Anda di halaman 1dari 19

DASAR – DASAR AKHLAK TASAWUF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah Akhlak Tasawuf

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

BELA SEPTIA SARI 1910201072


OKSI OPRA JAYA 1910201015

DOSEN PENGAMPU :
RIMIN, S.Ag, M.PdI

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
1442 H / 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang diberikan oleh Bapak Rimin, S.Ag, M.PdI. dengan mata
kuliah yang diampu oleh beliau Akhlak Tasawuf, hanya kemampuan dan
kerja sama dari kelompok untuk menyelesaikan makalah ini yang bertemakan
“Dasar – Dasar Akhlak Tasawuf”. Dalam memenuhi tugas mata kuliah
tersebut kami menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
demi terpenuhinya makalah ini terkhusus untuk dosen pengampu yang telah
menuntun, membimbing, dan memberikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami masih banyak kekurangan
dalam penulisan, tata letak, bahasa, dan wawasan ilmu pengetahuan yang
belum tercukupi, maka dari itu kritik dan saran yang membangun demi
tercapainya makalah yang lebih baik lagi kedepannya dan terwujudnya
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN..............................................................................
2.1. Dasar-Dasar Akhlak. ............................................................................... 4
2.2. Dasar-Dasar Tasawuf .............................................................................. 9
2.3. Hubungan Akhak Dengan Tasawuf ...................................................... 16

BAB III: PENUTUP.......................................................................................


3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 16
3.2. Saran……………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam islam akhlak dan tasawuf banyak dibicarakan dan dimuat pada
Al-Qur’an dan Hadis, sumber tersebut merupakan batasan dalam tindakan kita
sehari-hari, sehingga dalam jiwa ini benar-benar menggunakan akhlak dan
tasawuf untuk mempermudah kita melakukan suatu ibadah. Akhlak dan tasawuf
ini akan mengarahkan kita ke jalan yang benar yaitu jalan untuk menyucikan jiwa.
Akhlak dan tasawuf itu juga dapat digunakan untuk mempermudah kita
melakukan suatu ibadah. Tetapi pada zaman sekarang ini sudah banyak manusia
yang tidak menggunakan akhlaknya terutama pada golongan orang-orang muda.
Untuk itu marilah kita mengupas tentang akhlak dan tasawuf.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa dasar-dasar akhlak?
2. Apa dasar-dasar tasawuf?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar akhlak tasawuf!
2. Untuk mengetahui dasar-dasar tasawuf!

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DASAR-DASAR AKHLAK


1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa akhlak berasal dari kata ‫يخلق –اخلق‬- ‫ اخالق‬artinya
kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan
kata khuluq.
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah:

َ ‫اس دَا ِعيَةٌ لَ َها اِلَى ا َ ْنعَا ِل َها ِم ْن‬


‫غي ِْر فِ ْك ٍر ُو ُر ِويَّ ٍة‬ ِ َّ‫َحا ٌل ِللن‬

Artinya: Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk


melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran (lebih dahulu).
Menurut imam Ghazali akhlak adalah:

‫س ُه ْولَ ٍة َويُس ٍْر‬ُ ِ‫صد ُُر اْالَ ْفعَا ُل ب‬ َ ‫ع ْن َه ْيئ َ ِة فِى النَّ ْف ِس َرا ِس َخ ٍة‬
ْ َ ‫ع ْن َها ت‬ َ َ‫ا َ ْل ُخ ْل ُق ِعب‬
َ ٌ ‫ارة‬
‫غي ِْر َحا َج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر ُو ُر ِويَّ ٍة‬ َ ‫ِم ْن‬

Artinya: Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak


adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan lagi.

5
2. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,
menjadi standar nilai bagi pribadi seseorang. Oleh karena itu, untuk
melihat jelas kualitas seseorang dapat dinilai dari kualitas akhlaknya, baik
akhlak pribadi, baik pula masyarakat, bangsa dan negara itu.
Nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki akhlak manusia,
sehingga tercipta ketentraman. Nabi bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus
adalah untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Bukhari).

3. Hubungan Aqidah, Ibadah dengan Akhlak


Pada dasarnya aqidah, ibadah dan akhlak merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Aqidah sebagai
dasar keyakinan, ibadah itu sebagai syari’at yang menjadi indikator dari
iman seseorang. Kemudian akhlak merupakan sistem nilai perilaku yang
menyatakan dirinya telah beriman dan melaksanankan ibadah.

4. Ciri Perbuatan Akhlak


a. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya
b. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
c. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari luar
d. Dilakukan dengan sungguh-sungguh
e. Dilakukan dengan ikhlas

5. Ruang lingkup akhlak


Akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak mahmudah dan
akhlak mazmumah terhadap Allah.
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah ialah semua sikap yang diperintahkan oleh al-
qur’an dan sunnah yang meliputi :
1) Akhlak Terhadap Allah

6
Sikap prilaku seorang hamba terhadap Allah sebagai khalik
antara lain:
 Taat kepada perintah Allah
 Bertawakal kepada Allah
 Cinta kepada Allah
 Syukur kepada Allah
 Baik sangka kepada Allah

2) Akhlak Kepada Rasul


Yang dimaksud akhlak kepada rasul adalah sikap dan
prilaku terhadap nabi Muhammad saw sebagai rasulullah, yang
membawa ajaran islam dimuka bumi. Adapun sikap dan prilaku
tersebut;
 Cinta kepada rasul
 Mentaati atau ittiba kepada rasul
 Mengucapkan salawat dan salam

3) Akhlak Kepada Pribadi


Adalah sifat atau prilaku yang menyangkut seseorang harus
dilatih dan dibina. Sebagaimana uraian berikut;

 Sidik yang merupakan jika berkata selalu mengeluarkan perkataan


yang benar seauai dengan realita yang ada.
 Amanat merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang
sebagai titipan yang harus dijaga dan dipelihara sebagaimana
mestinya.
 Sabar merupak perilaku pengendalian diri seseorang terhadap
semua ujian yang ditimpakan kepadanya.
 Tawaduk merupakan selalu menghargai orang lain, tidak
menganggap rendah, menyingkirkan sifat iri, dengki dan sombong
karena sadar bahwa dirinya tidak berdaya.

7
 Menahan hawa nafsu ialah upaya pengendalian diri dari sesuatu
yang dapat melakukan perbuatan tercela.
 Menahan amarah termasuk juga sikap pengendalian diri.

4) Akhlak Kepada Keluarga


Adalah sikap kasih sayang yang dibangun dalam bentuk
komunikasi diantara anggota keluarga lainnya sehingga terjadi
hubungan yang harmonis.

5) Akhlak kepada masyarakat


Yang berarti persekutuan hidup manusia atau sekelompok
manusia yang hidup disuatu daerah.

6) Akhlak Kepada Negara


Adalah sikap dan prilaku terhadap bangsa dan negara.
Misalnya dengan cara bermusyawarah, menegakkan keadilan,
pemimpin mengasihi rakyat dan rakyat taat kepada pemimpin.

b. Akhlak Mazmummah
Adalah semua sikap atau prilaku yang dilarang oleh al-qur’an dan
as-sunnah. Yang meliputi:
1) Akhlak Kepada Allah
 Durhaka kepada allah
 Kufur nikmat
 Putus asa
2) Akhlak Kepada Rasul
Perbuatan mencela kepada siapapun merupakan sikap
dilarang islam, apa lagi terhadap rasul.
3) Akhlak Pribadi
 Pembohong

8
 Khianat
 Sombong
4) Akhlak Kepada Keluarga
 Durhaka kepada orangtua
 Melalaikan kewajiban suami istri
 Melalaikan kewajiban terhadap anak
 Memutuskan silaturahmi
5) Akhlak Kepada Masyarakat
 Bersikap masa bodoh
 Sikap bermusuhan
 Bersikap tidak peka
 Bersikap suka mengejek
6) Akhlak Bernegara
 Main hakim sendiri
 Tidak patuh kepada pemimpin
 Bersikap tidak adil
 Membiarkan kemaksiatan.

6. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak


Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Orang yang
berakhlak karena kelakuan terhadap Tuhan semata-mata, maka dapat
menghasilkan kebahagiaan antara lain:
a. Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat
b. Akan disenangi orang dalam pergaulan
c. Akan dapat terpelihara dari hukum yang bersifatnya manusiawi dan
sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan
d. Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapat pertolongan dan
kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan
yang baik

9
e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala
penderitaan dan kesukaran

2.2. DASAR-DASAR TASAWUF


1. Pengertian Tasawuf
Secara bahasa Tasawuf berasal dari kata = saf (baris), sufi (suci),
sophos (Yunani, hikmah), suf (kain wol) atau sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan:

ُ‫ف بِ ِه اَحْ َوا َل النَّ ْف ِس َمحْ ُم ْودُهَا َو َم ْذ ْْ ُم ْو ُم َها َو َك ْي ِفيَة‬ ُ ‫ف ُه َو ِع ْل ٌم يَ ْع َر‬ ُ ‫س ُّو‬َ َّ ‫الت‬
‫سلُ ْو ِك‬ ُّ ‫اف بِ َمحْ ُم ْو ِدهَا َو َك ْي ِفيَةُ ال‬
ِ ‫ص‬ َ ْ‫ت َْط ِهي ِْرهَا ِم ْن ْال َم ْذ ُم ْو ِم ِم ْن َها َوتَحْ ِليَت ُ َها بِا ْ ِالت‬
‫ار اِلَ ْي ِه‬ُ ‫سيِ ِر اِلَى هللا تَعَالَى َو ْالنِ َر‬ َّ ‫َوال‬

Artinya: Tashawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat


diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara
membersihkan diri yang buruk dan mengisinya dengan yang
terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah
dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).

Menurut As-Suhrawardy mengemukakan pendapat Ma’ruf Al-


Karakhy, Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang
ada di tangan makhluk (kesenangan duniawi). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah
manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada
dekatatau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan
jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan
tercela.

10
2. Sumber Ajaran Tasawuf
a. Unsur islam
 Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk mencintai Tuhan,
bertaubat dan menyucikan diri, Tuhan memberi cahaya kepada
hambanya
 Hadis Nabi seperti rahasia penciptaan alam adalah agar
manusia mengenal penciptanya
 Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan Basri, dll
b. Unsur Non islam
 Nasrani: cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah
 Yunani: unsur filsafat tentang masalah ketuhanan
 Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke
badan yang lain

3. Dasar-dasar Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadis


Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf
berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw,
dan sebahagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini
merupakan implementasi
dari nash-nash al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi
akhirat dan berusaha untuk menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang
berlebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawakkal kepada
Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan
dari-Nya dan lain-lain.
a. Dasar-dasar dari Al-Qur’an
Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata shufy akan
tetapi jalan yang ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam.
Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi
kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-
Qur’an yang berbunyi: "Barang siapa yang menghendaki

11
keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya
dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat." (Q.S Asy-Syuura [42] :
20)
Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan
orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah
firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 2
"Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu."
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia
melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-
amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga
mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan
hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari
kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang
megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu,
berbangga-bangga dengan nasab danbanyaknya harta serta
keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat
sementar dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang
kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan
di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang
melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka
yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.

12
Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan
kesufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban
seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri
hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya
cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-
ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi
penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu
firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3
"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."

Dianatra ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan


munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat
yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya
berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S
as-Sajadah [32 ] ayat : 16 yang berbunyi : "Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya
dengan penuh rasa takut dan harap"
Maksud dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya” adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu
biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.
Terdapat banyak ayat yang berbicara tentang urgensi rasa
takut dan pengharapan hanya kepada Allah semata akan tetapi
penulis cukupkan pada kedua ayat terdahulu.

Diantara ayat-ayat yang menjadi landasan tasawuf adalah


nash-nash Qura’ny yang menganjurkan untuk beribadah pada

13
malam hari baik dalam bentuk bertasbih ataupun quyamullail
diantaranya adalah firman Allah : "Dan pada sebahagian malam
hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu
ke tempat yang Terpuji."(Q.S al-Isra’ [17] ayat : 79)
Artinya: Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi
dan petang. Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah
kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang dimalam hari. (Q.S al-Insan [76] ayat : 25-26)
"Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
berdiri untuk Tuhan mereka"

Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa mereka yang senantiasa


menjauhi tempat tidur di malam hari dengan menyibukkan diri dalam
bertasbih dan menghidupkan malam-malamnya dengan shalat dan ibadah-
ibadah sunnah lainnya hanya semata-mata untuk mengharapkan rahmat,
ampunan, ridha, dan cinta Tuhannya kepadanya akan mendapatkan maqam
tertinggi di sisi Allah.

Selain dari pada hal-hal yang telah penulis uraikan sbelumnya,


diantara pokok-pokok ajaran tasawuf adalah mencintai Allah dengan
penuh ketulusan dan keikhlasan hal ini berlandaskan kepada firman Allah
swt dalam Q.S at-Taubah [9] ayat : 24 yang berbunyi "Katakanlah: “Jika
bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya”. dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Ayat ini menunjukkan
bahwa kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya
harus menjadi prioritas utama di atas segala hal, bahkan kecintaan kepada

14
Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas kecintaan kepada ayah, ibu,
anak, istri, keluarga, harta, perniagaan dan segala hal yang bersifat
duniawi, atau dengan kata lain bahwa seseorang yang ingin mendapatkan
kebahagiaan hidup di
dunia dan mendambakan tempat terbaik diakhirat hendaknya menjadikan
Allah dan Rasul-Nya sebagai kecintaan tertinggi dalam dirinya.

b. Dasar-dasar Dari Hadis


Jika kita melihat dengan seksama akan sejarah kehidupan
Rasulullah Muhammad Saw beserta para sahabat beliau yang telah
mendapatkan keridhaan Allah, maka akan ditemukan sikap kezuhudan dan
ketawadhu’an yang terpadu dengan ibadah-ibadah baik wajib maupun
sunnah bahkan secara individu Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan
shalat lail hingga lutut beliau memar akibat kebanyakan berdiri, ruku’ dan
sujud di setiap malam dan beliau Saw tidak pernah meninggalkan amalan
tersebut hingga akhir hayat beliau Saw, hal ini dilakukan oleh beliau Saw
karena kecintaan beliau kepada sang penggenggam jiwa dan alam semesta
yang mencintainya Dia-lah Allah yang cinta-Nya tidak pernah terputus
kepada orang-orang yang mencintai-Nya.
Uraian tentang hadis fi’liyah di atas merupakan salah satu bentuk
kesufian yang dijadikan landasan oleh kaum sufi dalam menjalankan
pahamnya. Selain itu terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi
bagian dari dasar-dasar ajaran tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis
tersebut adalah:
‫َعلَى‬ ‫َّللاِ دُلَّ ِني‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم َر ُج ٌل فَقَا َل يَا َر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫س ْع ٍد السَّا ِعدِي ِ قَا َل أَت َى النَّب‬ َ ‫َع ْن‬
َ ‫س ْه ِل ب ِْن‬
َّ َََّ‫اْ َهدْ فِي الدُّ ْنيَا ي ُِحب‬
ُ‫َّللا‬ ْ ‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫اس فَقَا َل َر‬ َّ ‫َع َم ٍل إِذَا أَنَا َع ِم ْلتُهُ أ َ َحبَّنِي‬
ُ َّ‫َّللاُ َوأ َ َحبَّنِي الن‬
َ‫اس ي ُِحبُّوك‬ ِ َّ‫اْ َهدْ فِي َما فِي أ َ ْيدِي الن‬ ْ ‫َو‬

Artinya:

Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa’idy beliau berkata: datang


seseorang kepada Rasulullah Saw dan berkata: ‘Wahai Rasulullah !

15
tunjukkanlah kepadaku sutu amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah
akan mencintaiku dan juga manusia’, Rasulullah Saw bersabda: “berlaku
zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku
zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka
(manusia) akan mencintaimu”.

ُ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه أَ ْم َره‬ ْ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن كَان‬


َّ َ‫َت الدُّ ْنيَا َه َّمهُ فَ َّرق‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ : ‫َعن َْ ْيد ُ ْبنُ ثَابِت قال‬
ُ‫َّللاُ لَهُ أَ ْم َرهُ َو َجعَ َل ِغنَاه‬َّ ََ ‫َت ْاْل ِخ َرة ُ ِنيَّتَهُ َج َم‬
ْ ‫ب لَهُ َو َم ْن كَان‬ َ ِ‫َو َجعَ َل فَ ْق َرهُ َبيْنَ َع ْينَ ْي ِه َولَ ْم يَأْتِ ِه ِم ْن الدُّ ْنيَا إِ َّال َما ُكت‬
ٌ ‫ِي َرا ِغ َمة‬
َ ‫فِي قَ ْل ِب ِه َوأَتَتْهُ الدُّ ْنيَا َوه‬

Artinya:

Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan


Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai
tujuannya, maka Allah akan berlepas diri dari segala urusannya dan
tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu apapun keculi apa yang telah
di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat menjadikan akhirat
sebaga tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta
kekayaan baginya, dan menjadikan kekayaan itu dalam hatinya, serta
mendapatkan dunia sedang ia dalam keadaan tertindas”

Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku


zuhud di dunia, sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya
kehidupan yang bertujuan berorientasi keduniaan belaka, dan mulianya
kehidupan yang berorientasi akhirat. Kedua hadis tersebut menjelaskan
kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan
utama dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah telah
karunianakan kepadanya.

Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak hadis yang
memberikan wasiat kepada orang-orang mu’min agar tidak bertumpu pada
kehidupan dunia semata, dan hendaklah ia senantiasa memangkas segala

16
angan-angan keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup
kekal di dunia dan tidak pula berusaha untuk memperkaya diri di
dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang ia butuhkan, oleh karena itu
Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil menepuk
pundaknya dan bersabda:

َ ‫ُك ْن فِي الدُّ ْنيَا َكأَنَََّ غ َِريبٌ أَ ْو َعا ِب ُر‬


‫سبِيل‬

Artinya: “Hiduplah kamu di dunia seolah-seolah kamu adalh


orang asing atau seorang musafir”

Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang
menjadi landasan munculnya tasawuf atau sufisme. Dari keterangan-
keterangan yang berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukkan
bahwa ajaran tasawuf yang menjadi landasan utamanya adalah kezuhudan
terhadap dunia demi mencapai tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah
yaitu ketika seseorang menjadikan dunia sebagai persinggahan sementara
dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah sebagai tujuan akhir.

2.3. HUBUNGAN AKHLAK DENGAN TASAWUF


Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam
pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal sesama manusia.
Sedangkan tasawuf mengatur jalannya komunikasi vertikal antara manusia
dan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

BAB III
PENUTUP

17
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa akhlak adalah tabiat
atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan
lagi. Akhlak terbagi menjadi 2, yaitu akhlak mazmumah dan mahmudah.
Sedangkan tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan
fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada
dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya,
dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela. Dasar-
dasar tasawuf ada di dalam Al-Qur’an dan Hadist.

3.2.Saran

Dengan di buat makalah ini diharapkan bagi pembaca sepuya dapat

lebih memahi materi Dasar-dasar Tasawuf, agar dapat mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

18
Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta: Pena Grafika Amzah.

Anwar, R. &. (2000). Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, R. (2008). Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Nasution, H. (1983). Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Nata, A. (1997). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nata, A. (1997). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tasman, H. (2005). Akhlak dan Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN.

19

Anda mungkin juga menyukai