Anda di halaman 1dari 119

BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM REHABILITASI

NARKOBA DI YAYASAN AL HIJRAH


BANJARMASIN

SKRIPSI

Oleh:
NURUL HIDAYAH
NIM : 170103020204

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN
2021 M/1441 H

i
BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM REHABILITASI
NARKOBA DI YAYASAN AL HIJRAH
BANJARMASIN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Guna Mencapai Gelar SarjanaSosial

Oleh :
NURUL HIDAYAH
NIM: 170103020204

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
BANJARMASIN
2021 M/1442 H

i
PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul : Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di


Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin
Ditulis Oleh : Nurul Hidayah
NIM : 170103020204
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Program : S-1( Strata Satu)
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Tahun Akademik : 2020/2021
Tempat/Tanggal Lahir : Martapura, 7 Juni 1998
Alamat : Desa Sekata Baru, kec. Tamban Kab. Batola
Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya
untuk dipertahankan di depan Sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin.

Banjarmasin, 15 Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag Anita Ariani, S.Ag, M.Pd.I


NIP. 197112171996031001 NIP. 197603062005012008

Mengetahui:
Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Antasari Banjarmasin

Anita Ariani, S.Ag.,M.Pd.I


NIP: 197603062005012008

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Nurul Hidayah dengan Judul “Bimbingan


Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba Di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin”
telah diujikan dalam Sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin pada :

Hari : Senin
Tanggal : 2 Agustus 2021

Dan dinyatakan LULUS Dengan Pridikat: A (Nilai 85 Bobot 3.75)

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi


UIN Antasari Banjarmasin

Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag


NIP: 197112171996031001
TIM PENGUJI

NAMA TANDA TANGAN


1. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag

2. Drs.H. Ilham, M.AP

3. Dra. Hj. Siti Rahmah, M.Ag

4. Anita Ariani, S.Ag, M.Pd.I

iv
ABSTRAK

Nurul Hidayah, 2021, Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi di Yayasan Al


Hijrah Banjarmasin.Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pembimbing: (I) Dr. Akhmad
Sagir, M.Ag (II) Anita Ariani, S.Ag, M.Pd.I

Kata Kunci : Bimbingan, Keagamaan, Rehabilitasi, dan Narkoba.

Penelitian ini di latar belakangi oleh pemikiran bahwa Bimbingan


Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin
memberikan rehabilitasi bagi pecandu narkoba melalui bimbingan keagamaan
yang mana ini mejadi usaha untuk membantu para pasien sembuh dari kecanduan
narkotika. Fokus Permasalahan yaitu, bagaimana Bimbingan Keagamaan dalam
Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin dan apa saja faktor
pendukung dan penghambat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan
Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin dan
faktor pendukung dan penghambat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research) dengan mengambil lokasi penelitian di Yayasan Al-Hijrah
Banjarmasin. Subjek dari penelitian ini ialah satu orang pembina, dua orang ustaz,
dan satu orang perawat. Sedangkan objek penelitian ini adalah Bimbingan
Keagamaan Dalam Rehabilitasi di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin. Adapun
teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, dokumentasi. Data tersebut
kemudian diolah dan diuraikan dalam bentuk penyajian data bentuk deskriptif
kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data dengan kata-kata dan dianalisis
sesuai dengan kaidah yang digunakan dalam penelitian ilmiah.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa bentuk bimbingan keagamaan
yang ada di yayasan al hijrah meliputi usaha yang optimal dalam membimbing
jiwa spritual pasien agar menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa. Maka dapat
dipaparkan bahwa bimbingan keagamaan sebagai berikut: 1) Bimbingan Agama
(Ceramah Agama), 2) Bimbingan sholat, 3) Bimbingan Dzikir, 4) Bimbingan
membaca al quran. Faktor pendukung menjadi tongkat keberhasilan dalam
bimbingan keagamaan ini, dan faktor penghambat menjadi kendala dalam
kelancaran bimbingan keagamaan pasien pecandu narkoba di Yayasan Al Hijrah
Banjarmasin.

v
KATA PERSEMBAHAN

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah, peneliti ucapkan atas selesainya skripsi ini yang berjudul “Bimbingan

Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin”

Peneliti ucapkan terimakasih kepada Ayah dan Ibu tercinta yang tiada batasanya cinta dan kasih

sayang nya, merekalah yang senantiasa merawat dan mendidik saya hingga saat ini. Tak henti-

hentinya mereka kirimkan doa untuk masa depan saya, sehingga saya bisa sejauh ini mencapai

keinginan saya.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, yang tak pernah lelah mencari rezeki.

Serta selalu kuat dan menahan rasa sakit yang diderita. Saya berjanji akan membalas segala jerih

payah yang kalian berikan kepada saya, dan saya akan memberikan yang terbaik yang saya bisa.

Terimakasih kepada kakak-kakak saya yang telah menjadikan adik bungsu mu ini menjadi sosok

yang lebih dewasa, begitu banyak pengorbanan yang kalian berikan, baik berupa tenaga maupun

materi. Tanpa adanya kalian, saya tidak dapat melangkah sejauh ini. Kalian merupakan kakak

yang sangat saya kagumi dan saya banggakan, karena kalian adalah pelindung dan penyemangat

saya.

vi
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman saya terutama Noorul Aulea, Husnul

Khotimah, Irja Trifirdatun Hasanah dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkn

satu-persatu.

Serta saya ucapkan terima kasih kepada seseorang yang saya cintai Ihza Azhari, terimakasih telah

menjadi support system kedua setelah orang tua dan keluarga saya. Terima kasih telah

memberikan segala pikiran, tenaga dan materinya sehingga terciptanya skripsi ini.

Doa kalian adalah penyemangat saya dalam menjalani hari-hari perjuangan saya, semoga Allah

selalu memberikan rahmat-Nya Kepada kita semua

Saya ucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

vii
MOTTO

“Jangan Pernah Bersedih oleh Urusan Dunia,


Karena kita hanya Bertamu di Atasnya”

viii
KATA PENGANTAR

‫الرِحيْ ـ ــم‬
َّ ‫الر ْْحَ ِن‬ ِ ‫بِسـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ِـم‬
َّ ‫هللا‬ ْ

ِ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َّرسو ُل ا‬ ِ ‫ اَ ْشه ُد أَ ْن ََل إِله إََِّل ا‬,‫ب الْعالَ ِمْي‬ ِ
ُ‫الص ََلة‬
َّ ‫ َو‬,‫هلل‬ ُْ َّ ‫هلل َو اَ ْش َه ُد أ‬ َ َ َ ْ َ ِّ ‫اَ ْْلَ ْم ُد هلل َر‬

ِ ْ ‫صحابِ ِه أ‬ ِِ ٍ ِ ِ ِ
.‫ أ ََّما بَـ ْع ُد‬,‫ْي‬
َ ْ ‫َْجَع‬ َ ْ ‫الس ََل ُم َعلَى اَ ْش َرف ْاْلَنْبِيَا ء َوا ل ُْم ْر َسل‬
َ ْ َ‫ْي ُُمَ َّمد َو َعلَى آله َوا‬ َّ ‫َو‬

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah menuntun manusia

menuju jalan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Bimbingan

Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa

adanya bantuan, bimbingan, dan kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Mujiburrahman, MA selakuRektor UIN Antasari

Banjarmasin

2. Bapak Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin.

3. Ibu Anita Ariani, S.Ag.,M.Pd.I selaku Ketua Bimbingan dan Penyuluhan

Islam dan seluruh staf dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Antasari Banjarmasin.

4. Bapak Dr. H. AkhmadSagir, M.Ag selaku Dosen Pembimbing 1

ix
5. Ibu Anita Ariani, S.Ag.,M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing 2

6. Bapak Adi Riatmoko,selaku Pembina Yayasan Al Hijrah Banjarmasinn

7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas DakwahdanIlmuKomunikasi UIN

Antasari Banjarmasin.

Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah swt. dan

mendapat limpahan rahmat dari-Nya, Aamiin

Banjarmasin, 15 Juli 2021

Penulis,

Nurul Hidayah

x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi yang dipakai dalam pedoman penulisan skripsi ini adalah

pedoman Transliterasi Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama

Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

tanggal 22 Januari 1988

‫ا‬. 1 : A ‫ط‬. 16 : Th

‫ب‬. 2 : B ‫ظ‬. 17 : Zh

‫ث‬. 3 : T ‫ع‬. 18 : '

‫ث‬. 4 : Ts ‫غ‬. 19 : Gh

‫ج‬. 5 : J ‫ف‬. 20 : F

‫ح‬. 6 : H ‫ق‬. 21 : Q

‫خ‬. 7 : Kh ‫ك‬. 22 : K

‫د‬. 8 : D ‫ل‬. 23 : L

‫ذ‬. 9 : Dz ‫م‬. 24 : M

‫ر‬. 10 : R ‫ن‬. 25 : N

‫ز‬. 11 : Z ‫و‬. 26 : W

‫س‬. 12 : S ‫ه‬. 27 : H

‫ش‬. 13 : Sy ‫ء‬. 28 : `

‫ص‬. 14 : Sh ‫ي‬. 29 : Y

‫ض‬. 15 : Dh

xi
Mad dan Diftong :

1. Fathah panjang : A/a 4. ‫أو‬ : Aw

2. Kasrah panjang : I/i 5. ‫أي‬ : Ay

3. Dhammah panjang : U/u

Catatan:

1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap

Misalnya ; ‫ ربنا‬ditulis rabbanâ.

2. Vokal panjang (mad);

Fathah salab ia asab( ia sirab(â ,kasrah salab ia saaaa( ia sirab(î, serta

dammah salab ia istab( iasirab isbrab(û‫; القارعت‬aabarbia .ditulis alqâri„

ah‫ المساكيه‬, ditulis al-masâkîn, ‫ المفلحون‬ditulis al-muflihûn

3. Kata Sandang alif + lam (‫)ال‬

Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al‫ ; الكافرون‬aabarbia , ditulis al-

kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti

dengan huruf yang mengikutinya, misalnya; ‫الرجال‬ditulis ar-rijâl.

4. aa marbûthah (‫(ة‬

Bila terletak di akhir kalimat, ditulis h,‫; البقرة‬aabarbia ditulis albaqarah.

sara iassbraa karaaas iasirab t, ‫; زكاة المال‬,aabarbia ditulis

zakât al-mâl, asai ,‫ سورة النساء‬ditulis sûrat an-Nisâ`.

5. ksbirabab kasa iaraa karaaas iarakikan menurut tulisannya, misalnya;

‫ خيرازقينوهو‬ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ...............................................................................iii
PENGESAHAN .................................................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
KATA PERSEMBAHAN .................................................................................vi
MOTTO .............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xv

BAB I : PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah .........................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................8
D. Signifikansi Penelitian ..........................................................9
E. Definisi Operasional..............................................................10
F. Penelitian Terdahulu .............................................................13
G. Sistematika Penulisan ...........................................................14

BAB II : KAJIAN TEORI


A. Pengertian Bimbingan Keagamaan .......................................16
1. Pengertian Bimbingan .......................................................16
2. Pengertian Keagamaan ......................................................19
3. Prinsip-prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Keagamaan ....21
4. Dasar-dasar Bimbingan Keagamaan .................................24
5. Tujuan Bimbingan Keagamaan .........................................25
6. Fungsi Bimbingan Keagamanan .......................................27
7. Teknik atau Metode Bimbingan Keagamaan ....................28
8. Faktor-Faktor Bimbingan Keagamaan ..............................30
B. Pengertian Rehabilitasi dan Narkoba .....................................32
1. Pengertian Rehabilitasi .....................................................32
2. Model-Model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA ................34
2. Pengertian Narkoba ...........................................................39
3. Jenis-Jenis Narkoba...........................................................41
4. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ......................44

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................46
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................47
C. Lokasi Penelitian ...................................................................47
D. Data dan Sumber Data ..........................................................48
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................50

xiii
F. Analisis Data .........................................................................52
G. Pengecekan Keabsahan Data.................................................53

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................55
B. Hasil Penelitian .....................................................................61
C. Pembahasan ...........................................................................73

BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ...............................................................................85
B. Saran-Saran ...........................................................................86

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................88


LAMPIRAN .......................................................................................................91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................103

xiv
DAFTAR TABEL

No Uraian Hlm

3.1 Matriks Data, Sumber Data danTeknik Pengumpulan Data .................................. 51

4.1 Jadwal Kegiatan Harian ........................................................................................ 58

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk

tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk adanya pembinaan atau

pengembangan mental yang sehat. Agama memiliki dasar ataupun pedoman

yang berbeda-beda untuk mentaasi atau membina perilaku yang

menyimpang.Dasar atau pedoman yang dipergunakan dalam memberikan

bimbingan terhadap orang yang menghadapi permasalahan seperti kasus

narkoba ataupun permasalahan lainnya. Agama juga mengajarkan kepada

pemeluknya bahwa untuk selalu saling menasehati, dengan kata lain adalah

bimbingan.1

Staffire & Dtewart seperti dijelaskan oleh Tarmidzi bahwa bimbingan

ialah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan

dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasar atas

prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk

memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain.

Kemampuan seperti ini tidak dapat diwarisi, tetapi harus dikembangkan.

Bimbingan digunakan sebagai proses layanan yang diberikan kepada

individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,

1
Samsul Yusuf dan Juntika Nursihan, Bimbingan dan Konseling ,(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm.. 137.

1
2

rencana-rencana dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk

penyesuaian diri yang baik.2

Setiap pemberian bantuan kepada klien yang bermasalah, para

pembimbing dapat mengatasinya melalui pendekatan nasehat dan bimbingan

keagamaan. Dengan bantuan bimbingan ini maka dapat mengatasi masalah-

masalah yang betkaitan denga gejala-gejala pribadi, masalah sosial, serta

masalah keagamaan. Selain itu, tidak semua masalah bisa diatasi dengan

bimbingan, apalagi masalah tersebut berkaitan dengan penyakit mental, sebab

masalah tersebut diluar wilayah bimbingan, oleh karena itu seorang

pembimbing harus berusaha memberikan arahan dan bimbingan kepada orang

lain karena ini juga merupakan tanggung jawab sebagai muslim untuk saling

membantu saudaranya dan juga perintah Allah Swt.3

Allah menciptakan manusia tentunya telah mempersiapkan segala

sesuatunya termasuk tentang tujuan penciptaan manusia Karena Allah

menciptakan manusia dengan tujuan utama yaitu menjadi Khalifah,

Sebagaimana terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30.

ِ ِ ِ َ ‫ض خلِي َفةً قَالُوا أ‬ ِ ِ ِ ِ َ ُّ‫ال رب‬


ُ ‫ََت َع ُل ف َيها َم ْن يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف‬
‫ك‬ ْ َ ِ ‫األر‬
ِ
ْ ‫ك ل ْل َمالئ َكة إِِّن َجاع ٌل ِِف‬ َ َ َ‫َوإ ْذ ق‬
ِ
)ٖٓ( ‫ال إِِِّن أ َْعلَ ُم َما ال تَ ْعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ق‬ ِ ِ ِ ِ ِّ
َ َ‫س ل‬
ُ ‫الد َماءَ َوََْن ُن نُ َسبّ ُح ِبَ ْمد َك َونُ َق ّد‬
Artinya: “Ingatlah Tuhanmu Berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

2
Tarmizi, pengantar bimbingan dan konseling, (medan:perdana publishing, 2011), hlm.26
3
Lahmuddin Lubis, Konseling dan Terapi Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016),
hlm.128
3

Engkau” Tuhan Berfirman: “ Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak


kamu ketahui. (Al-Baqarah:30)

Ayat diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia, Allah

hendak memberi tugas kepada manusia sebagai Khilafah dibumi untuk dapat

melaksanakan amanah yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya

dalam bidang keahlian atau kewenangan sesuai yang dimilikinya. Manusia

diberi tanggung jawab menyangkut kebaikan dirinya maupun orang lain. Oleh

karena itu manusia ditugaskan untuk meluruskan hal-hal yang menyimpang,

menata hal-hal yang salah tempat, dan menghentikan kekeliruan yang

berlangsung dimuka bumi.

Disisi lain Allah memiliki tujuan menciptakan manusia yaitu sebagai

hamba yang harus menyembah kepada-Nya dan menjauhi laranganya. Hal

tersebut sebagaimana dijelaska dalam Al-Quran surat Ad-Dzariat ayat 56-58 :

ِ ‫يد أَ ْن يطْعِم‬ِ ٍ ِ ِ ِ ُ ‫٘)ما أُِر‬ٙ( ‫ون‬ ِ ‫اْلِ َّن واإلنْس إِال لِي عب ُد‬
‫ون‬ ُ ُ ُ ‫يد مْن ُه ْم م ْن رْزق َوَما أُر‬ َ ُْ َ َ َ ْ ‫ت‬ ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
)٘ٛ( ُ ِ ِ َّ ‫٘)إِ َّن‬ٚ(
ُ ‫َّاق ذُو الْ ُق َّوة الْ َمي‬
ُ ‫الَز‬
َّ ‫اّللَ ُو َو‬
Artinya: “Dan aku tidak mnciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari
mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kokoh”. (Al-Quran Az-Dzariyat :56-58).

Adapun kaitannya dengan tujuan penciptaan menusia menurut Islam

ialah sebagai Khalifah yaitu ada sejumlah aturan dan larangan yang harus

dipatuhi serta manusia melaksanakan tugas sebagai Khalifah dimuka bumi

sekaligus beribadah kepada Allah (Hamba). Manusia hidup dimuka bumi

memiliki aturan-aturan yang harus ditaati. Aturan tersebut bersumber pada


4

kepercayaan masing-masing yaitu berupa agama atau kepercayaan yang telah

tercantumkan dalam kitab yang dijadikan sebagai pedoman hidup.4

Narkoba ialah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan zat

adiktif. Istilah lain yang digunakan oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia adalah NAPZA yang merupakan singkatan dari Narkoba,

Psikotropika, dan Zat Adiktif. Zat yang termasuk dalam golongan ini antara

lain: Putau (heroin), Morfin dan obat lainnya.5Saat seseorang mengkonsumsi

narkoba ada kemungkinan dapat terjadi kecanduan yang besar. Semakin lama

penggunaan narkoba maka akan membutuhka dosis yang lebih tinggi demi

mendapatkan efek yang dirasa. Lalu ketika efek ini telah hilang, maka si

pemakai akan merasa tidak nyaman akibat munculnya efek dari obat dan

mengakibatkan keinginan untuk ingin kembali memakainya.

Beragam efek yang muncul dari pengunaa narkoba setelah digunakan dan

dikonsumsi, narkoba akan larut dan dialirkan melalui darah keseluruh tubuh,

termasuk otak. Berbagai efek akan dialami oleh para penggunanya,

tergantung jenis, dosis, dan lamanya pemakaian narkoba. Adapun beberapa

efek yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba yaitu efek stimulan yang

dapat memicu kerja jantung dan otak lebih cepat, efek halusinasi yang mana

ditimbulkan setelah mengkonsumsi narkoba, efek depresan yang menekan

4
Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Quran. Hlm. 65
5
Edi Karsoon, Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras, (Bandung: CV Imam
Widya, 2004), hlm. 11
5

sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, efek adiktif

yang menyebabkan kecanduan pada penggunanya.6

Padal telah dijelaskan dalam Alquran SWT berfirman dalam surat Al-

Maidah ayat 90 :

)ٜٓ( ‫وولَ َعلَّ ُك ْميُ ْفلِ ُُو َن‬ ِ ‫األزالم َِجس ِمْن عمِاللشَّيطَانَِف‬
ُ ُ‫اجيَنب‬
ْ ْ َ َ ٌ ْ ُ ْ ‫صابُ َو‬
ِ ْ َ‫آمنُواإََِّّن‬
َ ْ‫ااْلَ ْم ََُوالْ َمْيس ََُواألن‬
ِ
َ َ‫ََيأَيُّ َهاالَّذين‬
Artinya : “ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum
khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak
panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. Al-Maidah: 90).

Islam telah mengajarkan bahwa meminu khamar adalah perbuatan

syaitan, syaitan adalah musuh umat islam yang jelas. Allah memberi perintah

kepada umat manusia agar menjauhi perbuatan tersebut agar kita termasuk

golongan yang beruntung. Ayat diatas merupakan Dalil Al Quran yang

mengaharamkan narkotika.7 Secara jelas ayat tersebut menjelaskan bahwa

khamar benar-benar harus dijauhi, hal ini sama dengan penggunaan narkoba

sebagai bahan yang bisa memabukkan, karena dapat menjadikan

penggunanya dibawah pengaruh obat dan membuat tidak sadarkan diri.

Menjaga akal adalah menjaganya dari terserang penyakit yang

melemahkannya, atau merusaknya, atau menjadikan pelakunya sebagai biang

keladi kejahatan dan gangguan terhadap masyarakat, atau menjadi terjadinya

dosa-dosa dan kejahatan terhadap akal ini. Syariat berhak mengambil sarana-

6
Sienny Agustin, Jangan Coba-Coba, Inilah Bahaya Narkoba Untuk Kesehatan, (Online)
tersedia di https://www.alokdokter.com/narkoba-bukan-solusi , Diakses tanggal 14 juli 2021.
7
Ahmad Saefullah, Mellyarti Syarif, dan Dahrizal Dahlan, Model Pendidikan Islam Bagi
Pecandu Narkoba, (Yogyakarta:DEEPUBLIS, 2019), Hlm. 13
6

sarana perlindungan dalam bentuk hukuman oleh karena itu pula syariat islam

menghukum para peminum dan pecandu Narkoba apapun namanya.8

Atas dasar itu dirasa sangat diperlukannya bimbingan keagamaan

terhadap orang yang pecandu berat terhadap Narkoba. Bimbingan keagamaan

yang akan diberikan kepada mereka bersifat tuntunan agama. Hal ini

diinginkan agar fungsi ajaran agama menjadi tentram dalam diri para pasien

pencandu Narkoba tersebut. sehingga mereka dapat memiliki daya tahan

untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri

kedepannya.

Mengobati orang yang sudah kecanduan narkoba memang tidak mudah.

Bayangan untuk kembali memakainya selalu menghantui mantan pengguna,

meski telah melewati berbagai terapi. Disinilah peran serta keluarga, sahabat,

dan masyarakat untuk selalu mendampinginya menghindari godaan yang

muncul. Rehabilitasi merupakan sebuah pilihan dalam membantu para

pecandu untuk menghentikan kebiasaan memakai obat terlarang yang

merusak tubuh, masa depan, dan kebahagiaan bersama oranSg-orang tercinta.

Pada Kota Banjarmasin pun banyak terdapat remaja ataupun dewasa

yang sudah memakai narkoba, sehingga diperlukan usaha yang lebih intensif

untuk merehabilitasi mereka yang sudah menjadi pecandu narkoba, agar

dapat kembali hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat dan bisa

berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Disinilah saya sebagai penulis

ingin membahas tentang bimbingan dalam membentuk akidah akhlak di

8
Al-ahmady Abu An Nur, Narkoba, Jakarta: Darul Falah, 2003), hlm.3
7

rehabilitasi narkoba. Karena dengan adanya kejadian ini kita banyak melihat

para korban narkoba yang terjerumus dalam lembah hitam ini, tidak hanya

dari kalangan bawah saja melainkan banyak kalangan atas juga ikut menjadi

penggunanya.

Upaya dalam menangani masalah terhadap penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba di Kota Banjarmasin, BNN (Badan Narkotika

Nasional) melalui upaya untuk meningkatkan keberdayaan mayarakat dalam

penanganan narkoba yang meliputi upaya pencegahan, rehabilitasi dan

pemberantasan.9 Kalimantan Selatan salah satunya dapat ditangani melalui

panti rehabilitasi narkoba yaitu Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin yang

merupakan tempat pelayanan rehabilitasi narkoba. Salah satu cara yang di

lakukan ialah melalui pembinaan kegamaan dengan cara dan strategi yang

digunakan. Adapun cara nya berupa bimbingan keagamaan berupa tuntunan

ajaran islam terhadap pecandu narkoba. Tujuan yayasan ini yaitu ingin

memberikan pelayanan sosial rehabilitasi bagi penyandang masalah narkoba

dalam tata kehidupan bermasyarakat serta pemulihan kembali citra harga diri,

serta bertanggung jawab dan memiliki kemampuan guna menjalani kehidupan

sehari-hari secara wajar.

Bimbingan keagamaan yang di lakukan di Yayasan Al-Hijrah tersebut

setelah penulis melakukan penjajakan awal sebelumnya seperti ceramah

agama, bimbingan sholat, dzikir dan membaca Al-Quran, dan amalan ibadah

sunnah lainnya oleh para usataz. Dengan adanya bimbingan ini di harapkan
9
BNN Author, Rapat Kerja Program Pemberdayaan Masyarakat Anti Narkoba di
Lingkungan Instansi Pemerintah, (Online) tersedia di https://banjarmasinkota.bnn.go.id/peserta-
rapat-kerja-program-pemberdayaan-masyarakat-anti-narkoba/. Diakses pada tanggal 14 Juli 2021.
8

dapat menciptakan suasana keagamaan yang baik bagi si pasien, sehingga

mereka dapat menjadi manusia yang lebih baik dan terhindar dari perbuatan

yang melanggar norma-norma, baik norma dalam bermasyarakat ataupun

norma-norma agama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis merasa

tertarik untuk mengetahui bagaimana Bimbingan Keagamaan Dalam

Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjramasin, yang kemudian

akan dijadikan pijakan dasar dalam melaksanakan suatu penelitian lapangan

denga mengangkat judul “Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi

Narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, Penelitian ini dirumuskan dengan

rumusan :

1. Apa Saja Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin?

2. Apa saja Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Keagamaan

Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan Rumusan Masalah yang dikemukakan pada bagian diatas,

maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
9

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis

proses Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan

Al-Hijrah Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Hambatan yang dicapai oleh

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin dalam melakukan kegiatan Bimbingan

keagaaman Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin.

D. Signifikasi Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, secara umum diklasifikasikan menjadi

dua kategori yaitu:

1. Manfaat Akademis

a. Manfaat bagi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari

Banjarmasin yaitu sebagai tambahan referensi di perpustkaan

khususnya perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

b. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan di bidang dakwah khususnya bimbingan

penyuluhan islam.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yaitu

memberikan kesempatan untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan

yang telah dimiliki oleh seorang penyuluh dalam membina akidah,

ibadah dan akhlak bagi pasien keecanduan narkotika.


10

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

dan masukan kepada pembimbing maupun calon pembimbing dalam

pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin atau ditempat lainnya.

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bimbingan

keagamaan terhadap para korban narkotika ataupun gangguan jiwa

yang diakibatkan kecanduan narkotika.

E. Definisi Operasional

Agar penelitian ini dapat lebih mudah untuk dipahami dan terarah,

sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan meluasnya pembahasaan maka

penulis perlu membuat batasan istilah sebagai berikut :

1. Bimbingan Keagamaan

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang

individu untuk menentukan tujuannya, merancang cara dalam bertindak

dan memperbaiki sikap serta tingkah laku individu sehingga ia dapat

mengarahkan diri agar dapat bertindak secara wajar sesuai dengan

tuntunan dan keadaan keluarga serta dalam bermasyarakat. Sedangkan

agama menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ajaran

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya.10

10
https://kbbi.web.id/agama.html
11

Secara oprasional bimbingan yang dimaksudkan disini ialah

pemberian bantuan kepada para korban pencandu narkotika di Yayasan

Al Hijrah Banjarmasin, dengan adanya bimbingan keagamaan disini para

pasien diharapkan dapat kembali sembuh dan dapat menjalani kehidupan

yang normal di masyarakat. Juga, adanya bimbingan ini dapat

membentuk keimanan guna sebagai benteng dalam menjaga dirinya nanti

agar tidak mengulangi perilaku dimasa lalu.

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah usaha untuk memulihkan para pecandu narkoba

dari ketergantungan narkoba dan hidup normal sehat jasmani dan rohani

sehingga dapat menyesuaikan dan meningkatkan kembali

keterampilannya, pengetahuannya, kepandaiannya, pergaulannya dalam

lingkungan hidup atau dengan keluargannya.11

Secara operasional rehabilitasi yang dimaksud diatas adalah upaya

untuk memulihkan kejiwaan para pasien yang terkena dampak dari

penggunaan narkotika, upaya ini diharapkan dapat membantu

mengembalikan kondisi pasien yang mengalami efek narkotika yang

menyebabkan gangguan kesehatan dan kejiwaannya.

3. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Nakotika, Psikotripika, dan Bahan zat

adiktif. Narkoba ialah obat, bahan, zat, dan buka tergolong makanan jika

diminum, dihisap, ditelan atau disuntikkan. Sebab dapat menyebabkan

11
https://Law.unja.ac.id/pentingnya-rehabilitasi-sebagai-solusi-dalam-menekan-kasus-
narkotika/, diakses pada tanggal 5 juni 2021, 17:15.
12

ketergantungan dan berpengaruh terhadap kerja otak, demikian pula

fungsi vital organ tubuh lain seperti (Jantung, peredaran darah,

pernafasan,dll).

4. Yayasan Al Hijrah Banjarmasin

Yayasan Al hijrah adalah suatu lembaga Rehabilitasi Narkoba dan

Gangguan Mental yang beralamat Jl. Padat Karya, Komplek Purnama

Permai 1, Jalur 2, No 41, Rt. 09 Kelurahan Sungai Andai Banjarmasin

Utara, Kalimantan Selatan, Indonesia. Jam Buka Senin-Minggu 07:00-

24:00.

Kesimpulan yang disajikan dari Bimbingan Keagamaan Dalam

Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin ini adalah

pemberian bantuan dalam upaya penyembuhan melalui bimbingan

keagamaan melalui nasehat-nasehat keagamaan (ceramah), Bimbingan

Sholat, Bimbingan Dzikir, Bimbingan membaca Al-Quran. Dengan

adanya proses rehabilitasi ini mereka berupaya untuk kembali sembuh

dari efek candu narkotika yang mana kegiatan ini di bantu oleh para ustaz

dan para perawat yang berkerjasama selama 24 jam untukmembantu

penyembuhan. Karena besar harapan ada keluarga yang berharap

kesembuhan sanak keluarganya yang di rehabilitasi di Yayasan Al

Hijrah. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses bimbingan

keagamaan ini terdapat beberapa kendala. Namun berkat dedikasi dan

kerja sama antar Ustaz dan para perawat besar harapan dapat terciptanya
13

keberhasilan dalam pelaksanaan bimbingan keagamaan di Yayasan Al

hijrah.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan judul Bimbingan Keagamaan Terhadap Rehabilitasi

Narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin belum pernah ditemukan, namun

demikian ada beberapa kajian ataupun hasil penelitian yang ada relevansinya

dengan penelitian yang telah peneliti lakukan. Hasil-hasil penelitian tersebut

antara lain:

Penelitian Lis Rohmatun (2019), skripsi yang berjudul: “Proses

Bimbingan Agama Islam Bagi Pengguna Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial

Maunatul Mubarok Sayung Demak”. Penelitian ini membahas tentang proses

Rehabilitasi untuk pengguna Narkoba dengan metode bimbingan agama

seperti ceramah agama islam, dzikir, dan mengkaji materi keislaman. Materi

keislaman yang disampaikan ketika bimbingan kelompok berupa materi-

materi fiqih, hadist-hadist dari kitab Arbain Nawawi dan hadist-hadist lain

yang perlu dijadikan motivasi untuk klien. Proses bimbingan agama ini

dilaksanakan empat kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, selasa, kamis

dan sabtu. Masing-masing dilaksanakan pada malam hari setelah shalat

magrib dan isya.

Penelitian Rina Indraini Sihombing (2017) skripsi yang berjudul

“Metode Bimbingan Agama Terhadap Pecandu Narkoba di Institusi Penerima

Wajib Lapor (IPWL) Yayasan Rahmani Kasih JL. Serdang Dusun X Desa
14

Serdang Kec. Beringin Kab Deli Serdang”. Penelitian ini membahas tentang

panti rehabilitasi yang memiliki tujuan untuk menyembuhkan pecandu

narkoba, metode bimbingan digunakan sebagai salah satu proses pemulihan

bagi pecandu narkoba. Metode keagamaan yang ada di rehabilitasi ini adalah

metode ceramah, metode mengaji, metode diskusi, metode audio visual.

Penelitian Ismiyatul Hamdiyah (2020). Skripsi yang berjudul

“Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Di Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana Penanaman

Nilai-Nilai Keagamaan di Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin, meliputi usaha yang optimal dalam membimbing jiwa spiritual

agar menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa. Maka dapat diungkapkan

dengan penanaman nilai-nilai keagamaan sebagai berikut yaitu nasihat

keagamaan, Sholat, Dzikir, Berdoa, Puasa, Membaca Al Quran.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima BAB sebagai

berikut:

BAB I Pendahluan yang beiisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, signifikasi penelitian, definisi operasional, penelitian

terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teori, Berisi tentang pengertian bimbingan, Pengertian

Keagamaaan, Prinsip prinsip dan Asas-asas Keagamaan, Dasar Bimbingan

Keagamaan, Tujuan Keagaaman, Fungsi Bimbingan Keagamaan, Teknik dan


15

Metode Bimbingan Keagamaan, Faktor-Faktor Bimbingan Keagamaan,

Pengertian Rehabilitasi, Pengertian Narkoba, Jenis- Jenis Narkoba, Faktor

Penyalahgunaan Narkoba.

BAB III Metode Penelitian, mencakup pendekatan dan jenis penelitian,

subjek dan objek penelitian, lokasi penelitian, data, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

BAB V Penutup, simpulan, dan saran-saran.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bimbingan Keagamaan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”,

Secara Harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti:

mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manager),

dan menyetir (to steer).12 Banyak pengertian bimbingan yang

dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.

Menurut Jones, Staffire & Stewart yang dikutip oleh Prayitno dalam

buku Dasar-dasar Bimbingan dan konseling berpendapat bahwa:

berdasarakan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak

setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak

mencampuri hak orang lain. Kemampuan dalam membuat pilihan tidak

diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan.

Menurut Rochman Natawidjaja yang dikutip oleh Syamsul Yusuf

dan Achmad Juntika Nuriihsan dalam buku landasan Bimbingan dan

konseling mengartikan bahwa :

Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat

memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

12
Rukaya, Aku dan Bimbingan,(Pangkep:Guepedia,2019), hlm.7

16
17

bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan

sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.13

Menurut Shetzer dan Stone dalam Yusuf konseling merupakan

proses interaksi yang bermakna pemahaman diri dan lingkungan, serta

hasil dari pembentukan dan atau pengklarifikasia tujuan serta nilai-nilai

perilaku masa depan.14 Bimbingan sebagai suatu proses pemberian

bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,

supaya individu tersebut dapat faham akan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada umumnya,

sehinggaa dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada

umumnya.15

Bimbingan keagamaan menurut Hamrin yaitu membantu pemecahan

masalah seseorang sehingga dapat membuat keputusan yang tepat atau

dengan kata bimbingan diharapkan memperoleh sebuah solusi dan

perencanaan yang tepat. Solusi da perecanaan ini dapat diartika untuk

dimasa kini dan masa yang akan datang .16

Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah

“bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

13
Ibid, hlm. 7-8
14
Muhammad Fuad Anwar, Landasan Bimbingan Dan Konseling Islam, ( Yogyakarta:
DEEPUBLISH,2019), hlm.03
15
Abu Bakar M.Luddin, Dasar-Dasar Konseling (Tinjauan Teori dan Praktik),
(Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm.14-15
16
Sutirna, Bimbingan dan Konseling (Bagi Guru dan Calon Guru Mata Pelajaran),
(Yogyakarta:DEEPUBLISH, 2021), hlm 19
18

sekelompok individu-individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau

sekumpulan individu-individu lainnya dapat mencapai kesejahteraan di

hidupnya.”17

Bimbingan didefinisikan sebagai proses pemberian bantuan kepada

individu untuk memahami diri mereka sendiri dan dunia mereka.18 The

United States Office of Education (1918) mendefinisikan bimbingan

sebagai proses pengenalan individu dengan berbagai cara, termasuk

pelatihan khusus, dimana ia dapat menemukan bakat alaminya sehingga

mencari nafkah untuk keuntungan terbaiknya sendiri dan masyarakat.19

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

adalah bantuan yang dapat diberikan kepada individu secara

berkesinambungan dan terus-menerus secara rutin agar dapat membantu

individu dapat memahami dirinya, sehingga dia mampu menentukan

pilihannya sendiri. Dan dapat berkembang dengan baik, untuk

memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaat dalam kegiatan sosial,

memahami diri sendiri, dan lingkungannya dalam mengatasi hambatan

dan bisa merencanakan masa depan yang baik.

17
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2012), hlm 54.
18
Miss Hafsah Jan dan Mohammad Iqbal Matto, Educational Guidance and Counselling,
(New Delhi:Educreating Publishing, 2018), hlm. 3
19
Asha K.Kinra, Guidance and Counselling, (India:Dorling Kindersley,2008), hlm.2
19

2. Pengertian Keagamaan

Pengertian agama menurut Robert H. Thouless bahwa agama adalah

hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dipercayai sebagai

makhluk atau wujud yang lebih tinggi daripada manusia.20 Agama

merupakan sistem yang mencakup cara bertingkah laku dan berperasaan

yang memiliki corak khusus, dan merupakan sistem kepercayaan yang

juga bercorak khusus. Dengan ini agama dapat diterima dalam suatu

aturan yang mencakup cara-cara bertingkah laku, berperasaan dan

berkeyakinan.

Keagamaan adalah segenap kepercayaan (kepada tuhan) serta ajaran

kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan

itu.21 Dengan adanya kepercayaan ini maka maka masing-masing

individu memiliki tanggung jawab atas kewajiban-kewajiban yang telah

diperintahkan oleh Allah Swt. Dan menjadikan pribadi lebih baik

kedepannya dalam menjalani perjalanan hidup sebagai insan manusia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keagamaa adalah kepercayaan yang

diyakini dalam hati setiap manusia dengan sepenuh hati. Serta

melaksanakan tanggung jawab yang diperintahkan dan menjauhi segala

yang dilarangNya agar dapat tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat serta

apa yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

20
Robert H. Thoulles, Pengantar psikologi Agama, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2000),
hlm.19
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai
Pustaka, 2002), hlm.10
20

Menurut Dzaki, bimbingan keagamaan adalah suatu aktifitas yang

memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang

meminta bimbingan potensi akal pikirannya, kepribadiannya, keimanan

dan keyakinannya sehingga dapat menanggulangi problematika hidup

dengan baik dan benar secara mandiri yang berlandasakan Al-quran dan

As-Sunnah Rasulullah SAW.22

Menurut Arifin, bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian

bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun

batiniyah yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan masa mendatang.

Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental dan spiritual, agar

orang yang bersangkutan mampu mengatasi kemampuan yang ada pada

dirinya melalui dorongan dengan kekuatan iman dan taqwa kepada

Allah.23

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan

adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang dalam memahami

nilai-nilai keagamaan agar bisa menentukan pilihan dan menemukan

jalan keluar dari permasalahan hidupnya yang dihadapinya sesuai dengan

Al-Quran dan As sunah sehingga dapat mencapai kebahagian dunia dan

akhirat.

22
Adz-Zaki dan M. Hamdani Bakran, Psikoterapi dan Konseling Islam Penerapan Metode
Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka,2001), hlm.137.
23
Muzayin Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama di Sekolah
dan LuarSekolah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),hlm.2
21

3. Prinsip-prinsip dan Asas-asas Bimbingan Keagamaan

a. Prinsip dasar bimbingan keagamaan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Manusia ada di dunia bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada

yang menciptkan yaitu Allah SWT

2) Manusia adalah hamba Allah yang harus selalu beribadah

kepada-Nya sepanjang hayat.

3) Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia

melaksanakan amanah dalam bidang keahlian masing-masing

sesuai ketentuan-Nya (khalifah fil ardh).

4) Manusia sejak lahir dilengkapi dengan fitrah berupa iman, iman

sangat penting bagi keselamatan hidup manusia di dunia dan

akherat.

5) Iman perlu dirawat agar tumbuh subur dan kokoh, yaitu dengan

memahami dan mentaati aturan Allah.

6) Islam mengakui bahwa pada diri manusia ada sejumlah

dorongan yang perlu dipenuhi, tetapi dalam pemenuhannya

diatur sesuai tuntutan Allah.

7) Bahwa dalam membimbing individu seyogyanya diarahkan agar

individu secara bertahap mampu membimbing dirinya sendiri.

Karena rujukan utama dalam membimbing adalah ajaran agama,

maka dalam membimbing individu seyogyanya dibantu agar

secara bertahap mereka mampu memahami dan mengamalkan


22

ajaran agama secara benar, karena islam mengajarkan agar

umatnya saling menasehati dan tolong menolong dalam hal

kebaikan.24

b. Asas-asas keagamaan meliputi sebagai berikut:

Asas-asas dimaksudkan sebagai kaidah atau ketentuan yang

diterapkan serta dijadikan landasan dan pedoman penyelenggaraan

konseling islam, yaitu:

1) Asas Fitrah

Fitrah merupakan titik utama bimbingan dan konseling

keagamaan islam, karena dalam “konsep” fitrah itu ketauhidan yang

asli (bawaan sejak lahir sebagai anugerah Allah. Artinya manusia

pada dasarnya telah membawa fitrah (naluri beragama Islam yang

mengesankan Allah), sehingga bimbingan dan konseling islami

harus senantiasa mengajak kembali manusia memahami dan

menghayatinya fitrahnya. Sehingga dengan demikian akan mampu

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah

laku sesuai fitrahnya.

2) Asas kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Jika manusia telah mampu memahami dan mengayati fitrahnya,

maka itu harus terus dibina dan dikembangkan dalam rangka

mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

24
M.Fuad Anwar, Op.Cit, hlm. 85-86
23

“dan diantara mereka ada yang berdoa: ya Allah kami, berilah


kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan perihalah
kami dari siksa api neraka.”(Q.S. Al-Baqarah:201).

Bimbingan dan konseling keagamaan islam membantu individu

memahami dan mengahayati tujuan utamanya yaitu kebahagiaan

yang abadi di akhirat. Kebahagiaan akhirat akan tercapai apabila

bagi semua manusia didalam hidupnya hanya mengingat Allah.

3) Asas amal shaleh dan Akhlaqul Karimah

Bimbingan dan konseling keagamaan islami membantu individu

melakukan amal shaleh dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran

islam.

4) Asas “Mauizatul Hasanah”

Bimbingan konseli islam dilakukan dengan sebaik-baiknya

dengan menggunakan segala macam sumber pendukung secara

efektif dan efisien, karena hanya dengan cara penyampaian

“Hikmah” yang baik sajalah maka itu bisa tertanaman pada diri

individu yang dibimbing.

5) Asas “Mujadalatul Ahsan”

Bimbingan ini dilakukan dengan cara melakukan dialog antara

pembimbing dan yang dibimbing, yang baik, yang manusiawi, dalam

rangka membuka pikiran dan hati pihak yang dibimbing akan ayat-

ayat Allah, sehingga muncul pemahaman, penghayatan, keyakinan


24

akan kebenaran dan kebaikan syariat islam, dan mau

menjalankannya.25

4. Dasar-Dasar Bimbingan Keagamaan

Dasar-dasar dalam pelaksanaan keagamaan mengacu pada dua

sumber dasar islam yaitu Al-qur’an dan Al-hadist.

a. Sumber Al-qur’an

Al-qur’an ialah sumber pertama islam yang dijadikan sebagai

pedoman hidup manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupan didunia,

didalam Al-qur’an mencakup kebaikan dunia dan akhirat, didalam nya

terdapat berbagai petunjuk, pengajaran hukum, aturan, akhlaq, dan

berbagai jawaban persoalan dikehidupan. Menurut hidayat, Al-qur’an

hdiup dan berada di tengah umat islam sebagai konsultan, pembimbing,

petujuk jalan, ataupun teman dialog untuk mentata kehidupan yang

beradab dengan landasan iman, ilmu, amal.26

Kedudukan Al Quran sebagai sumber dapat dilihat dari surat al-

baqarah ayat 2:

)ٕ( ُ ِ ِ ِ ِ ‫ك الْ ِكيَاب ال ري‬ ِ


َ ‫ب فيه ُو ًدى ل ْل ُميَّق‬
َ َْ ُ َ ‫َذل‬
Artinya:

“Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi


mereka yang bertaqwa”.

25
Zaini Dahlan, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press), hlm 64-
65.
26
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktek, (Semarang: CV Cipta
Prima Nusantara, 2007), hlm,26.
25

Selanjutnya firman Allah Swt dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat

138:

)ٖٔٛ( ُ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َو َذابَيَانٌللنَّاس َوُو ًد َىوَم ْوعظَةٌل ْل ُميَّق‬
Artinya:

“Al Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang yang bertaqwa”.

Dari ayat diatas dapat bahwa kedudukan al-quran sebagai sumber

petunjuk dan dasar menjadi landasan manusia hidup. Yang mana

didalamnya terdapat ajaran yang berisi kegiatan atau usaha pendidikan

itu. Al-Quran adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu

menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman berbagai problem

hidup, apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran rasa dan karsa

mengarah pada realita keimanan yang dibutuhkan untuk stabilitas dan

ketentraman hidup dan masyarakat.27

b. Sunah Rasul

Dasar kedua dari bimbingan keagamaan ialah sunnah, secara umum

sunnah adalah sabda, pekerjaan, ketetapan, sifat(watak, budi atau

jasmani) atau tingkah laku Nabi Muhammad SAW, baik sebelum

menjadi Nabi maupun sesudahnya (Azami,2006: 14).

5. Tujuan Bimbingan Keagamaan

Secara umum tujuan bimbingan keagamaan ialah membantu individu

mewujudkan dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya, agar mencapai

27
Ahmad Saefullah, Mellyarti Syarif, dan Dahrizal Dahlan, Op.Cit, hlm, 90
26

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.28 Setiap perjalanan hidup

manusia pasti memiliki hambatan-hambatan dalam mewujudkan

keinginannya, sehingga diperlukan bimbingan agama, untuk itu dalam

bimbingan ini diusahakan agar dapat membantu individu mampu

menghadapi masalah dalam hidupnya.

Menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan agama memiliki beberapa

tujuan sebagai berikut:

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

b. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah

bagi dirinya dan orang lain.29

Tujuan diadakannya bimbingan ini guna membantu individu

memiliki komitmen dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,

keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat

kerja, maupun masyarakat pada umumnya. Dan dapat di pahami bahwa

bimbingan keagamaan yang di laksanakan diharapkan dapat membantu

individu dalam menyelesaikan masalah yang menimpanya dengan segala

potensi yang ada pada dirinya.

28
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,
2002), hlm. 35
29
Ibid, hlm.36
27

6. Fungsi Bimbingan Keagamaan

Bimbingan dalam fungsi ini adalah membantu klien yang sudah

sembuh agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada

kegiatan yang lebih baik. Layanan ini memberikan santunan rohani

kepada pasien dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar

dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan doa, cara

bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainnya dalam keadaaan sakit. Dalam

pengertian lain fungsi developt mental adalah membantu individu

memperoleh ketegasan nilai-nilai anutan, mereview pembuatan

keputusannya.

Bimbingan keagamaan sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut,

mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya

masalah pada seseorang.

b. Fungsi Kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau

menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang.

c. Fungsi Preventif dan depelopment, yakni memelihara agar keadaan

yang tidak baik menjadi baik kembali, dan mengembangkan keadaan

yang sudah baik menjadi lebih baik.

Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan

islam mempunyai fungsi untuk membantu individu dalam memecahkan

masalahnya sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya

masalah baginya. Selain itu hal tersebut bimbingan keagamaan juga


28

sebagai pendorong (motivator), pemantap (stabilisator), penggerak

(dinamisator) dan pengarah bagi pelaksanaan bimbingan agar sesuai

dengan pertumbuhan dan perkembangan pasien serta memiliki bakat dan

minat yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.30

7. Teknik atau Metode Bimbingan Keagamaan

Metode dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk

mengungkapkan cara yang paling tepat dalam melakukan sesuatu.31

Mengenai metode Bimbingan agama islam tidak jauh berbeda dengan

metode dakwah, al-quran telah memberikan petunjuk melalui surat An-

Nahl ayat 125:

ِ ِ ِ ْ ‫ادع إِ َل سبِ ِيل ربِك ِ ِْْكْم ِة والْمو ِعظَِة‬


َ َّ‫َْ َس ُن إِ َّن َرب‬
‫ك ُو َو‬ ْ ‫اَْ َسنَة َو َجادُْْم ِ لَِِّ و ََ أ‬ َْ َ َ َ َّ َ ُْ
)ٕٔ٘( ‫ين‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫ض َّل َع ْن َسبيله َوُو َو أ َْعلَ ُم لْ ُم ْهيَد‬
َ ‫أ َْعلَ ُم ِبَ ْن‬
Artinya : “ Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.32

Adapun beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling islami

untuk menangani penyalahgunaan narkoba, diantaranya:

a. Al-Hikmah

Bi Al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan

30
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018), hlm.
18-19
31
Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis, (Semarang: Rasail,2005), hlm. 56
32
M. Munir & Wahyu Illahi, Manajmen Dakwah , (Jakarta: Kencana,2006), hlm.34
29

mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya,

mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b. Al- Mau’idzah Al-Hasanah

Mau’izatil Hasanah yaitu berdakwah dengan memberikan

nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan rasa

kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran islam yang disampaikan

itu dapat menyentuh hati manusia.

c. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan

Mujadalah billati hiya ahsan yaitu berdakwah dengan cara

bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya

dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada

komunitas yang menjadi sasaran dakwah.33

d. Dzikir maknanya adalah menginat Allah dengan melalui segala

macam bacaan dzikir, berdoa, sholat, wudhu dalam keadaan suci.

Dzikir mengandung unsur psikoterapi yang mana penerapannya

mengandung unsur spiritual dan kerohanian yang dapat

meningkatkan rasa percaya diri seseorang.

e. Sholat tahajud juga menjadi salah satu terapi, yang mana jika

dijalankan secara ikhlas mampu menurunkan respons sekresi kortisol

dan meningkatkan perubahan respons ketahanan tubuh imunologik,

penurunan respons sekresi kortisol dan peningkatan perubahan

respons ketahanan tubuh imunologik dalam kasus shalat tahajud

33
Ibid, hlm.35
30

dapat digunakan sebagai indikator ikhlas untuk bidang amal saleh

lainnya.34

f. Terapi shalat lima waktu mneciptakan suasana jiwa yang baik,

sehingga terhindar dari pikiran-pikiran negatif melakukan

penyalahgunaan narkoba. 35

g. Shalat taubat merupakan salah satu sholat sunnah yang dikerjakan

untuk memohon ampunan kepada Allah Swt, dengan harapan tidak

akan mengulangi segala perbuatan yang di lakukan di masa lalu.

8. Faktor- Faktor Bimbingan Bimbingan

Faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan bimbingan

keagamaan terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang ada di dalam diri manusia itu

sendiri yang meliputi:

1) Faktor Fisiologis

Faktor-Faktor Fisiologis ini masih dapat lagi

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Tonus jasmani pada umumnya, dan

b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

34
Moh Sholeh, Terapi Shalat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit, (Jakarta:Noura,
2012). Hlm.13-14
35
R. Fitriyani dan Trianasari D, Bimbingan Dan Konseling Islami Sebagai Bagian
Pendekatan Bagi Remaja Pecandu Narkoba. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan
Konseling “ Krisis Konseling”, Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan, (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan), 2016, hlm.86-
95
31

2) Faktor Psikologis

Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang

mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai

berikut:

- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia

lebih luas

- Adanya sifat yang kreaktif yang ada pada manusia dan

keinginan untuk selalu maju

- Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari

orang tua, guru, dan teman-teman

- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang

lalu dengan usaha baru, baik dengan koperasi maupun

dengan kompetisi

- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

mnguasai pelajaran

- Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada

belajar (Frandsen, 1961: 216).36

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui

bahwa faktor pendukung dan penghambat Bimbingan

Keagamaan dipengharuhi oleh faktor dalam diri manusia

itu sendiri, diantaranya yaitu fisiologis kesehatan dan

kondisi fisik dan pengaruh oleh faktor psikologis.

36
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 235-237
32

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar manusia meliputi:

1) Faktor-faktor lingkungan sosial

2) Faktor-faktor lingkungan nonsosial

Faktor –faktor sosial disini adalah faktor manusia

(sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun

kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung

hadir. Faktor sosial berkaitan dengan diluar individu pelaku

seperti lingkungan sekitar. Faktor-faktor nonsosial

mencakup kondisi dan materi fisik seperti fasilitas , keadaan

udara, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.37

B. Pengertian Rehabilitasi dan Narkoba

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat dan

merehabilitasi korban penyalahgunaan obat terlarang dalam lembaga

tertentu, sehingga diharapkan para korban dapat kembali ke lingkungan

masyarakat atau dapat bekerja dan belajar dengan layak. Pengertian

rehabilitasi NAPZA adalah rehabilitasi yang meliputi pembinaan fisik,

mental, sosial, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan

lanjut bagi para mantan pengguna NAPZA agar mampu berperan aktif

dalam kehidupan masyarakat.38

37
Ibid, Hlm. 233-234
38
Setiyawati, et al, eds. BAHAYA NARKOBA (TATA CARA MEREHABILITASI PECANDU
NARKOBA), (Surakarta: PT. Tirta Asih Jaya, 2015), hlm. 73-75.
33

Rehabilitasi, menurut pasal 1 angka 23 KUHAP adalah :

“hak seseorang untuk mendapat pemulihan hak nya dalam


kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya yang diberikan
pada tingkat penyelidikan, penuntutan atau pengadilan karena ditangkap,
ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya ataupun hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”39

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi merupakan

salah satu upaya pemulihan dan pengembalian kondisi bagi

penyalahguna maupun korban penyalahguna narkotika agar dapat

kembali melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat

melaksanakan kegiatan dalam masyarakat secara normal dan wajar.

Pelaksanaan terapi disini adalah bertujuan untuk mendapatkan

kesembuhan bagi narapidana supaya lepas dari ketergantungan NAPZA

sebagaimana tujuan pengobatan yaitu untuk mendapatkan efek

pengobatan (efek terapeutik) yang diinginkan. Efek terapiutik merupakan

tujuan agar pasien menjadi sembuh. Masalah penyalahgunaan narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer

dikenal masyarakat sebagai narkoba (Narkotika dan Bahan atau Obat

Berbahaya) merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan upaya

penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama

multidisipliner dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan

secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.40

39
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAPZA(Narkotika, Alkohol, dan
Zat Adiktif), (Jakarta : Gaya Baru, 2006), hlm. 134
40
Ibid, hlm. 11
34

Dari pengertian-pengertin rehabilitasi diatas menjelaskan bahwa

rehabilitasi sebagai tahapan dalam penyembuhan dan pengananan secara

umum baik kejiwaan, psikis, perilaku dan juga hukuman bagi

penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sesuai dengan norma hukum yang

ada di negara Republik Indonesia.

2. Model-Model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA

Berdasarkan KEPMENKES No.996/MENKES/SK/VII/2002, pelayanan

rehabilitasi meliputi:

a. Pelayanan Medis

1) Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah suatu proses dimana seorang

individu yang ketergantungan fisik terhadap zat

psikoaktif (khususnya Opioda), dilakukan pelepasan zat

psikoaktif (opioida) tersebut secara tiba-tiba (aburpt)

atau secara sedikit demi sedikit (gradual).

Detoksifikasi merupakan proses pelepasan zat

psikoaktif pada pecandu baik secara tiba-tiba maupun

bertahap. Tujuannya agar darah kembali bersih dan

sistem metabolisme tubuh kembali normal. Umumnya


35

cara ini dilakukan sepenuhnya dengan panduan petugas

medis.41

2) Terapi Maintenance

Terapi maintenance (rumatan) adalah pelayanan pasca

detoksifikasi dengan tanpa komplikasi.

b. Terapi Rohani

1). Memberikan Pendidikan Keimanan kepada pecandu

narkotika

Memberikan Pendidikan Keimanan merupakan sebuah

tugas yang wajib bagi para ustaz, karena pendidikan ini merupakan

prinsip dasar kehidupan yang harus dipahami secara mutlak oleh

setiap individu. Maka dalam bimbingan ini ada beberapa hal yang

bisa dilakukan, diantaranya:

a) Menanamkan keyakinan kepada Allah SWT

b) Menanamkan perasaaan takut terhadap Allah

SWT dan selalu merasa diawasi Allah SWT

dalam setiap tindakan dan keadaan mereka.

2). Memberikan Pendidikan Ibadah Kepada Pecandu

Narkotika

Mendefinisikan ibadah, Malik Fajar dan Abdul Ghafir

memberikan dua pengertian, yaitu:

41
Anna Farida dan Suci Shofia, BERANTAS NARKOBA (Rehabilitasi Pasca
Penyalahgunaan Narkoba), (CV. Avar Mandiri, 2017), hlm. 4
36

a) Ibadah dalam pengertian umum ialah semua

amalan yang diizinkan oleh Tuhan dan tidak

ditetapkan secara terperinci mengenai keharusan

mengerjakannya.

b) Ibadah dalam pengertian khusus ialah apa-apa

yang telah ditetapkan tuhan secara terperinci

baik tingkat maupuan kaifiyat (cara)nya yang

ditentukan, misalnya: shalat, puasa, haji, dan

sebagainya (Abdul Ghafir, 2001 :70).

3) Memberikan Pendidikan akhlak kepada pecandu

narkotika

a) Metode pemahaman

b) Metode keteladanan

c) Metode pembiasaan

d) Metode latihan

e) Metode hukuman dan ganjaran.42

Kini agaknya kita perlu lebih banyak melakukan

kegiatan spiritualitas. Kita perlu meningkatkan intelegensia,

spiritualitas (Spiritual Qouentient, SQ, Danah Zohar & Ian

Marshal), antara lain lewat pencarian ke dalam diri dengam

perjuangan ke luar. Orang- orang yang banyak melakukan doa,


42
Ahmad Saefullah, Mellyarti, dan Dahrizal, Op-Cit, hlm. 125-129.
37

meditasi, bersembahyang, berdzikir, tahajud, akan mampu

menjinakkan sistem saraf otonom tubuhnya. Aktifitas saraf

otonom, yang bikin kita garang dan pemberang selama ini, ada

diluar pengaruh alam sadar kemauan kita. Satu cara

menjinakkannya, katanya, dengan lebih banyak melakukn

kegiatan spiritual.43

c. Konseling Terpadu

Sebuah upaya dalam memberikan bantuan psikologis

kepada klien pecandu narkoba. Caranya dengan menggunakan

beragam pendekatan konseling dan memberdayakan klien di

lingkungan sosial.harapannya klien bisa menjadi anggota

masyarakat yang normal, bermoral, dan dapat menghidupi

dirinya sendiri serta keluarga.

Ada 2 hal penting yang harus mendapatkan penekanan

dalam upaya recovery klien yaitu :

1) Konseling Indivdual (KI)

Penerapan KI sebagai upaya membantu klien oleh

konselor secara individual. Tujuan KI yaitu

menanamkan kepercayaan diri klien atas dasar

kesadaran diri untuk :

43
Ibid, hlm 117.
38

a) Memunculkan sikap tidak menyalahkan orang

lain atas kecerobohan dan kesalahannya

mengonsumsi narkoba.

b) Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil

tanggung jawab atas perbuatannya yang

merusak serta menerima akibatnya (keluar dari

institusi pendidikan, kehilangan pekerjaan,

dijauhi orang-orang yang dicintainya, dsb).

c) Menerima realita hidup dengan jujur.

d) Membuat perencanaan hidup dengan rasional

dan sistematik untuk keluar dari cengkraman

narkoba, serta menjadi manusia yang baik.

e) Menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri

untuk melaksanakan rencana hidup (

Dyere&Vreind, 1997).

2) Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupaka suatu cara

memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu

melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan

kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus

diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang

berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah


39

individu yang menjadi peserta layanan. Dalam layanan

bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang

menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.44

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan

klien untuk berpartisipasi dalam diskusi dan ceramah di

berbagai kelompok masyarakat.45

3. Pengertian Narkoba

Narkoba ialah istilah yang menjelaskan Narkotika (Nar),

Psikotropika (Ko), dan bahan adiktif (Ba). Selain narkoba, sering disebut

pula sebagai Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).46Narkoba

adalah singkatan dari narkoba dan obat/baha adiktif. Selain narkoba

istilah lain dari yang di perkenalkan ialah NAPZA yang merupakan

singkatan dari Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Narkoba adalah

zat aktif yang bekerja pada sistem saraf pusat (otak), yang dapat

menyebabkan penurunan sampai hilangya kesadaran dari rasa sakit

(nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Zat yang

termasuk golongan ini antara lain : Putau (heroin), morfin dan obat

lainnya.47

44
Ahmad Saefullah, Mellyarti, dan Dahrizal, Op-Cit, Hlm. 86
45
Anna Farida dan Suci Shofia, Op-Cit, hlm. 71-72
46
Awet Sandi, Narkoba dari Tapal Batas Negara,(Bandung: Mujahidin Press Bandung,
2016), hlm. 6
47
Edi Kusumo, Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras, hlm 11
40

Narkoba mengacu pada senyawa-senyawa yang pada umumnya

mempunyai resiko candu bagi penggunanya. Narkoba sendiri sebetulnya

aalah kelompok senyawa psikotropika yang biasa digunakan untuk

keperluan medis, seperti pembiusan atau obat-obatan khusus untuk

penyakit tertentu.48

Adapun yang dimaksud narkoba adalah singkatan dari narkota dan

obat atau bahan berbahaya. Selain itu Narkoba memiliki istilah lain yang

diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif.49

Istilah ini, baik “narkoba” atapun “nafza” mengacu kepada

kelompok senyawa yang pada umumnya memiliki tingkat resiko

kecandua bagi para penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba

sebenarnya adalah senyawa senyawa psikotropika yang biasanya dipakai

untuk membina para pasien saat hendak dioperasi atau obat-batan untuk

penyakit tertentu penyakit tertentu. Namun presepsi itu disalahartikan

oleh oknum-oknum penyalahgunaan yang berakibat pemakaian diluar

peruntukan dan dosis yang semestinya.50

48
Yusuf Pramono, Arif Cerdas Sd/MI Kelas 6 , (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2019),
Hlm. 235
49
Daru Wijayanti, Revolusi Mental Stop Penyalahgunaan Narkoba, (Yogyakarta:
IndoLiterasi, 2016), hlm.5
50
Ibid, hlm.5-6
41

4. Jenis-Jenis Narkoba

Narkoba dibagi menjadi 3 jenis antara lain narkotika, psikotropika,

dan bahan adiktif lainnya. Tiap Jenis dibagi lagi kedalam beberapa

kelompok.

a. Narkotika

Narkotika adalah zat adiktif yang berasal dari tanaman atau

bukan atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang

dapat menyebabkan adanya penurunan atau perubahan kesadaran diri

dan hilangnya rasa atau akal pikiran. Zat ini dapat menghilangka rasa

nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.51

Narkotika dapat menyebabkan candunyang sangat berat bagi

penggunanya. Narkoba juga memiliki daya toleran (penyesuaian)

dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Maka dari itu

narkotika dianggap sangat berbahaya apalagi jika digunakan dengan

dosis yang sembarangan.

Berdasarkan Undang-Undang Pasal 6 ayat (1) undang-undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dibagi menjadi beberapa

jenis yang di bagi kedalam 3 kelompok, yaitu golongan I, golongan

II, golongan III.52

1) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya.

Karena berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

51
Ibid, Hlm. 11
52
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan, (Jakarta:
PT.Gelora Aksara Pratama, 2007), hlm. 11
42

Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun

terkecuali untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh nya

adalah heroin, kokain, ganja.

2) Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif kuat namun bermanfaat bagi pengobatan dan penelitian.

Contohnya adalah petidian dan turunannya, benzitidin,

betametadol, da lain-lain.

3) Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Golongan ini berpotensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya adalah kodein dam turunannya.53

Narkotika golongan I dan II berupa bahan baku, baik alami

maupun sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan

peraturan mentri. Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan

indikasi medis.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat yang alamiah maupun sintesis,

bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan adanya perubahan

53
Lysa Angrayni, dan Yusliati, Efektivitas Rehabilitasi Pecandu Narkotika Serta
Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kejahatan Di Indonesia, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), hlm. 23
43

khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk mengobati

gangguan jiwa.54

Jenis psikotropika menurut undang-undang Ri NO 5 tahun 1997

sebagai berikut:

1) Golongan I: adalah psikotropika dengan daya adiktif yang

sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan atau

kecandungan, belum diketahui apa manfaat untuk pengobatan,

dan sedang diteliti khasiatnya.

2) Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang tinggi

untuk dapat menyebabkan sindrom ketergantungan serta

berguna untuk pengobatan dan ilmu pengetahuan. Contoh:

ampetamin dan metapetamin.

3) Golongan III : adalah psikotropika dengan daya aktif yang

sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

Lumubal dan Fleenitrazenpam.

4) Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya aktif ringan

yang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya :

nitra zepam, diazepam.

Efek dari psikotropika ini yaitu dapat menurunkan aktivitas otak

dan menghambat kesehatan, sehingga dapat menimbulkan dampak

yang lebih buruk, selain itu juga dapat menyebabkan berbagi

54
Ahmad Saefullah, Mellyarti Syarif, Dahrizal Dyah, Op,Cit, hlm 66.
44

penyakit bermuculan seperti kelainan fisik maupun psikis si

pemakai, bahkan tidak jarang menimbulkam kematian.

c. Zat Adikif Lainya

Zat adiktif adalah obat-obatan yang apabila dikonsumsi dapat

menyebabkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan

dapat berefek ingin menggunakannya secara terus menerus yang jika

dihentikan dapat memberi efek lelah bagi si pemakai, adapun zat

yang bukan narkotika dan psikotropika tetapi bisa menimbulkan

kecanduan ialah kopi, rokok, miras/ minuman keras.

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Menurut sudarsono, dikutip dari pendapat Dr. Graham Blane

mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan

narkotika dengan beberapa sebab, terdiri dari:

a. Faktor Individu

1) Masalah pribadi yang mengakibatkan korban mencari

pelampiasan atas masalahnya.

2) Rasa ingin mencoba tanpa berfikir dan tau akibat kedepannya.

3) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.

4) Mendapat tekanan atau pengaruh dari lingkungan pergaulannya.

5) Tidak dapat berkata Tidak terhadap Narkoba.

6) Keinginan untuk bersenang-senang

7) Salah pengertian bahwa pengunaan sekali-kali tidak

menimbulkan ketagihan
45

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sebagai berikut:

1) Lingkungan Keluarga: Hubunga antara keluarga retak,

komunikasi diantara mereka kurang efektif. Kurang nya

perhatian untuk anak dalam masa pertumbuhannya ikut menjadi

faktor terjadinya penggunaa obat berbahaya ini.

2) Lingkungan Sekolah: kurang nya disiplin, dan dekatnya tempat

hiburan dengan lingkungan sekolah. Serta adanya murid yang

menjadi pengguna narkoba sehingga menjadi faktor kontributif

terjadinya penggunaan narkoba.

3) Lingkungan pergaulan : teman sebaya merupakan kebutuhan

remaja dalam dalam menjalani keseharian, adanya teman sebaya

mendorong seseorang untuk dapat diterimanya di suatu

kelompok. Pola pikir mereka orang yang menggunakan Narkoba

dianggap menjadi orang dewasa.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

penulis melakukan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data. Penelitian ini memuat deskriptif fenomena yang

diselidiki dalam cara mengklasifikasikan fakta. Penelitian ini digunakan

untuk menjawab apa dan bagaimana keadaan sesuatu (fenomena atau fakta)

dan melaporkan sebagaimana adanya.

Metode penelitian kualitatif ini digunakan untuk melihat hasil yang akan

dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis

proses bimbingan keagamaan serta untuk mengetahui faktor pendukung dan

hambatan yang dicapai Yayasan Al Hijrah Banjarmasin dalam melakukan

kegiatan bimbingan keagamaan dalam rehabilitasi narkoba di Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin. Penelitian kualitatif cenderung mengumpulkan datanya

melalui kontak terus menerus dengan subjek-subjek, yaitu dengan cara

wawancara dan observasi.55

Penulis langsung bertatap muka dengan pimpinan Yayasan Al-Hijrah,

pembina rohani, dan perawat di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin untuk

mengadakan wawancara, menggali data tentang bimbingan keagamaan

terhadap rehabilitasi pasien pecandu narkoba yang dirawat di Yayasan Al-

55
Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta kombinasinya dalam Penelitian
Psikologi, (Yogyakarta: Pusat Pelajar), h. 31

46
47

Hijrah tersebut. dalam penelitian ini, penulis berusaha mencatat,

menganalisis, dan menginterpretasi kondisi yang ada dilapangan. Artinya,

mengumpulkan informasi tentang keadaan yang ada dengan variabel yang

menjadi indikasi penelitian ini.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasi

sesuai dengan masalah penelitian. Adapun subjek penelitian disini adalah

pembina di rehabilitasi narkoba Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin yang

berjumlah 1 orang pembina, 2 orang ustaz, 1 orang perawat.

2. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bentuk

bimbingan keagamaan dalam rehabilitasi narkoba di Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin, yaitu bagaimana kegiatan bimbingan keagamaan yang

diberikan oleh pembina rohani kepada pasien yang dibimbing di lokasi

penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan Yayasan Al-Hijrah yang beralamat di

Jalan Padat Karya, Komplek Purnama Permai 1 jalur 2 nomor 41 Rt.009 Rw.

001 Kelurahan Sungai Andai Banjarmasin.


48

D. Data dan Sumber Data

Data yang akan digali dalam penelitian ini ada 2 yaitu meliputi data

primer (utama) dan data sekunder (tambahan).

1. Data Utama (Primer)

Data utama yaitu sumber data yang dapat memberikan informasi,

fakta dan gambaran peristiwa yang di dapatkan dalam penelitian atau

sumber pertama dimana terdapat sebuah data yang dihasilkan. Dalam

penelitian kualitatif ini, sumber data utama ialah kata-kata dan tindakan

orang yang diamati atau diwawancarai. Dalam proses penelitian, sumber

data dihimpun melalui catatan tertulis, atau melalui perekaman video

atau audio, dan pengambilan foto-foto.56 Sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu data diperoleh langsung dilapangan sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh

dari hasil wawancara dengan pimpinan Yayasan Al-Hijrah, pembina

rohani, dan perawat di Yayasan Al-Hijrah. Adapun data utama dalam

penelitian ini adalah Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba

di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin yang meliputi :

a. Data Tentang Bimbingan Keagamaan di Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin

56
Ibrahim MA, Metode Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta Contoh Proposal
Kualitatif, (Bandung: Alpabeta, 2015), hlm. 69
49

b. Data Tentang Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Bimbingan

Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al-Hijrah.

2. Data Tambahan (Sekunder)

Data sekunder adalah segala bentuk dokumen,baik dengan bentuk

tertulis maupun foto atau sumber data kedua sesudah data primer.

meskipun sumber data kedua, dokumen tidak bisa diabaikan dalam suatu

penelitian, terutama dokumen tertulis seperti buku, majalah ilmiah, arsip,

dokumen pribadi dan dokumen resmi.57 Data-data pelengkap yang

bersifat mendukung data pokok yang berhubungan dengan gambaran

umum lokasi penelitian yang meliputi :

a. Sejarah Singkat Yayasan Al-Hijrah

b. Jumlah Pasien

c. Data Struktur Yayasan Al-Hijrah

d. Sarana dan prasarana

3. Sumber Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggalinya

melalui :

a. Responden, yaitu dua orang ustaz yang dipercaya untuk

melaksanakan bimbingan keagamaan.

b. Informasi, yaitu perawat di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

57
Ibid, hlm. 70
50

c. Dokumen, yaitu catatan ataupun arsip yang berhubungan dengan

data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan Sutrisno (1986) mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang komplit, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan untuk menggali data

dengan cara mengadakan observasi secara langsung terhadap

permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai proses bimbingan keagamaan

dan faktor pendukung dan penghambat dalam bimbingan keagamaan.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu tanya jawab dengan seorang narasumber

yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah informasi atau keterangan,

fakta, bukti dalam suatu masalah ataupun peristiwa. Teknik ini digunakan

pada saat sesi tanya jawab secara langsung kepada responden untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan terkait Bimbingan Keagamaan

dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin dan


51

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam bimbingan keagamaan untuk

kelengkapan data dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan kumpulan atau sejumlah signifikan dari bahan

tertulis ataupun film, berupa data yang akan ditulis, dilihat, disimpan, dan

digulirkan dalam penelitian. Istilah dokumentasi merujuk pada materi

seperti foto, video, film, memo, surat, catatan harian, catatan kasus klinis,

dan memorabilia segala macam yang bisa digunakan sebagai informasi

tambahan sebagai bagian dari studi kasus yang sumber data utamanya

adalah observasi atau wawancara partisipan.58

4. Keabsahan Temuan

Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah

menggunakan trigulasi yaitu sumber data, data yang didapat dari

Pembina Rohani dan Perawat. Teknik pengumpula data melalui

wawancara observasi dan dokumentasi, dengan pembina rohani atau

perawat untuk mencek kesesuaian hasil.

Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik

pengumpulan data, maka dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.1
Matriks Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik
No Data Sumber Data Pengumpulan
Data

58
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV
Jejak, 2018), hlm.146
52

Data utama (primer)


1. Bimbingan Kegamaan
Dalam Rehabilitasi
Narkoba di Yayasan Al-
Hijrah Banjarmasin
meliputi :
a. Nasehat Agama
(Ceramah Agama)
Ustaz dan Observasi dan
1. b. Shalat
Perawat wawancara
c. Berdzikir
d. Membaca Al-Qur’an
2. Faktor pendukung dan
penghambat Bimbingan
Keagamaan Dalam
Rehabilitasi Narkoba di
Yayasan Al-Hijrah
Banjarmasin.
Data Tambahan
(Sekunder)
Wawancara
a. Sejarah singkat Ustaz dan
2. dan
Yayasan Al-Hijrah. Perawat
Dokumentasi
b. Jumlah pasien
c. Sarana dan prasarana

F. Analisis Data

Data yang sudah peneliti kumpul, kemudian diolah, lalu diuraikan dalam

bentuk penyajian data bentuk deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara

menguraikan data dengan kata-kata kemudian data dianalisis sesuai dengan

kaidah yang digunakan dalam penelitian ilmiah.


53

G. Pengecekan Keabsahan Data

Agar mendapat hasil yang memuaskan, maka peneliti melaksanakan

beberapa tahapan, yaitu tahapan pendahuluan, tahapan persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap penyusun laporan.

1. Tahapan Pendahuluan

a. Telaah pustaka

b. Penjajakan lokasi Penelitian

c. Membuat Proposal Penelitian

d. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing

e. Mengajukan desain proposal serta persetujuan judul kepada Dekan

Fakulatas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin.

2. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan seminar proposal skripsi yang telah disetujui.

b. Merevisi proposal skripsi dalam pedoman kepada hasil seminar dan

petunjuk dosen pembimbing.

c. Membuat surat riset untuk melakukan penelitian.

d. Mempersiapkan pedoman pengumpulan data.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Mengumpulkan data

b. Mengolah dan menganalisis data

c. Menarik kesimpulan dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan

4. Tahap Penyusunan Laporan

a. Menyusun laporan hasil penelitian


54

b. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai laporan yang

telah disusun, serta dilakukan koreksi dan perbaikan hingga di

setujui.

c. Memperbanyak hasil laporan yang telah di setujui dan siap di uji

serta dipertahankan dalam sidang munqasyah skripsi.

5. Waktu dan Jadwal Penelitian

a. Penjajakan awal

b. Penetapa responden dan informan

c. Pengumpulan data

d. Pengolahan data

e. Koreksi akhir

f. Pembuatan laporan dan penjilidan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Yayasan Al Hijrah Banjarmasin

Yayasan Al hijrah berdiri pada 1 februari 2017, beralamat Jln. Padat

Karya, komplek Purnama Permai 1, Jalur 2, NO 41 RT. 009 RW. 001

Kel. Sungai Andai Banjarmasin, dengan luas lahan 120 M dan luas

bangunan 80 M untuk kantor, dan luas lahan 120 M dan luas bangunan

80 M untuk tempat tinggal para pasien. Letak yayasan ini berada di

pinggir jalan tidak jauh dari wilayah permukiman penduduk.

2. Sejarah Yayasan Al Hijrah Banjarmasin

Yayasan Al-Hijrah adalah tempat tinggal sementara bagi para korban

pecandu narkoba dan gangguan jiwa, yang mengkonsumsi obat-obatan,

narkoba, dan sejenisnya. Sehingga menyebabkan dirinya harus di

Rehabilitasi atau rawat jalan untuk membantu dalam menyadarkan,

membina, serta mengembalikan para pasien seperti remaja, orang

dewasa, orang tua dan lainnya yang telah rusak akhlak serta moralnya

akibat penyalahgunaan narkoba agar kembali kejalan yang di ridhoi oleh

Allah Swt.

Awal mula berdirinya Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin ialah dulu

Bapa Adi adalah salah satu perawat di salah satu tempat Rehabilitasi

Inabah Banjarmasin, ketika inabah di renovasi Bapak Adi Riatmoko ini

berinisiatf membangun sendiri yayasan ini dengan menampung pasien

55
56

dari inabah, lalu diganti dengan nama Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin.

Ada beberapa pasien yang dari sambang lihum dibawa kesini, tapi pasien

yang dari sambang lihum itu yang sudah tenang, maksudnya sudah tidak

terlalu parah lagi untuk diobati. Karena di sambang lihum tidak bisa

menapung terlalu lama, paling 27 hari kalo hanya memakai BPJS. Jadi di

Al Hijrah ini sebagai pengobatan lanjutan, karena disana belum sembuh

juga jadi di tampung disini. Lalu Yayasan Al-Hijrah memfasilitasi tempat

tinggal baru untuk dibuat Yayasan baru untuk para pasien. Jika

memungkinkan ada beberapa pasien yang dibawa pulang, tetapi bisa juga

di rawat tetap apabila ada keluarga yang tidak mampu merawat atau

keluarga nya sudak tidak ada lagi sanak keluarganya, jadi tetap dirawat

diyayasan apabila tidak memungkinkan. Jadi Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin jadi wadah untuk para pasien agar mendapat binaan atau

bimbingan. Pendiri Yayasan Al-hijrah Banjarmasin adalah Adi

Riatmoko, beliau lulusan D3 Keperawatan.59

Pemilik atau pembina yayasan Al Hijrah, Adi Riatmoko atau akrab

disapa komo mengatakan hingga kini ada sebanyak 32 orang yang

ditangani. Namun jumlah itu keluar masuk bervariasi, sementara

sebelumnya sejak awal bediri tahun 2017 hanya sekitar belasan pasien.

Koko menambahkan penanganan rehab pasien narkoba rawat inap di

ruko yang sudah memiliki izin dengan warga dan ketua rt setempat.

59
Wawancara dengan Adi Riatmoko, Pembina Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin, Jumat 4
juni 2021. Pukul 11.35 Wita.
57

Sementara untuk lamanya dirawat tergantung pasien itu sembuh bisa

beberapa bulan bahkan setahun.

“Rehab pasien narkoba ini ditanggung murni dari keluarga, kami

disini siap memberikan penanganan baik secara medis maupun

religius”.sebutnya “ untuk pasien yang lamanya setahun itu karena tidak

ada keluarganya atau keluarga tidak mampu,” terang Koko. Selanjutnya

untuk penanganan medis dan obat biasanya mereka sudah punya dokter

masing-masing hingga rekam medisnya diketahui.

Koko mengungkapkan dulu sebelum di padat Karya Sungai Andai

itu, rehab pasien narkoba ini di Jalan Mandiri Lestari. Disana selama

empat tahun tepat di depan Mushola setempat. Terkait rehab ini, untuk

medis sudah ditangani psikiater masing-masing. Kemudian secara

religius dilakukan dengan pengajian bersama, ceramah dan sholat

berjamaah serta sholat sunat lainnya.60

3. Visi dan Misi Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

a. Visi Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

Visi Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin adalah memberikan

pelayanan dan perawatan terhadap rehabilitasi kepada korban

penyalahgunaan napza dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

agar menjadi individu yang sehat, produktif, mandiri, dan agamis,

60
Adi Riatmoko, “ Yayasan Al-Hijrah Sungai Andai Rawat 32 Pasien Rehab Narkoba”, (2
April 2021)
58

b. Misi Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

1) Memberikan pelayanan kepada korban penyalahgunaan napza

dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) melalui program

rawat inap dengan metode pendekatan medis, psikoreligi dan

spiritual.

2) Menyiapkan sarana yang mendukung rehabilitasi agar bisa

mengembangkan diri sebagai manusia yang sehat, mandiri dan

produktif dimasyarakat.

3) Mendukung program pemerintah bebas pasung bagi ODGJ.

Proses bimbingan keagamaan bagi para pasien di Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin dilaksanakan setiap hari. Masing-masing

dilaksanakan dari bangun tidur hingga sholat isya. Berikut ini jadwal

pelaksanaan Bimbingan Keagamaan di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin.

Tabel V.I

Jadwal Kegiatan Harian dalam Pelaksanaan Bimbingan

Agama

No Jam Kegiatan
1 05.00 Bangun tidur
2 05:30 Sholat Subuh berjamaah, wirid dan Dzikir
3 06:30 Mandi
4 07:30 Makan dan minum obat
5 08:00 Istirahat atau santai
6 08:30 Sholat Dhuha, Tadarus Al Quran
7 12:30 Shalat zuhur berjamaah, wirid dan dzikir
8 13:00 Makan dan minum obat
9 13:30 Istirahat, nonton tv, hiburan
59

10 16:00 Shalat Ashar


11 16:30 Tadarus Al-Quran dan Iqro
12 17:30 Mandi
13 18:30 Sholat Magrib berjamaah, wirid dan dzikir
14 19:30 Shalat isya berjamaah, zikir dan wirid
15 19:45 Ceramah
16 20:00 Makan malam dan minum obat
17 21:00-22:00 Istirahat dan Tidur

Adapun Struktur Organisasi Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

sekarang ini sebagai berikut :

Pembina : Adi Riatmoko, AMK

Ketua : Misdariani, SE

Pengawas : Agus Tridisadi

Sekretaris : Sulis Rimawati, AMKeb

Religi : M. Fajar

: M. Noor Ikhsan

Medis : Fahruzi, S.Kep, Ns

: Sayyid Syaifullah, S.Kep, Ns

: Ricy Gunawan, S.Kep, Ns

: Novianoorhuda ,Amk

Gizi : Saibah

Loundry : Siti Rusni

4. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi Narkoba Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin

Adapun sarana dan prasarana di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

adalah sebagai berikut:


60

a. Ruang Tengah sekaligus tempat kegiatan

b. Ruang Tamu

c. Perawat 24 jam

d. Kamar tidur ranjang

e. Kamar mandi dan Wc

f. Rumah Pengelola

5. Penjelasan Singkat Biodata Ustaz Pembimbing di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin

a. Ustaz Muhammad Nur Ihsan

Ustaz Muhammad Nur Ihsan adalah Ustaz pembimbing di Yayasan

Al Hijrah Banjarmasin, yang baru bekerja di sini selama kurang lebih

satu bulan, disini status beliau juga sebagai Rohaniawan atau

pembimbing rohani, beliau lahir di Penghambau pada tanggal 10 bulan

Oktober tahun 2001. Sekarang beliau tinggal dan menetap di Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin, guna selalu siaga mengawasi dan membimbing

pasien. Adapun Pendidikan terakhir beliau MAN 3 HST lalu setelah lulus

beliau lanjut di Pondok Pesantren Nurul Muhibbin Barabai.

b. Ustaz Muhammad Fajar

Ustaz Muhammad Fajar merupkan pembimbing rohani di Yayasan

Al Hijrah Banjarmasin, beliau di yayasan ini membimbing Sholat dan

Mengaji. Lama nya beliau bekerja disini sekitar 1 tahun lebih. Beliau

lahir di Berabai pada tanggal 6 Juni 2001. Sama dengan Ustaz

Muhammad Nur Ihsan, beliau sama-sama tinggal menetap di Yayasan Al


61

Hijrah. Asal beliau dari balangan. Pendidikan terakhir beliau adalah

MAN 3 HST.

B. Hasil Penelitian

Setelah diuraikan, gambaran umum lokasi penelitian, berikut ini akan

menjelaskan data-data yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi. Data yang disajikan ialah tentang bagaimana bimbingan

keagamaan dalam rehabilitasi narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

yang telah meliputi usaha, tindakan dan metode yang digunakan oleh

pengelola dan ustaz di rehabilitasi narkoba di Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

dalam bimbingan keagamaan terhadap korban pecandu narkoba di Yayasan

tersebut.

1. Bimbingan keagamaan terhadap rehabilitasi narkoba di Yayasan

Al-Hijrah Banjarmasin.

Dengan melakukan nasehat-nasehat keagamaan Kegiatan bimbingan

keagamaan bagi para pecandu narkoba di Yayasan Al-Hijrah

Banjarmasin meliputi kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan materi

yang akan digunakan. Dalam kegiatan ini, diperlukan usaha yang optimal

dalam membimbing jiwa spiritual seseorang agar menjadi pribadi yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara secara langsung dengan para pengurus Yayasan Al-

Hijrah Banjarmasin, maka dapat dipaparkan bimbingan keagamaan yang

dilakukan di Yayasan Al hijrah Banjarmasin adalah sebagai berikut:


62

a. Nasehat Agama (Ceramah Agama)

Kegiatan keagamaan disini ialah para pembina di Yayasan Al-

Hijrah Banjarmasin, memberikan Ceramah agama kepada para

pasien. Bentuk-bentuk dari nasihat agama disini adalah berupa

ceramah agama yang dilakukan oleh pembina keagamaan di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin.

Bimbingan keagamaan berbentuk ceramah-ceramah agama,

yang dilakukan oleh Ustaz Muhammad Nur Ihsan. Tempat kegiatan

ini dilaksanakan di dalam Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin di ruang

tengah tempat dilaksanakannya ibadah shalat, sedangkan materi

yang diajarkan berupa ajaran islam, terutama tentang fiqih (tata cara

mandi wajib, tata cara berwudhu, tata cara shalat dan sunnah-sunnah

lainnya). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para pasien

menyadari pentingnya iman dan akhlak dalam kehidupan ini.

Ceramah berisi tentang materi-materi Fiqih untuk saat ini yang

diambil atau di pelajari di kitab Tangga Ibadah, karena mereka

diberikan materi keagamaan secara bertahap agar dengan mudah

memhami dan menangkap isi ceramah nya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur

Ihsan masalah yang sering diajarkan dalam ceramah agama dan

bagaimana respon mereka terhadap masalah yag disampaikan ialah :

“bimbingan keagamaan nya dimulai imbah sembahyang isya,


wajib semuaan harus sembahyang lima waktu. tuntung wirid
langsung ceramah. Untuk saat ini difokuskan diajari tentang fiqih,
kayak thaharah, wudhu, sholat dan lain lain. Biasanya untuk sesi
63

ceramah kisaran 15-20 menit, saat ceramah diselingi juga sesi tanya
jawab dan ada juga yang curhat.61

“Untuk bimbingan keagamaan ini pembina rohani melakukan


tahap awal dengan memberi materi keagamaan berupa tata cara
wudhu, sholat, mandi wajib dll. Setelah selesai pemberian materi
lalu dilanjutkan praktek, agar dapat mengetahui sejauh mana mereka
paham dengan materi yang telah diberikan. Terkadang jika ada yang
masih belum paham, ada teman sesama pasien yang saling
mengajarkan. Sebab disini ada juga pasien yang sudah terlebih
dahulu paham dan bisa.”62

Berdasarkan data diatas ustaz Muhammad Nur Ihsan, kegiatan

bimbingan ini dilaksanakan setelah sholat isya berjamaah, dan untuk

fokus pembelajaran saat ini yaitu diajarkan Fiqih dasar tentang tata

cara sholat, wudhu, mandi wajib, dll. Untuk pelaksanaannya setiap

hari kepada para pasien dengan kisaran waktu 15-20 menit

tergantung kondisi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan perawat selaras

dengan temuan data diatas, sebagai berikut:

“ motivasi yang kami berikan nih ya, kaya motivasi gasan nang
muda-muda jua. Memberi semangat untuk bangkit karena
menyayangkan masa depam masih panjang dan umur yang muda
kasian keluarga, orang tua. Dengan di rehabilitasi ini bukan berati
orang tua tidak sayang, malah ini membuktikan bahwa mereka
peduli dan sayang. Sebab untuk rehabilitasi ini perlu banyak biaya
demi kesembuhan mereka”

Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan peneliti, sebagai

berikut:

Pada kegiatan nasehat keagamaan yang di lakukan di Yayasan

Al Hijrah terbilang Kondusif, para pasien memiliki semangat untuk


61
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur Ihsan pada tanggal 8 Juni 2021.
62
Wawancara dengan ustadz muhammad nur ihsan pada tanggal 6 Juli 2021
64

mengikuti kegiatan nasehat keagamaan ini, banyak dari mereka yang

memperhatikan dengan seksama materi ceramah yang di sampaikan

oleh ustaz Muhammad Nur ihsan, sekekali ustaz memberi sedikit

humor dalam ceramah nya. Yang mana ini dapat memunculkan

suasana yang membuat para pasie terhibur sekaligus senang, akan

tetapi ada beberapa juga yang peneliti amati terlihat beberapa pasien

yang tidak memperhatikan dengan seksama, dan seakan-akan kurang

minat nya. Namun adanya perilaku pasien seperti itu masih dapat di

maklumi, karena tidak semua pasien disini yang telah sembuh secara

utuh.

b. Bimbingan Shalat

Shalat merupakan tiang agama islam. Di Yayasan Al-Hijrah

diajarkan tata cara dan praktek shalat wajib. Yaitu shalat fardhu lima

waktu (shalat magrib, isya shubuh, dzuhur dan ashar). Para pasien

diajarkan bagaimana mengamalkan shalat wajib agar mereka tahu

bahwa shalat itu tidak boleh ditinggalkan karena dengan shalat dapat

mencegah mereka dari perbuatan yang keji dan mungkar. Apabila

pasien menunjukkan sifat malas, maka pasien akan ditegur dengan

pelan dan dinasehati untuk mengerjakan shalat minimal shalat wajib.

Dengan adanya kekonsistenan untuk mengerjakan shalat berjamaah,


65

maka para pasien lama kelamaan akan terlihat perubahannya dari

segi perubahan tingkah laku dan emosi mereka akan lebih stabil.63

Adapun wawancara dengan Perawat di Yayasan Al Hijrah

meliputi sebagai berikut:

“untuk kegiatan sholat dibagi menjadi dua bagian, satu yang


diatas dan satu lagi dibawah. Dibawah 11 orang, diatas 25 orang.
Kalo yang dibawah ini biasanya yang sudah tenang dan bisa
beradaptasi dan paham, kalo yang diatas itu yang untuk pasien yang
hanyar masuk yang gelisah dan belum bisa beradaptasi.”

Maksud dari wawancara diatas adalah penemptan pasien

dibedakan berdasarkan tingkat kesembuhan, untuk bagian atas

digunakan oleh pasien yang baru masuk atau yang perlu di awasi

lebih ketat, karena biasanya yang baru masuk ini perlu adanya

adaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orangnya. Untuk pasien

yang dibawah ini mereka sudah tenang dalam artian sudah terkendali

dan pasien lama.

Selain itu ustadz muhammad nur ihsan mengatakan bahwa

selain sholat lima waktu diadakan juga sholat sunnah seperti dhuha,

tahajud, qabliyah dan ba’diyah. Beliau juga mengatakan bahwa

setiap malam jumat juga diadakan sholat hajat dan yasinan setelah

sholat magrib.

Penjelasan diatas selaras dengan hasil wawancara yang penulis

dapatkan dengan ustaz muhammad nur ihsan sebagai berikut:

“ mun malam imbah sholat magrib di lanjut sholat hajat”

63
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur Ihsan, di ruangan Yayasan Al-Hijrah, Selasa
8 Juni 2021.
66

“ imbah makanan pagi biasanya dilanjutkan dengan sholat


dhuha”
“untuk para perawatnya sholat ada dibelakang, tujuannya supaya
menjaga agar pasien dapat diawasi”64

Bimbingan sholat ini bertujuan agar para pasien dapat terbiasa

mengerjakan sholat, terutama sholat lima waktu. Dengan ini mereka

dapat terhinda dari perbuata yang menjerumuskan kearah maksiat

serta dapat kembali kejalan yang diridhoi Allah swt. Manusia dibumi

ini senantiasa diciptakan untuk beribadah dan mentaati peraturan

Allah Swt. Untuk pasien yang tidak mengerjakan shalat maka akan

diberi sanksi berupa membersihkan kamar mandi atau semacamnya,

guna memberi sedikit efek jera. Akan tetapi menurut wawancara

dengan perawat nya dijelaskan bahwa mereka jarang melakukan

pelanggaran karena merasa segan dengan ustaz atau perawat yang

membimbing mereka.65

Temuan diatas juga selaras dengan hasil Wawancara dengan

Perawat sebagai berikut:

“kalo yang korban narkoba ini kenapa dibawa kesini, ya rata-


rata kayak wani lawan keluargnya dan ada yang kada bisa apa-apa.
Jadi disini kami beri pengarahan dan motivasi, semangat dan lain-
lain. Jadi inya pas bulik dari sini bisa minta maaf dengan kuitannya
dan lebih baik. Dan apabila kada dibawa kerehabilitasi ini ya inya
sekahandak dirumah nya, kalo dengan kami disini inya hakun
maasi”.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Yayasan Al
Hijrah Banjarmasin, sebagai berikut:

64
Wawancara dengan ustaz muhammad nur ihsan pada tanggal 6 juli 2021
65
Wawancara dengan perawat fauzi, diruangan Yayasan Al-Hijrah, selasa 8 juni 2021
67

Pada pelaksanaan bimbingan sholat di yayasan ini, peneliti

melihat para pasien secara teratur berbaris sesuai intruksi dari ustaz

dan perawat, mereka langsung merentangkan sajadah di tempat

masing-masing. Setelah adzan di kumandangkan, salah satu pasien

yang mengumandangkan Iqomah sebagai tanda sholat akan dimulai.

Pada saat sholat dilaksanakan, terdapat pasien yang sesekali

menengok kebelakang dan berjalan-jalan. Selebihnya pasien

mengerjakan sholat dengan khusyuk ketika melaksanakan sholat.

c. Bimbingan Dzikir

Setelah diajarkan ibadah tentang ibadah sholat, para pasien juga

diajarkan untuk berdzikir kepada Allah Swt. Dzikir ialah ingat

kepada Allah swt. Yaitu denga membaca kalimat-kalimat thoyibah,

disamping dibaca dengan khusyu juga berharap bahwa Allah Swt

dapat meridhai apa yang telah dikerjakannya. Bimbingan

Keagamaan untuk memperkuat keimanan pasien yang bermasalah

melalui dzikir yang dilakukan berbentuk dzikir kepada Allah Swt.

Berdasarkan wawancara dengan ustdaz Muhammad Nur Ihsan:

“yang paling utama dulu wirid habis sholat wajib, hanyar


ditambah kaya asmaul husna, syidul istigfar, tasbih, tahmid, takbir,
tahlil dll.”66
“ sebelum tidur diberikan amalan-amalan, sambil menunggu
ngantuk”.
“untuk bacaan akan diajarkan nanti setelah materi praktek
ibadah selesai, dengan begitu mereka bertahap dapat menerima

66
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur Ihsan, diruangan Yayasan Al-Hijrah, Selasa 8
juni 2021.
68

materi, jadi ibadah mereka terkonsentrasi dan doa-doa atau dzikir


pun juga”.67

Berdasarkan temuan data hasil wawancara diatas dengan Ustaz

Muhammad Nur Ihsan, sebagai berikut:

Kegiatan dzikir disini dilakukan secara bersama-sama atau


kelompok setelah melaksanakan sholat wajib berjamaah, harapannya
dengan dilakukan doa atau dzikir bersama pasien mendapat
maghfirah dan hidayah dari Allah SWT. Sehingga mereka terjaga
dari perbuatan-perbuatan yang menyesatkan seperti dimasa lalu
mereka. Maksud dari bertahap ini karena mengingat kondisi pasien
yang tidak semuanya stabil.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di yayasan Al

Hijrah Banjarmasin, sebagai berikut:

Saat melakukan dzikir setelah sholat wajib lima waktu, para

pasien diberi lembaran kertas berlaminating yang berisi dzikir, doa-

doa, dan asmaul husna. Kertas itu berguna agar dapat memudahkan

pasien membaca atau mengikuti dzikir yang di pimpin oleh ustaz.

Sejauh peneliti amati, banyak pasien yang telah hafal dan lancar

dzikir, doa-doa dan asmaul husna yang dibaca. Saat membaca dzikir

ini, para pasien terlihat semangat ketika membaca, dilihat dari cara

mereka membaca dengan semangat dan lantang yang membuat

pasien lain pun ikut bersemangat membacanya.

d. Bimbingan Membaca Al-Quran

Pasien juga memperoleh pembinaan keagamaan antara lain

membaca Al-Quran dan iqro, walaupun masih banyak kekurangan

67
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur Ihsan, diruangan Yayasan Al Hijrah, Selasa 8
juni 2021.
69

dalam ilmu tajwidnya dan belum lancar membacanya. Selama

dibimbing juga masih banyak terdapat pasien yang susah mengingat

huruf walau telah diajarkan berkali-kali.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustaz Muhammad Nur

Ihsan tentang bagaimana proses pembelajaran Al-Quran:

”Disini ada 2 bagian, ada yang sudah masuk di Al-Quran, ada


yang masih iqro. Yang membaca Al-Quran ada yang melalui proses
terlebih dahulu dan ada jua lancar tedahulu, macam-macam disini
anggap lah kayak kekanakan jua. Amun ulun biasanya langsung
membaca bertiga atau bedua sekali maju supaya mempercepat,
langsung disuruh membaca beimbayan. sama aja jw lawan yang
belajar iqro disuruh membaca langsung betiga, buhannya lakas aja
paham. Alhamdulillah sekarang sudah lebih banyak yang bisa
membaca Al-quran”.68

Maksud dari wawancara diatas adalah dalam kegiatan

bimbingan Al Quran ini pasien di terbagi menjadi dua bagian, ada

yang sudah lancar bacaannya dan ada juga yang proses. Seperti lebih

memahami panjang pendek bacaan tajwidnya.

Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan ustaz

Fajar sebagai berikut:

“ kalo ulun melajari mengaji tunggal ikungan, supaya nyaman


lakas paham inya. Walaupun lambat harus begantian wan yang lain.
Tapi dengan kaetu ulun kawa mengawasi sambil membujuri bila ada
huruf-huruf yang kada pas. Yang dilajari ada iqro ada yang Al
Quran, soalnya meumpati yang ustaz tedahulu.”69

68
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur ihsan pada tanggal 8 juni 2021.
69
Wawancara dengan ustaz Muhammad Fajri pada tanggal 6 Juli 2021.
70

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Keagamaan di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

Bimbingan keagamaan di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin terdapat

hal-hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat, faktor

pendukung ini dapat menjadi penunjang dalam keberhasilan kegiatan

bimbingan keagamaan terhadap pemulihan pasien yang ada di yayasan

Al Hijrah. Sedangkan faktor penghambat nya yaitu situasi yang dapat

menghambat kegiatan keagamaan kepada para pasien di Yayasan Al

Hijrah.

Adapun Faktor pendukung dan penghambat menurut pembina

rohani Yayasan Al Hijrah melalui wawancara sebagai berikut.

b. Faktor Pendukung

Faktor pendukung tentunya memiliki sifat untuk mendorong,

menyokong, melancarkan, menunjang, membantu ataupun

mempercepat. Faktor pendukung ini berupaya untuk menciptakan

suasana yang kental terhadap kegiatan keagamaannya. Sehingga

setiap pembelajaran yang diberikan dapat menciptakan rasa antusias

untuk mengikuti kegiatannya. Dalam kegiatan ini bagian yang paling

aktif adalah pada sesi tanya jawab, mereka dapat bertanya tentang

hal-hal yang mereka tidak ketahui dan sesi ini mereka juga senang

berbagi cerita dimasa lalu guna memberi motivasi dan pengalaman.

Adanya kegiatan ceramah keagamaan juga berfungsi untuk

memberikan motivasi agar mereka tidak terjerumus untuk menjadi


71

pecandu narkoba lagi setelah keluar dari sini, dan dapat membaur

kepada masyarakat. Serta dukungan dari keluarga dapat menjadi

faktor keberhasilan untuk kesembuhan pasien, dan keinginan yang

besar dari sang pasien untuk sembuh dari pengaruh narkoba sehingga

sanggup dan mampu untuk mengikuti kegiatan bimbingan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Yayasan Al

Hijrah, sebagai berikut:

Faktor pendukung dalam kegiatan bimbingan ini adanya tempat

istirahat yang nyaman bagi pasien, sehingga mereka dapat istirahat

dengan nyaman. Lalu adanya hiburan berupa tv agar para pasien

tidak jenuh dalam menjalani hari-hari di tempat rehabilitasi, jadi

tidak hanya mengikuti kegiata bimbingan. Mereka juga dapat

menikmati hiburan walau hanya berupa tv, adapun faktor pendukung

lainnya pasien memiliki semangat untuk menjadi pribadi yang lebih

baik. Serta adanya perhatian dan motivasi dari para ustaz dan

perawat yang stand by setiap hari di Yayasan.

c. Faktor Penghambat

Sedangkan faktor penghambatnya, terkadang ada pasien yang

mengamuk sewaktu-waktu dan takut mengganggu pasien lain, dan

ada juga pasien yang malas mengikuti kegiatan keagamaan dan

kadang tidak konsisten ketika mengikuti kegiatan. Sehingga harus


72

ditegaskan dengan sedikit teguran/ hukuman ringan agar mereka

mengikuti kegiatan.70

Menurut wawancara dengan Perawat di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin, beliau mengatakan bahwa kendala disini ialah tempat

yang masih menyewa dan keterbatasan lahan untuk bergerak, dan

masih seadanya. Selain itu beliau mengatakan bahwa faktor

penghambat lain adalah lingkungan yang mempengaruhi, apabila

saat pasien keluar dari yayasan kemungkinan tidak takut akan

kembali terjerumus71

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Yayasan Al

Hijrah Banjarmasi, sebagai berikut:

Faktor penghambat yang peneliti lihat, ruangan kegiatan yang

sempit dan bergabung dengan tempat tidur membuat pasien dan para

ustaz dan perawat tidak leluasa bergerak. Minimnya ukuran ruangan

terkesan terlihat berantakan dan sesak, keadaan ini dijelaskan pada

wawancara dengan perawat Fauzi, karena belum adanya tempat

sendiri yang memadai untuk menampung para pasien, namun usaha

untuk memperoleh tempat yang lebih layak sedang diusahakan.

Yang mana di prediksi akan terlaksana sekitar 1-2 tahun yang akan

datang. Adapun faktor lain yaitu kejiwaan para pasien yang berbeda-

70
Wawancara dengan Ustaz Muhammad Nur ihsan, diruangan yayasan Al-hijrah
Banjarmasin, selasa 8 Juni 2021.
71
Wawancara dengan Perawat Fauzi, diruangan Yayasan Al Hijrah Banjarmasin, Selasa 8
Juni 2021.
73

beda, ada yang masih proses penyembuhan dan ada juga yang mulai

sehat.

C. Pembahasan

Berdasarkan wawancara dan telah dokumentasi, selanjutnya akan

dilakukan analisis terhada penelitian. Dalam hasil penelitian ini, penulis akan

menginterprestasikan hasil wawancara dengan beberapa informan tentang “

Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin”.

1. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin.

Berdasarkan definisi operasional yang telah penulis paparkan pada

pembahasan sebelumnya bahwa bimbingan keagamaan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah upaya pemberian bantuan kepada seseorang

yang mengalami masalah, baik lahiriah atau batiniah, baik untuk masa

sekarang atau masa yang akan datang dikehidupannya, dengan itu pasien

perlu adanya bimbingan keagamaan untuk membantu dalam mengatasi

masalah yang di hadapinya. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa

pengguna narkoba adalah orang-orang yang telah terjermus kedalam

penggunaan narkoba. Pada umumnya para korban ini memiliki mental

spiritual yang lemah, sehingga mereka memerlukan yang namanya

bantuan bimbingan keagamaan agar mampu mengembalikan mental


74

spritual mereka. Adanya upaya ini dapat memberi arahan untuk

menjadikan hidup yang serasi dan selaras.

Salah satunya yaitu dengan upaya berupa layanan dan bimbingan

yang dapat membentengi diri dari hal-hal yang merugikan. Secara

singkat bimbingan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.72

Bimbingan agama sangat diperlukan bagi mereka yang memiliki

keimanan yang lemah. Dalam pengertian kurangnya iman disini adalah

kurang iman dalam diri seseorang sehingga dapat menjermuskan mereka

kedalam lingkaran yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang

lain.

Jika hubungan seseorang kepada Allah Swt itu baik, maka akan

menjiwai akhlak lainnya, jika hubungan kepada Allah Swt saja

kualitasnya lemah, maka akan mempengaruhi pula kualitas akhlaknya.

Dalam konteks ini dapat disimpulkan bahwa akhlak pasien berasal dari

bagaimana ia mengamalkan ajaran akidah akhlak yang berhubungan

dengan hubungan kepada Allah swt dalam kehidupan sehari-hari. Jika ia

memiliki pengalaman yang baik maka pada hubungannya dengan Allah,

maka hubunganya dengan sesama manusia akan berjalan dengan

harmonis.

72
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (UII Press Yogyakarta:
Yogyakarta, 2001), hlm 4
75

Yayasan Al Hijrah Banjarmasin adalah salah satu tempat rehabilitasi

yang mana di dalamnya terdapat bimbingan keagamaan dibidang agama

islam yang dibimbing oleh dua pembimbing rohani atau yang sering

dipanggil ustaz. Dalam hasil penelitian ini dibagi menjadi beberapa

bagian diantaranya:

c. Nasehat Agama (Ceramah Agama)

Bimbingan Ceramah agama ini dilakukan setiap hari setelah

sholat isya. Kegiatan ini dibimbing oleh ustaz Muhammad Nur Ihsan

dan ustaz Muhammad Fajar. Sebelum melakukan kegiatan ceramah

para pasien terlebih dahulu melaksanakan sholat isya berjamaah

dilanjutkan wirid setelah sholat wajib lalu diteruskan dengan

ceramah keagamaan dan pemberian motivasi, sesi ini juga diadakan

tanya jawab mengenai materi yang disampaikan, lalu diakhiri dengan

pembacaan doa bersama sebagai penutup.

Disini metode yang beliau gunakan adalah metode ceramah (bil

lisan) dan sesi tanya jawab (Al-Mujadalah), sesuai dengan Al-Quran

Surah An Nahl Ayat 125 sebagai berikut:

ِ ِ ِ ْ ‫ادع إِ َل سبِ ِيل ربِك ِ ِْْكْم ِة والْمو ِعظَِة‬


َ َّ‫َْ َس ُن إِ َّن َرب‬
‫ك‬ ْ ‫اَْ َسنَة َو َجادُْْم ِلَِِّ و ََ أ‬ َْ َ َ َ َّ َ ُْ
)ٕٔ٘( ‫ين‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫ض َّل َع ْن َسبيله َوُو َو أ َْعلَ ُم لْ ُم ْهيَد‬
َ ‫ُو َو أ َْعلَ ُم ِبَ ْن‬
“Artinya : “Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Melalui nasehat atau ceramah keagamaan para pasien dapat

terjaga pikiran dan hatinya dalam menjalani hidupnya, serta selalu


76

taat kepada Allah Swt. Dengan demikian cara yang telah dilakukan

pembina yayasan dalam memperkuat keimanan.

Dalam pelaksanaan bimbingan keagamaan di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin memang masih banyak kekurangan, akan tetapi masih

dikata baik karena mengingat adanya respon baik dari para pasien

yang mengikuti bimbingan tersebut, serta ada perubahan dalam diri

para pasien. Proses bimbingan keagamaan yang ada di Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin sejalan dengan teori yang ada didalam Al-Quran

yaitu menggunakan metode Al-Hikmah yang mana metode ini

meliputi ceramah, tanya jawab, serta praktek wudhu dan Shalat.

Kegiatan ini dilakuka setelah sholat isya, mereka mendengarkan

materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing. Pada metode ini

materi ceramah yang dibawakan berlandaskan pada Al-Quran dan

hadist, yang mana keduanya merupakan pedoman yang harus

dipegang, materi ceramah ini juga mengacu pada ilmu Fiqih, dalam

metode ini juga dapat dikatan metode bimbingan kelompok, karena

dilakukan bersama-sama didalam ruangan yayasan tersebut.

d. Bimbingan sholat

Sholat merupakan rukun islam yang kedua dan diwajibkan pada

waktu yang telah ditentukan.73 Sholat merupakan ibadah yang sangat

membantu dalam islam secara mutlak dan mampu mengatasi

masalah-masalah kejiwaan, ketika sholat maka seseorang akan selalu

73
Arif Rahman, Panduan Sholat Wajib dan Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah,
(Shahih,2016), hlm 9
77

mengingat Allah Swt, menjauhkan dirinya dari kemungkaran dan

hal-hal yang dapat menjerumuskannya. Manusia akan terhindar dari

kemungkaran apabila ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan

ibadah. Dengan melengkapi syarat dan rukunnya serta

melaksanakanya dengan penuh keikhlasan, rendah hati, dan

kekhusuan.

Pelaksanaan ibadah sholat adalah salah satu tanda bahwa pasien

di yayasan Al-Hijrah berakhlak kepada Allah Swt, sebab ibadah

dapat dikatakan implementasi dalam menerapkan ibadah yang

dijalankan oleh ajaran agama islam. Pada dasarnya sholat adalah

bimbangan yang utama dalam bimbingan kepapa para pasien

Yayasan Al- Hijrah. Hasil dari penelitian ini dapat kita ketahui

bahwa pasien menunjukkan ke arah yang lebih positif dibanding

sebelum mereka menjalani rehabilitasi. Dengan ini menujukkan

bahwa ibadah shalat sudah menjadi kebutuhan bagi mereka.

Dengan adanya bimbingan sholat ini maka diharapan kepada

pasien dapat menciptakan suasana tenang di dalam hati dan

ketentraman dalam jiwa karena telah melaksanakan kewajibannya.

Oleh karena itu, pembina rohani disini selalu memberikan contoh

dan arahan untuk melaksanakan shalat wajib.

e. Bimbingan dzikir

Diyayasan Al Hijrah ini, para pasien diajarkan untuk

mengamalkan dzikir sebanyak-banyaknya dan menghayati apa yang


78

telah dibacanya. Dengan harapan mudah-mudahan turun maghfirah

untuk mereka yang membacanya, denga ini berkat adanya bimbingan

hati mereka dapat terbuka dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang

sama dimasa lalu.

Dzikir atau dzikrullah merupakan cara yang paling esensial

untuk menyembuhkan lemah iman. Yang juga merupakan upaya

untuk memberikan hati dan mengobatinya. Tatkala manusia sakit

serta merupakan rum amal yang shalih. Sebagaimana firman Allah

Swt dalam QS. Al-Anfal ayat 4:

)ٗ( ٌ‫ات ِعْن َد َرِِّبِ ْم َوَم ْغ ِفََةٌ َوِرْز ٌق َك َِمي‬ ِ َ ِ‫أُولَئ‬


ٌ ‫ك ُو ُم الْ ُم ْؤمنُو َن َْقِّا َُْْم َد َر َج‬
Artinya :

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,


mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmati) yang mulia”.

Dzikrullah merupakan salah satu pengobatan yang diridhoi-Nya,

menjauhkan syetan, menyingkirkan kesusahan, mendatangkan rizki,

membuka pintu ma’rifah, merupakan tanaman surga, bisa

mengenyahkan perkataan yang tergelicir, hiburan bagi orang-orang

faqir yang menderita karena tidak mendapatkan shodaqoh, lalu Allah

Swt menggantinya dengan dzikir, dan sekaligus merupakan cermin

ketaatan seseorang.74

74
Ahmad Saefullah, Mellyarti Syarif, dan Dahrizal Dahlan, Model Pendidikan Islam Bagi
Pecandu Narkotika, (Yogyakarta:DEEPUBLISH, 2019), hlm. 35
79

Kondisi jiwa seperti ini biasanya disebabkan adanya tekanan

yang begitu berat yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap

sosial-psikologisnya yang akhirnya dapat menyebabkan

kegoncangan jiwa. Kegoncangan jiwa ini akan bertambah mana kala

orang tersebut merasakan sebuah kegagalan atau musibah. Sehingga

tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan ketidakstabilan jiwa emosi

yang tidak jarang menimbulkan strees. Pada saat ini lah manusia

membutuhkan sandaran yang dapat menjadi kekuatan batin dalam

menghadapi sebuah kegagalan dan musibah.75

Para pasien Yayasan Al Hijrah diajarkan untuk selalu

memperbanyak doa dan dzikir kepada Allah Swt semata-mata

berharap kesembuhan dari Allah dikabulkan.

Keyakinan para pasien akan janji Allah Swt, untuk mengabulka

doa merupakan motivasi mereka untuk segera berbuat baik dan

terdorong untuk selalu bersyukur.

f. Bimbingan Al-Quran

Pengamalan dalam membaca Al Quran yang dimaksud adalah

kemampuan pasien dalam membaca dan kemauan untuk selalu rutin

membaca Al Quran. Dengan diterapkan kebiasaan ini maka pasien

yang membaca Al-Quran akan melahirkan sifat yang positif bagi

dikehidupannya.

75
Ibid, hlm. 36
80

Dalam surat Al Israa’ ayat 82 Allah Swt Berfirman:76

)ٕٛ( ‫ ُ إِال َخ َس ًارا‬ ِ ِ ُ ‫آن ما وو ِش َفاء ور ْْحةٌ لِْلم ْؤِمنِ ُ وال ي ِز‬
ِ ِ
َ ‫يد الظَّالم‬ َ َ َ ُ َ َ َ ٌ َ ُ َ َْ ‫َونُنَِّزُل م َن الْ ُق‬
Artinya:

“Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar


dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”.

Belajar iqro seharusnya diajarkan sejak dini dimasa kanak-

kanak, agar mereka dapat membaca Al Quran dan mengetahui

hukum tajwidnya sehingga tidaklah sulit untuk kedepannya. Banyak

sekali metode yang diajarkan saat ini seperti metode iqro, ummi,

tilawati, dan lain-lain. Terbukti dengan metode ini banyak

memudahkan ribuan anak-anak dan orang dewasa dalam

mempelajari Al-Quran.

Disini dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan pembimbing

masing-masing, Ustaz Muhammad Nur ihsan menerapkan

pembacaan Al-Qura secara bersama-sama maksimal 3 orang secara

bergantian, sedangkan ustaz Muhammad Fajar menerapkan

pembelajaran ini secara bergantian satu persatu agar mudah

membetulkan.

76
Ibid, hlm 39
81

2. Faktor Pendukung dan penghambat Bimbingan Keagamaan di

Yayasan Al-Hijrah Banjarmasin

Pelaksanaan bimbingan keagamaan terhadap perilaku pasien di

Yayasan Al Hijrah Banjarmasin, juga terdapat faktor pendukung dan

penghambat nya. Faktor pendukung dapat menjadi penunjang kesuksesan

dalam melaksanakan bimbingan keagamaan. sedangkan faktor

penghambat ialah kondisi yang menghambat keberhasilan dalam

melaksanakan bimbingan keagamaan terhadap para pasien di rehabilitasi

narkoba di yayasan Al Hijrah Banjarmasin.

c. Faktor Pendukung Bimbingan Keagamaan

Kegiatan bimbingan keagamaan merupakan kegiatan inti dalam

proses pemulihan pecandu narkoba, dengan menggunakan pendidikan

islam yang dapat memberikan pengaruh kepada para pasien. Dalam

proses ini kegiatan bimbingan keagamaan memiliki faktor yang menjadi

pendukung dalam meningkatkan kualitas perilaku pasien untuk menjadi

pulih kembali. Adapun faktor pendukungnya adalah :

1) Pembina Rohani yang berdedikasi Tinggi

Faktor pendukung yang sangat berpengaruh dalam membimbing

para pasien di yayasan Al Hijrah Banjarmasin adalah adanya pembina

rohani yang berdedikasi tinggi terhadap perkembangan di yayasan ini,

beliau sangat sabar dalam menghadapi dan mendidik para pasien

walaupun harus berulang-ulang untuk menjelaskan materi yang sama

secara berulang-ulang, dan disertai rasa tanggung jawab dalam mendidik.


82

Hal ini lah yang menjadi faktor pendukung dalam membantu pemulihan

para pecandu narkoba.

2) Menciptakan suasana yang religius

Tujuannya yaitu ingin menciptakan suasana lingkungan yang islami

dalam pergaulannya, sehingga lingkungan di Yayasan ini akan terasa

keberagamaannya. Biasanya untuk membiasakan para pasien yaitu

dengan saling meghormati kepada para pembina dan sesama teman di

rehabilitasi ini. Mereka juga dibiasakan untuk selalu membantu sesama

teman pasien apabila ada yang kurang paham dengan materi yan

diberikan, jadi tidak hanya bimbingan dari pembina rohani dan perawat

saja.

3) Dana

Salah satu faktor pendukung yang penting dalam keberhasilan pasien

dalam kegiatan Rehabilitasi ini adalah adanya dana, dana ini digunakan

untuk segala keperluan pasien sehari-hari di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin dalam melaksanakan Bimbingan Keagamaan. Dana ini

digunakan untuk sarana dan prasarana pasien di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin, seperti makan dan minum, alat mandi, loundry, dan lain-

lain.

b. Faktor Penghambat Bimbingan Keagamaan

Dalam kegiatan bimbingan keagamaan ini, juga tidak luput dari yang

namanya faktor penghambat. Faktor ini membuat program dalam


83

bimbingan keagamaan menjadi kurang lancar. Adapun yang menjadi

faktor penghambat dalam proses ini ialah sebagai berikut:

1) Input Tidak Sama

Berdasarkan temuan yang ada, para pasien memiliki perbedaan

pemahaman tentang agama islam, terlebih perbedaan latar belakang

sebelum mengikuti rehabilitasi ini. Ada yang berasal dari sekolah

umun dan latar belakang keluarga yang tidak mampu, ditambah lagi

efek dari narkotika yang di alaminya. Sehingga ini menjadi

hambatan ketika menyampaikan materi keagamaan atau prakteknya.

Sebab kendalanya ialah ada beberapa pasien yang memang mudah

memahami materinya, dan ada pula yang susah pemahamannya, dari

sini dapat diketahui bahwa input setiap orang berbeda-beda.

2) Faktor Minat Pasien

Lemahnya minat para pasien saat mengikuti dan mengamalkan

kegiatan bimbingan agama juga menjadi faktor penghambat, karena

apabila tidak Istiqomah dalam mengerjakan ajaran agama islam

seperti malas sholat, maka ini menjadi faktor penghambat dalam

proses pemulihan. Karena saat dilakukannya bimbingan ada saja

pasien yang tidak ikut bimbingan tersebut seperti ketika ceramah.

Ada juga pasien yang tidak memperhatikan saat kajian ceramah, dan

seperti kurang minat. Dengan ini juga menjadi faktor penghambat

dalam penyembuhannya untuk kedepannya nanti.

3) Lingkungan sekitar setelah rehabilitasi


84

Era globalisasi yang ada pada sekarang tidak dapat dipungkiri

dapat menjadi dampak negatif bagi pasien, terlebih jika nanti pasien

sudah keluar dari yayasan maka pasien akan menghadapi dengan

bermacam godaan yang dapat menjerat mereka untuk kembali

terjerumus kembali menjadi pecandu narkoba. Sebab tidak ada yang

tidak kemungkinan bahwa mereka dapat kembali terulang kembali,

karena hati seseorang tidak ada yang tau apabila sebelumnya dia

tidak benar-benar bertaubat kepada Allah Swt dan menguba pola

gaya hidupnya, dan tidak lagi bergaul dengan lingkungan yang dapat

membahayakannya.

Dari beberapa faktor penghambat diatas, maka dengan ini

yayasan Al-Hijrah berusaha mencari solusi guna membantu para

pasien dari hambatan-hambatan dalam melaksanakan bimbingan

keagamaan terhadap rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al-Hijrah .


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis yang

berkaitan dengan judul penelitian Bimbingan Keagamaan Terhadap

Rehabilitas Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin. Berikut ini akan

diberikan kesimpulan menyangkut hasil dari penelitian, sebagai berikut:

1. Bentuk Bimbingan Keagamaan Dalam Rehabilitasi Narkoba di Yayasan

Al Hijrah Banjarmasin meliputi: bimbingan agama berupa ceramah

agama, bimbingan sholat, bimbingan dzikir, dan bimbingan membaca Al-

Quran. Materi bimbingan agama ceramah menggunakan kitab

“Perukunan Besar” Karangan H. Abdul Sayyid Al Banjari. Sedangkan

materi bimbingan membaca Al Quran menggunkan Iqro dan Al Quran.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam Bimbingan Keagamaan Dalam

Rehabilitasi Narkoba di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin meliputi: faktor

pendukung, yaitu ustaz yang berdedikasi tinggi, lingkungan yang religius

dan Dana. Serta Faktor Penghambat nya meliputi input tidak sama,

Faktor minat pasien, dan Lingkungan sekitar pasien setelah Rehabilitas.

85
86

B. Saran-Saran

Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan di Yayasan Al Hijrah Banjarmasin

memberikan hasil yang baik dan dapat memberikan dampak positif untuk

pasien, maka perkenankan saya untuk memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, hendaklah memberikan perhatian dan bantuan baik dari

segi sarana maupun prasarana terhadap Yayasan Al Hijrah untuk dapat

memberikan penyuluhan narkoba kepada orang banyak dan dapat

bermanfaat bagi seluruh tingkat masyarakat.

2. Bagi pengelola diharapkan semoga kedepannya sarana dan prasarana

dapat lebih baik, agar kegiatan keagamaan dan yang lainnya lebih leluasa

dan nyaman bagi para petugas dan pasien di Yayasan Al Hijrah

Banjarmasin.

3. Bagi para pimpinan yayasan, diharapkan dapat meningkatkan lagi

kualitas dari segi ilmu pengetahuan, program-program untuk pasien.

4. Bagi para pasien, di harapkan dapat menjaga nama baik Yayasan Al

Hijrah Banjarmasin dan diharapkan dapat menjalani penyembuhan diri

secara teratur sehingga dapat pulih dari ketergantungan obat baik dimasa

sekarang dan di masa depan.

5. Pada peneliti, di harapkan dapat memberikan masukan kepada para

peneliti lainnya yang berminat untuk lebih mengetahui program kegiatan

Yayasan Al Hijrah Banjarmasin.


87

6. Kepada masyarakat khususnya orang tua hendaklah selalu menjaga dan

memberikan bimbingan kepada anak-anaknya agar nanti terhindar dari

lingkaran narkoba dan dapat bermanfaat untuk orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Abu An Nur, Al-ahmady. Narkoba. Jakarta: Darul Falah. 2003.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:


CV Jejak. 2018

Angrayni, Lysa dan Yusliati. Efektivitas Rehabilitasi Pecandu Narkotika Serta


Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kejahatan Di Indonesia. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia. 2018.

Anwar, M.Fuad. Landasan Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta:


DEEPUBLISH. 2019.

Arifin, Muzayin. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama di


Sekolah dan LuarSekolah. Jakarta: Bulan Bintang. 2005.

Arifin, Samsul. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. 2018.

Bakran, Adz-Zaki dan M. Hamdani. Psikoterapi dan Konseling Islam Penerapan


Metode Sufistik. Yogyakarta: Fajar Pustaka. 2001.

BNN Author, Rapat Kerja Program Pemberdayaan Masyarakat Anti Narkoba di


Lingkungan Instansi Pemerintah, (Online) tersedia di
https://banjarmasinkota.bnn.go.id/peserta-rapat-kerja-program-
pemberdayaan-masyarakat-anti-narkoba/. Diakses pada tanggal 14 Juli
2021.

Dahlan, Zaini. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta:Balai Pustaka, 2002.

Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII Press
Yogyakarta: Yogyakarta. 2001.

Farida, Anna dan Shofia Suci, BERANTAS NARKOBA (Rehabilitasi Pasca


Penyalahgunaan Narkoba), CV. Avar Mandiri, 2017

Fitriyani, R, dan Trianasari D, Bimbingan Dan Konseling Islami Sebagai Bagian


Pendekatan Bagi Remaja Pecandu Narkoba. Prosiding Seminar Nasional

88
89

Bimbingan Dan Konseling “ Krisis Konseling”, Prodi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan, 2016

Republik Indonesia, “Undang-undang R.I, Nomer 5 Tahun 1997,”.

Hawari, Dadang. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAPZA(Narkotika,


Alkohol, dan Zat Adiktif). Jakarta : Gaya Baru. 2006.

https://kbbi.web.id/agama.html

https://Law.unja.ac.id/pentingnya-rehabilitasi-sebagai-solusi-dalam-menekan-
kasus-narkotika/, diakses pada tanggal 5 juni 2021, 17:15.

Jan, Miss Hafsah dan Mohammad Iqbal Matto, Educational Guidance and
Counselling, New Delhi:Educreating Publishing, 2018

Kinra, Asha K., Guidance and Counselling, India:Dorling Kindersley,2008

Kusumo, Edi. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras.

Lubis, Lahmuddin. Konseling dan Terapi Islam. Medan: Perdana Publishing.


2016.

MA, Ibrahim. Metode Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta Contoh


Proposal Kualitatif. Bandung: Alpabeta. 2015.

M.Luddin, Abu Bakar. Dasar-Dasar Konseling (Tinjauan Teori dan Praktik).


Bandung:Citapustaka Media Perintis. 2010.

Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. Bimbingan Konseling Islam. Jakarta: Bumi
Aksara. 2012.

Munir, M. & Wahyu Illahi. Manajmen Dakwah. Jakarta: Kencana. 2006.

Partodiharjo, Subagyo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta:


PT.Gelora Aksara Pratama. 2007

Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis. Semarang: Rasail. 2005.

Rahman, Arif. Panduan Sholat Wajib dan Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah.
Shahih. 2016.
90

Riatmoko, Adi “ Yayasan Al-Hijrah Sungai Andai Rawat 32 Pasien Rehab


Narkoba”. (2 April 2021).

Rukaya. Aku dan Bimbingan. Pangkep:Guepedia. 2019.

Saefullah, Ahmad Mellyarti Syarif, dan Dahrizal Dahlan. Model Pendidikan


Islam Bagi Pecandu Narkoba. Yogyakarta:DEEPUBLIS. 2019.
Sholeh, Moh, Terapi Shalat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit,
Jakarta:Noura, 2012

Sandi, Awet. Narkoba dari Tapal Batas Negara. Bandung: Mujahidin Press
Bandung. 2016.

Setiyawati, et al, eds. BAHAYA NARKOBA (TATA CARA MEREHABILITASI


PECANDU NARKOBA), Surakarta: PT. Tirta Asih Jaya, 2015

Sienny Agustin, Jangan Coba-Coba, Inilah Bahaya Narkoba Untuk Kesehatan,


(Online) tersedia di https://www.alokdokter.com/narkoba-bukan-solusi ,
Diakses tanggal 14 juli 2021.

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Sutoyo, Anwar. Bimbingan dan Konseling Islami Teori dan Praktek. Semarang:
CV Cipta Prima Nusantara. 2007.

Sutoyo, Anwar. Manusia Dalam Perspektif Al-Quran.

Sutirna. Bimbingan dan Konseling (Bagi Guru dan Calon Guru Mata Pelajaran).
Yogyakarta: DEEPUBLISH. 2021.

Tarmizi. pengantar bimbingan dan konseling. medan: perdana publishing. 2011.

Thoulles, Robert H. Pengantar psikologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.


2000.

Wijayanti, Daru. Revolusi Mental Stop Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta:


IndoLiterasi. 2016.
91

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Data Primer (Pertanyaan untuk Ustaz)

1. Sudah berapa lama ustaz memberikan bimbingan?

2. Kapan pelaksanaan kegiatan bimbingan keagamaan?

3. Apa materi yang diberikan saat bimbingan keagamaan?

4. Apametode yang digunakan?

5. Bagaimana kondisi pasien setelah mengikuti bimbingan keagamaan?

6. Apa harapan ustaz untuk para pasien?

Data primer (Pertanyaan untuk pembina yayasan)

1. Bagaimana Sejarah terbentuknya Yayasan ini?

2. Ada berapa pembina rohani di yayasan ini?

Data Primer (Pertanyaan untuk Perawat)

1. Apa saja hambatan dalam kegiatan bimbingan keagamaan?

2. Berapa jumlah petugas?

3. Siapa yang bertanggung jawab di yayasan Al Hijrah?

Data Sekunder

1. Sejarah, Visi Misi Yayasan Al Hijrah Banjarmasin?

2. Sarana prasarana &jumlah pasien?

3. Struktur Yayasan Al Hijrah?


92

LAMPIRAN-LAMPIRAN
93
94

s
95
96

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UIN ANTASARI
NOMOR 83 TAHUN 2020
TENTANG
PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI
BANJARMASIN
TAHUN 2020
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN
ANTASARI,
Menimbang : a. bahwa untuk lebih terarahnya penulisan skripsi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari,
dipandang perlu menunjuk Pembimbing.
b. bahwa yang namanya tercantum dalam Surat Keputusan ini
dipandang mampu dan memenuhi syarat untuk diangkat
sebagai Pembimbing.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang
Dosen;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Keputusan Rektor UIN Antasari Nomor 543 Tahun 2018
Tentang Pedoman Kurikulum Berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia pada UIN Antasari
Banjarmasin;
Memperhatikan : Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin Tahun 2017.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH


DAN ILMU KOMUNIKASI UIN ANTASARI
BANJARMASIN TENTANG PEMBIMBING SKRIPSI
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UIN ANTASARI BANJARMASIN
TAHUN 2020.
97

KESATU : Menunjuk Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa Fakultas


Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari Banjarmasin
sebagaimana terlampir.
KEDUA : Pembimbing bertugas membimbing bidang materi,
metodologi, bahasa dan teknik penulisan.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan bahwa apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan
ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.

Ditetapkan diBanjarmasin
pada tanggal 30 Juni 2020
DEKAN FAKULTAS DAKWAH
DAN ILMU KOMUNIKASI,

DR. H. AKHMAD SAGIR, M.Ag


NIP. 19711217 199603 1 001

Tembusan:
1. Rektor UIN Antasari
2. Dosen Pembimbing.
3 Mahasiswa yang bersangkutan
98

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN
ANTASARI
NOMOR 85TAHUN 2020
TENTANG
PEMBIMBING SKRIPSI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UIN ANTASARI BANJARMASIN TAHUN 2020
tanggal 30 JUNI 2020
No Nama / NIM JUR Judul Skripsi Dosen Pembimbing
1. Muhammad Rizali / BPI Aktivitas Bimbingan Dan 1. Dr. Hj. Nuril Huda, M.Pd
170103020191 Penyuluhan Penyuluh Agama Di 2. Aulia Aziza, S.Ag., M.Si
Lapas Kelas II Di Kecamatan
Martapura Kota Kabupaten Banjar.
2. Nurul Hidayah / BPI Pesan Dakwah Melalui Vlog 1. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag
170103020204 Youtube Hobby Makan. 2. Anita Ariani, S.Ag., M.Pd.I
3. Dedy Supriady / KPI Komunikasi Dakwah Dalam Film 1. Dr. Hj. Halimatus Sakdiah,
170103010003 Pendek Produksi Teropong M.Si
Community. 2. Hj. Mariyatul NR, S.Ag., M.Si
4, Irsyad Fathoni / KPI Peran Humas Dalam Meningkatkan 1. Drs. Ahmad Rijali, M.Pd
170103010070 Citra Positif 2. Hj. Mariyatul NR, S.Ag., M.Si
Madrasah Aliyah Negeri 2
Banjarmasin
5. Lida Aulia Nisa / MD Manajemen Kegiatan Dakwah di 1. Drs. H. Bayani Dahlan, M.Ag
170103030012 Masjid Nor Hidayah Desa Sedorejo 2. Syaipul Hadi, S.IP., MA
Kecematan Tamban Kab. Barito
Kuala Kalimantan Selatan
6. Guna Setiawan / BPI Bimbingan Keagamaan Pada 1. Drs. H. Bayani Dahlan, M.Ag
170103020077 Masyarakat Petani Karet di Desa 2. Dr. Nadzmi Akbar, M.Pd.I
Rawa Sari Kecamatan Pulau
Hanaut Kabupaten Kotawaringin
Timur
7. Reza Erlangga / BPI Peran Penyuluh Agama Islam 1. Drs. H. Ilham, M.AP
170103020184 Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai 2. Muhammad Rif’at, S.Ag., M.Ag
Ke-Islaman Pemuda Di Desa
Malinau Seberang Kecamatan
Malinau Utara Provinsi Kalimantan
Utara

Banjarmasin, 30 Juni 2020


DEKAN,

DR. H. AKHMAD SAGIR, M.Ag


NIP. 19711217 199603 1 001
99
100
101
102
103

BIODATA

1. Nama Lengkap : Nurul Hidayah


2. Tempat dan Tanggal Lahir : Martapura, 07 Juni 1998
3. Agama : Islam
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Alamat : Desa Sekata Baru Kec Tamban Kab. Batola
7. Pendidikan
a. MIS HIDAYATUSSIBYAN
b. SMPN 5 TAMBAN
c. SMA AL MUNAWWIR
d. UIN Antasari Banjarmasin
8. Orang Tua
Nama Ayah : Husni
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Sekata Baru Kec Tamban Kab Batola
Nama Ibu : Raihana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/Petani
Alamat : Desa Sekata Baru Kec. Tamban Kab.
Batola
9. Saudara (jumlah saudara) : 4 (empat)

Anda mungkin juga menyukai