Anda di halaman 1dari 45

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI BERBASIS HOTS

UNTUK MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK UNTUK


PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X SMA

Proposal Penelitian

Oleh
NAMA…………….
NIM………………..

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Judul:” Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Hots Untuk Materi Hukum Newton
Tentang Gerak Untuk Pembelajaran Fisika di kelas X SMA“

A. Latar Belakang
Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini dirasakan sangat pesat.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang sama melaju dengan kecepatan tinggi.
Berbagai misteri tentang alam telah banyak terungkap dan ditemukan dalam sains,
yang semakin memperkaya khasanah keilmuan, dan penerapannya dalam
teknologi. Majunya sains berkostribusi terhadap kemajuan teknologi, dan
kemajuan teknologi, dengan berbagai peralatan penelitian yang diciptakan
semakin canggih, menghasilkan penemuan penemuan dibidang ilmu
pengetahuan semakin pesat, dan juga berdampak pada pengembangan teknologi
berikutnya. Begitulah seterusnya, sehingga kualitas kehidupan manusia semakin
bertambah baik dari waktu ke waktu. Hidup terasa semakin indah, dan dunia
semakin terasa kecil berkat kemajuan teknologi.
Berbagai penemuan teknologi, sebagai dampak dari perkembangan sains,
juga menghasilkan berbagai tantangan. Telah banyak aktivitas manual manusia
yang digantikan oleh tenaga mesin dan robot-robot cerdas, akibatnya terjadi
banyak pengangguran. Pengambilan uang di Bank cukup melalui ATM, untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, transportasi dan
sebagainya tidak harus pergi ke toko, cukup mengaksesnya melalui HP android,
akan di layani oleh gofood, gojek, gocar, gomail, tokopedia, dan toko toko online
lainnya. Disamping ini telah banyak kemudahan-kemudahan lainnnya yang kita
rasakan. Begitu banyak kemudahan yang dirasakan, akan tetapi kehidupan ini
dirasakan semakin keras bagi yang tidak punya ketrampilan, dan hanya
mengandalkan kerja fisik. Generasi muda harus aktif dan kreatif memeras
fikirannya untuk dapat berbuat sesuatu yang berguna bagi kehidupan yang banyak
tantangannya ini.
Kemampuan berfikir yang diharapkan dalam kehidupan di abad 21 yang
keras ini adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills=HOTS). Kemampuan-kemampuan yang termasuk kedalam HOTS ini,
adalah kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi dan kemampuan
mencipta atau mengkreasi (Kemdikbud 2013). Kemampuan ini di eksplisitkan
melalui Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) 3. Sebagai contoh
KD 3.7 pelajaran Fisika kelas X SMA berbunyi :“ Menganalisis interaksi pada
gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari” (Kemdikbud, 2016). Kata
menganalisis pada KD tersebut merupakan kata kunci untuk 3 kamampuan
HOTS tersebut. Pertama untuk kemampuan menganalisis itu sendiri, ke dua
untuk menumbuhkan kemampuan mengevaluasi dan mengkreasi, juga dilakukan
melalui aktivitas menganalisis. Kemampuan menganalisis dimaksud menurut
Akkhmad sudrajat (2011 : 1) adalah
“Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan
menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-
penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang
menyokong suatu pernyataan”

Hasil wawancara dengan beberapa orang guru fisika, menunjukkan bahwa


pemahaman mereka tentang kemampuan menganalisis, hanya kememapuan yang
berada pada jenjang C4 saja, padahal juga mencakup untuk menumbuh
kembangkan kemamuan mengevaluasi dan mengkreasi
Amanat kurikulum tersebut harus di implementasikan oleh setiap pendidik
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran Fisika.
Salah satu topik dalam fisika yang sampai saat ini masih di anggap sulit menurut
persepsi sebagian besar siswa adalah konsep Dinamika, terutama berkenaan
dengan materi hukum hukum Newton tentang gerak. Fakta menunjukkan bahwa
materi tersebut sangat sederhana, hukum 1 Newton berkenaan dengan sifat
kelembaman, hukum 2 Newton tentang hubungan percepatan dengan gaya dan
massa benda, dan hukum 3 Newton berkenaan dengan hubungan antara gaya aksi
danb reaksi. Akan tetapi dalam mengimlementasikannya untuk memecahkan
permasalahan yang relevan, sering membuat siswa patah ditengah jalan, dan
cendrung menempuh jalan penyelesaian yang salah. Atas dasar itulah materi ini
termasuk materi yang diujikan dalam lomba olimpiade fisika baik tingkat
nasional, maupun tingkat internasional, karena mengandung aspek HOTS.
Bagaimana menerapkan HOTS dalam pembelajaran fisika? Terutama adalah
melalui latihan mengerjakan soal-soal memecahkan masalah yang memerlukan
kemampuan menganasis yang tinggi. Untuk mengetahui ketercapaian HOTS ini
bagi diri siswa maka soal-soal evaluasi yang diberikan haruslah soal-soal berbasis
HOTS, sesuai dengan amanat kurikulum 2013. Soal soal HOTS, tidak harus soal
yang sulit dipecahkan, tetapi soal-soal yang memerlukan kemampuan
menganalisis yang bersifat literasi, dan pengetahuan yang sifatnya holistik,
dimana suatu konsep dapat ditinjau dari berbagai dimensi, dan penguasaan tentang
keterkaitan suatu konsep yang satu dengan konsep lain bersifat komplemen yang
dapat membangun pengetahuan metakognitif peserta didik dalam memecahkan
berbagai permasalahan fisika yang relevan.
Setelah hampir 1 dasawarsa lahirnya kurikulum 2013, dipertanyakan
bagaimana pencapaian kemampuan HOTS siswa ? . Untuk mengetahui jawaban
pertanyaan ini, telah dilakukan studi awal dibeberapa sekolah SMA di Kabupaten
Pasaman yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk mendeteksi
HOTS siswa, dan juga mengobservasi instrumen-instrumen yang digunakan guru.
Dari hasil studi diperoleh : a) 40% sekolah yang dijadikan sampel menunjukkan
bahaa kemampuan HOTS siswa sekitar 60%. b) kurikulum yang dipakai secara
kseluruhan adalah kurikulum K-13 revisidan 80% diantaranya sudah memenuhi
tuntutan HOTS. c) sebanyak 60 % dari sekolah sampel latihan HOTS dalam
bahan ajar yang digunakan guru menunjukkan 20% soal yang digunakan masih
LOTS, dan hanya 20 % dalam bentuk latihan HOTS d) sebanyak 75% dari
sekolah sampel hanya 25% yang memberikan latihan dalam bentuk soal
HOTS….., 6) evaluasi HOTS sudah terdapat dalam instrument evaluasi guru
dengan perolehan jawaban yaitu 60% menjawab masih sedikit, 20% evaluasi yang
digunakan masih sangat sedikit, 20% menjawab evaluasi HOTS dalam insturmen
guru sudah ada. 7) soal-soal PH sebanyak 15 soal dari tiga sekolah yang
dikumpulkan peneliti, kemudian di minta pendapat tiap-tiap guru dari sekolah
tersebut terkait tingkatan HOTS dari soal-soal PH tersebut, dari 15 soal
didapatkan data bahwa 3 soal kategori LOTS, yaitu soal No 11, 12, 13. Dan soal
kategori MOTS sebanyak 5 soal dari data yang diperoleh yaitu soal no 1, 2, 5, 8,
15 . sementara soal kategori HOTS hanya 4 soal yaitu soal no 3, 4, 7, 10, dan
kategori 50% MOTS dan 50% LOTS ada 3 soal yaitu soal no 6, 9, 14. Dari data
pengkategorian HOTS tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa 11 soal masih
dalam kategori LOTS dan MOTS . dan hanya 4 soal yang kategori soal HOTS.
(perbaiki cara penyampaian data, shg mudah dimengerti)
Dari hasil studi pendahuluan secara umum menunjukkan bahwa guru
kurang melatih siswa dengan latihan-latihan yang menuntut siswa untuk berpikir
lebih tinggi, sehingga siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan
analisis tinggi, siswa jadi kesulitan dalam memecahkan soal-soal dengan tingkat
kemampuan yang memerlukan analisis tinggi, sesuai tuntutan pembelajaran fisika,
siswa pun akan kalah bersaing dengan dunia pendidikan yang semakin maju
dimasa yang akan datang.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang telah
diuraikan diatas yaitu dengan mengembangkan instrument evaluasi fisika berbasis
HOTS serta menerapkannya dalam pembelajaran seperti pada bahan ajar,
pelaksanaan pembelajaran oleh guru dengan memberikan latihan-latihan
baerorientasi HOTS, dan tentunya dalam instrument evaluasi yang dibuat oleh
guru, seperti diketahuai bahwa HOTS adalah proses berpikir yang melibatkan
aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman yang kompleks,
reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan. Tujuan
tersebut ialah memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis,
sintesis, dan evaluative (Rofiah, 2013:17). Dengan pengembangan instrument
evaluasi berbasis HOTS menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam
penyelasaian soal-soal yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dilakukan penelitian tentang
Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Hots Untuk Materi Hukum Newton
Tentang Gerak Untuk Pembelajaran Fisika Dikelas X SMA. Materi tersebut
dipilih karena memiliki kompetensi dasar (KD) dengan KKO “menganalisis” dan
berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. (perbaiki closing latar belakangnya
dengan kalimat yang tepat)

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikemukakan bahwa
kemampuan HOTS siswa dalam pelajaran fisika masih rendah, beberapa faktor
penyebabnya yang teridentifikasi adalah berdasarkan tinjauan 4 aspek yaitu
1. Aspek Tujuan Pembelajaran yang ingin di capai, berkenaan dengan kata
menganalisis yang terdapat pada KD, belum banyak yang memaknai untuk
pencapaian HOTS
2. Aspek bahan ajar yang disediakan guru, umumnya masih didominasi pada
latihan LOTS dan MOTS, sedangkan latihan HOTS masih sangat sedikit
3. Aspek pelaksanaan pembelajaran guru, juga masih didominasi pada latihan
LOTS dan MOTS, sedangkan latihan HOTS masih sangat sedikit
4. Aspek evaluasi pembelajaran yang disiapkan guru, umumnya masih
didominasi instrument evaluasi berbasi LOTS dan MOTS, sedangkan
instrument evaluasi berbasis HOTS masih sangat sedikit
5. Untuk soal-soal pada materi hukum-hukum Newton tentang gerak, masih
banyak diirasakan sulit oleh guru-guru dan siswa, karena banyak
mengandung HOTS

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus pada permasalahan yang dihadapi,
berdasarkan identifikasi masalah, solusi yang ditempuh dibatasi pada aspek pada
point 4 dan 5 , dengan judul penelitian “ Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis
HOTS Untuk Materi Hukum Newton Tentang Gerak Untuk Pembelajaran Fisika di Kelas
X SMA“
Berdasarkan judul penelitian yang diajukan, juga dilakukan pembatasan masalah agar penelitian
ini menjadi llebih terarah pada aspek-aaspek berikut ini
1. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X semester 1 pada materi hukum newton
tentang gerak yaitu KD 3.7 Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan
antara gaya, massa, dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dan KD 4.7 Melakukan percobaan berikut presentasi
hasilnya terkait gaya serta hubungan gaya, massa dan percepatan dalam gerak
lurus benda dengan menerapkan metode ilmiah.
2. Bentuk instrument evaluasi yang dikembangkan berbasis HOTS dalam
bentuk objektif pilihan ganda dengan 5 pilihan A, B, C, D, dan E
3. Penelitian yang dilakukan yaitu uji validitas, uji praktikalitas instrument
evaluasi berbasis HOTS dalam kalangan terbatas.
4. Model pengembangan HOTS yang dilakukan merujuk pada Pedoman
pengembangan soal HOTS Kemdikbud tahun 2019

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan
masalah dari penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah teknis pengembangan soal HOTS yang
dilakukan
2. Bagaimana kelayakan instrument HOTS yang dikembangkan ditinjau dari
tingkat validitas, dan kepraktisan instrument ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah yang tertera diatas , maka dapat diambil tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengembangkan instrument evaluasi objektif dan essay berbasis HOTS
untuk materi hukum newton tentang gerak untuk pembelajaran fisika dikelas
X SMA.
2. Mengetahui tingkat validitas, kepraktisan instrument evaluasi berbasis HOTS
untuk materi hukum newton tentang gerak untuk pembelajaran fisika di kelas
X
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ada, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Bagi penulis: untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon
pendidik serta untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi kependidikan
fisika di jurusan fisika Universitas Negeri Padang.
2. Bagi guru: sebagai pertimbangan dan alternative bagi guru dalam
menggunakan instrument evaluasi berbasis HOTS pada pembelajaran fisika
SMA
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk melakukan kajian lebih lanjut
mengenai pengembangan instrument evaluasi berbasis HOTS untuk
pembelajaran fisika dekelas X.

G. Kajian Teori
1. Kedudukan Instrumen Evaluasi Dalam Pembelajaran
a. Komponen-komponen pembelajaran ( Tujuan, Materi, pelaksanaan
evaluasi)
sebuah pembelajaran pasti harus diawali dengan yang namanya
rancangan tujuan yang akan dicapai setelah melakukan pembelajaran
nantinya, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pembelajaran
ada beberapa komponen-komponen yang mendukung pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dapat dikatakan
sebagai suatu sistem, sistem tersebut terdiri dari beberapa komponen.
Komponen ini saling terikat satu sama lain, yang harus ada dan dijalankan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.(
http://digilib.uinsby.ac.id ). Adapun komponen-komponen pembelajaran
tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran fisika sendiri tercantum dalam permendikbud nomor 59
tahun 2014 menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran fisika diantaranya adalah:
a) Mengembangkan kemampuan bernalar siswa dalam berpikir analisis induktif
maupun deduktif , b)Menyelesaikan berbagai permasalahan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, c) Menguasai konsep dan prinsip fisika, d)Mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan Serta mempunyai sikap percaya
diri. Sedangkan menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan, No. 21 tentang
Standar Isi, No.24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tahun 2016,
dapat dirumuskan tujuan pembelajaran fisika seperti berikut: 1) Menyadari
keteraturan dan keindahan alam dan berperilaku beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, disiplin dan tanggung
jawab, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain, 3) Mengembangkan
keterampilan siswa dalam merumuskan hipotesis,merancang, dan melaksanakan
eksperimen dan mengumpulkan data, mengolah, menalar dan menyajikan data
serta melaporkan hasilnya dalam bentuk tulisan maupun tertulis, 4)
Mengembangkan pemahaman dan kemampuan siswa dalam menganalisis untuk
memecahkan masalah dan menjelaskan berbagai fenomena alam dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika secara kualitatif dan kuantitatif, 5)
Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa mengenai konsep fisika
tentang penerapan fisika dalam teknologi dan melanjutkan pendidikan.
2.Materi Pembelajaran
Komponen pembelajaran fisika yang kedua adalah materi pembelajaran,
setelah tujuan pembelajaran di rancang, selanjutnya adalah penyesuain materi
pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Materi pembelajaran menurut Sanjaya(dalam Aprida, dkk,.2017:
130) adalah segala sesuatu yang menjadi isi dari kurikulum yang telah ada untuk
dikuasai peserta didik sesuai dengna kompetensi dasar yang ada dalam rangka
mencapai standar kompetensi, dimana materi pembelajaran sangat penting untuk
melakukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

3.Pelaksanaan Evaluasi
Dalam sebuah pembelajaran guru tidak hanya sekedar mengajar, atau
menyalurkan informasi-informasi mengenai materi-materi pembelajaran kepada
siswa. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang guru adalah guru harus
mampu mengetahui tingkatan kemampuan berpikir siswa. Karena tingkat
kemampuan peserta didik tidak dapat diukur dengan hanya megamati kegiatan-
kegiatan siswa ketika mengikuti proses pembelajaran, tapi harus melalui suatu
cara tertentu yang dapat mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Salah satu
cara untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang disebut dengan
evaluasi. Ramayulis (dalam Idrus, 2019: 922) mengatakan bahwa evaluasi
mengandung pengertian sebagai suatu tindakan atau proses dalam menetukan nilai
sesuatu dalam hal ini yaitu penilaian terhadap hasil yang dicapai peserta didik
setelah melewati proses pembelajaran sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik, maka guru melakukan beberapa cara untuk mengukur
tingkat kemampuan peserta didiknya. Jadi banyak teknik-teknik dari evaluasi
yang bisa diberikan oleh guru kepada siswa, seperti pendapat dari ahli berikut:
Pendapat dari ( Arvyanda, 2014:5) Teknik evaluasi ada dua macam
yaitu: teknik tes dan teknik non-tes. Teknik tes adalah teknik yang
dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis, sedangkan
teknik non-tes biasanya dilakukan guru untuk menilai sikap,
tingkah laku dan kepribadian peserta didik selama kegiatan belajar
mengajar dikelas. Teknik penilaian ini digunakan guru sebagai
pedoman untuk memberikan penilaian pada peserta didik.
Dari komponen-komponen pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa
komponen pembelajaran antara lain terdiri dari tujuan pembelajaran,materi
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Ketiga komponen ini adalah saling
terkait satu sama lain, dimana jika tidak ada salah satunya maka tidak akan ada
yang namanya pembelajaran. Sesuai dengan prinsipnya yaitu komponen,
komponen dapat diartikan sebagai unsur-unsur yang menyusun sesuatu, dalam hal
ini komponen adalah yang mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran, yang pertama harus dibuat oleh seorang pendidik/guru adalah
tujuan pembelajaran, tanpa adanya tujuan guru tidak akan mempunyai pedoman
dalam mengajar, pembelajaran yang dilakukan guru hanya akan mengambang
begitu saja karena tidak adanya tujuan ssebelum memulai pembelajaran. Tujuan
disini ada dua yaitu tujuan spesifik atau khusus yaitu tujuan pembelajarean yang
dibuat guru berpatokan pada materi yang akan diajarkannya, tujuan yang kedua
adalah tujuan pembelajaran umum, tujuan ini didasarkan pada tujuan yang
tercantum dalam rencana pembelajaran . Komponen yang kedua adalah materi
pembelajaran, sebagaimana tujuan pembelajaran yang berpatokan pada materi
yang akan diajarkan, dari materi akan diuraikan beberapa tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan oleh seorang guru. Materi adalah sumber belajar bagi guru
dan juga bagi siswa khususnya. Tanpa adanya materi maka pembelajaran tidak
akan berjalan meskipun tujuan pembelajaran sudah ada, karena tujuan
pembelajaran ini berpatokan pada materi yang akan diajarkan guru. Komponen
yang ketiga adalah evaluasi, evaluasi adalah penilaian akhir yang dilakukan guru
terhadap peserta didik. Dimana setelah melakukan beberapa tahap pembelajaran,
maka guru diharuskan mampu mengetahui tingkat kemampuan peserta didik. Ini
masuk pada kompetensi professional yang harus ada pada setiap guru, dengan
adanya evaluasi, maka guru bisa mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran
sudah tercapai. Jadi ketiga komponen ini terikat satu sama lain, dan saling
melengkapi.

b. Fungsi instrumen Evaluasi Dalam Pembelajaran


untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik, guru harus
melakukan evaluasi kepada peserta didik, untuk melakukan evaluasi tersebut guru
memerlukan suatu alat ukur yang dinamakan dengan instrument evaluasi. Guru
harus memilih seperti apa instrumen yang harus dibuat oleh guru untuk kemudian
diberikan pada siswa untuk diujikan Sebagaimana pendapat dari ( Asrul, 2014: 3)
Teknik melakukan evaluasi atau yang disebut sebagai jenis tagihan evaluasi dari
hasil belajar. Sedangkan bentuk instrument evaluasi hasil belajar adalah alat
evaluasi yang dipakai untuk memungut data hasil pembelajaran Dja’far
Siddiq( dalam Aprida Pane, 2017: 340) mengungkapkan bahwa fungsi dari
instrumen evaluasi yang digunakan guru adalah sebagai berikut: 1)Intensif untuk
meningkatkan peserta didik belajar, setelah siswa memperoleh hasil belajarnya
selama dalam proses pembelajaran siswa diharapkan mampu menjadikan hasil
evaluasinya tersebut sebagai alat untuk membuat menjadi lebih giat dalam belajar,
2) hasil evaluasi dijadikan sebagai umpan balik bagi peserta didik, 3) evaluasi
juga sebagai Umpan balik bagi pendidik, yaitu pendidik bisa menjadikan hasil
belajar siswa sebagai tolak ukur terhadap kemampuannya dalam mengajar,
sehingga pendidik bisa memperbaiki metode dalam melakukan pembelajaran, dan
lebih banyak dalam menggunakan berbagai sumber dalam mengajar, 4)Informasi
bagi orang tua/wali, orang tua bisa mengetahui sejauh mana anak tersebut dalam
belajar, serta orang tua bisa memperbaiki lagi caranya dalam mendidik anak
sehingga anak tersebut merasa termotivasi dalam belajar, 5) Informasi untuk
lembaga, hasil evaluasi peserta didik dapat dijadikan sebagai tolak ukur suatu
lembaga dalam memberikan suatu penghargaan, seperti beasiswa berprestasi atau
beasiswa lainnya, yang dapat mendorong siswa tersebut agar mempertahankan
prestasinya dan meningkatkannya.
2. Hakikat HOTS (Higher Order Thinking Skills)
a. Pengertian HOTS Dan Perbedaan Dengan MOTS dan LOTS
Agar peserta didik mampu bersaing dimasa yang akan datang, maka
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik adalah hal yang paling penting
untuk persiapan bersaing dengan masa yang akan datang. Terutama untuk era
globalisasi saat sekarang ini, dimana sumber daya manusia adalah suatu yang
sangat dilihat dan diutamakan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. kemampuan
berpikir tingkat tinggi adalah suatu keterampilan pengetahuan peserta didik yang
tidak hanya sampai pada memahami dan mengingat saja, namun juga bisa
menghubungkan beberapa informasi terkait hingga mampu melakukan evaluasi
serta kemampuan mencipta menurut Widyastuti( dalam Desirah, Setyarsih, 2021:
84), sementara menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat
tinggi salah satunya dari Resnick( dalam Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan, 2018: 14) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan
materi dan mampu membuat kesimpulan dari materi, menganlisis, serta
melakukan representasi, menganalisis dari keadaan-keadaan yang di berikan, dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktifitas mental yang paling dasar
Untuk mempermudah penilaian terhadap kemampuan belajar yang dicapai
peserta didik, maka dibuatlah instrumen evaluasi yang berbasis HOTS, instrumen
evaluasi yang diberikan dapat berupa soal objektif ataupun essay. Soal HOTS
dibuat dalam rangka pengumpulan data. Soal yang HOTS dapat melatih siswa
agar mampu memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sehingga sumber daya
manusia yang dimiliki peserta didik bisa bersaing dengan dunia dimasa yang akan
datang.Soal-soal HOTS merupakan suatu instrument/alat yang digunakan guru
dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didiknya. Dimana
kemampuan itu tidak hanya sekedar memahami dan mengingat saja, tapi juga
peserta didik mampu melakukan analisis, evaluasi, serta kemampuan mencipta.
Pada soal HOTS siswa dituntut bisa melakukan: 1) transfer konsep satu kekonsep
yang lainnya untuk, 2) memproses serta menerapkan informasi yang telah
didapatkan, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi, 4) menggunakan informasi
untuk menyelesaikan masalah, 5) menelaah ide dan informasi secara kritis
Terkait soal-soal HOTS yang telah diuraikan diatas, maka untuk menyusun
soal HOTS harus beracuan pada ranah kognitif yang telah ditentukan, karena soal
HOTS juga mempunyai aturan tersendiri, sehingga soal tersebut bisa dikatakan
HOTS.
Ranah kognitif meliputi kemampuan dari peserta didik dalam
mengulang kembali konsep yang didapatkannya dalam pembelajaran,
proses ini berkenan dengan kemampuan berpikir. Tujuan pembelajaran
pada ranah kognitif menurut Bloom merupakan segala aktifitas pembelajaran
menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi
(Direktorat Pembinaan SMA, 2018:3-9)

Tabel 1. Proses kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom.

Proses kognitif Definisi


C1 L Mengambil pengetahuan yang
O Mengingat relevan dari ingatan
C2 T Membangun arti dari proses
pembelajaran, termasuk
S Memahami komunikasi lisan, tertulis, dan
gambar
C3 Melakukan atau menggunakan
Menerapkan/mengaplikasikan prosedur didalam situasi yang
tidak biasa
C4 H Memecahkan materi kedalam
O bagian- bagiannya dan
T Menganalisis menentukan bagaimana
S bagian-bagian itu
terhubungkan antara bagian
dan kestruktur atau tujuan
keseluruhan
C5 Membuat pertimbangan
Menilai / mengevaluasi berdasarkan kriteria atau
standar
C6 Menempatakan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk
Mengkreasi / mencipta membentuk keseluruhan secara
koheren atau fungsional;
menyusun kembali unsur-unsur
kedalam pola atau struktur baru
(Direktorat Pembinaan SMA, 2018:3-9)

Sedangkan Level kognitif menurut Anderson( dalam Direktorat Pembinaan


SMA, 2017: 14) menyatakan bahwa klasifikasi proses berpikir sebagai berikut:
Tabel 2. Dimensi Proses Berpikir
 Mengkreasi ide/ gagasan sendiri
Mengkreasi  Kata kerja: mengkonstruksi, desain,
kreasi, mengembangkan, menulis,
memformulasikan
HOTS  Mengambil keputusan sendiri
Mengevaluasi  Kata kerja: evaluasi, menilai,
menyanggah, memutuskan, memilih,
mendukung
 Menspesifikasi aspek-aspek/ elemen
Menganalisis  Kata kerja: membandingkan, memeriksa,
mengkritisi, menguji
 Menggunakan informasi pada domain
berbeda
MOTS Mengaplikasi  Kata kerja: menggunakan,
mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
mengoperasikan
 Menjelaskan ide/konsep
Memahami  Kata kerja: menjelaskan, mengklasifikasi,
menerima, melaporkan
 Mengingat kembali
LOTS Mengetahui  Kata kerja: mengingat, mendaftar,
mengulang, menirukan
Anderson( dalam Direktorat Pembinaan SMA, 2017: 14)
Sesuai pendapat dan penjelasan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
ranah kognitif untuk soal yang dikategorikan HOTS adalah dari ranah kognitif
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) dengan KKO pada
tingkat kognitif adalah berbeda-beda.
b. Kedudukan HOTS Sebagai Tujuan Kurikulum Fisika 2013
Kedudukan instrument evaluasi HOTS pada kurikulum 2013 adalah
sebanyak 50% kompetensi dasar menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi
( C4, C5, C6) . salah satu materi yang memiliki kompetensi dasar yang menuntut
HOTS pada silabus fisika adalah Hukum Newton. Kompetensi dasar 3.7
Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerak
lurus benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya
kompetensi dasar yang menuntut HOTS ini menggambarkan bahwa HOTS sangat
penting dan dibutuhkan dalam kurikulum K-13.
c. . Karakteristik Soal Hots
Untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, maka
disusunlah sebuah instrumen evaluasi berbasis HOTS , sebelum menyusun soal-
soal HOTS, maka terlebih dahulu harus mengetahui apa saja karakteristik dari
soal HOTS tersebut, hal ini sejalan sesuai dengan pernyataan dari (Direktorat
Pembinaan SMA,2017: 9-14 ) yang mengemukakan langkah-langkah dalam
menyusun soal HOTS, Sehingga dalam menyusun soal HOTS tidak terjadi
kesalahan. Soal HOTS digunakan guru untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat peserta didik,berikut ini dipaparkan karaketeristik soal-soal HOTS: 1)
Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu: Kemampuan berpikir tingkat
tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving),
keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (
decision making), Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam soal HOTS,
terdiri atas: a) Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak familiar, b)
Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dari berbagai sudut pandang yang berbeda, c) Menemukan model-model
penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnyaSoal HOTS yang
akan dibuat haruslah menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, pada soal HOTS yang akan dibuat adalah
soal yang belum pernah ditemukan peserta didik sebelumnya, sehingga siswa
menganlisis soal terlebih dahulu, untuk menyelesaikan soal tersebut siswa harus
memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi dari berbagai sudut pandang, dan
siswa bisa menyelesaikan soal-soal dengan cara yang berbeda dengan cara
sebelumnya. 2. Berbasis permasalahan kontekstual, Soal-soal HOTS yang akan
dibuat harus soal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, untuk menyelesaikan
soal-soal tersebut peserta didik menggunakan berbagai konsep yang telah
dipelajari dikelas sebelumnya.Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen
kontekstual, yang disingkat dengan REACT. a) Relating, asesmen terkait langsung
dengan konteks pengalaman kehidupan nyata, b) EXPERINCING, assesmen yang
ditekankan kepada penggalian (exploration),penemuan ( discovery), dan
penciptaan (creation), c) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta
didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata, d)Communicating,asesmen yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk mampu mengkomunikasikan kesimpulan model
pada konteks masalah, e)Transferring, asesmen yang menuntut kemampuan
peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas
kedalam situasi atau konteks baru. 3. Menggunakan bentuk soal beragam, Bentuk-
bentuk soal HOTS yang akan dibuat hendaknya haruslah beragam, yang bertujuan
untuk memberikan informasi yang lebih rinci kepada peserta didik. Terdapat
beberapa alternative bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS ( yang digunakan pada model pengujian PISA). Sebagai berikut: a) Pilihan
ganda, Pilihan ganda adalah pilihan dengan memberikan soal dan beberapa pilihan
( A, B, C, D, E) pada pilihan jawabannya terdiri dari satu jawaban yang benar dan
terdapat jawaban pengecoh. Pada pilihan ganda jika jawaban benar diberi skor 1
dan jika jawaban salah akan diberi skor nol, b) Pilihan ganda kompleks (
benar/salah, atau ya/tidak), Soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks
juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik
diberikan beberapa pernyataan yang terakait dengan stimulus atau bacaan. Lalu
peserta didik diminta untuk memilih benar/salah atau ya/tidak. c)Isian singkat atau
melengkapi, soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta
tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau
symbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut:
1)Bagian kalimat yang harus dilengkapai seharusnya hanya satu bagian dalam
rasio butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan
siswa, 2)Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa
kata, frase, angka, symbol, tempat dan waktu, d)Jawaban singkat atau pendek,
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek atau frase terhadap suatu pertanyaan, e) Uraian ,Soal
bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup
jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban
yang mungkin diberikan oleh siswa. Ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas
tergambar dalam rumusan soalnya. Untuk melakukan penskoran, penulis soal
dapat menggunakakn rubrik atau pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata
kunci yang dijawab dengan benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang
salah diberi skor 0 .
d. . Langkah-langkah penyusunan soal HOTS
Setelah mengetahui karakteristik dari soal HOTS, selanjutnya adalah
mengetahui langkah-langkah dalam menyusun soal HOTS Dalam Penyusunan
soal HOTS ada beberapa langkah yang harus diketahui dan dilakukan oleh
seorang guru, agar soal yang disusun bisa dikatakan sebagai soal yang dapat
dikategorikan kedalam kategori soal HOTS hal ini seperti yang tertuang dalam
(Direktorat Pembinaan SMA,2017: 23). berikut langkah-langkah menyusun soal
HOTS: 1)Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, dalam membuat
soal HOTS langkah pertama yang dilakukan guru adalah memilih KD yang dapat
dibuat soal HOTS, karena tidak semua KD yang bisa disusun jadi soal HOTS.
Setelah KD dianalisis dan ditemukan KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS,
selanjutnya dilakukan penyusunan kisi-kisi dari KD yang telah dipilih.
2)Menyusun kisi-kisi soal, Kisi-kisi penulisan soal HOTS bertujuan untuk
membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS , kisi-kisi tersebut memandu
guru dalam(a) memilih KD yang dapat dibuat soal HOTS, (b) memilih materi
pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal,
dan (d) menentukan level kognitif, 3)Memilih stimulus yang menarik dan
kontekstual Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya belum
pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual adalah stimulus
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, 4)Menulis butir pertanyaan
sesuai dengan kisi-kisi soal, Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada
umumnya. Perbedaan terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek
konstruksi dan bahasa relative sama, setiap butir soal ditulis pada kartu soal,
sesuai format terlampir. Setelah butir soal dibuat, selanjutnya yang dilakukan
adalah membuat pedoman penskoran dari jawaban yang benar dan yang salah,
5)Membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban, Setiap butir soal HOTS
hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman
penskoran pada soal berbentuk pilihan ganda akan diberi nilai 1 untuk jawaban
yang benar, untuk jawaban salah diberi skor 0. Sedangkan pada uraian akan
diberikan skor berbentuk poin-poin setiap langkahnya.
e. Indikator Soal HOTS
Seperti yang telah diuraikan diatas, yaitu dalam langkah-langkah penyusunan
soal HOTS yaitu yang pertama menganalisis KD yang dapat dijadikansoal
HOTS, selanjutnya menyusun kisi-kisi soal penyusunan kisi-kisi soal HOTS ini
membantu guru dalam memilih KD yang akan dibuat butis soal, kisi-kisi dari
soal akan menjadi pedoman bagi guru dalam memilih KD yang akan dibuat
menjadi soal HOTS, kemudian dipilihlah materi sesuai dengan kompetensi dasar
yang telah dipilih, selanjutnya dibuatlah indikator berdasarkan materi yang telah
dipilih, terakhir dibuat level kognitifnya.
Jadi pada langkah menyusun soal HOTS terdapat indikator soal HOTS, berikut
dijelaskan beberapa tingkatan indikator soal HOTS tersebut Menurut (Desy Eka
Alimuti 2015) mengatakan bahwa HOTS memiliki 4 indikator yaitut: 1) Problem
solving, Soal yang disusun dikatakan HOTS jika sudah memiliki beberapa
indikator soal HOTS. Indikator soal HOTS yang pertama adalah problem solving,
Problem solving merupakan suatu proses untuk menemukan masalah dan
memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang nyata dan akurat
sehingga kesimpulan dapat diambil. Penyelesaian masalah menurut W.Gulo
( 2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yang merupakan indikator
dalam pemecahan masalah seperti terlihat pada tabel 5. Dikatakan soal HOTS,
jika dalam penyelesaiannya diperlukan kemampuan seperti berikut:
Tabel 5. Tahapan dalam pemecahan masalah
Tahapan Kemampuan yang diperlukan
Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara
jelas
Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci
menganalisis masalah dari berbagai sudut
Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab-akibat dan alternative penyelesaian
Mengumpulkan data Kecakapan mencari dan menyusun data
menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar,
dan table
Menguji hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan
menghitung keterampilan mengambil keputusan
dan kesimpulan
Tahapan Kemampuan yang diperlukan
Menentukan pilihan Kecakapan membuat alternative penyelesaian
penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang
terjadi pada setiap pilihan
W.Gulo ( 2002:115)
Jadi soal HOTS yang telah disusun, untuk menyelesaikan permasalahan
dalam soal ,maka harus dilakukan perumusan masalah, setelah dirumuskan
masalah kemudian masalah tersebut ditelaah , melakukan hipotesis/ dugaan
terhadap masalah yang sudah ditelaah, selanjutnya setelah memebrikan dugaan-
dugaan terhadap persoalan barulah dugaan tersebut di uji kebenarannya sehingga
sampai pada tahap terakhir yaitu menentukan pilihan penyelesaian dari berbagai
dugaan yang dirumuskan. Indikator soal HOTS selanjutnya adalah keterampilan
dalam megambil keputusan., 2) Keterampilan pengambilan keputusan,
Ketermpilan mengambil keputusan merupakan keterampilan sesorang dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik
dari berbagai permasalahan melalui pengumpulan informasi dan menganalisis
untuk mencari solusinya. Keputusan terbaik yang diambil berdasarkan alasan
yang rasional. Indikator pengambilan keputusan menurut Woolever & Kathryn
( 1998: 68-69) seperti tabel berikut 2 :
Table 2. indikator pengambilan keputusan

Variabel Indikator
1. Menganalisis penyebab masalah
dari berbagai factor
2. Mengidentifikasi dampak dari
masalah
3. Mengidentifikasi alternatif
keputusan untuk menyelesaikan
Pengambilan keputusan masalah
4. Membuat keputusan untuk
menyelesaikan masalah
5. Memberi alasan pemilihan
pengambilan keputusan
6. Memprediksi dampak dari
tindakan pengambilan keputusan
dalam konteks nyata
7. Memberi penilaian kelebihan dan
kekurangan dari keputusan
Woolever & Kathryn( 1998: 68-69)
Indikator HOTS yang selanjutanya 3)Keterampilan berpikir kritis, Berpikir
kritis adalah berpikir dengan baik dan merupakan suatu proses yang baik. John
Dewey dalam Johnson ( 2007: 187) mengatakan bahwa sekolah harus
mengajarkan cara berpikir yang benar pada siswa. Disisi lain berpikir kritis adalah
sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti
asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis
sebagai berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang
apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, maka
kemampuan berpikir kritis menurut Ennis ( 1985) terdiri atas 12 keterampialn
yaitu: (1) merumuskan masalah (2) menganalisis argument (3) menanyakan dan
menjawab pertanyaan (4) menanyakan dan menjawab pertanyaan (5) melakukan
observasi dan menilai hasil observasi (6) membuat dedukasi dan menilai dedukasi
(8) mengevaluasi (9) mendefinisikan (10) mengidentifikasi asumsi masalah (11)
memutuskan dan melaksanakan (12) berinteraksi dengan orang lain. Terdapat
beberapa penemuan tentang suatu aktivitas yang menggambarkan sesorang
dikatakan mempunyai kemampuan dalam berpikir kritis. Kemampuan tersebut
dijelaskan dalam tabel 3. Berikut :
Tabel .3 Indikator berpikir kritis
No Indikator Keterangan
Kemampuan memahami dan menyatakan
maksud atau arti dari suatu data yang bervariasi,
1 Analisis pengalaman dan mempertimbangkan. Meliputi
keterampilan menggolongkan, menentukan arti,
dan menjelaskan makna.
Kemampuan untuk menilai informasi dan
kekuatan nyata atau hubungan dengan
2 Evaluasi kesimpulan, kemampuan untuk menyatakan
hasil pemikiran, untuk menilai kredibilitas dan
kekuatan suatu argument.
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan
3 Menyimpulkan merangkum informasi yang diperlukan untuk
menggambarkan kesimpulan
Kemampuan untuk memikirkan dan menyatakan
4 Deduktif sesuatu yang bersipat umum yang dianggap
benar, sampai pada kesimpulan yang khusu.
Kemampuan untuk memahami dan menyatakan
5 Induktif sesuatu dan aplikasinya dengan pengetahuan dan
pengalaman dimana menjangkau kesimpulan
yang umum
4) Keterampilan berpikir kreatif, Indikator yang harus ada selanjutnya dalam soal
HOTS adalah keterampilan berpikir kreatif, keterampilan kreatif Menurut
Munandar (2002), kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari hasil
pemikiran atau perilaku manusia atau sebagai proses pemikiran berbagai gagasan
dalam menghadapi suatu persoalan. Keterampilan berpikir kreatif ini adalah efek
dari pikiran-pikiran seseorang yang kemudia diwujudkan dalam suatu tindakan
atau tingkah laku dalam menyelesaikan suatu masalah. Ada beberapa ciri umum
secara kognisi yang dapat didefinisikan yang selanjutnya dapat dijadikan indikator
berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.indikator berpikir kreatif

Tingkat kognitif Keterangan


Fluency Dapat lancar memberikan banyak ide untuk
menyelesaikan suatu masalah ( termasuk
banyak dalam memberikan contoh)
Flexibility Dapat memunculkan ide baru (untuk
mencoba dengan cara lain) dalam
menyelesaikan masalah yang sama
Originality Dapat menghasilkan ide yang luar biasa
untuk menyelesaikan suatu masalah ( dapat
menjawab menurut caranya sendiri)
Elaboration Dapat mengembangkan ide dari ide yang
telah ada atau merinci masalah menjadi
masalah yang lebih sederhana.
Siswa dikatakan mempunyai keterampilan berpikir kreatif, jika dalam
memecahakan masalah siswa mampu memeberikan banyak ide/ masukan-
masukan sebagai informasi untuk memecahakan masalah, selain memeberikan
ide-ide yang banyak siswa tersebut juga mampu memeberikan ide yang baru,
memecahkan masalah sesuai dengan caranya sendiri. Indikator selanjutnya agar
siswa dikatakan memepunyai kemampuan berpikir kreatif adalah mampu
mengembangkan ide-ide yang telah ada sehingga dapat merangkum/meringkaskan
suatu masalah kedalam masalah yang lebh sederhana.
3. Karakteristik & Konsep Esensial Materi Hukum Newton Tentang Gerak

a. Karakteristik (ciri-ciri) materi Hukum Newton 1, 2, 3 tentang Gerak


Beberapa karakteristik dari hukum newton salah satunya adalah dengan
menggunakan diagram bebas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Diagram bebas untuk hukum 1 newton adalah seperti gambar 1.

Gambar 1. Diagram bebas hukum 1 newton

Gambar 1. Diagram bebas Hukum 1 Newton.


Dari diagram dapat diketahui apa saja gaya-gaya yang bekerja pada benda,
dan kemana arah gaya tersebut, sehingga dapat diketahui gaya apa saya yang
terdapat pada sumbu x dan sumbu y. dari diagram diperoleh rumus untuk mencari
gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut, secara matematis hukum 1 newton
dirumuskan :
∑F = 0 (1.1)

Dari rumusan diatas, dapat dilihat beberapa pengaplikasian dari hukum 1


newton diantaranya seperti berikut:
Gambar .2 balok yang digantung pada tali Gambar.3 balok diatas bidang
miring
Gambar diatas adalah beberapa pengaplikasian dari hukum 1 newton dimana
gaya yang bekerja pada balok yang diam adalah sebesar nol, artinya benda akan
tetap diam, jika tidak ada gaya luar yang mempengaruhinya. Pada gambar 2 yaitu
balok yang di gantungkan pada tali menggunakan katrol, karena balok tetap dalam
keadaan diam, maka berlaku hukum 2 newton. Gambar 3 yaitu balok yang berada
diatas bidang miring, Balok bergerak ke atas dengan kecepatan tetap berarti masih
berlaku hukum I Newton.
Selanjutnya hukum 2 newton juga memerlukan diagram bebas untuk
mempermudah dalam menyelesaikan beberapa permasalahn yang ditemukan
dalam penggunaan hukum 2 newton, diagramnya adalah sebagai berikut:

Gambar.4 diagram bebas hukum 2 newton


pada hukum newton juga berlaku beberapa gaya sehingga benda bergerak
akibat gaya-gaya yang bekerja tersebut, dimana untuk hukum newton yaitu, jika
pada benda diberikan gaya sebesar F, dan benda bermassa sebesar m, karena
diberikan gaya (dorong/tarik) , maka benda akan mengalami percepatan sebesar a.
Dimana pada hukum 2 newton percepatan berbanding lurus dengan gaya, yaitu
semakin besar gaya yang diberikan, maka percepatan juga akan semakin besar.
Sedangkan percepatan berbanding terbalik dengan massa benda, yaitu jika massa
benda besar, maka percepatan pada benda akan semakin kecil dan begitu
sebaliknya jika massa benda kecil, maka percepatan benda akan semakin besar.
Sehingga Secara matematis hukum 2 newton dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑F = m.a atau a = F/m (1.2)

Hukum 2 newton dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan dalam


beberapa kejadian seperti berikut:

Gambar. 5 orang yang berada dalam lift Gambar 6. Sistem katrol dan meja
licin

Gambar .7 sistem katrol dan meja kasar


Beberapa gambar diatas membuktikan bahwa hukum 2 newton diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari,pada gambar. 5 Dimana seorang yang sedang
berada dalam lift yang bergerak kebawah , pada saat orang tersebut berada
dalam lift maka ada beberapa gaya yang bekerja, Berat orang yang berada dalam
lift bergerak sama dengan gaya normal yang diterimanya. sehingga untuk
menyelesaikan persoalan tersebut berlaku hukum 2 newton. pada gambar.6 yaitu
Jika meja licin ada maka gaya-gaya yang bekerja pada balok dan batu dimana
pada Sistem dipercepat dengan percepatan sama. Gambar.7 sama dengan
gambar. 6 tapi ada gaya gesek yang mempengaruhi balok tersebut, pada
gambar7. Juga berlaku hukum 2 newton.
Hukum yang ketiga yaitu Hukum 3 newton, dapat dilihat resultan-resultan
gaya yang bekerja pada benda yang mengalami hukum 3 newton seperti gambar
dibawah ini:

Gambar. 6. Diagram bebas Hukum 3 Newton


benda yang mengalami hukum 3 newton diagramnya dilukiskan seperti
gambar 6, yaitu ada F1, F2 , dan F3. F1 yaitu gaya dorong/ disebut dengan gaya aksi
yang diberikan pada benda, F2 dan F3 adalah gaya reaksi dari gaya dorong yang
diberikan pada benda, dimana gaya aksi / F1 besarnya sama dengan gaya F2 dan F3
/ gaya reaksi namun arahnya berbeda. Secara matematis hukum 3 newton
dirumuskan sebagai berikut.
Faksi = Freaksi (1.3)

Beberapa pengaplikasian dari hukum newton 3 adalah sebagai berikut:


Gambar. 7 Gambar. 8
Gambar diatas adalah pengaplikasian dari hukum 3 newton, dimana pada
gambar. 7 Pada saat pesawat menyemburkan gas ke luar maka pesawat tersebut
telah memberikan gaya aksi pada gas maka gas itu akan memberikan gaya reaksi
sehingga dapat mendorong pesawat dan menyebabkan pasawat dapat bergerak.
Gambar.8 Pasangan gaya aksi-reaksi memenuhi sifat : sama besar, berlawanan
arah dan bekerja pada dua benda. Dari sifat di atas dapat ditentukan dua pasangan
aksi-reaksi yaitu: w dengan Fg N dengan N’.
b. Konsep-konsep esensial materi hukum 1,2,3 newton
Untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan terkait hukum newton, maka
perlu diketahui beberapa konsep hukum newton berikut: Setelah mengetahui
rumusan dari hukum-hukum newton, dari diagram yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ada gaya yang bekerja pada benda yang mengalami hukum
newton, beberapa jenis gaya tersebut diantaranya:
Jenis-Jenis Gaya
Ada beberapa jenis gaya yang bekerja pada benda, berikut penjelasannya:
pertama adalah Gaya Berat, Gaya berat yang dialami benda besarnya sama dengan
hasil kali antara massa benda dan percepatan gravitasi. Secara matematis
dituliskan:
W = m.g (1.4)
W = gaya berat
m= massa(Kg)
g = gaya gravitas (m/s2)
Pada diagram selanjutnya ada Gaya Normal, Gaya Normal adalah gaya yang
bekerja pada bidang yang bersentuhan antara dua permukaan benda, arahnya
tegak lurus dengan bidang sentuh. Kemudian ada Gaya gesek,gaya gesek tersebut
adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan,
gaya gesek yang bekerja pada dua permukaan benda yang saling bersentuhan
tersebut ada dua , yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, berikut
penjelasan dari kedua gaya gesek tersebut:
a. Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis (fs ) adalah gaya gesek yang terjadi pada benda dalam keadaan
diam. Secara matematis dituliskan:
fs = μs N (1.5)
keterangan:
fs == gaya gesek statis ( N)
μs = koefisien gesek statis
N = gaya normal ( N)
b. Gaya Gesek Kinetis
Gaya gesek kinetis (fk ) adalah gaya yang bekerja pada benda dalam keadan
bergerak.
fs = μs N (1.6)
keterangan:
fk == gaya gesek kinetis ( N)
μk = koefisien gesek statis
N = gaya normal ( N)
Gaya yang berlaku selanjutnya adalah Gaya Sentripetal, Benda yang mengalami
percepatan sentripetal karena adanya gaya sentripetal. Arah gaya sentripetal
menuju kepusat lingkaran. Secara matematis dituliskan:
Fs = mas = m v2/t = mὠ2r (1.7)
Keterangan:
Fs = gaya sentripetal (N) ὠ = kecepatan sudut (rad/s)
m = massa benda (kg) r = jari-jari lingkaran (m)
as = percepatan sentirpetal (m/s2)
v = kecepatan linear ((m/s)
( Muslihun, 2017 : 42-44)
Suatu benda yang diberikan gaya padanya, maka benda tersebut akan
mengalami beberapa jenis gaya seperti yang telah dijelaskan diatas, diaman jika
pada benda diberikan gaya, maka benda tersebut akan mengalami beberapa jenis
gaya. gaya-gaya yang dialami sebuah benda diantaranya: gaya berat, gaya normal,
gaya gesek dan gaya sentripetal. Gaya berat adalah gaya yang dihasilkan dari hasil
kali antara massa dan percepatan gravitasi. Sedangkan gaya normal adalah gaya
yang tegak lurus dengan bidang sentuh, dapat diartikan bahwa gaya normal
tersebut adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan yang saling bersentuhan.
Gaya yang ketiga adalah gaya gesek, yaitu gaya yang terjadi antara dua
permukaan yang saling bersentuhan, gaya gesek tersebut ada dua yaitu gaya gesek
statis dan gaya gesek kinetis, gaya gesek statis adalah gaya gesek antara dua
permukaan yang saling bersentuhan dimana benda tersebut dalam keadaan diam,
dan gaya gesek kinetis adalah gaya gesek antara dua bidang sentuh yang bekerja
pada benda yang dalam keadaan bergerak. Gaya yang keempat adalah gaya
sentripetal, benda yang mengalami percepatan sentripetal karena adanya gaya
sentripetal, arah gaya sentripetal tersebut adalah menuju kepusat lingkaran.

4. Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis HOTS Untuk Materi Hukum


Newton Tentang Gerak.
a. Konsep pengembangan
Research and Developmet ( Penelitian dan Pengembangan ) merupakan
metode penelitian untuk mengembangkan dan menguji produk yang nantinya
akan dikembangkan dalam dunia pendidikan . konsep pengembangan yang akan
dilakukan yaitu, pertama akan dilakukan adalah mengumpulkan beberapa
instrumen penilaian dari beberapa guru berupa penilaian harian, kemudian
dianalisis indikator-indikator dari soal-soal penilaian harian tersebut, selanjutnya
dilakukanlah pengembangan soal berbasis HOTS dari soal-soal yang sudah ada.
b. Model dan teori pengembangan yang diterapkan
Model pengembangan yang akan digunakan pada instrumen ini adalah model
pengembangan penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh
Thiragajan dengan menggunakan empat tahap pengembangan. Tahap pertama
define atau sering disebut sebagai tahap analisis kebutuhan, pada tahap pertama
dianalisis dulu kebutuhan dari peserta didik yang belum terpenuhi, tahap kedua
adalah design yaitu menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat
pembelajaran, lalu tahap ketiga Develop yaitu tahap pengembangan melibatkan
uji validitas atau menilai kelayakan media Thiagarajan ( dalam Albert, 2021 :3-5)
pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan sampai pada langkah tiga yaitu
pada tahap pengembangan.

Define ( pendefinisian)

Design ( perancangan)

Develop (pengembangan)

Disseminate (penyebaran)

Gambar 1. Langkah-langkah Pengembangan 4D


Adapun rincian tahap pengembangan sebagai berikut:
1. Tahap Define ( Pendefinisian )
Tahap awal pada model 4D ialah tahap pendefinisian terkait pengembangan
sederhananya, pada tahap ini dilakukanlah penganalisisan kebutuhan. Dalam
pengembangan produk perlu mengacu pada syarat pengembangan, menganalisis
dan mengumpulkan informasi sejauh mana pengembangan perlu untuk dilakukan.
Tahap pendefinisian ini dapat dilakukan melalui analisa terhadap penelitian
terdahulu dan studi literature menyebutkan bahwa ada lima kegiatan yang bisa
dilakukan pada tahap define, yakni:

a) Front-end Analysis ( Analisis Awal )


Analisis awal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran. Sehingga nantinya masalah inilah yang akan melata
rbelakangi perlunya pengembangan. Dengan melakukan analisis awal, maka
peneliti dapat memperoleh gambaran fakta dan alternative penyelesaian. Hal ini
dapat membantu dalam menentukan dan memilih perangkat pembelajaran yang
akan dikembangkan, dalam hal ini peneliti akan melakukan pengembangan
terhadap instrument evaluasi.

b) Learner Analiysis ( Analisis peserta Didik )


Analisis peserta didik merupakan kegiatan mengidentifikasi bagaiamna
karakteristik peserta didik yang nantinya akan menjadi target dari penelitian
pengembangan instrument yang akan digunakan. Karakteristik yang dimaksud
berkaitan dengan kemampuan akademik, perkembangan kognitif, motivasi dan
keterampilan individu berkaitan dengan topic pembelajaran, media, format dan
bahasa.
c) Task Analysis ( Analisis Tugas)
Analisa tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dikaji
peneliti untuk kemudian dianalisa kedalam himpunan keterampilan tambahan
yang mungkin diperlukan. Dalam hal ini pendidik menganalisa tugas pokok yang
harus dikuasai peserta didik untuk bisa mencapai kompetensi minimal yang
diharapkan.
d) Concept Analysis ( Analisis Konsep )
Dalam analisa konsep dilakukan identifikasi konsep pokok yang akan
diajarkan, dalam hal ini peneliti akan melakukan identifikasi terhadap materi
hukum newton tentang gerak , dimana yang akan dikembangkan adalah
instrument evaluasi berbasis HOTS. Menganalisa terkait konsep Hukum Newton
Tentang Gerak.

e) Specifying Instructional Objectives ( Perumusan Tujuan


Pembelajaran)
Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari hasil
analisa konsep ( concept analysis) dan analisa tugas ( task analysis) untuk
menetukan perilaku objek penelitian.
2. Tahap Design ( Perancangan )
a) Constructing Criterion-Referenced Test (Penyusunan Standar Tes)
Penyusunan standar tes adalah langkah yang menghubungkan antara tahap
pendefinisian dengan tahap perancangan. Penyusunan tes akan disesuaikan
dengan hasil spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisa peserta didik. Dari
sinilah akan disusun kisi-kisi tes. Pada penelitian ini, peneliti akan membuat atau
mengembangkan tes objektif.
b) Media Selection ( Pemilihan Media)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik media, penelitian yang akan saya lakukan yaitu
pengembangan instrument evaluasi, jadi disini yang akan di identifikasi adalah
instrument evaluasi yang akan dikembangkan oleh peneliti.
c) Format Selection ( pemilihan format )
Pemilihan format yang akan digunakan untuk pengembangan instrument
evaluasi yang akan dikembangkan bertujuan untuk merumuskan kompetendi
dasar, materi, level kognitif, indikator soal, serta butir soal.
d) Initial Design ( Rancangan Awal )
Rancangan awal adalah keseluruhan rancangan instrument evaluasi yang
harus dikerjakan sebelum ujicoba dilakukan. Rancangan ini meliputi soal-soal
objektif yang akan di ujikan tingkat validitas, serta reliabilitas nya.

3. Tahap Develop ( Pengembangan )


Tahap ketiga dalam pengembangan model 4D yaitu tahap pengembangan .
tahap pengembangan merupakan tahap untuk menghasilkan sebuah produk
pengembangan. Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu expert apparaisal
( penilaian ahli ) yang disertai revisi dan delopmental testing ( uji coba
pengembangan ).
a) Expert Appraisal ( Penilaian Ahli )
Expert Appraisal merupakan teknik untuk mendapatkan saran perbaikan
instrumen. Pada tahap ini yang akan melakukan penilaian adalah guru-guru fisika
pada kalangan terbatas. Setelah melakukan penilaian nanti diharapkan instrument
yang dibuat bisa lebih efektif.
b) Developmental Testing ( Uji Coba Pengembangan )
Uji coba pengembangan ini dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
berupa respon, reaksi, komentar peserta didik, para pegamat atas instrument
evaluasi yang telah dikembangkan, uji coba pengembangan dilakukan untuk
memperoleh instrument evaluasi yang lebih efektif dan efisien.

H. Penelitian Yang Relevan


Penelitian relevan yang pertama oleh Solekhah dkk, (2018) dengan judul
penelitiannya “Pengembangan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Pada Materi Hukum Newton Tentang gerak” peneliti menyimpulkan
bahwa, instrument tes berpikir tingkat tinggi materi hukum newton tentang gerak
yang dikembangkan telah memenuhi standar kelayakan instrumen yaitu valid dan
reliable, opsi pengecoh pada semua soal valid
Penelitian relevan yang kedua oleh Desilva, sakti dkk. (2020).”
Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Fisika Berorientasi
HOTS( Higher Order Thinking Skill) Pada Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke
“. Menyatakan bahwa instrument penilaian hasil belajar fisika yang
dikembangkan telah memenuhi syarat valid berdasarkan hasil uji validitas oleh
judgment dan praktisi yang berada pada kategori sangat valid dengan persentase
97,14% untuk aspek materi, 98,33% untuk aspek konstruksi, 100% untuk aspek
bahasa. Subjek penelitian ini adalah guru kelas XI MIPA SMAN 02 Bengkulu.
Penelitian relevan ketiga oleh Marwan, Khaeruddin dkk ,(2020). Judul
penelitiannya”Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking
Skill(HOTS) Pada Bidang Studi Fisika“. Menyimpulkan bahwa Instrumen
asesmen yang diujikan kepada kelas XI MIA MA Sultan Hasanuddin
didapatkanlah bahwa instrument evaluasi yang digunakan valid dengan persen
sebesar 84,85%, tingkat reliabilitasnya 0,87%.
Keempat , penelitian yang dilakukan oleh Erika, Maria, dkk (2018) dengan
judul penelitian”Pengembangan Tes Higher Order Thinking Skill ( HOTS) Materi
Gerak Lurus Berubah Beraturan Untuk SMA”. Menyimpulkan bahwa
pengembangan tes HOTS pada materi GLBB telah memenuhi karakteristik tes
yang baik, dan tingkat validitas soal sudah tinggi serta tingkat reliabelnya juga
sudah tinggi yaitu 0,607. Penelitian ini dilakukan dengan populasinya yaitu kelas
XI MIPA .
Penelitian relevan yang kelima oleh Putri Eka Lestari, dkk ( 2019) dengan
judul penelitian”Pengembangan Instrumen Tes Keterampilan Pemecahan Masalah
Pada Konsep Usaha Dan Energi di SMA”. Menyimpulkan bahwa pengembangan
istrumen tes keterampilan pemecahan masalah pada konsep usaha ( kerja) dan
energy di MSA yang telah dikembangkna berdasarkan uji validitas oleh ahli dan
praktisi diperoleh respon positif pada aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek
bahasa. Berdasarkan validasi empiris dinyatakan valid dengan nilai koefisien
reliabilitas 0,839805 dan kategori reliabilitas tinggi pada uji terbatas. Sehingga
dapat disimpulkan instrument tes ini valid dan reliabel.

I. Kerangka Berpikir
Pada kurikulum 2013 untuk silabus fisika SMA edisi revisi 2016, sebanyak
50% Kompetensi Dasar menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi( C4, C5,
C6). Salah satu materi yang memiliki Kompetensi Dasar yang menuntut soal
HOTS pada silabus fisika Kurikulum K-13 adalah materi Hukum Newton
merupakan level kognitif menganalisis (C4) yaitu KD 3.7 Menganalisis interaksi
pada gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya kompetensi dasar yang
menuntut soal HOTS ini menggambarkan bahwa HOTS sangat penting dan
dibutuhkan dalam kurikulum K-13, sehingga tidak hanya pada pembelajaran yang
harus HOTS tapi juga pada instrument evaluasi yang disusun oleh guru.
Pada materi Pembelajaran fisika umumnya siswa di haruskan mampu
menganalisis setiap keadaan yang di gambarkan , KD pada materi fisika lebih
banyak yang menuntut siswa untuk bisa menjawab pertanyaan harus melalui
sebuah analisis, karena materi-materi pada fisika lebih banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah pembelajaran, guru tidak hanya sebatas mengajarkan materi,
tapi juga harus bisa mengetahui tingkat kemampuan peserta didik setelah
melakukan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya,
maka guru harus membuat sebuah instrumen untuk mengukur tingkat kemampuan
peserta didik. Namun pada instrumen yang digunakan guru disini masih lebih
sering menggunakan instrumen yang hanya pada tingkat kemampuan berpikir
rendah (LOTS) , kemampuan berpikir sedang (MOTS). Dari permasalahan ini,
maka peneliti melakukan sebuah pengembangan instrument evaluasi HOTS untuk
materi Hukum Newton Tentang Gerak, untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
Maka disusunlah Instrument evaluasi berbasis HOTS, instrument evaluasi
berbasis HOTS selanjutnya akan diujikan tingkat validitasnya ke kalangan
terbatas ( 3 Dosen ahli). Setelah diujikan tingkat validitasnya ( kemampuan alat
ukur untuk mengukur objek yang diukurnya), dan instrumen evaluasi berbasis
HOTS sudah memenuhi tingkat validitas yang tinggi. Kemudian instrument
evaluasi berbasis HOTS yang telah valid akan digunanakan pada pembelajaran
untuk diujikan tingkat praktikalitasnya pada beberapa guru dan siswa. Sehingga
dihasilkanlah instrument evaluasi berbasis HOTS yang memenuhi tingkat valid
itas dan praktikalitas.
Berdasarkan permasalah tersebut peneliti mengembangkan instrument
evaluasi berbasis HOTS. Instrument evaluasi berbasis HOTS ini merupakan salah
satu yang diharapkan dalam kurikulum 2013, karena merupakan instrument
evaluasi yang menuntut siswa untuk berpikir lebih aktif, lebih lengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 1.

Kurikulum 2013

Pembelajaran fisika
Instrument evaluasi
Kegiatan pembelajaran

Instrument evaluasi
Instrument evaluasi berbasis HOTS yang valid
berbasis HOTS

Validitas Praktikalitas

Gambar 1. Kerangka berpikir


J. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan yang disebut dengan R&D (Research and Development) dimana
Model pengembangangan yang akan digunakan pada instrumen ini adalah model
pengembangan 4D, Menurut (Thiagarajan,1974) terdiri dari empat tahap
pengembangan. Tahap pertama define atau sering disebut sebagai tahap analisis
kebutuhan, pada tahap pertama dianalisis dulu kebutuhan dari peserta didik yang
belum terpenuhi, tahap kedua adalah design yaitu menyiapkan kerangka
konseptual model dan perangkat pembelajaran, lalu tahap ketiga Develop yaitu
tahap pengembangan melibatkan uji validitas atau menilai kelayakan media,
terakhir adalah tahap Disseminate, yaitu implementasi pada sasaran sesungguhnya
yaitu subjek penelitian. Sesuai dengan judul pada penelitian ini yaitu “
Pengembangaan Instrumen Evaluasi Berbasis Hots” sehingga Pada penelitian ini
hanya sampai pada tahap ketiga saja, yaitu tahap Develop ( pengembangan).

K. Populasi dan Sampel untuk uji coba instrumen Populasi


1. Populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMA di Kabupaten Pasaman (Sugiyono, 2017: 135)
urutan SMA se Kabupaten Pasaman yang dijadikan populasi sebagai berikut:
Tabel 5. urutan tertinggi- terendah nilai UNBK 2019 mata pelajaran fisika SMAN se
Kabupaten Pasaman

NO NAMA SEKOLAH ALAMAT


1 SMAN 1 Lubuk Sikaping Jln. M Yamin No.2 Lubuk Sikaping
2 SMAN 1 Tigo Nagari Lintas Padang Sawah-Kumpulan
3 SMAN 1 Bonjol Koto kaciak kumpulan
4 SMAN 2 Lubuk Sikaping Jln. By pass Lubuk Sikaping
5 SMAN 1 Mapat Tunggul Jln . Rao- Rumba, Pintu Padang
6 SMAN 1 Rao Jln . Tuanku rao tarung-tarung
7 SMAN 1 Padang Gelugur Jln. Lintas Padang Medan
8 SMAN 1 Panti Jln . Ekonomi
9 SMAN 1 Rao Utara Jln. Rao Gunung Manahan Km 13
Rao Utara
10 SMAN 1 Dua Koto Jalan Panti simpang empat
(Sumber : https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-unbk
Sampel adalah sebagian besar dari populasi yang terpilih dan mewakili
populasi tersebut( Muri, Yusuf, 2016: 150). Sesuatu yang dipelajari dari sampel
akan memberikan kesimpulan yang dapat diberlakukan untuk populasi.
Pengambilan sampel harus representative, artinya sampel yang diambil benar-
benar mewakili populasi yang ada. Jika sampel yang diambil tidak representative,
maka akan terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling stratified random sampling.
Menurut sugiyono ( 2015: 82), teknik sampling stratified random adalah bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Alasan pengambilan sampel ini karena yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah SMAN yang tersebar di Kabupaten Pasaman, agar semua
sekolah dapat terwakili, maka sampel diambil dengan proporsi sama( Arikunto,
2010). Pemilihan sampel dilakukan dengan mengelompokkan sekolah
berdasarkan strata yang dilihat dari nilai rata-rata UNBK SMA Negeri yang ada di
Kabupaten Pasaman pada mata pelajaran fisika tahun 2019. Sampel kemudian
diambil berdasarkan nilai UNBK mata pelajaran fisika dengan kategori nilai
sangat baik, baik, dan sedang, Sehingga pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah siswa kelas X MIPA di SMAN 1 Lubuk Sikaping, SMAN 1
Padang Gelugur, SMAN 1 Panti.

L. Variabel dan Data


Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable bebas dan variable

terikat. Menurut ( Sugiyono, 2012: 39) variabel bebas merupakan variabel yang

memberikan pengaruh atau yang menjadi sebab perubahannya atau yang

menimbulkan variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

bebas disebut juga dengan variabel independen dan variabel terikat disebut

dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

adalah instrument evaluasi berbasis HOTS , sedangkan variabel terikatnya adalah

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik di kelas X SMA .

M. Instrumen Penelitian R&D


Penelitian pada hakikatnya melakukan suatu pengukuran, pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur dalam penelitian disebut
instrumen penelitian. Instrument penelitian merupakan alat ukur seperti tes,
kuisioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data suatu penelitian (Sugiyono, 2017: 156). Instrument
penelitian harus disiapkan dan dibuat berdasarkan definisi operasional variabel
yang didalamnya terkandung indikator-indikator dari variabel penelitian yang
akan diteliti (widodo, 2017: 90). Dari indikator tersebut kemudian dikembangkan
menjadi daftar pertanyaan atau pernyataan, soal, check list atau pencatatan.
Menurut Suharsimi (2014: 209) mengatakan bahwa untuk menyusun suatu
instrumen yang baik maka perlu dilakukan beberapa langkah yaitu:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dimulai dari kegiatan berupa perumusan tujuan,
menentukan variabel, dan katergori variable. Pada tahap ini telah dilakukan kajian
teori terhadap variabel yang digunakan dalam instrumen, meliputi kajian teori
tentang indikator HOTS, tingkat taksonomi bloom untuk kategori HOTS,
karakteristik soal hots. selanjutnya peneliti juga membuat perumusan tujuan
instrumen dan petunjuk untuk mengisi instrumen.
2. Penulisan Kisi-Kisi instrumen.
Pada tahap menyusun draf instrumen dilakukan pembuatan kisi kisi instrumen
terlebih dahulu. Tabel kisi-kisi instrument berisi indikator yang akan dianalisis,
sub indikator serta nomor butir instrumen untuk instrument yang akan dibuat. Kisi
kisi instrument dapat dilihat pada lampiran 3. Kemudian dilakukan pembuatan
instrument sesuai dengan kisi kisi yang telah terlebih dahulu disiapkan.
3. Penulisan butir-butir instrument
Penulisan butir–butir instrumen mengacu pada kisi–kisi instrumen. Instrumen
berisi 2 tabel yaitu tabel analisis ketersediaan soal HOTS berdasarkan taksonomi
bloom revisi dan analisis ketersediaan keterampilan HOTS berdasarkan 4
indikator HOTS.
4. Uji coba, berupa uji validitas
Uji coba instrumen dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang
digunakan layak atau tidak dalam penelitian dengan mempertimbangkan
keabsahannya. Adapun uji yang dilakukan yaitu uji validitas. Suatu instrumen
dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti.
Sebuah instrumen memiliki validitas baik jika hasil yang diperoleh memfasilitasi
dengan kriteria. Semakin tinggi nilai validitas instrumen, maka instrumen tersebut
dapat dikatakan valid. Sebaliknya, instrumen dengan nilai validitas rendah berarti
instrumen terebut kurang valid.

N. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif yang
mendeskripsikan tingkat validitas, kepraktisan dari instrument evaluasi yang
dikembangkan.
1. Analisis Validitas Instrumen Evaluasi Berbasis HOTS
Instrument evaluasi yang telah dihasilkan akan diujikan tingkat validitasnya
kepada 3 orang dosen ahli FISIKA UNP dengan menggunakan lembar validasi
instrumen. Penilaian validitas instrumen evaluasi yang disusun peneliti,instrument
validitas soal diukur menggunakan rumus Aiken menurut Azwar ( dalam
Ramadhan, et all, 2019 : 745 )

V = indeks validitas item


S = skor yang diterapkan, setiap penilaian menguurangi skor terendah dalam
kategori yang digunakan ( s = r- I0, r = pilihan skor penilai I0= skor
rendah dalam pengkategorian skor)
N = jumlah penilai
C = jumlah kriteria/ rating
Hasil validitas secara keseluruhan dicari menggunakan formula Kappa Cohen.
Pada akhir penilaian diperoleh nilai moment kappa (k). Kategori keputusan
moment kappa yang diperoleh terdapat pada tabel 1. (Boslaugh & Watters, 2008)

Moment Kappa (k) =


Dengan :
K = moment kappa yang menunjukkan validitas produk
Po = proporsi yang terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai yang
diberi oleh validator dibagi jumlah maksimal.
Pe = proporsi yang tidak terealisasi, dihitung dengan cara jumlah nilai
maksimal dikurangi dengan jumlah nilai total yang diberi validator dibagi
jumlah maksimal.
Tabel 1. Kategori Keputusan berdasarkan moment kappa (k)
Interval Kategori
0,81 – 1,00 Sangat valid
0,61 – 0,80 Valid
0,41 – 0,60 Sedang
0,21 -0,40 Kurang valid
0,01 – 0,20 Tidak valid
(Dimodifikasi dari Riduwan , 2009: 98)
Uji coba selanjutnya yaitu menguji tingkat reliabilitas dari instrumen tes
yang telah disusun. Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat
konsisten tes yang dilakukan jika pengamatan diulang. Tingkat reliabilitas
instrumen secara empiris dibuktikan dengan besarnya koefisien reliabilitas
yang berada pada rentang 0 sampai 1( Mardapi, 2008, 2012). Semakin tinggi
nilai koefisien berarti semakin tinggi reliabilitasnya begitu juga sebaliknya
semakin rendah nilai koefisien berarti semakin rendah reliabilitasnya. Rumus
yang akan digunakan adalah rumus Alpha Cronbach untuk memperkirakan
reliabilitas tes dan menghitungnya menggunakan program komputer iteman
4.3. Estimasi reliabilitas didasarkan pada indeks reliabilitas instrumen yang
dikatakan baik jika > 0,7 (Mardapi, 2008)

2. Praktikalitas Instrumen Evaluasi Berbasis HOTS


Setelah diuji tingkat validitas dari butir soal yang dibuat, kemudian akan
diujikan tingkat kepraktikalitasnya, dengan menggunakan analisis data skala
Likert. Pada variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-
indikator yang dapat diukur serta dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan
yang perlu dijawab oleh responden pendapat riduwan( dalam Risma, Murtiani,
Darvina, Yulkifli,2019: 84) responden dalam menguji praktikalitas yang kana
diambil adalah dari beberapa guru fisika, serta beberapa peserta didik. Untuk
menentukan tingkat praktikalitasnya dapat dilakukan dengan menggunakan cara
berikut:

O. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN Pasaman, SMAN 1 Padang
Gelugur pada awal bulan Februari 2022.

P. Daftar Pustaka
Afriani, E., Oktavianty, E., 2019” Pengembangan Tes Higher Order Thinking
Skill ( HOTS) Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan Untuk SMA”
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, vol. 8 No.3, 11
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R., 2001. A Taxonomy For Learning,Teaching,
and Assessing; A Revision Of Bloom’s Taxxonomy Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Lonman Inc.
Arimbawa,P.A., Santyasa,I.W., Rapi,N.K, 2017” Strategi Pembelajaran Guru
Fisika, Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya, 11(1), 43-60
Asrul, Ananda, Rusyid. Etc . 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cita
pustaka Media.
A.Yususf Muri. Prof. Dr. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualtatif Dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group
Desi Eka Wahyuni dan Alimufi Arief.2015” Implementasi Pembelajaran
Scientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada
Materi Kelas X SMA Nahdiatul Ulama1 Gresik” Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika. Volume 04 Nomor 03.
Desilva, D., Sakti, I., Medriati, R,.2020.” Pengembangan Instrumen Penilaian
Hasil Belajar Fisika Berorientasi HOTS ( Higher Order Thinking Skill)
Pada Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke. Vol. 3 No.2 , 41-50. Jurnal
Kumparan Fisika..
Desirah. E., Setyarsih, W,. 2021” Tinjauan Literatur Pengembangan Instrumen
Penilaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ( Hots) Fisika Di SMA,
Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 7(1),84
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2018).” Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Direktorat Pembinaan SMA. (2017). Penyusunan Soal Higher Order Thinking
Skill’s Sekolah Menengah Atas. Direktorat Jendral Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
http”//digilib.uinsby.ac.id/9620/5/Bab%202.pdf, diakses pada selasa,08/02/2022,
Pukul: 15.20
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan
Learning Center ( MLC)
Marwan, M., Khaeruddin, K., & Amin, B. D. (2020).” Pengembangan Instrumen
Assesmen Higher Order Thinking Skill ( HOTS) Pada Bidang Studi
Fisika. Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM, Vol 2, 116-119.
Maydiantoro,A.,2021” Model-Model Penelitian Pengembangan”
Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Musilhun, (2017) SMK (Sukses Kuasai Materi) Fisika SMA kelas X, XI, XII :
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pane, Aprida dan Dasopang, Muhammad Darwis. ( 2017). Belajar dan
Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 340-350.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2018.Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah
Putri Eka., dkk. 2019” Pengembangan Instrumen Tes Keterampilan Pemecahan
Masalah Pada Konsep Usaha dan Energi Di SMA” 2 (3), 161-168. Jurnal
Kumparan Fisika.
Ramadhan,S., Mardapi, D., Prasetyo,Z,K., Utomo, B.D, 2019” Pengembangan
Instrumen Untuk Mengukur Berpikir Tingkat Tinggi Keahlian Dalam
Fisika”.Jurnal Penelitian Pendidikan Eropa, vol 8, 743-751
Risma,M.,Murtiani, Darvina, Y., Yulkifli, 2019” Pengembangan Bahan Ajar
Interaktif Dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan Nilai-Nilai Karakter
Pada Materi Hukum Newton Di Kelas X SMA” , Pillar Of Physics
Education, 2(1), 81-88
Rofiah, E., Aminah, NS,. Ekawati, EY., 2013” Penyusunan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP”. Jurnal
Unnes.ac.id. 1,(2), : 17
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian dan Pengembangan (research and
development/R&D).Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Solekhah.F.M., Maharta,.N., Suana,.W ( 2018).”Pengembangan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Materi Hukum Newton
Tentang Gerak. Journal of Physics and Science Learning. 2,( 1), 17-26
Widodo. 2017. Metode Penelitian : Populer dan Praktis. Depok: Rajawali Pers

Woolever, R. & Kathryn. ( 1998). Active learning in social studies promoting


cognitive and social growth. London: ForeSMA Negeri and Company.

Anda mungkin juga menyukai