sebenarnya (Dirjen PMPTK, 2007).

3. Pembelajaran Matematika di SD/MI

a. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD/MI

Pada bagian ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian, meliputi: 1) pengertian pembelajaran matematika di SD, 2)

Tujuan Pembelajaran matematika di SD, 3) Karakteristik pembelajaran

matetika di SD. 1. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD/MI

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir, karena

itu matematika sangat diperlukan baik untuk memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari maupun untuk menunjang kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Offirston, 2014:1). Ini berarti ahwa belajar

matematika untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu

24
menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan kesehariannya dan

dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas,

2006:147).Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang

dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum

(Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung secara efektif apabila

tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.

Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan

sekedar pendai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu,

seperti kalkulator dan komputer, namun menyelesaikan masalah perlu

logika berpikir dan analisis (Fatimah, 2009:8). Oleh karena itu, peserta

didik dalam belajar matematika harus memiliki pemahaman yan benar dan

lengkap sesuai tahapan, melalui cara dan media yang menyenangkan

dengan menjalankan prinsip matematika.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian

yang penting untuk diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

menghitung dan mengolah data. Kompetensi tersebut diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

25
berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran matematika juga dapat

digunakan untuk sarana dalam pemecahan masalah dan

mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,

diagram, dan media lain.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun (2006:148) Tentang

Standar Isi Satuan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengalikasikan konsep atau

logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan

masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Selain tujuan pembelajaran matematika di atas, ada beberapa tujuan

pembelajaran matematika harus dibedakan menjadi 2 menurut Fatimah

(2009:15) yaitu: 1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi

problem solver). Hal ini dapat dicapai apabila dalam menerapkan prinsip

pembelajaran matematika dua arah. Anak-anak akan dapat menguasai

26
konsep-konsep matematika dengan baik. 2) Anak pandai dalam berhitung.

Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan

tujuan utama). Kedua tujuan terseut dicapai apabila peserta didik

memahami operasi dasar matematika, mengahafal dasar matematika

(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian).

Berdasarkan uraian di atas, tujuan tersebut merupakan tujuan

penting yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika guna

menghadapi kehidupan yang selalu berubah dan berkembang.

Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika juga dapat membentuk sikap logis, kritis,

cermat, kreatif dan disiplin.

c. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD/MI

Selain pengertian dan tujuan pembelajaran matematika SD/MI,

yang telah diajabarkan, pembelajaran matematika juga mempunyai 14

beberapa karakteristik yaitu (Amir, 2014:78-79): a) Pembelajaran

matemtika menggunakan metode spiral, yaitu pembelajaran matematika

yang selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya. b) Pembelajaran

matematika bertahap, yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran

matematika yang dimulai dari hal yang konkret menuju hal yang abstrak,

atau dari konsep-konsep yang sedehana menuju konsep yang lebih sulit. c)

Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, yaitu metode

yang menerapkan proses berrpikir yang berlangsung dari kejadian khusus

27
menuju umum. d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran

konsistensi, artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu

dengan yang lain, atau dengan kata lain suatu pertanyaan dianggap benar

apabila didasarkan atas pertanyaan-pertanyaan terdahulu yang diterima

kebenarannya. e) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu

cara pengajaran materi pembelajaran yang mengutamakan pengertian

daripada hafalan.

Beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran

matematika yang menyenangkan. Pembelajaran matematika yang

menyenangkan membantu peserta didik untuk lebih menyukai matematika.

Matematika dikenal dengan mata pelajaran yang rumit dan sukar itulah

yang sudah menjadikan matematika banyak yang tidak menyukai. Oleh

karena itu, karakteristik pembelajaran matematika hendaknya bermakna

dan menyenangkan untuk peserta didik khususnya sekolah dasar.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Syofwarni (2017) Penggunaan Model Problem Based Learning Metode

Demontrasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Tik Pokok Bahasan

Microsoft Word 2007 Peserta Didik Di Kelas VIii.9 Semester Ganjil Smp

Negeri 1 Payakumbuh, Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat dan menganalisis peningkatan Penggunaan Model

28
Problem Based Learning Metode Demontrasi Untuk Meningkatkan

Keterampilan TIK Pokok Bahasan Microsoft Word 2007 Peserta Didik Di

Kelas VIII.9 Semester Ganjil SMP Negeri 1 Payakumbuh Tahun Pelajaran

2017/2018 Payakumbuh, Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan

mengunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua

siklus, dimana setiap siklus terdiri dari; perencanaan, tindakan, refleksi,

dan evaluasi. Dilaksanakan pada bulan September sampai dengan

November 2017. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat

meningkatkan keterampilan TIK peserta didik dalam menggunakan

aplikasi Microsoft Word 2007. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada

periode pra siklus 15.79% sedangkan Siklus I 52.63%, sehingga

keterampilan TIK peserta didik meningkat 36.84%. sedangkan dari Siklus

I nilai di atas KKM 52.63%, Siklus II 81.58%, maka peningkatan

keterampilan TIK peserta didik dari Siklus I ke Siklus II 28.95%.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan metode

saintifik model Problem based of Learning dapat meningkatkan

keterampilan TIK peserta didik.

2. Marlis Djalius (2017) Pada Pembuatan Sanggul Up Style Melalui

Pendekatan Scientific Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada

Kelas Xii Kecantikan Rambut Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017

Smk Negeri 3 Payakumbuh. Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini

adalah untuk mengetahui apakah model Problem based Of Learning dapat

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik. Metode

pengumpulan datanya adalah observasi dan tes hasil belajar. Metode

29
analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk

data kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah diskusi

patisipatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Ini

terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I meningkat 15 % untuk

keaktifan belajar peserta didik dan 16 % untuk hasil belajar

pengetahuan,12 % untuk Ketrampilan. Dari Siklus I ke Siklus II naik 16%

untuk aktivitas belajar dan 44% untuk hasil belajar pengetahuan, 44%

untuk ketrampilan .Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

model pembelajaran Problem based Of Learning dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

3. Nikmat Elva (2019): “Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Pada

Muatan Pembelajaran Ipa Materi Panas Dan Perpindahannya Melalui

Model Problem Based Learning Metode Diskusi Kelompok Di Kelas V

UPTD SD Negeri 02 Payakumbuh Semester Genap Tahun Pelajaran

2018/2019”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan

model Problem Based Learning metode diskusi kelompok untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada muatan

pembelajaran IPA. Penelitian dilaksanakan berdasarkan langkah penelitian

tindakan kelas dengan dua siklus mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data diperoleh dari subjek terteliti,

yakni guru dan peserta didik Kelas VI yang berjumlah 33 orang. Hasil

analisis data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem

Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta

didik pada materi panas dan perpindahannya. Hal ini terlihat dari aktivitas

30
peserta didik mencakup aktivitas oral, visual, dan motorik mengalami

peningkatan dari prasiklus ke siklus II yaitu sebesar 24,55%. Untuk

aktivitas guru juga mengalami peningkatan sebesar 29,25%. Hal yang

sama juga terlihat pada hasil belajar peserta didik aspek pengetahuan yang

mengalami peningkatan sebesar 10,31%, dan aspek keterampilan

peningkatan sebesar 13,59%. Hal ini terjadi karena penerapan model

Problem Based Learning membuat peserta didik terlibat secara aktif dalam

diskusi sehingga peserta didik lebih mudah menguasai dan memahami

pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan dari

penelitian tindakan kelas menggunaan model Problem Based Learning

pada muatan pembelajaran IPA perlu diterapkan dan dikembangkan dalam

rangka peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang

4. Suhaimi (2019) Penggunaan Model Problem based Learning Metode

Demonstrasi Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Pjok Pada

Permainan Rounders Di Kelas VI SDN 57 Payakumbuh Semester Ganjil

Tp 2018/2019. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis

peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PJOK Pokok

Bahasan Bola Volli Melalui Model Problem Based Learning Metode

demonstrasi di Kelas VI Semester GanjilSDN 57 PayakumbuhTahun

Pelajaran2018/2019.

Penelitian ini dilaksanakan mengunakan metodePenelitian Tindakan

Kelasyeng terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari;

perencanaan, tindakan, observasidanrefleksi. Dilaksanakan pada bulan

Agustus sampai dengan Desember 2018. Data diolah menggunakan model

31
Problem Based Learning metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Pada

siklusI ketuntasan belajar pengetahuan diperoleh 67% siklus I Padasiklus

II diperoleh ketuntasan pengetahuan 97%, sedangkan ketuntasan belajar

keterampilan 64% pada siklus I meningkat menjadi 97% pada siklus II.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan model

Problem Based Learning metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

Berdasarkan penelitian relevan di atas, terdapat kesesuaian dengan

penelitian yang akan dilakukan. Relevansinya terlihat pada penerapan model

Problem Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar peserta didik di kelas. Selanjutnya dengan model ini diasumsikan dapat

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran terhadap peserta didik yang

dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu, model Problem Based Learning ini

dipandang sebagai suatu langkah yang dapat meningkatkan proses dan hasil

belajar yang dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan

kerangka berfikir terdiri atas masalah yang akan dipecahkan, yaitu kurangnya

hasil belajar peserta didik dalam belajar Matematika dan untuk pemecahan

masalah digunakan model Problem Based Learning metode diskusi kelompok

agar peserta didik lebih bersemangat dalam belajar. Berdasarkan deskripsi di

atas kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :

32
Peneliti : Belum Peserta Didik
KONDISI
optimal dalam yang Diteliti:
AWAL
Pengelolaan dan rendahnya hasil
Penggunaan Model belajar peserta
Pembelajaran didik

TINDAKA Memanfaatkan
N model problem
based learning Siklus I
bagi peserta didik Memanfaatkan
model problem
based learning

KONDISI Diduga melalui


/ AKHIR model problem
based learning dapat Siklus II
meningkatkan hasil Memanfaatkan
belajar tingkat model problem
peserta didik based learning

Gambar 01. Kerangka Berpikir Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis mengemukakan

hipotesis sebagai berikut : dengan penerapan model Problem Based Learning

Metode Diskusi kelompok Pada Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah

Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023, maka diduga akan terjadi

Peningkatan Hasil Belajar mata pelajaran matematika materi Bangun Ruang

bagi peserta didik.

33
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Setting Penelitian

Rancangan penelitian ini meliputi (1) jenis penelitian, (2) setting/


rancangan yang digunakan atau siklus yang direncanakan .

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam bentuk siklus yang dilaksanakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas

(PTK) merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

2. Setting Penelitian

Rancangan penelitian yang menggunakan empat langkah

yaitu:

a) Perencanaan (planning)

b) Tindakan (action)

c) Observasi (observation)

d) Refleksi/evaluasi (reflection)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas VI dengan jumlah

peserta didik sebanyak 15 orang, terdiri dari 9 orang peserta didik laki-laki

dan 6 orang peserta didik perempuan.

34
C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD SD N 06 Taeh Baruah

yang beralamat di Jorong Parit Dalam Kenagarian Taeh Baruah,

Kecamatan .Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan yang

berlangsung selama bulan Januari sampai dengan April 2023 di

Semester Genap Tahun Pelajaran. 2022/2023.

D. Variabel dan Data

1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas X : aktivitas dan hasil belajar peserta didik

b. Variabel terikat Y : penerapan model Problem Based Learning

2. Data Penelitian
a. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang

diperoleh oleh peneliti.

b. Sumber data adalah peserta didik Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh

Baruah Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 15 orang.

E. Alur dan Prosedur Penelitian

Alur dalam penelitian ini dilakukan dua siklus untuk melihat

peningkatan hasil belajar peserta didik melalui penerapan Model Problem

Based Learning.

Model siklus ini mempunyai empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan; 2)

pelaksanaan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi. Dalam satu siklus terdapat dua

kali pertemuan. Setiap akhir siklus dilakukan tes akhir tindakan. Alur

35
Pengamatan

penelitian yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dapat digambarkan

sebagai berikut:

Studi pendahuluan hasil belajar Matematika

Rencana I Rencana Pembelajaran

Siklus I Pelaksanaan

Refleksi Pengamatan

Belum
Berhasil

Rencana II Rencana Pembelajaran

Siklus II Pelaksanaan

Refleksi

Berhasil Model alur PTK dari Suharsimi


Arikunto (2006:16)

Gambar 02. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Penelitian ini diawali dengan adanya refleksi awal terhadap

proses pembelajaran di UPTD SD N 06 Taeh Baruah. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dan peserta

36
didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran

Matematika di Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah.

Refleksi awal penelitian dilakukan dengan mengevaluasi proses proses

dan hasil pembelajaran di kelas berupa diskusi dengan observer dan peserta

didik tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini. Kemudian

peneliti dan observer merumuskan permasalahan yang diangkat sebagai

permasalahan penelitian, yakni bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta

didik pada pembelajaran. Menurut Kunandar (2011:281), prosedur penelitian

dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari: 1) perencanaan (planning);

2) pelaksanaan (acting); 3) pengamatan (observation); dan 4) refleksi

(reflection). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Siklus I

a. Perencanaan

Sesuai dengan rumusan masalah hasil refleksi awal, peneliti

berdiskusi dengan observer membuat rencana tindakan yang dilakukan.

Tindakan itu berupa rencana pelaksanaan pembelajaranmenggunakan model

problem based learning. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan

rancangan tindakan pembelajaran yaitu:

1) Menyusun rancangan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran

meliputi: a) Identitas, b) Kompetensi Inti dan kompetensi dasar, c)

indikator pembelajaran, d) tujuan pembelajaran, e) materi

pembelajaran, f) kegiatan pembelajaran, g) media dan sumber

pembelajaran, dan h) evaluasi.

2) Menyusun deskriptor dan kriteria penilaian proses dan hasil belajar.

37
3) Menyusun alat pengumpulan data penelitian berupa: lembar penilaian

RPP, lembar observasi aspek afektif,aspek psikomotor dan soal tes

untuk aspek kognitif

4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

5) Melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Sebelum melakukan penelitian kegiatan ini dimulai dengan

menentukan jadwal penelitian dimana sebelumnya peneliti meminta

persetujuan kepala sekolah dan observer untuk melakukan penelitian. Tahap

ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dari

siklus I sampai siklus ke II. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti sebagai

guru kelas didampingi observer. Kegiatan pembelajaran di kelas berupa

kegiatan interaksi guru dan peserta didik dan antara peserta didik dengan

peserta didik. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Peneliti sebagai guru kelas melaksanakan pembelajaran melalui model

Problem Based Learning sesuai dengan rancangan pembelajaran yang

dibuat.

2) Observer melakukan pengamatan dengan menggunakan format

penilaian obsevasi dan alat perekam.

3) Peneliti dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang

dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasilnya dimanfaatkan untuk

perbaikan atau penyempurnaan tindakan selanjutnya.

38
c. Pengamatan/Observasi

Pengamatan dilakukan peneliti pada waktu guru melaksanakan

tindakan pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru dan peneliti berusaha

mengenal, mengamati, dan mendokumentasikan semua indikator dari proses

hasil perubahan yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan yang

terencana maupun dampak intervensi dalam pembelajaran melalui model

pembelajaran problem based learning. Pengamatan dilakukan secara terus

menerus mulai dari siklus I sampai siklus ke II. Hasil pengamatan ini

kemudian didiskusikan dengan guru dan diadakan refleksi untuk

perencanaan siklus berikutnya.

d. Refleksi

Refleksi diartikan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang terjadi, apa

yang dihasilkan, dan apa yang belum tuntas pada tindakan sebelumnya

sebagai bahan pertimbangan melakukan tindakan berikutnya. Pendapat

Muclich (2009: 163) setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian

peneliti bersama guru kelas melakukan kegiatan refleksi pada akhir tiap

tindakan. Pada kegiatan refleksi peneliti dan guru kelas akam

mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal

yang dibahas adalah analisis tentang tindakan yang dilakukan dan

melakukan intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang telah

diperpleh serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah

ditetapkan.

39
Hasil penelitian yang dicapai pada tindakan pertama menjadi pedoman

untuk melakukan tindakan pada pertemuan selanjutnya. Apa saja

kekurangan pada pertekuan pertama diperbaiki pada pertemuan selanjutnya,

begitu seterusnya. Apabila proses pembelajaran sudah berjalan sesuai

dengan model pembelajaran yang digunakan, tetapi hasil yang dicapai

belum seperti yang diharapkan (dalam hal proses dan hasil belajar peserta

didik), maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan

memperbaiki tindakan tetapi tidak merubah pendekatan pembelajaran.

Kelemahan-kelemahan dan kendala yang ditemukan pada siklus I

diperbaiki pada siklus II dan kekuatan yang ada direkomendasikan pada

siklus II. Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada

siklus I disusun kembali perencanaan untuk pelaksanaan siklus II hingga

penelitian ini berhasil.

2) Siklus II

a. Perencanaan

Sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I, peneliti berdiskusi dengan

observer membuat rencana tindakan yang dilakukan. Tindakan itu berupa

rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model problem based

learning. Kegiatan hampir sama dengan langkah perencanaan pada siklus I

yakni dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan pembelajaran,

menyusun deskriptor dan kriteria penilaian proses dan hasil belajar,

menyusun alat pengumpulan data penelitian berupa: lembar penilaian RPP,

lembar observasi aspek afektif, aspek psikomotor dan soal tes untuk aspek

40
kognitif, menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran,

dan melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian pada siklus ke II ini dilakukan oleh peneliti

sebagai guru kelas didampingi observer. Kegiatan pembelajaran di kelas

berupa kegiatan interaksi guru dan peserta didik dan antara peserta didik

dengan peserta didik. Kegiatan hampir sama dengan langkah yang

dilaksanakan pada siklus pertama yaitu dengan melakukan kegiatan antara

lain:

1) Peneliti sebagai guru kelas melaksanakan pembelajaran melalui model

Problem Based Learning sesuai dengan rancangan pembelajaran yang

dibuat.

2) Observer melakukan pengamatan dengan menggunakan format

penilaian obsevasi, catatan lapangan, dan alat perekam.

3) Peneliti dan observer melakukan diskusi terhadap tindakan yang

dilakukan, kemudian melakukan refleksi.

c. Pengamatan/observasi

Tahap observasi adalah tahap pengamatan dalam setiap kegiatan

pembelajaran, yang diamati dalam aktivitas peserta didik selama PBM.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu satu orang observer

selama proses pembelajaran berlangsung.

41
Dalam penelitian yang akan dilakukan ada tahap observasi untuk

mengetahui aktivitas, yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan

peserta didik sebagai objek penelitian. Segala aktivitas yang dilakukan

oleh guru diberikan penilaian kualitas pelaksanaannya. Aktivitas dan

bobot penilaian kualitas pelaksanaan aktivitas guru sudah ada pada format

pengamatan yang disediakan. Observer mengisi catatan lapangan sebagai

kegiatan pengamatan untuk mengamati aktivitas guru dan peserta didik.

d. Refleksi

Refleksi merupakan suatu tahapan penelitian tindakan kelas yang

harus dilakukan setelah analisis data ketuntasan dan tingkat keaktifan

peserta didik telah diketahui. Refleksi berguna untuk mengetahui

kelemahan–kelemahan yang dilakukan guru pada kegiatan pembelajaran.

Hal-hal yang perlu direfleksi dalam kegiatan pembelajaran, seperti

penggunaan media, penggunaan metode dan teknik pembelajran,

penggunaan alokasi waktu, pemberian evaluasi dan sebagainya.

F. Instrumen Penelitian

Data penelitian dikumpulkan menggunakan lembar penilaian RPP,

lembar observasi kegiatan guru dan peserta didik, dan soal untuk

mengumpulkan hasil belajar peserta didik. Untuk masing-masingnya

diuraikan sebagai berikut:

a) Tes kemampuan peserta didik aspek kognitif adalah dengan

menyusun soal tes. Jenis soal yang disajikan adalah pilihan ganda

42
dan uraian dengan jumlah soal yang diberikan adalah 15 soal yang

terdiri atas soal 10 pilihan ganda dan 5 soal uraian pada masing-

masing siklus. Kisi-kisi soal tes kemampuan kognitif sebagai

berikut:

Tabel 04. Kisi-Kisi Soal Kognitif/Pengetahuan

Kompetensi Dasar Indikator Soal Jenis Nomor Kunci


soal Soal Jawaban

3.7 Menjelaskan bangun 1. Menghitung volume Pilihan 1, 2, 5 B, A, D


ruang yang gabungan bangun ruang Ganda
merupakan balok dan kubus
gabungan dari 2. Menghitung volume Pilihan 3 D
beberapa bangun gabungan bangun ruang Ganda
ruang serta luas balok dan limas
permukaan dan 3. Menghitung volume Pilihan 4 B
volumenya. gabungan bangun ruang Ganda
balok dan limas

Kompetensi Dasar Indikator Soal Jenis Nomor Kunci


soal Soal Jawaban
3.8 Menjelaskan dan 1. Membandingkan Pilihan 1 C
membanding-kan beberapa Ganda
modus, median, dan Data
mean dari data tunggal 2. Menentukan modus Pilihan 2, 3 A, C
untuk menentukan nilai dari Ganda
mana yang paling tepat suatu data
mewakili data.
3. Menentukan median Pilihan 4 B
dari Ganda
suatu data

4. Menentukan rata-rata Pilihan 5 C


dari Ganda
suatu data

b) Catatan lapangan, digunakan untuk mendeskripsikan segala

aktivitas guru dan aktivitas peserta didik selama proses pengamatan

berlangsung. Selanjutnya pengamat memberi tanggapan terhadap proses

pengamatan yang telah dilakukan.

43
Hasil belajar peserta didik dikategorikan dalam aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penilaian hanya

mengangkat aspek kognitif atau pengetahuan dan aspek keterampilan saja,

walaupun dalam pelaksanaannya peneliti tetap melakukan penilaian

terhadap aspek sikap. Hal ini berdasarkan kepada istrumen penelitian dan

analisis pengolahan data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisis data kualitatif dan kuantitatif, yakni analisis data yang dimulai

dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul.

Kemudian data tersebut direduksi berdasarkan permasalahan yang diteliti,

diikuti dengan penyajian data, dan yang terakhir penyimpulan data. Tahap

analisis itu dilakukan berulang-ulang sampai data selesai dikumpulkan.

Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan,

perekaman dan melakukan proses dan hasil pengamatan, penyeleksian

dan pemilahan data. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal

data terkumpul.

2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua

data yang telah terkumpul diseleksi dan dikelompokan sesuai dengan

penelitian tindakan. Data yang dipisah-pisahkan tersebut kemudian

diseleksi mana yang relevan.

44
3. Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan

akhir penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara peninjauan kembali

catatan lapangan, dan bertukar fikiran dengan ahli, teman sejawat, serta

guru dan kepala sekolah.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data

perencanaan, pelaksanaan, maupun data evaluasi. Analisis data dilakukan

dengan cara terpisah-pisah, agar mendapatkan berbagai informasi yang

spesifik yang mendukung pembelajaran dan yang menghambat

pembelajaran, untuk itu pengembangan dan perbaikan atas berbagai

kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang diteliti.

1. Analisis Proses belajar

Data pengisian lembar observasi terhadap proses belajar peserta didik

akan dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif

dilakukan pengamatan disaat proses pembelajaran berlangsung dan

diuraikan temuan-temuan yang terlihat dari proses belajar peserta didik

tersebut. Observasi mengamati tingkah laku dan kegiatan yang dilakukan

oleh peserta didik. Penentuan skor menurut Purwanto, (2002: 102).

Perolehan skor = Jumlah skor yang diperoleh x 100%


Jumlah skor maksimal
Pedoman penilaian
80 % sampat 100 % = Sangat Baik
70 % sampai 79 % = Baik
60 % sampai 69 % = Cukup
< 59 % = Kurang

45
2. Hasil belajar
Untuk menentukan persentase hasil belajar peserta didik secara

klasikal dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh Aderusliana

(2007:6) dengan rumus sebagai berikut:

NP = Nilai
R = Skor yang ada
SM = Skor maksimal
100 = Bilangan tetap
Kriteria keberhasilan
80 % sampat 100 % = Sangat Baik
70 % sampai 79 % = Baik
60 % sampai 69 % = Cukup
< 59 % = Kurang
Berdasarkan teknik analisis data yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Untuk observasi proses belajar peserta didik yang diharapkan adalah

kriteria baik (B). Apabila > 70% dari jumlah peserta didik sudah

melakukan proses pembelajaran secara klasikal yaitu kategori baik,

maka hasil observasi terhadap kegiatan belajar peserta didik sudah

sesuai dengan yang diharapkan.

2. Untuk indikator keberhasilan hasil belajar dalam penelitian ini adalah

apabila > 70% dari jumlah peserta didik memperoleh nilai 70 atau lebih

(kualifikasi baik), maka hasil belajar sudah sesuai dengan yang

diharapkan.

46
H. Indikator Keberhasilan

Jika indikator keberhasilan tercapai sesuai dengan harapan yaitu rata-

rata hasil belajar peserta didik meningkat lebih dari 80%, maka siklus bisa

dihentikan. Hai ini berarti penggunaan model Problem Based Learning

metode diskusi kelompok dapat dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik pada mata pelajaran matematika Materi Bangun Ruang di

Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah semester genap tahun pelajaran

2022/2023.

47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tindakan

Pada hasil tindakan ini diuraikan data tentang hasil penelitian yang

telah dilakukan di Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah pada mata pelajaran

IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri dalam 2

siklus yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum pelaksanaan tindakan langkah

awal yang dilakukan adalah pembelajaran prasiklus. Data setiap siklus

diuraikan terpisah dari siklus yang lain, agar terlihat perbedaan maupun

persamaan dan perkembangan alur dari setiap siklus tersebut.

1. Prasiklus

Berdasarkan pengamatan awal di UPTD SD N 06 Taeh Baruah, sebagian

besar peserta didik belum mampu menyelesaikan tugas secara mandiri.

Selanjutnya, dari aspek Hasil Belajar sebelum melakukan tindakan

pertama (siklus pertama), diadakan tes awal untuk mengetahui kondisi

awal hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik aspek

pengetahuan saat kondisi awal dapat dilihat dari tabel 05. data di bawah

ini:

48
Tabel. 05. Hasil Belajar pengetahuan Peserta Didik Prasiklus

No Nama Peserta Didik L/P KKM Nilai Ket


1 QNA P 75 80 T
2 AR L 75 80 T
3 AZ L 75 60 BT
4 AE P 75 80 T
5 AR P 75 80 T
6 MFS L 75 40 BT
7 MKN L 75 60 BT
8 NHS P 75 100 T
9 NS L 75 60 BT
10 RAA L 75 40 BT
11 SFA L 75 60 BT
12 SN P 75 100 T
13 SF L 75 80 T
14 ZAP P 75 80 T
15 AESM L 75 60 BT
Jumlah 1060
Rata-Rata 70,67

Keterangan:

Jumlah peserta didik yang tuntas :8

Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 7 (47%)

Persentase ketuntasan : 53 %

Klasikal : Belum Tuntas

Selanjutnya, hasil belajar keterampilan prasiklus dapat dilihat berdasarkan

tabel 06 di bawah ini.

Tabel 06. Hasil Belajar Keterampilan Peserta Didik Prasiklus

No Nama Peserta Didik L/P KKM Nilai Ket


1 QNA P 75 60 BT
2 AR L 75 60 BT
3 AZ L 75 60 BT
4 AE P 75 80 T
5 AR P 75 80 T
6 MFS L 75 60 BT
7 MKN L 75 70 BT
8 NHS P 75 80 T
9 NS L 75 60 BT

49
10 RAA L 75 70 BT
11 SFA L 75 60 BT
12 SN P 75 90 T
13 SF L 75 80 T
14 ZAP P 75 60 BT
15 AESM L 75 60 BT
Jumlah 1030
Rata-Rata 68,67

Ket. Jumlah peserta didik yang tuntas :5

Jumlah peserta didik yang belum tuntas : 10 (67%)

Persentase ketuntasan : (33%)

Klasikal : Belum Tuntas

Ketuntasan hasil belajar pengetahuan dan keterampilan dapat dilihat

berdasarkan grafik 01 di bawah ini.

Grafik 01. Hasil Belajar prasiklus

Dari Tabel dan grafik 01 di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil

belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan memperoleh nilai rata-

rata sebesar 70,67. Dari 15 peserta didik, hanya 7 orang atau sebanyak

50
43% berada di atas ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75. Sisanya

sebanyak 8 orang atau sebesar 53% belum mencapai ketuntasan.

Sedangkan untuk nilai kompetensi keterampilan memperoleh rata-rata

yang 68,67 dengan ketuntasan sebesar 43% dengan jumlah peserta didik

yang tuntas sebanyak 5 orang. Peserta didik yang belum tuntas sebanyak

10 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 67%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada penilaian awal secara klasikal peserta didik

belum tuntas belajar, lebih kecil dari persentase ketuntasan klasikal yang

dikehendaki pada indikator ketercapaian yaitu sebesar 80%. Untuk itu,

perlu diupayakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

2. Hasil Tindakan Siklus I

Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua kali

pertemuan tatap muka proses pembelajaran. Pada pertemuan ke 3 diadakan tes

siklus I. Berikut ini merupakan deskripsi setiap pertemuan.

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran yang pertama dilakukan yaitu dengan

menganalisis Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).

Berdasarkan KI dan KD dilanjutkan untuk menganalisis indikator dan

tujuan pembelajaran yang dicapai. Selanjutnya menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dan 2 dan Lembaran

Kerja Peserta didik, instrumen soal, kisi-kisi, dan kartu soal dengan

dengan model problem based learning. Disamping itu juga

dipersiapkan format catatan lapangan.

51
b. Tindakan

Tahap tindakan atau pelaksanaan pembelajaran dilakukan

sebanyak dua kali pertemuan menggunakan bagi peserta didik Kelas

VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah.

Proses pembelajaran berlangsung selama 70 menit yang diikuti

oleh 15 peserta didik. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

bertindak sebagai guru praktisi, sedangkan sebagai observer adalah

teman sejawat yang mengamati jalannya proses pembelajaran. Sesuai

dengan RPP Siklus I yang telah disusun sebelumnya, proses

pembelajaran pada penelitian ini melalui tiga kegiatan yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan

dari proses pembelajaran akan peneliti uraikan sebagai berikut.

a) Kegiatan awal

Pada tahap awal kegiatan berlangsung selama 15 menit. Guru memulai

pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengambil

absen,kegiatan literasi, menyampaikan tujuan, melakukan appersepsi

dan mengajukan pertanyaan pembuka berhubungan dengan gambar

yang ditayangkan. Selanjutnya guru mengukur tingkat pemahaman

peserta didik dengan melihat kebenaran jawaban peserta didik setelah

melakukan pengamatan gambar.

b) Kegiatan inti

52
Pada tahap inti, kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap

pembelajaran model Problem Based Learning dengan langkah awal

meminta peserta didik mengamati gambar dan membaca bacaan yang

terdapat dalam buku teks serta mengulas isi teks bacaan tersebut

dengan melakukan tanya jawab dan berdiskusi dengan teman sebangku

melalui kegiatan proses bernalar. Selanjutnya kegiatan membagi

peserta didik menjadi 6 kelompok dan juga memberi nama setiap

kelompok dengan angka dari kelompok satu sampai kelompok enam,

dan menyediakan sarana dan prasarana belajar. Setelah pembagian

kelompok, kegiatan dilanjutkan dengan menyajikan permasalahan

untuk dipecahkan peserta didik secara berkelompok.

Pada kegiatan berikutnya, peserta didik untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai serta memcahkan permasalahan yang disajikan

untuk mendapatkan informasi dan penjelasan dalam masalah tersebut.

Guru kemudian meminta peserta didik menyiapkan laporan hasil karya

sesuai materi yang telah dilakukan dan meporkan hasil diskusinya di

depan kelas. Peserta didik difasilitasi untuk berbagi tugas dan laporan

dengan kelompok lain melalui diskusi klasikal. Guru kemudian

melibatkan peserta didik untuk aktif bertanya jawab dengan peserta

didik tentang hasil penyelesaian masalah. Guru meminta perwakilan

kelompok peserta didik untuk menuliskan dan menyampaikan hasil

pekerjaan mereka dan meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil

pemaparan temannya untuk menggali alasan mengapa peserta didik

53
memakai cara tersebut untuk mendapatkan hasil temuan yang telah

dapatkan.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilaksanakan selama 10 menit sesuai dengan

yang direncanakan dengan kegiatan guru bersama dengan peserta didik

menyimpulkan permasalahan yang ditemukan bersama. Sebagai

latihan, guru memberikan beberapa contoh lain sesuai materi. Sebelum

menutup pelajaran, guru memberikan tes akhir.

c. Observasi

Proses pembelajaran pada Siklus I diamati oleh seorang observer.

Observer bertugas untuk mengamati setiap aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran sesuai pandemi covid-19. Observer

mengamati dan mencatat semua kejadian sesuai langkah pembelajaran

model Problem Based Learning maupun akibat sampingan yang tidak

direncanakan. Hal ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Aspek yang diamati adalah sebagai berikut.

1) Observasi hasil belajar pengetahuan

Hasil belajar penilaian aspek pengetahuan dengan penerapan

model Problem Based Learning dalam pembelajaran bagi peserta didik

Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah dapat kita lihat dari skor perolehan

peserta didik setelah diberikan soal atau tes setelah pembelajaran

dilaksanakan. Setelah dilakukan penelitian atas hasil tes peserta didik yang

54
terdiri dari 15 peserta dapat dilihat data ketuntasan belajar. Hasil belajar

pengetahuan dapat dilihat dari tabel 07 di bawah ini.

Tabel 07. Hasil belajar pengetahuan Siklus I

No Nama Peserta Didik L/P KKM Prasiklus Siklus I Ket


1 QNA P 75 80 60 BT
2 AR L 75 80 80 T
3 AZ L 75 60 70 BT
4 AE P 75 80 80 T
5 AR P 75 80 70 BT
6 MFS L 75 40 50 BT
7 MKN L 75 60 80 T
8 NHS P 75 100 90 T
9 NS L 75 60 60 BT
10 RAA L 75 40 60 BT
11 SFA L 75 60 70 BT
12 SN P 75 100 90 T
13 SF L 75 80 80 T
14 ZAP P 75 80 80 T
15 AESM L 75 60 50 BT
Jumlah 1060 1070
Rata-Rata 70,67 71,33

Ket. Tuntas :7

Tidak tuntas : 8 (53%)

Persentase ketuntasan : 47%

2) Observasi hasil belajar keterampilan

Keberhasilan peserta didik dari aspek keterampilan dilihat selama

proses pembelajaran berlangsung selama siklus I.Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 08 di bawah ini.

Tabel 08. Observasi hasil belajar keterampilan siklus I


No Nama Peserta Didik L/P KKM Prasiklus Siklus I Ket
1 QNA P 75 60 70 BT
2 AR L 75 60 80 T

55
3 AZ L 75 60 50 BT
4 AE P 75 80 80 T
5 AR P 75 80 80 T
6 MFS L 75 60 50 BT
7 MKN L 75 70 80 T
8 NHS P 75 80 80 T
9 NS L 75 60 70 BT
10 RAA L 75 70 60 BT
11 SFA L 75 60 70 BT
12 SN P 75 90 80 T
13 SF L 75 80 80 T
14 ZAP P 75 60 80 T
15 AESM L 75 60 50 BT
Jumlah 1030 1060
Rata-Rata 68,67 70,67

Ket. Tuntas :8
Tidak tuntas : 7 (43%)
Persentase ketuntasan : 57%

Perbandingan hasil belajar peserta didik aspek pengetahuan dan

keterampilan dapat disajikan dalam bentuk grafik 02 di bawah ini.

Grafik 02. Perolehan nilai pengetahuan dan keterampilan siklus I

d. Refleksi

56
Hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik dan observasi

terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I ini mengindikasikan bahwa

penerapan model Problem Based Learning belum terlaksana dengan

baik. Secara lengkapnya hasil observasi tentang Pembelajaran ini dapat

dilihat pada lampiran. Hasil belajar pada aspek pengetahuan siklus I

menunjukkan bahwa masih ada peserta didik yang belum mampu

menjawab sesuai dengan apa yang diharapkan. Ini terbukti masih ada 7

orang peserta didik yang mendapat nilai di bawah kriteria keberhasilan

yang telah ditetapkan. Untuk hasil belajar keterampilan yang dicapai

pada siklus I juga belum maksimal Sebanyak 8 orang peserta didik

mendapat nilai di bawah KKM dan dikatakan peserta didik tersebut yang

belum berhasil. Peneliti berkeinginan peserta didik lebih aktif dan

tertarik,dan dapat menjawab pertanyaan dan menyelesaikan soal dengan

baik. Dengan demikian hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang

direncanakan. Rencana perbaikan ditargetkan pada kendala yang ditemui

pada siklus I dan akan diperbaiki pada siklus II.

3. Hasil Tindakan Siklus II

Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama halnya dengan

kegiatan pada siklus sebelumnya terdiri dari dua kali pertemuan, dan ditutup

dengan tes siklus II pada pertemuan ke tiga . Berikut ini merupakan deskripsi

setiap pertemuan.

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran yang pertama dilakukan yaitu dengan

menganalisis Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).

57
Berdasarkan KI dan KD dilanjutkan untuk menganalisis indikator dan

tujuan pembelajaran yang dicapai. Selanjutnya menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dan 2 dan Lembaran Kerja

Peserta didik, instrumen soal, kisi-kisi, dan kartu soal dengan model

problem based learning. Disamping itu juga dipersiapkan format catatan

lapangan.

b. Tindakan

Tahap tindakan atau pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak

dua kali pertemuan dengan menggunakan bagi peserta didik Kelas VI

UPTD SD N 06 Taeh Baruah. Proses pembelajaran berlangsung selama 70

menit yang diikuti oleh 15 peserta didik. Selama proses pembelajaran

berlangsung, peneliti bertindak sebagai guru praktisi, sedangkan sebagai

observer adalah teman sejawat yang mengamati jalannya proses

pembelajaran.

Sesuai dengan RPP Siklus II yang telah disusun sebelumnya,

proses pembelajaran pada penelitian ini melalui tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya

pelaksanaan dari proses pembelajaran akan peneliti uraikan sebagai

berikut.

a) Kegiatan awal

Pada tahap awal kegiatan berlangsung selama 15 menit. Guru

memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengambil

absen, kegiatan literasi, menyampaikan tujuan, melakukan appersepsi dan

mengajukan pertanyaan pembuka berhubungan dengan materi sebagai

58
stimulus terhadap masalah pembelajaran yang ditayangkan. Selanjutnya

guru mengukur tingkat pemahaman peserta didik dengan melihat

kebenaran jawaban peserta didik setelah melakukan pengamatan terhadap

media yang diperagakan.

b) Kegiatan inti

Pada tahap inti, kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap

pembelajaran model Problem Based Learning dengan pemberian orientasi

terhadap masalah dengan meminta peserta didik mengamati gambar dan

membaca bacaan yang terdapat dalam buku teks serta mengulas isi teks

bacaan tersebut dengan melakukan tanya jawab dan berdiskusi dengan

teman sebangku melalui kegiatan proses bernalar. Selanjutnya kegiatan

membimbing siswa dalam penyelesaian masalah dengan membagi peserta

didik menjadi enam kelompok dan juga memberi nama setiap kelompok

dengan angka dari kelompok satu sampai kelompok enam, dan

menyediakan sarana dan prasarana belajar. Setelah pembagian kelompok,

kegiatan dilanjutkan dengan menyajikan hasil karya

untuk dipecahkan peserta didik secara berkelompok.

Pada kegiatan berikutnya, menarik kesimpulan dengan mendorong

peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai serta

melaksanakan pemecahan masalah untuk mendapatkan informasi dan

penjelasan dalam masalah tersebut. Guru kemudian meminta peserta didik

menyiapkan laporan hasil sesuai percobaan yang telah dilakukan dan

melaporkan hasil diskusinya di depan kelas.

59
Peserta didik difasilitasi untuk berbagi tugas dan laporan dengan

kelompok lain melalui diskusi klasikal. Guru kemudian melibatkan peserta

didik untuk aktif bertanya jawab dengan peserta didik tentang hasil

penyelesaian masalah. Guru meminta perwakilan kelompok peserta didik

untuk menuliskan dan menyampaikan hasil pekerjaan mereka dan

meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pemaparan temannya

untuk menggali alasan mengapa peserta didik memakai cara tersebut untuk

mendapatkan hasil pemecahan masalah yang telah didapatkan.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dilaksanakan selama 10 menit sesuai dengan

yang direncanakan dengan kegiatan guru bersama dengan peserta didik

menyimpulkan permasalahan yang ditemukan bersama. Sebagai latihan,

guru memberikan beberapa contoh lain terkait materi. Sebelum menutup

pelajaran, guru memberikan tes akhir. Pembelajaran ditutup dengan

menyanyikan lagu-lagu daerah sebagai wujud nasionalis dan diakhiri

dengan doa bersama.

c. Observasi

Proses pembelajaran pada Siklus II diamati oleh seorang observer.

Observer bertugas untuk mengamati setiap aktivitas peneliti sebagai guru

praktisi dengan menggunakan lembar observasi peserta didik dengan

menggunakan lembar observasi pengamatan. Observer mengamati dan

mencatat semua kejadian sesuai langkah pembelajaran model Problem

Based Learning maupun akibat sampingan yang tidak direncanakan. Hal

60
ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang

diamati adalah sebagai berikut.

1) Observasi hasil belajar pengetahuan

Hasil belajar penilaian aspek pengetahuan dengan penerapan

model Problem Based Learning dalam pembelajaran bagi peserta didik

Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah dapat kita lihat dari skor perolehan

peserta didik setelah diberikan soal pada pembelajaran. Setelah dilakukan

penelitian atas hasil tes peserta didik yang terdiri dari 15 peserta dapat

dilihat data ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya, hasil belajar

pengetahuan dapat dilihat dari tabel 09 di bawah ini.

Tabel 09. Hasil Ketuntasan Belajar Aspek Pengetahuan Siklus II

No Nama Peserta Didik L/P KKM Prasiklus Siklus I Siklus II Ket


1 QNA P 75 80 60 80 T
2 AR L 75 80 80 100 T
3 AZ L 75 60 70 80 T
4 AE P 75 80 80 90 T
5 AR P 75 80 70 90 T
6 MFS L 75 40 50 80 T
7 MKN L 75 60 80 80 T
8 NHS P 75 100 90 100 T
9 NS L 75 60 60 80 T
10 RAA L 75 40 60 80 T
11 SFA L 75 60 70 80 T
12 SN P 75 100 90 100 T
13 SF L 75 80 80 90 T
14 ZAP P 75 80 80 80 T
15 AESM L 75 60 50 80 T
Jumlah 1060 1070 1290
Rata-Rata 70,67 71,33 86

Ket. Tuntas : 100

61
Tidak tuntas : 0 (0%)

Persentase ketuntasan : 100 %

2) Observasi hasil belajar keterampilan

Keberhasilan peserta didik dari aspek keterampilan dilihat selama proses

pembelajaran berlangsung selama siklus II. Dimana tingkat ketepatan waktu,

ketepatan menyampaikan penjelasan dan ketepatan melakukan urutan kerja masih

terasa belum maksimal.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di

bawah ini.

Tabel 10. Hasil ketuntasan belajar aspek keterampilan siklus II


No Nama Peserta Didik L/P KKM Prasiklus Siklus I Siklus II Ket
1 QNA P 75 60 70 80 T
2 AR L 75 60 80 80 T
3 AZ L 75 60 50 80 T
4 AE P 75 80 80 80 T
5 AR P 75 80 80 80 T
6 MFS L 75 60 50 80 T
7 MKN L 75 70 80 80 T
8 NHS P 75 80 80 80 T
9 NS L 75 60 70 90 T
10 RAA L 75 70 60 80 T
11 SFA L 75 60 70 80 T
12 SN P 75 90 80 100 T
13 SF L 75 80 80 90 T
14 ZAP P 75 60 80 80 T
15 AESM L 75 60 50 80 T
Jumlah 1030 1060 1240
Rata-Rata 68,67 70,67 82,67

Ket. Tuntas : 15

Tidak tuntas : 0 ( 0%)

Persentase ketuntasan : 100 %

62
Perbandingan hasil belajar peserta didik aspek pengetahuan dan

keterampilan dapat disajikan dalam bentuk grafik 03 di bawah ini.

Grafik 03. Perolehan nilai pengetahuan dan keterampilan siklus II

d. Refleksi

Hasil observasi terhadap hasil belajar peserta didik pada siklus II

ini mengindikasikan bahwa penerapan model Problem Based

Learning sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil

belajar pada aspek pengetahuan siklus II meningkat dari pertemuan

sebelumnya dan ketuntasan belajar sudah sesuai dengan apa yang

diharapkan. Ini terbukti dengan perolehan jumlah rata-rata 86,00

dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Untuk hasil belajar

keterampilan yang dicapai pada siklus II juga sudah sesuai dengan

indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan perolehan rata-rata

sebesar 82,67 dengan persentase ketuntasan belajar sebesesar 100%.

Sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian bahwa pembelajaran

63
dikatakan berhasil apabila hasil belajar peserta didik mencapai nilai

rata-rata lebih dari 80 dan peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 80

minimal 80%. Jadi secara klasikal pembelajaran pada siklus II ini

dinyatakan telah berhasil dengan kriteria keberhasilan kualifikasi

“sangat baik”. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian

dalam pembelajaran siklus II telah terlaksana dengan sangat baik.

Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dan berhenti pada siklus

II dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini membahas tentang hasil observasi terhadap

aktivitas peserta didik dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Selain

itu juga dibahas hasil belajar peserta didik setelah pelaksanaan pembelajaran

baik hasil belajar pengetahuan maupun hasil belajar keterampilan pada mata

pelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning di

Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah .

Dari temuan yang didapat pada siklus pertama berkaitan dengan

observasi terhadap hasil belajar peserta didik aspek pengetahuan dan

keterampilan pada mata belajaran IPS menggunakan model Problem Based

Learning mengalami proses peningkatan yang signifikan, baik untuk aspek

pengetahuan maupun untuk aspek keterampilan. Hal ini dapat dilihat dari

tabel 11 dan grafik 04 di bawah ini.

64
Tabel.11 Peningkatan hasil belajar pengetahuan dan keterampilan tiap siklus

No Siklus Pengetahuan Keterampilan


1 Prasilus 70,67 68,67
2 Siklus I 71,33 70,67
3 Siklus II 86,00 82,67
Besar Peningkatan 21,69% 20,39%

Grafik 04.Peningkatan Hasil belajar pengetahuan dan keterampilan persiklus

Selain dari peningkatan hasil belajar pada setiap siklus di atas, juga

diperoleh hasil temuan bahwa dengan menggunakan model Problem

Based Learning sesuai dengan aspek yang diamati, ternyata dapat

meningkatkan percaya diri dan semangat berprestasi peserta didik

mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain

itu, dalam penggunaan media juga dapat meningkatkan ketertarikan

65
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dan tanggung jawab

peserta didik menjadi lebih baik.

Hasil analisis data yang dilakukan terbukti bahwa penerapan model

Problem Based Learning dengan dalam pembelajaran matematika di

Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik secara signifikan.

66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peningkatan hasil

belajar peserta didik menggunakan Model Problem Based Learning pada

mata pelajaran IPS di Kelas VI UPTD SD N 06 Taeh Baruah dapat

disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning terbukti

meningkatkan hasil belajar peserta didik aspek pengetahuan dan

keterampilan. Hasil belajar aspek pengetahuan mengalami peningkatan

yakni 70,67 pada kegiatan prasiklus meningkat menjadi 71,33 di siklus I,

meningkat lagi menjadi 86,00 pada siklus II dengan peningkatan sebesar

21,69%. Hasil belajar aspek keterampilan memperoleh rata-rata 68,67

pada prasiklus meningkat menjadi 70,67 pada siklus I dan meningkat lagi

menjadi 82,67 pada siklus II dengan peningkatan sebesar 20,39%.

B. Saran
Dengan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Problem

Based Learning yang telah dilaksanakan ini, agar dapat digunakan oleh

para pendidik untuk meningkatkan hasil belajar di kelas serta

menginspirasi para pendidik yang lain untuk mengembangkan model-

model pembelajaran yang lebih baik demi meningkatkan mutu pendidikan

di Indonesia pada masa mendatang. Kreativitas guru sangat diperlukan

67
dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat

disesuaikan dengan materi, metode dan strategi pembelajaran yang akan

digunakan nantinya.

C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan saran diatas, dapat diajukan beberapa

rekomendasi sebagai masukan untuk menerapkan pembelajaran saintifik

model Problem Based Learning dalam upaya peningkatan hasil belajar

peserta didik. Rekomendasi yang disajikan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru hendaknya dapat membuat rancangan pelaksanaan

pembelajaran pada pembelajaran matematika di Kelas VI atau materi

pelajaran lain dengan menggunakan model Problem Based Learning

karena dengan penerapan model ini terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya senantiasa memotivasi dan

mengarahkan guru-guru untuk menggunakan model Problem Based

Learning dalam pembelajaran di sekolah dan memantau proses

pelaksanaannya karena terbukti model ini dapat meningkatkan hasil

belajar.

3. Bagi pembaca hendaknya dapat menambah wawasan tentang

pelaksanaan model Problem Based Learning dan dijadikan sebagai

alternatif pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi

yang diajarkan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Abud Sirojuddin (2020) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Blended


Learning Menggunakan Aplikasi Google Classroom Terhadap
Komunikasi Matematis Pada Peserta Didik Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 7 Muaro Jambi
Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Bumi Aksara
Adityo Susilo, C, dkk (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol.7 No.1 Maret 2020.
Buku Tematik Terpadu Kelas VI Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
Dian Indah Suciati (2021) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Diskusi
kelompok Pada Masa Pandemi Covid-19 Di MI Ma’arif Mayak
Ponorogo Tahun Pelajaran 2020/2021.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga kependidikan . 2007.
Analisis data Guru. Jakarta: Dirjen PMPTK
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.(1997). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta; PT RinekaCipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta

Hamalik. O. 2008.Proses Belajar Mengajar : Jakarta : Bumi Aksara


Hidayat. 2018. Metode pewnelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Salemba Medika.

Indri Puspita.2020. Pengaruh Penggunaan Kartu Posinega Terhadap Hasil Belajar


Matematika Materi Penjumlahandan Pengurangan Bilangan Bulat
Kelas Iv Sd Negeri Sinduadi 1sleman
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pres
Malik, A.R, 2019. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama

Marlis Djalius (2017) Pada Pembuatan Sanggul Up Style Melalui Pendekatan


Scientific Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Kelas
Xii Kecantikan Rambut Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017
Smk Negeri 3 Payakumbuh
Muslich, Masnur. (2009). Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu
Mudah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nikmat Elva (2019): “Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Pada Muatan
Pembelajaran Ipa Materi Panas Dan Perpindahannya Melalui Model
Problem Based Learning Metode Diskusi Kelompok Di Kelas VI
UPTD SD N 06 Taeh Baruah Semester Genap Tahun Pelajaran
2018/2019
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

69
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan
Menengah.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan

Rochiarti Wiriaatmadja. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Untuk


Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Risman, Waitlem (2016), Praktik Praktis Penulisan Karya Tulis Ilmiah Untuk
Guru: Padang: Kabarita
Semler, S. (2005). Use Diskusi kelompok to Increase Learner Engagement and
Reduce Training Cost. Diakses pada 20 Januari 2017.
http://www.learningsim.com/content/Isnews/blended_learning.html.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Sukidin, Basrowi, Suranto. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Insan Cendekia.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Menganjar.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Suhaimi (2019) Penggunaan Model Problem based Learning Metode
Demonstrasi Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Pjok
Pada Permainan Rounders Di Kelas VI SDN 57 Payakumbuh
Semester Ganjil Tp 2018/2019
Surat Edaran dari Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19
Surat Edaran dari Gubernur Sumatera Barat Nomor 900/1961/Disdik-2020
tanggal 30 Desember 2020 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran di
Satuan Pendidikan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
Pandemi Covid-19
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 03/KB/2021, Nomor 384 tahun 2021, Nomor
HK.01.08/MENKES/4242/2021 dan Nomor 440-717 tahun 2021
Tentang Panduan penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Syofwarni (2017) Penggunaan Model Problem Based Learning Metode
Demontrasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Tik Pokok Bahasan
Microsoft Word 2007 Peserta Didik Di Kelas VIii.9 Semester Ganjil
Smp Negeri 1 Payakumbuh
Uyu Mu’awwanah, Matematika 1 (Depok: CV. Madani Damar Madani, 2015),11.
2 Minto Rahayu, Matematika di Perguruan Tinggi (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009),45
id.wikipedia.org › wiki › Pendekatan_saintifik

70
71

Anda mungkin juga menyukai