DOSEN PENGAMPU :
RIMIN, S.Ag, M.PdI
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang diberikan oleh Bapak Rimin, S.Ag, M.PdI. dengan mata
kuliah yang diampu oleh beliau Akhlak Tasawuf, hanya kemampuan dan
kerja sama dari kelompok untuk menyelesaikan makalah ini yang bertemakan
“Dasar – Dasar Akhlak Tasawuf”. Dalam memenuhi tugas mata kuliah
tersebut kami menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
demi terpenuhinya makalah ini terkhusus untuk dosen pengampu yang telah
menuntun, membimbing, dan memberikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami masih banyak kekurangan
dalam penulisan, tata letak, bahasa, dan wawasan ilmu pengetahuan yang
belum tercukupi, maka dari itu kritik dan saran yang membangun demi
tercapainya makalah yang lebih baik lagi kedepannya dan terwujudnya
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ....................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................
2.1. Dasar-Dasar Akhlak. ............................................................................... 4
2.2. Dasar-Dasar Tasawuf .............................................................................. 9
2.3. Hubungan Akhak Dengan Tasawuf ...................................................... 16
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar akhlak tasawuf!
2. Untuk mengetahui dasar-dasar tasawuf!
4
BAB II
PEMBAHASAN
س ُه ْولَ ٍة َويُس ٍْرُ ِصد ُُر اْالَ ْفعَا ُل ب َ ع ْن َه ْيئ َ ِة فِى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة
ْ َ ع ْن َها ت َ َا َ ْل ُخ ْل ُق ِعب
َ ٌ ارة
غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر ُو ُر ِويَّ ٍة َ ِم ْن
Artinya: Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).
5
2. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,
menjadi standar nilai bagi pribadi seseorang. Oleh karena itu, untuk
melihat jelas kualitas seseorang dapat dinilai dari kualitas akhlaknya, baik
akhlak pribadi, baik pula masyarakat, bangsa dan negara itu.
Nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki akhlak manusia,
sehingga tercipta ketentraman. Nabi bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus
adalah untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Bukhari).
6
Sikap prilaku seorang hamba terhadap Allah sebagai khalik
antara lain:
Taat kepada perintah Allah
Bertawakal kepada Allah
Cinta kepada Allah
Syukur kepada Allah
Baik sangka kepada Allah
7
Menahan hawa nafsu ialah upaya pengendalian diri dari sesuatu
yang dapat melakukan perbuatan tercela.
Menahan amarah termasuk juga sikap pengendalian diri.
b. Akhlak Mazmummah
Adalah semua sikap atau prilaku yang dilarang oleh al-qur’an dan
as-sunnah. Yang meliputi:
1) Akhlak Kepada Allah
Durhaka kepada allah
Kufur nikmat
Putus asa
2) Akhlak Kepada Rasul
Perbuatan mencela kepada siapapun merupakan sikap
dilarang islam, apa lagi terhadap rasul.
3) Akhlak Pribadi
Pembohong
8
Khianat
Sombong
4) Akhlak Kepada Keluarga
Durhaka kepada orangtua
Melalaikan kewajiban suami istri
Melalaikan kewajiban terhadap anak
Memutuskan silaturahmi
5) Akhlak Kepada Masyarakat
Bersikap masa bodoh
Sikap bermusuhan
Bersikap tidak peka
Bersikap suka mengejek
6) Akhlak Bernegara
Main hakim sendiri
Tidak patuh kepada pemimpin
Bersikap tidak adil
Membiarkan kemaksiatan.
9
e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala
penderitaan dan kesukaran
ُف بِ ِه اَحْ َوا َل النَّ ْف ِس َمحْ ُم ْودُهَا َو َم ْذ ْْ ُم ْو ُم َها َو َك ْي ِفيَة ُ ف ُه َو ِع ْل ٌم يَ ْع َر ُ س ُّوَ َّ الت
سلُ ْو ِك ُّ اف بِ َمحْ ُم ْو ِدهَا َو َك ْي ِفيَةُ ال
ِ ص َ ْت َْط ِهي ِْرهَا ِم ْن ْال َم ْذ ُم ْو ِم ِم ْن َها َوتَحْ ِليَت ُ َها بِا ْ ِالت
ار اِلَ ْي ِهُ سيِ ِر اِلَى هللا تَعَالَى َو ْالنِ َر َّ َوال
10
2. Sumber Ajaran Tasawuf
a. Unsur islam
Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk mencintai Tuhan,
bertaubat dan menyucikan diri, Tuhan memberi cahaya kepada
hambanya
Hadis Nabi seperti rahasia penciptaan alam adalah agar
manusia mengenal penciptanya
Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan Basri, dll
b. Unsur Non islam
Nasrani: cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah
Yunani: unsur filsafat tentang masalah ketuhanan
Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke
badan yang lain
11
keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya
dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat." (Q.S Asy-Syuura [42] :
20)
Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan
orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah
firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 2
"Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu."
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia
melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-
amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga
mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan
hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari
kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang
megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu,
berbangga-bangga dengan nasab danbanyaknya harta serta
keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat
sementar dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang
kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan
di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang
melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka
yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.
12
Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan
kesufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban
seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri
hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya
cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-
ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi
penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu
firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3
"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
13
malam hari baik dalam bentuk bertasbih ataupun quyamullail
diantaranya adalah firman Allah : "Dan pada sebahagian malam
hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu
ke tempat yang Terpuji."(Q.S al-Isra’ [17] ayat : 79)
Artinya: Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi
dan petang. Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang dimalam hari. (Q.S al-Insan [76] ayat : 25-26)
"Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
berdiri untuk Tuhan mereka"
14
Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas kecintaan kepada ayah, ibu,
anak, istri, keluarga, harta, perniagaan dan segala hal yang bersifat
duniawi, atau dengan kata lain bahwa seseorang yang ingin mendapatkan
kebahagiaan hidup di
dunia dan mendambakan tempat terbaik diakhirat hendaknya menjadikan
Allah dan Rasul-Nya sebagai kecintaan tertinggi dalam dirinya.
Artinya:
15
tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah
akan mencintaiku dan juga manusia’, Rasulullah Saw bersabda: “berlaku
zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku
zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka
(manusia) akan mencintaimu”.
Artinya:
Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang
memberikan wasiat kepada orang-orang mu’min agar tidak bertumpu pada
kehidupan dunia semata, dan hendaklah ia senantiasa memangkas segala
16
angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup
kekal di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di
dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, oleh karena itu
Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil menepuk
pundaknya dan bersabda:
Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang
menjadi landasan munculnya tasawuf atau sufisme. Dari keterangan-
keterangan yang berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukkan
bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya adalah kezuhudan
terhadap dunia demi mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah
yaitu ketika seseorang menjadikan dunia sebagai persinggahan sementara
dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah sebagai tujuan akhir.
BAB III
PENUTUP
17
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa akhlak adalah tabiat
atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan
lagi. Akhlak terbagi menjadi 2, yaitu akhlak mazmumah dan mahmudah.
Sedangkan tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan
fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada
dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya,
dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela. Dasar-
dasar tasawuf ada di dalam Al-Qur’an dan Hadist.
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
18
Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta: Pena Grafika Amzah.
Nasution, H. (1983). Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
19