Anda di halaman 1dari 8

PERJANJIAN PINJAM PAKAI

NAMA : DELLA ASTIA SARI


KELAS : 5/E
NIM : 3331119038
MATA KULIAH : HUKUM PERIKATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH) MANOKWARI


TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Pengertian Pinjam Pakai

Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan sesuatu barang kepada pihak yang lainnya untuk di pakai dengan
Cuma-Cuma, dengan syarat bahwa yang menerima barang ini, setelah
memakainya atau setelah lewatnya waktu tertentu, akan mengembalikannya.9
Pada prinsipnya,segala hak dan kewajiban yang muncul dari perjanjian pinjam
pakai dapat beralih kepada ahli warisnya jika salah satu pihak atau keduanya
meninggal dunia. Pengecualiannya adalah jika perjanjian pinjam pakai itu
dilakukan dengan mengingat bahwa barang tersebut dipinjamkan secara pribadi
dan melekat hanya pada peminjam, maka ahli waris dari peminjam tidak dapat
menerima warisan brupa hak pinjam pakai tersebut. Misalnya, mobil dinas
seorang penjabat adalah hak pinjam pakai dari pejabat yang bersangkutan untuk
keperluan dinas sehari-harinya. Jika pejabat tersebut meninggal dunia maka hak
pinjam pakai atas mobil itu tidak dapat beralih ke ahli warisnya,melainkan harus
dikembalikan. Perjanjian pinjam pakai juga merupakan perjanjian sepihak yaitu
orang yang meminjamkan hanya berkewajiban memberi prestasi saja kepada
peminjam berupa hak pinjam pakainya, sedangkan si peminjam tidak
berkewajiban memberikan kontraprestasi apapun kepada orang yang
meminjamkan. Hal ini seperti telah diuraikan diatas bahwa perjanjian pinjam
pakai bersifat cuma-cuma. Dalam perjanjian pinjam pakai, peminjam
berkewajiban untuk menjaga dan dan memelihara obyek pinjam pakai itu sebaik
mungkin. Undang-undang mewajibkan bahwa peminjam wajib menyimpan dan
memelihara barang pinjaman itu sebagai seorang bapak rumah yang baik.
Peminjam tidak dapat menggunakan obyek pinjam pakai itu untuk keperluan lain
selain peruntukannya sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian. Jika si
peminjam telah menggunakan obyek pinjam pakai,maka biaya-biaya tersebut
merupakan tanggung jawab dari si peminjam sendiri.10 Dalam suatu perjanjian
juga berlaku ketentuan bahwa orang yang meminjamkan tidak dapat meminta
kembali barang pinjaman tersebut selain setelah lewatnya waktu yang ditentukan
dalam perjanjian. Kewajiban lainnya dari orang yang meminjamkan adalah, jika
barang tersebut mengandung cacat hingga orang yang memakainya dapat
dirugikan karena cacat tersebut, maka orang yang meminjamkan bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita pemakai jika ia mengetahui adanya cacat
tersebut dan tidak memberitahukannya kepada peminjam. Perkataan ‘aqdu
mengacu kepada terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu seseorang
mengadakan janji kemudian orang lain yang menyetujui janji tersebut serta
mengadakan pula suatu janji yang berhubungan dengan janji yang pertama,
maka terjadilah perikatan, maka apabila ada dua janji dari dua orang mempunyai
hubungan antara satu dengan yang lain disebut perikatan. Dari penjelasan di
atas dapat dipahami, bahwa setiap persetujuan mencakup tiga tahap, yaitu :
1. Perjanjian (‘ahdu)
2. Persetujuan
3. Perikatan (‘aqdu)

Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat
oleh dua orang atau lebih, berdasarkan kerido’an masing- masing maka akan
timbul rukun-rukun akad yaitu :
1. Orang-orang yang berakad
2. Benda-benda yang diakadkan
3. Tujuan atau maksud mengadakan akad
4. Ijab dan qabul.
Terdapat perbedaan pendapat ulama fiqih dalam menentukan rukun aqad,
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun aqad tersebut terdiri atas:
1. Pernyataan untuk mengikatkan diri
2. Pihak-pihak yang berakad
3. Objek akad

Apabila terjadi suatu perjanjian, maka diwajibkan masing-masing pihak untuk


saling mematuhi dan mentaati terhadap isi perjanjian tersebut, sehingga
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak yang mengadakan perjanjian,
bahkan bisa menimbulkan permusuhan. Apabila terdapat kerusakan barang
disebabkan pemanfaatan yang tidak disetujui pemilik barang, maka menurut
ulama syafi’iyah, peminjam dikenakan ganti rugi. Akan tetapi, apabila kerusakan
terjadi dalam batas pemanfaatan yang diizinkan pemiliknya, maka peminjam
tidak dikenakan ganti rugi.12 Menepati janji adalah suatu perbuatan mulia dan
terhornat dalam hidup dan dalam pergaulan dimasyarakat. Menepati janji pada
umumnya dijadikan ukuran bagi kejujuran dan ketulusan hati, oleh sebab itu
maka orang yang mematuhi janji itu dimasukan kedalam golongan orang-orang
yang dipercaya dan dapat diberikan tanggung jawab. Sebaliknya memungkiri
janji dipandang suatu kesalahan besar dan dapat merendahkan derajat
seseorang dalam pandangan umum, sehingga hilang kepercayaan orang
kepadanya dan dia dimasukan kedalam golongan orang-orang yang tidak dapat
dipercaya.

B. DASAR HUKUM PERJANJIAN PINJAM PAKAI

Bertumpu pada frasa pinjam pakai, konsep ini telah lama dikenal dalam hukum
perdata sebagaimana disebut dalam Pasal 1740 KUHPerdata bahwa, “Pinjam
pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu
barang kepada pihak lainnya untuk dipakai dengan cuma-cuma, dengan syarat
bahwa yang menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya
suatu waktu tertentu, akan mengembalikannya”.
C. MAKSUD DAN TUJUAN DARI PERJANJIAN PINJAM PAKAI

Maksud dan tujuan perjanjian pinjam pakai adalah untuk terselenggaranya


Pemanfaatan barang atau sesuatu yang di pinjam pakai secara tertib, terarah,
adil, dan akuntabel.
CONTOH SURAT PERJANJIAN PINJAM – MEMINJAM
RUMAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : ----------------------------------------------------
Umur : ----------------------------------------------------

Pekerjaan : ----------------------------------------------------

Alamat : ----------------------------------------------------

Nomer KTP / SIM : ----------------------------------------------------

Dalam hal ini bertindak atas nama diri pribadi yang bertindak selaku Pemberi
Pinjaman dan selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ----------------------------------------------------
Umur : ----------------------------------------------------

Pekerjaan : ----------------------------------------------------

Alamat : ----------------------------------------------------

Nomer KTP / SIM : ----------------------------------------------------

Dalam hal ini bertindak atas nama diri pribadi yang bertindak selaku Penerima
Pinjaman dan selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak dengan ini menerangkan bahwa PIHAK PERTAMA selaku pemilik
sah telah setuju untuk meminjamkan kepada PIHAK KEDUA berupa:

Sebuah rumah yang berdiri di atas sebidang tanah yang terletak di ( ------ alamat lengkap
------ ) dengan luas bangunan [( ---) (---luas tanah dalam huruf ---)] meter persegi, dengan
sertifikat hak milik Nomer ( ------------------------- ), gambar situasi Nomer ( ---------- )
tanggal ( ---- tanggal, bulan, dan tahun ---), yang untuk selanjutnya disebut RUMAH.

Selanjutnya kedua belah pihak bersepakat bahwa perjanjian pinjam-meminjam


RUMAH antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA ini berlaku sejak tanggal
penandatanganan surat perjanjian ini dengan syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan
dalam surat perjanjian ini diatur dalam 9 (sembilan) pasal, sebagai berikut:

Pasal 1

Ayat 1

PIHAK PERTAMA setuju meminjamkan RUMAH kepada PIHAK KEDUA sebagaimana


PIHAK KEDUA setuju meminjam RUMAH dari PIHAK PERTAMA.
Ayat 2

Peminjaman RUMAH tersebut tanpa dikenakan biaya.

Pasal 2
Ayat 1

Peminjaman RUMAH sesuai pasal 1 tersebut di atas berlangsung selama [( --------- )


( ------- jangka waktu dalam huruf ------ )] (bulan / tahun) terhitung sejak ditandatanganinya
perjanjian ini sampai ( ---- tanggal, bulan, dan tahun ---).

Ayat 2

Sebelum jangka waktu peminjaman seperti yang tertulis pada pasal 2 ayat 1 tersebut di
atas berakhir, PIHAK PERTAMA tidak dibenarkan meminta PIHAK KEDUA untuk
menyerahkan kembali rumah tersebut kepada PIHAK PERTAMA kecuali disepakati oleh
kedua belah pihak.

Ayat 3

PIHAK KEDUA tidak dibenarkan sama sekali untuk meminjamkan kembali atau
mengontrakkan RUMAH kepada PIHAK KETIGA. Pelanggaran ini akan menyebabkan
diakhirinya perjanjian ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
diwajibkan untuk segera mengembalikan RUMAH yang dipinjamnya selambat-
lambatnya [( --------- ) ( ------- jangka waktu dalam huruf ------ )] hari setelah PIHAK KEDUA
terbukti melakukan pelanggaran.

Pasal 3
Ayat 1

PIHAK KEDUA akan mempergunakan RUMAH yang dipinjamnya itu untuk tujuan -----.

Ayat 2

PIHAK KEDUA tidak akan mempergunakan rumah itu untuk tujuan yang lain dari pada
yang disepakati dalam perjanjian ini, kecuali telah mendapat ijin secara tertulis dari
PIHAK PERTAMA.

Pasal 4

Ayat 1

PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memelihara, menjaga kebersihan, keamanan,


ketertiban dan ketenteraman lingkungan selama berlangsungnya perjanjian ini.

Ayat 2

PIHAK KEDUA berkewajiban memperbaiki kerusakan akibat pemakaian atas RUMAH


dan biaya atas perbaikan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 5
Ayat 1

RUMAH telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu:

1. Saluran listrik dari PLN dengan kapasitas ------------ Watt,


2. Fasilitas air PAM,
3. Saluran nomor telepon, dan
4. Perabotan rumah.

Ayat 2

PIHAK KEDUA diberi hak penuh untuk menggunakan berbagai fasilitas tersebut selama
masa peminjaman berlangsung.

Ayat 3

PIHAK KEDUA berkewajiban untuk membayar semua tagihan-tagihan atau rekening-


rekening serta biaya-biaya lainnya atas penggunaannya. Segala kerugian yang timbul
akibat kelalaian PIHAK KEDUA dalam memenuhi kewajibannya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 6

Ayat 1

PIHAK KEDUA sama sekali tidak dibenarkan untuk mengubah struktur dan instalasi
dari RUMAH tersebut tanpa ijin dan persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

Yang dimaksudkan dengan struktur adalah sistim konstruksi bangunan yang menunjang
berdirinya bangunan rumah tersebut, seperti: pondasi, balok, kolom, lantai, dan dinding.

Ayat 2

PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas kerusakan struktur sebagai akibat
pemakaian.

Ayat 3

PIHAK KEDUA dibebaskan dari segala ganti rugi atau tuntutan dari PIHAK PERTAMA
akibat kerusakan pada bangunan yang diakibatkan oleh force majeure.

Yang dimaksud dengan Force majeure adalah:

1. Bencana alam, seperti: banjir, gempa bumi, tanah longsor, petir, angin topan, serta
kebakaran yang disebabkan oleh faktor extern yang mengganggu kelangsungan
perjanjian ini.
2. Huru-hara, kerusuhan, pemberontakan, dan perang.

Pasal 7

Setelah berakhirnya jangka waktu peminjaman sesuai dengan Pasal 2 Surat Perjanjian ini,
PIHAK KEDUA segera mengosongkan rumah dan menyerahkannya kembali kepada PIHAK
PERTAMA serta telah memenuhi semua kewajibannya sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Surat
Perjanjian ini.
Pasal 8
HAL-HAL LAIN

Ayat 1

Hal-hal yang belum tercantum dalam perjanjian ini akan dimusyawarahkan bersama oleh
kedua belah pihak.

Ayat 2

Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak bersepakat untuk
memilih domisili yang tetap pada ( ------ Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri ------ ).

Pasal 9
PENUTUP

Surat Perjanjian ini ditandatangani di ( --- tempat --- ) pada hari ( --------- ) tanggal ( ------
tanggal, bulan, dan tahun ------ ) dan berlaku mulai tanggal tersebut sampai dengan tanggal ( ------
tanggal, bulan, dan tahun ------ ).

Demikian perjanjian pinjam-meminjam ini dibuat rangkap 2 (dua) yang mempunyai kekuatan
hukum yang sama dan ditandatangani di atas kertas bermaterei cukup.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

[ ------------------------- ] [ ------------------------ ]

SAKSI-SAKSI:

[ --------------------------- ] [ --------------------------- ]

Anda mungkin juga menyukai