Proposal Penelitian
Oleh
NAMA…………….
NIM………………..
A. Latar Belakang
Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini dirasakan sangat pesat.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang sama melaju dengan kecepatan tinggi.
Berbagai misteri tentang alam telah banyak terungkap dan ditemukan dalam sains,
yang semakin memperkaya khasanah keilmuan, dan penerapannya dalam
teknologi. Majunya sains berkostribusi terhadap kemajuan teknologi, dan
kemajuan teknologi, dengan berbagai peralatan penelitian yang diciptakan
semakin canggih, menghasilkan penemuan penemuan dibidang ilmu
pengetahuan semakin pesat, dan juga berdampak pada pengembangan teknologi
berikutnya. Begitulah seterusnya, sehingga kualitas kehidupan manusia semakin
bertambah baik dari waktu ke waktu. Hidup terasa semakin indah, dan dunia
semakin terasa kecil berkat kemajuan teknologi.
Berbagai penemuan teknologi, sebagai dampak dari perkembangan sains,
juga menghasilkan berbagai tantangan. Telah banyak aktivitas manual manusia
yang digantikan oleh tenaga mesin dan robot-robot cerdas, akibatnya terjadi
banyak pengangguran. Pengambilan uang di Bank cukup melalui ATM, untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, transportasi dan
sebagainya tidak harus pergi ke toko, cukup mengaksesnya melalui HP android,
akan di layani oleh gofood, gojek, gocar, gomail, tokopedia, dan toko toko online
lainnya. Disamping ini telah banyak kemudahan-kemudahan lainnnya yang kita
rasakan. Begitu banyak kemudahan yang dirasakan, akan tetapi kehidupan ini
dirasakan semakin keras bagi yang tidak punya ketrampilan, dan hanya
mengandalkan kerja fisik. Generasi muda harus aktif dan kreatif memeras
fikirannya untuk dapat berbuat sesuatu yang berguna bagi kehidupan yang banyak
tantangannya ini.
Kemampuan berfikir yang diharapkan dalam kehidupan di abad 21 yang
keras ini adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills=HOTS). Kemampuan-kemampuan yang termasuk kedalam HOTS ini,
adalah kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi dan kemampuan
mencipta atau mengkreasi (Kemdikbud 2013). Kemampuan ini di eksplisitkan
melalui Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) 3. Sebagai contoh
KD 3.7 pelajaran Fisika kelas X SMA berbunyi :“ Menganalisis interaksi pada
gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari” (Kemdikbud, 2016). Kata
menganalisis pada KD tersebut merupakan kata kunci untuk 3 kamampuan
HOTS tersebut. Pertama untuk kemampuan menganalisis itu sendiri, ke dua
untuk menumbuhkan kemampuan mengevaluasi dan mengkreasi, juga dilakukan
melalui aktivitas menganalisis. Kemampuan menganalisis dimaksud menurut
Akkhmad sudrajat (2011 : 1) adalah
“Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-
penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang
menyokong suatu pernyataan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikemukakan bahwa
kemampuan HOTS siswa dalam pelajaran fisika masih rendah, beberapa faktor
penyebabnya yang teridentifikasi adalah berdasarkan tinjauan 4 aspek yaitu
1. Aspek Tujuan Pembelajaran yang ingin di capai, berkenaan dengan kata
menganalisis yang terdapat pada KD, belum banyak yang memaknai untuk
pencapaian HOTS
2. Aspek bahan ajar yang disediakan guru, umumnya masih didominasi pada
latihan LOTS dan MOTS, sedangkan latihan HOTS masih sangat sedikit
3. Aspek pelaksanaan pembelajaran guru, juga masih didominasi pada latihan
LOTS dan MOTS, sedangkan latihan HOTS masih sangat sedikit
4. Aspek evaluasi pembelajaran yang disiapkan guru, umumnya masih
didominasi instrument evaluasi berbasi LOTS dan MOTS, sedangkan
instrument evaluasi berbasis HOTS masih sangat sedikit
5. Untuk soal-soal pada materi hukum-hukum Newton tentang gerak, masih
banyak diirasakan sulit oleh guru-guru dan siswa, karena banyak
mengandung HOTS
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus pada permasalahan yang dihadapi,
berdasarkan identifikasi masalah, solusi yang ditempuh dibatasi pada aspek pada
point 4 dan 5 , dengan judul penelitian “ Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis
HOTS Untuk Materi Hukum Newton Tentang Gerak Untuk Pembelajaran Fisika di Kelas
X SMA“
Berdasarkan judul penelitian yang diajukan, juga dilakukan pembatasan masalah agar penelitian
ini menjadi llebih terarah pada aspek-aaspek berikut ini
1. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X semester 1 pada materi hukum newton
tentang gerak yaitu KD 3.7 Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan
antara gaya, massa, dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dan KD 4.7 Melakukan percobaan berikut presentasi
hasilnya terkait gaya serta hubungan gaya, massa dan percepatan dalam gerak
lurus benda dengan menerapkan metode ilmiah.
2. Bentuk instrument evaluasi yang dikembangkan berbasis HOTS dalam
bentuk objektif pilihan ganda dengan 5 pilihan A, B, C, D, dan E
3. Penelitian yang dilakukan yaitu uji validitas, uji praktikalitas instrument
evaluasi berbasis HOTS dalam kalangan terbatas.
4. Model pengembangan HOTS yang dilakukan merujuk pada Pedoman
pengembangan soal HOTS Kemdikbud tahun 2019
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan
masalah dari penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah teknis pengembangan soal HOTS yang
dilakukan
2. Bagaimana kelayakan instrument HOTS yang dikembangkan ditinjau dari
tingkat validitas, dan kepraktisan instrument ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah yang tertera diatas , maka dapat diambil tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengembangkan instrument evaluasi objektif dan essay berbasis HOTS
untuk materi hukum newton tentang gerak untuk pembelajaran fisika dikelas
X SMA.
2. Mengetahui tingkat validitas, kepraktisan instrument evaluasi berbasis HOTS
untuk materi hukum newton tentang gerak untuk pembelajaran fisika di kelas
X
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ada, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Bagi penulis: untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon
pendidik serta untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi kependidikan
fisika di jurusan fisika Universitas Negeri Padang.
2. Bagi guru: sebagai pertimbangan dan alternative bagi guru dalam
menggunakan instrument evaluasi berbasis HOTS pada pembelajaran fisika
SMA
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk melakukan kajian lebih lanjut
mengenai pengembangan instrument evaluasi berbasis HOTS untuk
pembelajaran fisika dekelas X.
G. Kajian Teori
1. Kedudukan Instrumen Evaluasi Dalam Pembelajaran
a. Komponen-komponen pembelajaran ( Tujuan, Materi, pelaksanaan
evaluasi)
sebuah pembelajaran pasti harus diawali dengan yang namanya
rancangan tujuan yang akan dicapai setelah melakukan pembelajaran
nantinya, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pembelajaran
ada beberapa komponen-komponen yang mendukung pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dapat dikatakan
sebagai suatu sistem, sistem tersebut terdiri dari beberapa komponen.
Komponen ini saling terikat satu sama lain, yang harus ada dan dijalankan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.(
http://digilib.uinsby.ac.id ). Adapun komponen-komponen pembelajaran
tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran fisika sendiri tercantum dalam permendikbud nomor 59
tahun 2014 menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran fisika diantaranya adalah:
a) Mengembangkan kemampuan bernalar siswa dalam berpikir analisis induktif
maupun deduktif , b)Menyelesaikan berbagai permasalahan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, c) Menguasai konsep dan prinsip fisika, d)Mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan Serta mempunyai sikap percaya
diri. Sedangkan menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan, No. 21 tentang
Standar Isi, No.24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tahun 2016,
dapat dirumuskan tujuan pembelajaran fisika seperti berikut: 1) Menyadari
keteraturan dan keindahan alam dan berperilaku beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, disiplin dan tanggung
jawab, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain, 3) Mengembangkan
keterampilan siswa dalam merumuskan hipotesis,merancang, dan melaksanakan
eksperimen dan mengumpulkan data, mengolah, menalar dan menyajikan data
serta melaporkan hasilnya dalam bentuk tulisan maupun tertulis, 4)
Mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam menganalisis untuk
memecahkan masalah dan menjelaskan berbagai fenomena alam dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika secara kualitatif dan kuantitatif, 5)
Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa mengenai konsep fisika
tentang penerapan fisika dalam teknologi dan melanjutkan pendidikan.
2.Materi Pembelajaran
Komponen pembelajaran fisika yang kedua adalah materi pembelajaran,
setelah tujuan pembelajaran di rancang, selanjutnya adalah penyesuain materi
pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Materi pembelajaran menurut Sanjaya(dalam Aprida, dkk,.2017:
130) adalah segala sesuatu yang menjadi isi dari kurikulum yang telah ada untuk
dikuasai peserta didik sesuai dengna kompetensi dasar yang ada dalam rangka
mencapai standar kompetensi, dimana materi pembelajaran sangat penting untuk
melakukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
3.Pelaksanaan Evaluasi
Dalam sebuah pembelajaran guru tidak hanya sekedar mengajar, atau
menyalurkan informasi-informasi mengenai materi-materi pembelajaran kepada
siswa. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru adalah guru harus
mampu mengetahui tingkatan kemampuan berpikir siswa. Karena tingkat
kemampuan peserta didik tidak dapat diukur dengan hanya megamati kegiatan-
kegiatan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran, tapi harus melalui suatu
cara tertentu yang dapat mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Salah satu
cara untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang disebut dengan
evaluasi. Ramayulis (dalam Idrus, 2019: 922) mengatakan bahwa evaluasi
mengandung pengertian sebagai suatu tindakan atau proses dalam menetukan nilai
sesuatu dalam hal ini yaitu penilaian terhadap hasil yang dicapai peserta didik
setelah melewati proses pembelajaran sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik, maka guru melakukan beberapa cara untuk mengukur
tingkat kemampuan peserta didiknya. Jadi banyak teknik-teknik dari evaluasi
yang bisa diberikan oleh guru kepada siswa, seperti pendapat dari ahli berikut:
Pendapat dari ( Arvyanda, 2014:5) Teknik evaluasi ada dua macam
yaitu: teknik tes dan teknik non-tes. Teknik tes adalah teknik yang
dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis, sedangkan
teknik non-tes biasanya dilakukan guru untuk menilai sikap,
tingkah laku dan kepribadian peserta didik selama kegiatan belajar
mengajar dikelas. Teknik penilaian ini digunakan guru sebagai
pedoman untuk memberikan penilaian pada peserta didik.
Dari komponen-komponen pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa
komponen pembelajaran antara lain terdiri dari tujuan pembelajaran,materi
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Ketiga komponen ini adalah saling
terkait satu sama lain, dimana jika tidak ada salah satunya maka tidak akan ada
yang namanya pembelajaran. Sesuai dengan prinsipnya yaitu komponen,
komponen dapat diartikan sebagai unsur-unsur yang menyusun sesuatu, dalam hal
ini komponen adalah yang mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran, yang pertama harus dibuat oleh seorang pendidik/guru adalah
tujuan pembelajaran, tanpa adanya tujuan guru tidak akan mempunyai pedoman
dalam mengajar, pembelajaran yang dilakukan guru hanya akan mengambang
begitu saja karena tidak adanya tujuan ssebelum memulai pembelajaran. Tujuan
disini ada dua yaitu tujuan spesifik atau khusus yaitu tujuan pembelajarean yang
dibuat guru berpatokan pada materi yang akan diajarkannya, tujuan yang kedua
adalah tujuan pembelajaran umum, tujuan ini didasarkan pada tujuan yang
tercantum dalam rencana pembelajaran . Komponen yang kedua adalah materi
pembelajaran, sebagaimana tujuan pembelajaran yang berpatokan pada materi
yang akan diajarkan, dari materi akan diuraikan beberapa tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan oleh seorang guru. Materi adalah sumber belajar bagi guru
dan juga bagi siswa khususnya. Tanpa adanya materi maka pembelajaran tidak
akan berjalan meskipun tujuan pembelajaran sudah ada, karena tujuan
pembelajaran ini berpatokan pada materi yang akan diajarkan guru. Komponen
yang ketiga adalah evaluasi, evaluasi adalah penilaian akhir yang dilakukan guru
terhadap peserta didik. Dimana setelah melakukan beberapa tahap pembelajaran,
maka guru diharuskan mampu mengetahui tingkat kemampuan peserta didik. Ini
masuk pada kompetensi professional yang harus ada pada setiap guru, dengan
adanya evaluasi, maka guru bisa mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran
sudah tercapai. Jadi ketiga komponen ini terikat satu sama lain, dan saling
melengkapi.
Variabel Indikator
1. Menganalisis penyebab masalah
dari berbagai factor
2. Mengidentifikasi dampak dari
masalah
3. Mengidentifikasi alternatif
keputusan untuk menyelesaikan
Pengambilan keputusan masalah
4. Membuat keputusan untuk
menyelesaikan masalah
5. Memberi alasan pemilihan
pengambilan keputusan
6. Memprediksi dampak dari
tindakan pengambilan keputusan
dalam konteks nyata
7. Memberi penilaian kelebihan dan
kekurangan dari keputusan
Woolever & Kathryn( 1998: 68-69)
Indikator HOTS yang selanjutanya 3)Keterampilan berpikir kritis, Berpikir
kritis adalah berpikir dengan baik dan merupakan suatu proses yang baik. John
Dewey dalam Johnson ( 2007: 187) mengatakan bahwa sekolah harus
mengajarkan cara berpikir yang benar pada siswa. Disisi lain berpikir kritis adalah
sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti
asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis
sebagai berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang
apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, maka
kemampuan berpikir kritis menurut Ennis ( 1985) terdiri atas 12 keterampialn
yaitu: (1) merumuskan masalah (2) menganalisis argument (3) menanyakan dan
menjawab pertanyaan (4) menanyakan dan menjawab pertanyaan (5) melakukan
observasi dan menilai hasil observasi (6) membuat dedukasi dan menilai dedukasi
(8) mengevaluasi (9) mendefinisikan (10) mengidentifikasi asumsi masalah (11)
memutuskan dan melaksanakan (12) berinteraksi dengan orang lain. Terdapat
beberapa penemuan tentang suatu aktivitas yang menggambarkan sesorang
dikatakan mempunyai kemampuan dalam berpikir kritis. Kemampuan tersebut
dijelaskan dalam tabel 3. Berikut :
Tabel .3 Indikator berpikir kritis
No Indikator Keterangan
Kemampuan memahami dan menyatakan
maksud atau arti dari suatu data yang bervariasi,
1 Analisis pengalaman dan mempertimbangkan. Meliputi
keterampilan menggolongkan, menentukan arti,
dan menjelaskan makna.
Kemampuan untuk menilai informasi dan
kekuatan nyata atau hubungan dengan
2 Evaluasi kesimpulan, kemampuan untuk menyatakan
hasil pemikiran, untuk menilai kredibilitas dan
kekuatan suatu argument.
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan
3 Menyimpulkan merangkum informasi yang diperlukan untuk
menggambarkan kesimpulan
Kemampuan untuk memikirkan dan menyatakan
4 Deduktif sesuatu yang bersipat umum yang dianggap
benar, sampai pada kesimpulan yang khusu.
Kemampuan untuk memahami dan menyatakan
5 Induktif sesuatu dan aplikasinya dengan pengetahuan dan
pengalaman dimana menjangkau kesimpulan
yang umum
4) Keterampilan berpikir kreatif, Indikator yang harus ada selanjutnya dalam soal
HOTS adalah keterampilan berpikir kreatif, keterampilan kreatif Menurut
Munandar (2002), kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari hasil
pemikiran atau perilaku manusia atau sebagai proses pemikiran berbagai gagasan
dalam menghadapi suatu persoalan. Keterampilan berpikir kreatif ini adalah efek
dari pikiran-pikiran seseorang yang kemudia diwujudkan dalam suatu tindakan
atau tingkah laku dalam menyelesaikan suatu masalah. Ada beberapa ciri umum
secara kognisi yang dapat didefinisikan yang selanjutnya dapat dijadikan indikator
berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.indikator berpikir kreatif
Gambar. 5 orang yang berada dalam lift Gambar 6. Sistem katrol dan meja
licin
Define ( pendefinisian)
Design ( perancangan)
Develop (pengembangan)
Disseminate (penyebaran)
I. Kerangka Berpikir
Pada kurikulum 2013 untuk silabus fisika SMA edisi revisi 2016, sebanyak
50% Kompetensi Dasar menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi( C4, C5,
C6). Salah satu materi yang memiliki Kompetensi Dasar yang menuntut soal
HOTS pada silabus fisika Kurikulum K-13 adalah materi Hukum Newton
merupakan level kognitif menganalisis (C4) yaitu KD 3.7 Menganalisis interaksi
pada gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya kompetensi dasar yang
menuntut soal HOTS ini menggambarkan bahwa HOTS sangat penting dan
dibutuhkan dalam kurikulum K-13, sehingga tidak hanya pada pembelajaran yang
harus HOTS tapi juga pada instrument evaluasi yang disusun oleh guru.
Pada materi Pembelajaran fisika umumnya siswa di haruskan mampu
menganalisis setiap keadaan yang di gambarkan , KD pada materi fisika lebih
banyak yang menuntut siswa untuk bisa menjawab pertanyaan harus melalui
sebuah analisis, karena materi-materi pada fisika lebih banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah pembelajaran, guru tidak hanya sebatas mengajarkan materi,
tapi juga harus bisa mengetahui tingkat kemampuan peserta didik setelah
melakukan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya,
maka guru harus membuat sebuah instrumen untuk mengukur tingkat kemampuan
peserta didik. Namun pada instrumen yang digunakan guru disini masih lebih
sering menggunakan instrumen yang hanya pada tingkat kemampuan berpikir
rendah (LOTS) , kemampuan berpikir sedang (MOTS). Dari permasalahan ini,
maka peneliti melakukan sebuah pengembangan instrument evaluasi HOTS untuk
materi Hukum Newton Tentang Gerak, untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
Maka disusunlah Instrument evaluasi berbasis HOTS, instrument evaluasi
berbasis HOTS selanjutnya akan diujikan tingkat validitasnya ke kalangan
terbatas ( 3 Dosen ahli). Setelah diujikan tingkat validitasnya ( kemampuan alat
ukur untuk mengukur objek yang diukurnya), dan instrumen evaluasi berbasis
HOTS sudah memenuhi tingkat validitas yang tinggi. Kemudian instrument
evaluasi berbasis HOTS yang telah valid akan digunanakan pada pembelajaran
untuk diujikan tingkat praktikalitasnya pada beberapa guru dan siswa. Sehingga
dihasilkanlah instrument evaluasi berbasis HOTS yang memenuhi tingkat valid
itas dan praktikalitas.
Berdasarkan permasalah tersebut peneliti mengembangkan instrument
evaluasi berbasis HOTS. Instrument evaluasi berbasis HOTS ini merupakan salah
satu yang diharapkan dalam kurikulum 2013, karena merupakan instrument
evaluasi yang menuntut siswa untuk berpikir lebih aktif, lebih lengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 1.
Kurikulum 2013
Pembelajaran fisika
Instrument evaluasi
Kegiatan pembelajaran
Instrument evaluasi
Instrument evaluasi berbasis HOTS yang valid
berbasis HOTS
Validitas Praktikalitas
terikat. Menurut ( Sugiyono, 2012: 39) variabel bebas merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
bebas disebut juga dengan variabel independen dan variabel terikat disebut
dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
O. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN Pasaman, SMAN 1 Padang
Gelugur pada awal bulan Februari 2022.
P. Daftar Pustaka
Afriani, E., Oktavianty, E., 2019” Pengembangan Tes Higher Order Thinking
Skill ( HOTS) Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan Untuk SMA”
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, vol. 8 No.3, 11
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R., 2001. A Taxonomy For Learning,Teaching,
and Assessing; A Revision Of Bloom’s Taxxonomy Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Lonman Inc.
Arimbawa,P.A., Santyasa,I.W., Rapi,N.K, 2017” Strategi Pembelajaran Guru
Fisika, Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya, 11(1), 43-60
Asrul, Ananda, Rusyid. Etc . 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cita
pustaka Media.
A.Yususf Muri. Prof. Dr. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualtatif Dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group
Desi Eka Wahyuni dan Alimufi Arief.2015” Implementasi Pembelajaran
Scientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada
Materi Kelas X SMA Nahdiatul Ulama1 Gresik” Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika. Volume 04 Nomor 03.
Desilva, D., Sakti, I., Medriati, R,.2020.” Pengembangan Instrumen Penilaian
Hasil Belajar Fisika Berorientasi HOTS ( Higher Order Thinking Skill)
Pada Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke. Vol. 3 No.2 , 41-50. Jurnal
Kumparan Fisika..
Desirah. E., Setyarsih, W,. 2021” Tinjauan Literatur Pengembangan Instrumen
Penilaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ( Hots) Fisika Di SMA,
Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 7(1),84
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2018).” Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Direktorat Pembinaan SMA. (2017). Penyusunan Soal Higher Order Thinking
Skill’s Sekolah Menengah Atas. Direktorat Jendral Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
http”//digilib.uinsby.ac.id/9620/5/Bab%202.pdf, diakses pada selasa,08/02/2022,
Pukul: 15.20
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan
Learning Center ( MLC)
Marwan, M., Khaeruddin, K., & Amin, B. D. (2020).” Pengembangan Instrumen
Assesmen Higher Order Thinking Skill ( HOTS) Pada Bidang Studi
Fisika. Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM, Vol 2, 116-119.
Maydiantoro,A.,2021” Model-Model Penelitian Pengembangan”
Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Musilhun, (2017) SMK (Sukses Kuasai Materi) Fisika SMA kelas X, XI, XII :
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pane, Aprida dan Dasopang, Muhammad Darwis. ( 2017). Belajar dan
Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 340-350.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2018.Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah
Putri Eka., dkk. 2019” Pengembangan Instrumen Tes Keterampilan Pemecahan
Masalah Pada Konsep Usaha dan Energi Di SMA” 2 (3), 161-168. Jurnal
Kumparan Fisika.
Ramadhan,S., Mardapi, D., Prasetyo,Z,K., Utomo, B.D, 2019” Pengembangan
Instrumen Untuk Mengukur Berpikir Tingkat Tinggi Keahlian Dalam
Fisika”.Jurnal Penelitian Pendidikan Eropa, vol 8, 743-751
Risma,M.,Murtiani, Darvina, Y., Yulkifli, 2019” Pengembangan Bahan Ajar
Interaktif Dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan Nilai-Nilai Karakter
Pada Materi Hukum Newton Di Kelas X SMA” , Pillar Of Physics
Education, 2(1), 81-88
Rofiah, E., Aminah, NS,. Ekawati, EY., 2013” Penyusunan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP”. Jurnal
Unnes.ac.id. 1,(2), : 17
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian dan Pengembangan (research and
development/R&D).Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Solekhah.F.M., Maharta,.N., Suana,.W ( 2018).”Pengembangan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Materi Hukum Newton
Tentang Gerak. Journal of Physics and Science Learning. 2,( 1), 17-26
Widodo. 2017. Metode Penelitian : Populer dan Praktis. Depok: Rajawali Pers