Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
toufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“langkah-langkah Pengembangan kurikulum PAI”. Solawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi Muhammad saw semoga kita dapat safa’atnya amin.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibuk Dra. Yatti Fidya, M.Pdi selaku pembimbing
dalam mata kuliah “Pengembangan Kurikulum PA”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu senantiasa kritik dan saran dari para pembaca senantiasa kami harapkan.
Sekian apa yang dapat penyusun sampaikan semoga makalah ini bermanfaat untuk
semua.
Wassalamu’alaikum wr. wb

SEMERAP, 16 februari 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................
Daftar Isi....................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................
C. Tujuan...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Prosedur Pengembangan Kurikulum PAI ....
B. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI .....
C. Prinsip-Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum PAI ..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi
penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki
nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam
kandungan. Begitu pentingnya pendidikan bagi kita. Tak dapat dibayangkan
misalkan tanpa pendidikan, manusia tidak akan lebih terpuruk atau lebih rendah
kualitas peradabannya. Dan perlu menjadi kekhawatiran bersama bila hal senada
mulai menggejala pada masyarakat kita. Sangat memilukan bahwa masyarakat
indonesia yang religius dewasa ini terpuruk dalam himpitan krisis dan terbelakang
dalam aspek kehidupan.
Masyarakat madani, masyarakat yang selalu kita idam-idamkan sebagai
masyarakat yang beradab , masyarakat yang saling menghargai dan menghormati
sesama akan dapat diwujudkan hanya dengan pendidikan. Tentunya pendidikan yang
bermutu, bukan pendidikan yang asal-asalan. Pendidikan yang dimaksud adalah
pendidikan agama islam. Yaitu melalui peningkatan pendidikan umat dalam suatu
bangsa. Hal ini berlaku bagi bangsa indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka diperlukan berbagai faktor atau
unsur yang mendorongnya terutama kurikulum yang diterapkan atau dipakai. Karena
kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan , memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan
isi, serta proses pendidikan. Kurikulum dalam sistem persekolahan merupakan suatu
rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
Sehingga kurikulum yang baik harus selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai
perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta canggihnya teknologi.
Namun tidak meninggalkan prosedur langkah-langkah dan prinsip-prinsip dalam
pengembangan pendidikan agama islam yang telah berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian prosedur pengembangan kurikulum pendidikan agama islam?
2. Dalam pengembang kurikulum pendidikan agama islam langkah-langkah apa yang
harus dilakukan?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam ?
C. Tujuan
Memaparkan prosedur pengembangan kurikulum pendidikan agama islam mengenai
langkah-langkah dan prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum pendidikan
agama islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prosedur Pengembangan Kurikulum PAI


Menurut Muhammad Ali, Prosedur adalah tata cara kerja atau cara
menjalankan suatu pekerjaan. Amin Widjaja, Prosedur adalah sekumpulan bagian
yang saling berkaitan. Kamaruddin, Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan
yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya yang berkaitan
melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi. Sedangkan
pengertian prosedur menurut Ismail masya, Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-
tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan
tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-
ulang. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap
yang telah ditentukan.Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti
menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan –an sehingga
menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan.
Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.
Kurikulum menurut Syaifruddin Nurdin adalah aktivitas apa saja yang
dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai
suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi
dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran, dan sebagainya. Abdullah Idi, Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
menggunakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan menurut Al-Rosyidin dan
Nizar, kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
prosedur pengembangan kurikulum PAI adalah suatu susunan perencanaan kegiatan
belajar yang saling berhubungan yang ditujukan untuk membawa siswa kearah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan-perubahan
itu telah terjadi pada diri siswa khususnya dalam pendidikan agama islam.

B. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum PAI


Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas
diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi,
pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengalaman alat evaluasi.
1) Analisis dan Diagnosis Kebutuhan.
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan
mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja,
dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan
siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa,
tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan
yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat pada
masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari
kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang
dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun
menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan
pengembangan tujuan.
Adapun pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada
tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas.
a. Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam
menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan
wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para
ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan.
b. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi
kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program
pendidikan.
c. Pendekatan analisis tugas dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis
tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif,
afektif, dan atau psikomotorik.
Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi
kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya
dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.
2) Perumusan tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan
tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling
umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan tersebut
meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta
tujuan instruksional umum dan khusus.
Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan
menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognistif
berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir,
domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap,
minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan
dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik.
3) Pemilihan dan Pengorganisasian Materi
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala
sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari
kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah
mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah
disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal dengan istilah scope dan
squence. Scope atau ruang lingkup menyangkut keluasaan dan kedalaman materi
kurikulum. Ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihn materi
kurikulum, anatar lain :
1. Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
2. Materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan
budaya (positif) dari generasi masa lalu.
3. Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin
ilmu.
4. Materi kurikulum dipilih karena dianggap bemanfaat bagi kehidupan umat
manusia, untuk belak masa kini dan masa akan datang.
5. Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak
didik, dan kebutuhan masyarakat.
Squence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Squence dapat
disusun dengan mempertimbangkan tig hal, yaitu struktur disiplin imu, taraf
perkembangan siswa, dan pembagian materi kurikulum berdasarkan tingkatan kelas.
Dalam penyusunan squence, perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut :
1.Taraf kesulitan materi pelajaran atau isi kurikulum.
2.Kematangan dan perkembangan siswa.
3.Minat dan kebutuhan siswa.
4) Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya
adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat
materi yang akan diberikan.
Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman
suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup
berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat
perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan kreatif.
5) Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali
apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Mc. Neil mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapat jawaban dari penilaian
kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan
itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah
kurikulum yang telah dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya.
Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan terhadap suatu hal.
Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas
tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan
pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-
komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan
evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
C.Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAI
1. Prisnsip Dasar Pengembangan Kurikulum
a. Prinsip relavansi
Secara umum , istilah relavansi dapat diartikan sebagai kesesuaian atau
keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan
dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan tersebut berguna atau
fungsioanal bagi kehidupan. Berangkat dari pengertian diatas masalah relavansi
pendidikan dengan kehidupan umat ada dalam segi yaitu relavansi dengan lingkungan
hidup anak didik, relavansi pendidikan dengan perkembangan masa sekarang dan
masa yang akan datang, relavansi pendidikan dengan tuntunan dunia pekerjaan.
b. Prinsip efektivitas
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenan dengan sejauh mana apa yang
direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Bila ada 10 jenis
kegiatan yang kita rencanakan , dan tercapai hanya 4 kegiatan yang dapat
dilaksanakan, maka efektivitas kegiatan itu masih belum memadai, bahkan bisa
dikatakan kurang efektif. Didalam bidang pendidikan, efektivitas ini dapat ditinjau
dari dua segi: efektivitas mengajar guru dan efektivitas mengajar murid.
c.Prinsip efisiensi
Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil
yang dicapai dengan usaha yang telah dikeluarkan. Bila hasil yang kita capai nilainya
delapan ratus ribu rupiah sedangkan usaha yang kita keluarkan bernilai satu juta
rupiah, maka usaha tersebut tidak efisien.
Dalam dunia pendidikan, tentu saja sukar bagi kita untuk membandingkan
nilai hasil dan usaha dengan cara yang seperti digambarkan diatas. Meskipun
demikian, dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan pada umumnya, prinsif
efisiensi ini perlu kita perhatikan, baik efisiensi dari segi waktu, tenaga, peralatan,
yang tentunya akan menghasilkan efisien dan segi biaya.
d.Prinsip Kesinambungan dan Fleksibilitas
1) Prinsip Kesinambungan
Kesinambungan disini dimaksudkan adanya saling hubungan antara berbagai
jenjang dan jenis progaram pendidikan. Kesinambungan antara berbagai tingkat
sekolah, dan kesinambungan antara berbagai bidang studi.
a.Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
Dalam menyusun kurikulum sekolah, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut
:Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat
sekolah yang berikutnya hendaklah sudah diajarkan pada tingkat sekolah sebelumnya.
Bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak
perlu diajarkan lagi pada sekolah yang lebih tinggi.
b.Kesinambungan antara berbagai bidang studi
Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering mempunyai hubungan satu
sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan dalam penyajian berbagai bidang
studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin
dengan baik. Sebagai contoh untuk mengubah angka temperatur dari skala celcius ke
skala fahrenheit dalam IPA dibutuhkan keterampilan dalam bilangan cacahan. Untuk
itu, pelajaran mengenai bilangan cacahan ini dalam bidang matematika hendaknya
sudah diberikan sebelum murid mempelajari cara mengubah temperatur diatas.
2) Prinsip Flesibilitas
Fleksibilitas di sini maksudnya tidak kaku, artinya ada semacam ruang gerak yang
memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Di dalam kurikulum, flesbilitas
disini mencakup fleksibilitas murid didalam memilih program pendidikan dan
fleksibilitas bagi guru dalam mengembangkan program pengajaran.
2. Prinsip-prinsip pengembangan kurukulum PAI
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama islam sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip pada pengembangan kurikulum lainya.
Namun demikian ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh pengajar,
pihak sekolah dan satuan pendidikan dalam merumuskan pengembangan kurikulum
ini. Berikut ini beberapa prinsip-prinsip dalam pengembangan Kurikulum PAI yang
dipaparkan oleh para ahli :
Menurut Nik Haryanti, S. Pd. I, dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama
islam harus mengacu pada prinsip-prinsip yang menjadi dasar kurikulum pendidikan
islam yaitu :
1. Pertautan yang sempurna dengan agama , termasuk ajaran dan nilai-
nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum , termsuk falsafah, tujuan-
tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-
hubungan yamng berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasar pada
agama dan akhlak islam, harus terisi dengan dengan jiwa agama islam, keutama-
utamaan, cita-cita yang tinggi, dan bertujuan untuk membina pribadi beriman kepada
Allah Semata.
2.Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-
kandungan kurikulum. Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala aspek-aspek
pribadi anak didik yang berguna untuk memperbaiki pribadi mereka dengan jalan
membina akidah, akal, dan jasmanainya, maka begitu juga anak didik harusnya
bermanfaat bagi masyarakat dalam pengembangan spiritual, kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan politik.
3.Keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-kandungan. Kalau
ia memberi perhatian besar pada perkembangan aspek spiritual dan ilmu-ilmu
syariat, maka tidak boleh aspek itu melampaui aspek-aspek pentingyang lain dalam
kehidupan, juga tidak boleh ilmu-ilmu syariat melampaui ilmu-imu seni, dan
kegiatan-kegiatan lain yang harus dimiliki individu dan masyarakat. Dalam hal ini
konsep islam tentang manusia antara lain bahwa manusia tersusun dari tiga unsur,
yaitu tubuh (jasmani), akal (daya berfikir), dan kalbu ( daya merasa).
4.Berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan
anak didik, maka sangatlah penting memperhatikan alam sekitar dan sosial dimana
anak itu hidup, dan berintraksi untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan,
pengalaman dan sikapnya. Sebab dengan memelihara prinsip ini kurikulum akan
lebih sesuai pelajar, lebih memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dan lebih sejalan
dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya.
5.Pemeliharaan perbedaan-perbedaan individu diantara anak didik dalam
bakat-bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-kebutuhan dan masalahnya.
Juga memelihara perbedaan-perbedaan dan kelainan-kelainan diantara alam sekitar
dan masyarakat. Karena pemeliharaan ini dapat menambahkan relavansi kurikulum
dengan kebutuhan-kebutuhan anak didik dan masyarakat serta menambahkan fungsi
dan gunanya, sebagaimana ia menambahkan fleksibilitasnya.
6.Prinsip perkembangan dan perubahan. Islam menjadi sumber pengambilan
falsafah, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar kurikulum. Metode mengajar dalam
pendidikan islam menolak taqlid yang harus diikuti tanpa ada penyelidikan keilmuan.
Islam menggalakan perkembangan yang membangun dan dan berguna, perubahan
yang progesif dan bermanfaat, membolehkan sifat adaptasi dengan perkembangan
dan perubahan yang berlaku dalam segala pola dan bentuk kehidupan. Karena itu,
pendidikan islam harus peka terhadap kecendrungan perubahan dalam segala aspek
kehidupan manusia universal.
7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan
aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. Demikian pula pertautan antara
kandungan-kandungan kurikulum dan kebutuhan-kebutuhan anak didik, kebutuhan-
kebutuhan masyarakat, tuntutan ruang, waktu, zaman.

Menurut Dr. H. Rahmat Raharjo, M. Ag dalam mengembangakan Kurikulim


PAI, guru dan sekolah pada setiap satuan pendidikan harus memperhatikan prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum sebagaimana tertuang dalam peraturan Mentri
Pendidikan Nasional, yaitu:
a. Berpusat pada potensi pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbanga antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Masih menurut Dr. H. Rahmat Raharjo, M. Ag, dengan kita memperhatikan dan
menggunakan prinsip tersebut adalah agar Kurikulum PAI yang dikembangkan
benar-benar sesuai dengan kondisi peserta didik, sekolah, dan masyarakat sehingga
tidak hanya berkisar pada masalah aqidah dan akhlak saja, tetapi juga memuat semua
ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan serta kebutuhan manusia,
seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat, jiwa dan raga, material dan spiritual.
Adapun menurut Muhaimin prinsip utama dalam pengembangan kurikulum PAI
harus mengutamakan keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Langkah-langkah pengembangan kurikulum PAI adalah suatu susunan
perencanaan kegiatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa kearah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan-perubahan
itu telah terjadi pada diri siswa khususnya dalam pendidikan agama islam.
Didalam prosedur pengembangan kurikulum PAI ini, guru dan sekolah satuan
pendidikan harus memperhatikan apa yang menjadi langkah-langkah dan prinsip-
prinsip dasar pengembangan kurikulum. Adapun langkah-langkah yang harus di
perhatikan dalam mengembangkan kurikulum yaitu : anlisis dan diagnosis kebutuhan,
setelah itu perumusan tujuan, lalu adanya pemilihan dan pengorganisasian materi,
dilanjutkan pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan yang terakhir
pengembangan alat evaluasi.Adapun prinsip-prinsipnya dalam prosedur
pengembngan kurikulum PAI sangtalah banyak. Namun demikain, dalam penerapan
prinsip-prinsip tersebut tidak jauh berbeda dengan prinsi-prinsip pada umumnya.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: prinsip relavansi, prinsip evektivitas, prinsip
evisinsi, prinsip efisiensi dan fleksibilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry hermawan, Dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2008.
Nana Saodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakaraya. 1999.
Hendayat Soetopo, Wasty Soemanto. Pembinaan dan Perkembangan Kurikulum
Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Askara. 1986.
Nik Haryati. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV
Alfabeta. 2011.
Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani. Falsafah Pendidikan Islam .Jakarta: Bulan
Bintang. 1997.
Mansur. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarata: Global Pustaka Utama. 2005.
Mulyasa. D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya. 2007.
Syaifruddin Nurdin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat
Press. 2002
Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. 2007.
Al-Rosyid, Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Pendeketan Historis, Teoritis,
dan Praktis. Jakarata: Ciputat Press. 2005.
Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004.
Rahmat Raharjo. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran. Yogyakarta: Magnum Pustaka. 2010.
UU Sistem Pendidikan Nasional, (SISDIKNAS. UU RI 20 Th. 2003). Sinar Grafika
Offest. 2008.
Oemar Hamalik. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2007.
http://www.kosmaext2010.com/pengembangan-kurikulum-pai-langkah-langkah-
dalam-pengembangan-kurikulum.php
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2260499-makalah-langkah-langkah-
pengembangan-kurikulum/
http://www.blog-guru.web.id/2009/06/pengembangan-kurikulum.htm
http://ammun-gun.blogspot.com/2012/05/posedur-pengembangan-kurikulumpai.html

Anda mungkin juga menyukai