Kti Askepga Contoh LP Ispa
Kti Askepga Contoh LP Ispa
Oleh :
SISKA HANDAYANI
Nim : 143110189
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
SISKA HANDAYANI
Nim : 143110189
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada An. N dan An.
A dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017”. Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi DIII Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
KTI ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan KTI ini.
Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan KTI
ini. Terutama kepada Bapak Tasman, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom selaku Pembimbing
I dan Ibu Hj. Hasni Mastian, SKM, M.Biomed selaku Pembimbing II yang telah
banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan KTI ini. Tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan dan masukan yang telah diberikan mendapatkan balasan
kebaikan dari Allah SWT. Amin.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................90
DAFTAR TABEL
Riwayat Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1. SD SDN 25 Lubuk Lintah 2002-2008
2. SMP SMPN 31 Padang 2008-2011
3. SMA SMA Kartika 1-5 Padang 2011-2014
4. D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2014-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut
yang paling banyak terjadi pada anak-anak
(Wong, Donna L. 2013). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri,
virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima
provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur
(28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan
provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut
Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%).
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok
umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah
(Kemenkes RI, 2013).
Sampai dengan tahun 2014, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada tahun
2015, terjadi peningkatan angka cakupan penemuan pneumonia sebesar
63,45%. Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok
Kejadian ISPA pada balita merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh
balita dibandingkan dengan penyakit-penyakit lainnya seperti diare, cacingan,
asma, dan lain-lain. Dari 22 puskesmas di Kota Padang, data penyakit ISPA
yang menduduki peringkat pertama yaitu terdapat di Puskesmas
Pemancungan sebesar 3064 orang. Pada peringkat kedua yaitu Puskesmas Air
Dingin sebesar 3054 orang, sedangkan peringkat ketiga yaitu Puskesmas
Andalas sebesar 2286 orang. Namun, data penyakit ISPA dengan pneumonia
yang tertinggi terdapat di Puskesmas Andalas sebesar 335 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2015).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017,
kunjungan pasien ISPA dalam 3 bulan terakhir berjumlah 526 orang. ISPA ini
terbagi atas 3 bagian yaitu pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan
pneumonia. Di Puskesmas Andalas tidak ada pasien yang datang berkunjung
dengan kasus pneumonia berat, sementara untuk kasus pneumonia sebanyak
28 orang dan batuk bukan pneumonia sebanyak 498 orang. Dari 28 orang
kunjungan, 7 orang diantaranya memiliki alamat lengkap. Saat didistribusikan
menurut kelurahan didapatkan bahwa di kelurahan Andalas ada 2 orang,
kelurahan Sawahan 1 orang, kelurahan Filano 1 orang dan kelurahan Simpang
Haru 1 orang. Saat dilakukan wawancara dengan petugas puskesmas, beliau
mengatakan bahwa hampir setiap hari ada balita yang datang berobat dengan
diagnosa pneumonia. Setelah dilakukan wawancara, salah satu orang tua
pasien mengatakan kondisi anaknya mengalami batuk-batuk, pilek, demam
dan disertai sesak nafas. Gejala awal yang dirasakan pasien yaitu bersin-
bersin dan batuk. Disini orang tua hanya menganggap anaknya demam biasa.
Saat ditanya orang tua mengatakan ia tinggal di andalas, kondisi lingkungan
disana banyak terpapar asap polusi dari kendaraan bermotor, debu, kepadatan
penduduk disana cukup padat dan kebiasaan orang tua merokok di dalam
rumah atau di dekat balita itu sendiri. Oleh karena itu, peran perawat sangat
diperlukan untuk memberitahu dan mengajarkan kepada keluarga agar
keluarga bisa menghindari faktor-faktor resiko tersebut dan mampu untuk
merawat balitanya yang sakit.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Kecamatan Padang Timur Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian keluarga dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun
2017.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis / Peneliti
Dapat di jadikan sebagai pengembangan pengetahuan peneliti sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan
dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam
penelitian ilmiah.
2. Bagi Puskesmas
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2017”.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan tambahan
informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan dapat di
gunakan sebagai referensi di perpustakan Poltekkes Kemenkes RI Padang
yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 1988
dalam Sudiharto (2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
2. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga
tradisional dan keluarga nontradisional adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang
mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan
anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012),
keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke
orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak
orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi
anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga
yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah
perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem
keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu
yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
Dari sekian macam tipe atau bentuk keluarga, menurut Harmoko (2012)
secara umum di Negara Indonesia di kenal dua tipe atau bentuk keluarga,
yaitu :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti : satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung / angkat).
b) Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan
bibi.
c) Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian / perceraian.
d) Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa
e) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri usia lanjut.
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) Commune family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b) Orang tua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi saling
berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan
keluarga, yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini,
ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar
upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota
keluarga akan kasih sayang dan pengertian. Peran utama orang dewasa
dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan
persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional
semua anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota
keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas menengah dan
kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak
pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering
terhiraukan. Balita yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih
sayang yang cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak
didapatkan balita terutama pada aktivitas bermainnya. Sehingga dapat
menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada balita karena orang
tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara bermain pada balita
tersebut (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas
budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti
peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin
banyak diberikan di sekolah, fasilitas rekreasi dan perawatan anak, serta
lembaga lain di luar keluarga, peran sosialisasi yang dimainkan
keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting. Orang tua tetap
menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya ke anak-
anak mereka. Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang lain,
keluarga bisa mendapatkan informasi tentang infeksi saluran pernafasan
akut, penyebab dan pencegahan terjadinya infeksi saluran pernafasan
akut untuk anak khususnya balita (Friedman, 2010).
d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
antar-generasi keluarga masyarakat yaitu menyediakan anggota baru
untuk masyarakat. Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga
menyebabkan kebutuhan keluarga juga meningkat dan padatnya
anggota keluarga di dalam rumah dapat menyebabkan udara yang
dihirup menjadi berkurang sehingga bisa mengakibatkan anak
mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang
terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang cukup akan ventilasi
udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan adanya debu dan
kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran
pernafasan akut (Friedman, 2010)
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah. Keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut dapat bertanya pada perawat tentang pencegahan agar
tidak terjadi lagi infeksi saluran pernafasan akut di keluarga.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut
siklus atau budaya yang di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti
difokuskan kepada kemampuan keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi,
dan melakukan promosi kesehatan kepada anggota keluarganya.
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme
gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013)
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri,
virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung (Sari, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian
ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).
4. Faktor Resiko
Menurut Dewi (2011), faktor resiko meningkatkan resiko penularan
pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anak berusia di bawah lima tahun (balita).
b. Anak ada di tempat penitipan anak / playgroup, sehingga ia dapat tertular
oleh penderita batuk lain.
c. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok.
d. Bayi lahir prematur.
e. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak memadai,
kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.
f. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.
g. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan terhirupnya
asap / debu secara berulang-ulang.
h. Sedang terjadi musim hujan.
i. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit
gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Menurut Dewi (2011), keadaan semakin parah jika ditemui gejala berikut :
a. Anak batuk pilek dan tidak mau makan.
b. Nafasnya sesak.
c. Nafasnya cepat.
5. Patofisiologi
a. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran nafas
atas atau aliran darah.
b. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang terbatas
pada dinding alveolar.
c. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat dari
pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam ruang alveolar.
Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang terjebak mengikuti.
Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis, sehingga pertukaran gas
menjadi terganggu.
d. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral atau
aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik.
(Kyle, Terri. 2015)
Faktor Resiko : Etiologi :
a. Anak balita a. Bakteri
b. Berada di penitipan anak b. Virus
c. Tinggal dilingkungan polusi dan perokok c. Jamur
6. WOC d. Prematur d. Protozoa
e. Tidak mendapat ASI memadai
f. Imunisasi tidak lengkap
g. Kepadatan tempat tinggal
MK : Ketidakefektifan h. Kurang gizi a. P
i. Penderita penyakit kronis Masuk paru- e
bersihan jalan nafas paru n
melal u
ui r
jalan u
nafas n
a
Merusak n
epitel
bersili i
a, sel m
goblet u
n
b. P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
s
u
h
u
t
c. erminali k v c
s M u o a An
Mual, muntah K r l i ore MK :
a u r ksi Hiperterm
Infeksi
: n m a a
g e n MK : Resiko
In m K K K ketidakseimbanga
fe e e a
u n n nutrisi kurang
ks t m dari kebutuhan
i a a tubuh
b MK
b : n
erMKS:Gangguan
Intoleransi
o aktivitas
Gambar
la u pertukaran
l gas
p 2.1 WOC
nj p i
a Pneumon
ut l s
a m t ia
,
o
le i e
g
u
k Oa e
n Poltekkes Kemenkes Padang
os 2 e
it r
d k o m
a e b e
n j n
fi a m c
br r e a
in i n p
li n u a
si g r i
s a u
m n n b
e r
m b o
e e n
F
n r c
u k h
hi u i
al r o
v a l
e n i
ol g
i , t
7. Manifestasi Klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis pneumonia.
Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya
gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien
pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada pasien
tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat
pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada bayi
yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stidor
dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial.
Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam tinggi,
menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya tanda
konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala
yang khas seperti takipneu, batuk, ronki kering (crackles) pada
pemeriksaan auskultasi dan seringkali ditemukan bersamaan dengan
timbulnya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, dan merintih (grunting). Semua jenis
pneumonia memiliki ronki kering yang terlokalisir dan penurunan suara
respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi pekak pada
pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani.
2010) antara lain :
a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Rales (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga (Padila
2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan infeksi
saluran pernafasan akut mempunyai jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.
3) Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan
meningkat dan anak biasanya cengeng.
4) Sistem kardiovaskuler
Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi meningkat,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.
5) Sistem neurosensori
Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan
kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.
6) Sistem genitourinaria
Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.
7) Sistem digestif
Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses
normal.
8) Sistem muskuloskeletal
Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal,
retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.
9) Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan kemerahan.
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Diagnosa Tujuan Evaluasi
No Rencana Keperawatan
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah a. Keluarga a. Infeksi Saluran a. Kaji pengetahuan
bersihan jalan dilakukan dilakukan mampu Pernafasan Akut tentang Infeksi Saluran
nafas berhubungan kunjungan kunjungan 1 menyebutkan adalah masuknya Pernafasan Akut
dengan sebanyak 5 x x 45 menit defenisi Infeksi mikroorganisme b. Diskusikan dengan
ketidakmampuan 45 menit keluarga Saluran (bakteri, virus, keluarga tentang
keluarga dalam keluarga mampu Pernafasan Akut riketsi) ke dalam pengertian Infeksi
mengenal masalah mampu mengenal saluran pernapasan Saluran Pernafasan
mengenal masalah yang menimbulkan Akut dengan
masalah Infeksi gejala penyakit yang menggunakan leafleat/
kesehatan Saluran dapat berlangsung lembar balik
tentang Pernafasan sampai 14 hari c. Evaluasi kembali
Infeksi Akut pengertian Infeksi
Saluran Saluran Pernafasan
Pernafasan Akut pada keluarga
Akut d. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
3. Resiko Setelah 1. Setelah Keluarga mampu a. Gizi kurang atau a. Gali pengetahuan
ketidakseimbanga dilakukan dilakukan menjelaskan kurang gizi (sering keluarga tentang gizi
n nutrisi kurang kunjungan kunjungan 1 pengertian gizi kali tersebut kurang
dari kebutuhan sebanyak 5 x x 45 menit kurang, malnutrisi) muncul b. Diskusikan bersama
tubuh 45 keluarga menyebutkan dua akibat asupan energi keluarga tentang
berhubungan menitkeluarga mampu penyebab gizi dan makronutrien pengertian gizi kurang
dengan mampu mengenal, kurang dan yang tidak memadai. c. Jelaskan kepada
ketidakmampuan mengenal, memutuska menyebutkan 2 b. Penyebab gizi keluarga penyebab gizi
keluarga merawat memutuskan, n, dan tanda dan gejala kurang yaitu kurang
anggota keluarga dan merawat merawat gizi kurang. kurangnya asupan d. Jelaskan tanda dan
yang sakit anggota anggota nutrisi, pola makan gejala gizi kurang pada
keluarga keluarga asuhan anak kurang balita
dengan dengan memadai,yankes e. Jelaskan dampak yang
ketidakseimba ketidakseim kurang memadai ditimbulkan pada
ngan nutrisi : bangan c. Tanda dan gejala balita dengan gizi
kurang dari nutrisi : gizi kurang yaitu kurang
kebutuhan kurang dari badan kurus, rambut f. Beri kesempatan pada
tubuh kebutuhan kecoklatan, BB pada keluarga untuk
tubuh KMS berada bertanya
BGK/BGM g. Bantu keluarga untuk
d. Dampak yang mengulangi apa yang
ditimbulkan, balita telah dijelaskan
mengalami h. Beri pujian atas
keterlambatan prilaku yang benar
tumbuh kembang
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil
pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota berespons)
daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan kegiatan
bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi merupakan proses terus
menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan
keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling
merupakan suatu bentuk seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada (Alimul, 2012). Cara pemilihan sampel yang
dilakukan peneliti sebagai berikut :
a. Dari 5 orang sampel, yang bertempat tinggal di Simpang Haru 1 orang,
Sawahan 1 orang, Jati Baru 1 orang dan Parak Gadang Timur 2 orang.
b. Peneliti menentukan kriteria dalam pemilihan sampel yaitu :
1) Kriteria Inklusi
a) Balita penderita ISPA dengan pneumonia yang sedang
berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang.
b) Balita yang sedang menderita pneumonia yaitu apabila terdapat
gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah :
Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per
menit atau lebih.
Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas
40 kali per menit atau lebih.
c) Klien yang memiliki alamat lengkap.
d) Keluarga dengan KM I :
Menerima petugas perawatan kesehatan keluarga
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
e) Keluarga dan klien bersedia diberikan asuhan keperawatan.
f) Keluarga dan klien yang mampu berkomunikasi dengan baik
dan lancar serta kooperatif.
g) Keluarga dan klien yang berada ditempat saat dilakukan
penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
a) Klien yang mengalami perburukan kondisi seperti: tidak
kooperatif.
b) Keluarga yang tidak bersedia untuk dilakukan penelitian.
c. Peneliti mendapatkan 2 orang sampel, yaitu An. N dan An. A yang
memenuhi kriteria sampel dan berada dalam satu kelurahan yaitu di
kelurahan Parak Gadang Timur.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,
2013). Data sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan
atau laporan bulanan puskesmas yang telah tersusun dalam arsip yang
tidak dipublikasikan. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
dokumentasi / Medical Record di Puskesmas Andalas Kecamatan
Padang Timur Kota Padang.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta
jumlah responden sedikit. (Alimul, 2012).
c. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan cara
sistematis untuk menentukan jumlah ukuran atau memberi label pada
objek-objek dan atribut yang dimiliki. (Kusuma, 2015).
d. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen dari
Puskesmas Andalas Kota Padang untuk menunjang penelitian yang
akan dilakukan.
F. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti :
a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang ke
Dinas Kesehatan Kota Padang.
b. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan
surat izin peneliti dari institusi untuk mendapat surat rekomendasi ke
Puskesmas Andalas Kota Padang.
c. Peneliti mendatangi Puskesmas Andalas Kota Padang dan
menyerahkan surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas
Kota Padang.
d. Peneliti meminta izin ke Kepala Puskesmas Andalas Kota Padang.
e. Peneliti mendatangi KIA Anak untuk mengetahui penderita ISPA
dengan pneumonia pada balita yang sedang berobat ke Puskesmas
Andalas Kota Padang.
f. Peneliti memilih responden.
g. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian.
h. Informed Consent diberikan kepada responden.
i. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya.
j. Responden menandatangani Informed Consent.
k. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengakajian dan
wawancara menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan
keluarga.
l. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe.
m. Peneliti melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi pada
responden, kemuadian peneliti melakukan terminasi.
G. Hasil Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
An. N dan An. A dengan teori dan penelitian terdahulu. (Nursalam, 2015)
BAB IV
c. Resiko c. Resiko
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
ketidakmampuan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal keluarga dalam mengenal
masalah masalah
DS : DS :
Ibu Y mengatakan An. N Ibu N mengatakan An. A
susah untuk makan, Ibu Y susah untuk makan, Ibu N
mengatakan An. N jika mengatakan jika An. A
makan tidak pernah habis, sedang makan, butuh waktu
Ibu Y mengatakan jika An. yang lama untuk
N sakit, nafsu makannya menghabiskan makannya,
berkurang, An. N Ibu N mengatakan jika An.
mengatakan ia tidak nafsu A sakit, nafsu makannya
makan. berkurang.
DO : DO :
An. N tampak main-main An. A tampak main-main
ketika makan, tampak tidak ketika disuapi oleh ibunya,
menghabiskan makanannya, tampak tidak menghabiskan
konjungtiva tampak anemis, makanannya, konjungtiva
TB : 96 cm, BB : 11 kg dan tampak anemis, TB : 74 cm,
IMT : 11,9 BB : 7 kg dan IMT : 12,8
Intervensi a. Ketidakefektifan bersihan a. Ketidakefektifan bersihan
Keperawatan jalan nafas berhubungan jalan nafas berhubungan
dengan ketidakmampuan dengan ketidakmampuan
anggota keluarga dalam anggota keluarga dalam
merawat anggota merawat anggota
keluarga yang sakit keluarga yang sakit
Tujuan umum : setelah Tujuan umum : setelah
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
keperawatan selama 14 kali keperawatan selama 14 kali
kunjungan, ketidakefektifan kunjungan, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada bersihan jalan nafas pada
An. N menjadi ekeftif. An. A menjadi ekeftif.
B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
kota Padang yang telah dilakukan sejak tanggal 19 Mei sampai 25 Mei 2017
selama 2 kali kunjungan sehari, maka pada bab pembahasan penulis akan
menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada kedua
partisipan. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merumuskan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu (Nursalam, 2011). Sesuai dengan teori yang dijabarkan
diatas, penulis melakukan pengkajian pada An. N dan An. A serta keluarga
dengan menggunakan metode pengkajian keluarga, wawancara dan
pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem
(P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (E)
berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan menurut
(Friedman, 2010). Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif.
Diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus
mengenai masalah ISPA terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat 4
diagnosa keperawatan, tetapi di kasus terdapat 3 diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan teori, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Hipertermi
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Defisit pengetahuan
Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus baik pada keluarga Bpk. M
maupun Bpk. E, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan anggota
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga
sedang bekerja (Friedman, 2010). Pembahasan intervensi dalam keperawatan
keluarga meliputi tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan kriteria
standar. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
(Friedman, 2010).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelakasanaan terapi keperawatan keluarga
yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga
(Sudiharto, 2007).
Implementasi dari diagnosa ini sesuai menurut teori yaitu melakukan cuci
tangan 6 langkah. Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu
dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan
pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk
merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan
gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan
imunisasi, dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula
mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa
mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia (Kemenkes RI, 2010).
Rencana tindak lanjut dari evaluasi yang dilakukan adalah kedua partisipan
dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai anjuran, keluarga dapat
melanjutkan demonstrasi pembuatan jeruk nipis hangat, demonstrasi kompres
hangat dan demonstrasi cuci tangan 6 langkah, keluarga dapat berperan sebagai
pendidik dan koordinator dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
anak dan keluarga dapat berperan dalam melanjutkan perawatan kepada anak
dirumah.
A. Kesimpulan
B B V KESIMPULAN DAN
A SARAN
1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat
dengan teori yang sudah ada. Dimana keluarga mengeluhkan anggota
keluarganya yang sedang mengalami batuk, pilek, demam disertai sesak nafas.
Namun, ada perbedaan pada riwayat ketika lahir dan tata lingkungan keluarga
seperti lingkungan rumah dan kebiasaan keluarga dalam kesehariannya. Hasil
pemeriksaan fisik diperoleh kedua partisipan terlihat sesak nafas, konjungtiva
anemis, kulit terlihat pucat, terlihat lemah dan lesu.
5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien dan keluarga mulai
tanggal 21 Mei 2017, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan catatan perkembangan. Evaluasi yang didapat tingkat kemandirian
kedua partisipan yaitu dari tingkat kemandirian keluarga pertama berubah
menjadi tingkat kemandirian keluarga kedua, keluarga Bpk. M dan Bpk. E
memahami tentang ISPA dan cara meningkatkan nafsu makan anak dengan
pemberian makanan variatif, Ibu Y dan Ibu N dapat mempraktekkan cara
membuat jeruk nipis hangat, kompres hangat dan cuci tangan 6 langkah,
keluarga termotivasi merawat anggota keluarganya, keluarga mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah ISPA, keluarga dapat memodifikasi
lingkungan dan keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah ISPA pada An. N dan An. A.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang
Melalui pimpinan Puskesmas Andalas diharapkan dapat memberikan motivasi
dan bimbingan kepada keluarga agar dapat memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara optimal kepada keluarga dan lebih meningkatkan mutu
pelayanan di komunitas atau di lapangan.
2. Bagi Keluarga Bpk. M dan Bpk. E
Kedua keluarga berisiko untuk terjadi kambuhya penyakit pada An. N dan An.
A, sehingga An. N dan An. A perlu diharapkan upaya pencegahan serta
pengendalian secara rutin dari keluarga. Upaya pencegahan dapat dilakukan
seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan memberikan
asupan makanan bergizi kepada anak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya lebih merencanakan implementasi yang
direncanakan seperti tugas khusus keluarga keempat dan kelima yaitu
modifikasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan baik dan
tepat dan sebagai acuan serta pembanding terhadap asuhan keperawatan yang
akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrina, dkk. 2014. Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dirumah. Jurnal Keperawatan. Diakses 08 Januari
2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2340
Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Dewi, Ratna Pudiastuti. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta : PT.
Indeks.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015. Padang :
DKK.
Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. 2010. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi, Buletin Pneumonia.
Jakarta. Diakses 12 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file/buletin-pneumonia.pdf
Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta. Diakses :
08 Januari 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pd
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Diakses 12
Januari 2017 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Kusuma, Kelana Dharma. 2015. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : Anggota
IKAPI
Kyle, Terri & Carman, Susan. 2015. Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta
: EGC.
Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta : EGC.
Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sundari, Siti dkk. 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang Menjadi Faktor Resiko
Terjadinya ISPA Pneumonia pada Balita. Jurnal Pendidikan Sains.
Diakses 11 Januari 2017 dari http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ISSN:
2338-9117
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung
Seto.
Susilaningrum, Rekawati dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ;
untuk Perawat dan Bidan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Wahid, Abd & Suprapto Imam. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : Anggota IKAPI.
Keterangan :
= pasien
= perempuan
= laki-laki
= tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. M memiliki tipe keluarga inti dimana didalamnya
terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak.
5. Suku
An. N bersuku Caniago karena menurut adat orang Minang, anak
mengikuti suku Ibunya yaitu Caniago dan berkewarganegaraan
Indonesia.
6. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agama Islam.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Bpk. M memiliki penghasilan + 2.000.000. Penghasilan Bpk.
M terkadang tidak tetap tiap bulannya, tergantung pendapatan ikan
yang akan dijualnya nanti, penghasilan Bpk. M digunakan untuk
mencukupi kebutuhan sehari- hari.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga jarang melakukan kegiatan rekreasi, lebih sering berkumpul
dirumah. Rekreasi hanya saat lebaran dan saat anaknya sedang liburan
akhir sekolah.
Denah Rumah
6 5 4
2
7 3
1
Keterangan :
1 = Pintu Masuk
2 = Pintu Keluar
3 = Ruang Tamu
4 = Kamar 1
5 = Kamar 2
6 = Dapur
7 = Ruang Makan
d. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi
Komunikasi antar keluarga yaitu komunikasi terbuka, bahasa yang
digunakan biasanya bahasa minang. An. N juga komunikatif dengan
anggota keluarganya.
2. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga, Bpk. M yang mengatur semua kebutuhan rumah tangga.
Bpk. M juga bertanggug jawab mengambil keputusan dan semua
keluarga akan mematuhi karena Bpk. M sebagai kepala keluarga dan
ayah bagi anak-anaknya.
3. Struktur peran
a. Bpk. M berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja
sebagai nelayan.
b. Ibu Y berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
c. An. Re berperan sebagai anak dari pasangan Bpk. M dan Ibu Y
yang merupakan anak pertama berperan sebagai anak remaja.
d. An. Ry berperan sebagai anak dari pasangan Bpk. M dan Ibu Y
yang merupakan anak kedua berperan sebagai anak sekolah.
e. An. N berperan sebagai anak dari pasangan Bpk. M dan Ibu Y yang
merupakan anak ketiga berperan sebagai anak pra sekolah.
f. An. A berperan sebagai anak dari pasangan Bpk. M dan Ibu Y yang
merupakan anak keempat berperan sebagai anak.
4. Nilai dan norma budaya
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Bpk. M menggunakan norma
dan nilai sesuai dengan agama dan adat istiadat yang tidak
bertentangan dengan kesehatan.
e. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
2. Fungsi sosialisi
Sosialisasi antar anggota keluarga dan tetangga sekitar cukup baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An. N kurang mampu memahami masalah kesehatan yang
dialaminya, karena An. N yang masih balita.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tindakan kesehatan tidak cukup baik, keluarga kurang berperan
dalam mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang
sedang sakit.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Jika ada anggota keluarga yang sakit keluarga akan ikut merawat.
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara di lingkungan sehat
Keluarga kurang mengetahui lingkungan yang sehat, hygiene dan
manfaat lingkungan yang sehat.
g. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Bpk. M mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
h. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA
DO:
- An. N tampak batuk dan
pilek
- An. N terlihat sesak
saat bernafas
- Tampak
mengeluarkan ingus
dari hidung
- RR : 43 x/i
- Nadi : 98 x/i
- Suhu : 37,9 oC
2. DS: Peningkatan suhu Ketidakmampuan
- Ibu Y mengatakan tubuh anggota keluarga
badan An. N terasa dalam merawat
panas anggota keluarga
- Ibu Y mengatakan An. yang sakit
N demam + 1 minggu
DO:
- Badan An. N teraba
hangat
- An. N terlihat gelisah
- Mata An. N terlihat
memerah
- Suhu : 37,9 oC
3. DS : Resiko Ketidakmampuan
- Ibu Y mengatakan An. ketidakseimbangan keluarga dalam
N susah untuk makan nutrisi kurang dari mengenal masalah
- Ibu Y mengatakan An. kebutuhan tubuh
N jika makan tidak
pernah habis
- Ibu Y mengatakan jika
An. N sakit, nafsu
makannya berkurang
- An. N mengatakan ia
tidak nafsu makan
DO :
- An. N tampak
main- main ketika
makan
- An. N tampak tidak
menghabiskan
makanannya
- Konjungtiva
tampak anemis
- TB : 96 cm
- BB : 11 kg
- IMT : 11,9
LAMPIRAN : VII
LAMPIRAN : VIII
= pasien
= perempuan
= laki-laki
= tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. E memiliki tipe keluarga inti dimana didalamnya terdiri
dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi
rumah tangga dan anak.
5. Suku
An. A bersuku Sikumbang karena menurut adat orang Minang, anak
mengikuti suku Ibunya yaitu Sikumbang dan berkewarganegaraan
Indonesia.
6. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama Islam.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Bpk. E memiliki penghasilan + 2.600.000. Penghasilan Bpk. E
digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Bpk. E sering mengajak An. A dan istrinya jalan-jalan setiap
sore hari.
c. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Bpk. E merupakan rumah sendiri.
Bentuk rumah keluarga Bpk. E yaitu permanen dengan atap seng, lantai
sudah diplester / disemen. Ukuran rumah 8 m x 6 m. Rumah keluarga
Bpk. E tampak tidak rapi, ventilasi di ruang tamu masih kurang, jendela
berdebu, barang-barang berserakan di ruang tamu seperti baju-baju dan
perabotan lainnya, lantai rumah dari semen yang sudah di keramik, lantai
dapur dari semen dan halaman rumah bersih, sumber air minum keluarga
Bpk. E menggunakan air galon, mandi menggunakan air sumur bercincin
dengan jarak septik tank 5 meter dari sumur. Lingkungan rumah cukup
luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak banyak
debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang
bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar
jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap.
Denah Rumah
2
4 6
3 5
Keterangan :
1 = Pintu Masuk
2 = Pintu Keluar
3 = Kamar Tidur 1
4 = Kamar Tidur 2
5 = Ruang Tamu
6 = Dapur/Ruang Makan
2. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW
Lingkungan An. A tinggal terbilang cukup padat karena rumah dempet-
dempet antara rumah satu dengan yang lainnya. Masyarakat tempat An.
A terilihat rukun.
3. Mobilisasi geografis keluarga
Keluarga Bpk. E menetap tinggal dirumah yang telah dimilikinya sendiri.
4. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Keluarga Bpk. E biasanya berkumpul setiap lebaran, interaksi dengan
tetangga cukup baik, tetangga sering berkunjung ke rumah untuk
mengobrol.
5. Sistem pendukung keluarga
Sistem pendukung keluarga adalah Bpk. E dan Ibu N dimana mereka
bertindak sebagai orangtua dari An. A. Kemudian An. A juga
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari kedua
orangtuanya.
d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi
Komunikasi antar keluarga adalah komunikasi terbuka, bahasa yang
dipakai adalah bahasa minang.
2. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga, Bpk. E yang mengatur semua kebutuhan rumah tangga.
Bpk. E juga bertanggug jawab mengambil keputusan dan semua
keluarga akan mematuhi karena Bpk. E sebagai kepala keluarga dan ayah
bagi anak-anaknya.
3. Struktur peran
a. Bpk. E berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
wiraswasta.
b. Ibu N berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
c. An. A berperan sebagai anak dari pasangan Bpk. E dan Ibu N yang
merupakan anak pertama berperan sebagai anak.
4. Nilai dan norma budaya
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Bpk. E menggunakan norma dan
nilai sesuai dengan agama dan adat istiadat yang tidak bertentangan
dengan kesehatan.
e. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
2. Fungsi sosialisi
Sosialisasi antar anggota keluarga dan tetangga sekitar cukup baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An. A kurang mampu memahami masalah kesehatan yang dialaminya,
karena An. A yang masih balita.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tindakan kesehatan tidak cukup baik, keluarga kurang berperan dalam
mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sedang sakit.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Jika ada anggota keluarga yang sakit keluarga akan ikut merawat.
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara di lingkungan sehat
Keluarga kurang mengetahui lingkungan yang sehat, hygiene dan
manfaat lingkungan yang sehat.
g. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Bpk. E mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
h. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA
Pemeriksaan Bpk. E Ibu N An. A
Keadaan umum KU : baik KU : baik KU : baik
TB : 165 cm TB : 157 cm TB : 74 cm
BB : 65 kg BB : 80 kg BB : 7 kg
TD: 110 / 80 TD: 110 / 60 RR : 45 x/i
mmHg mmHg N : 97 x/i
N : 84 x/i N : 88 x/i S: 38 0C
S: 36,5 0C S: 36,5 0C
Kepala Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak
ada lesi, rambut ada lesi, ada lesi,
hitam rambut hitam rambut hitam
Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab, tidak lembab, tidak lembab
ada caries gigi ada caries gigi
Mata Mata tampak Mata tampak Mata tampak
simetris, simetris, simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, anemis, sklera
sklera tidak sklera tidak tidak ikhterik
ikhterik ikhterik
Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada
cuping hidung cuping hidung cuping hidung
saat bernafas, saat bernafas, saat bernafas,
tidak ada tidak ada tidak ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan
dan lesi dan lesi dan lesi
Telinga Tidak ada luka, Tidak ada Tidak ada
tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada
serumen, fungsi serumen, serumen,
pendengaran fungsi fungsi
baik pendengaran pendengaran
baik baik
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pelebaran vena pelebaran vena pelebaran vena
Juguralis, tidak Juguralis, tidak Juguralis, tidak
ada ada ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Dada tampak Dada tampak Dada tampak
simetris, tidak simetris, tidak simetris, suara
terdengar suara terdengar suara nafas ronchi,
nafas, tidak lesi nafas, tidak tidak lesi dan
dan lesi dan pembengkakan
pembengkakan pembengkakan berupa
berupa benjolan, berupa benjolan, tidak
tidak ada benjolan, tidak ada retraksi
retraksi dinding ada retraksi dinding dada
dada dinding dada
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada
asietes, tidak asietes, tidak asietes, tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan
dan nyeri lepas dan nyeri lepas dan nyeri lepas
disetiap disetiap disetiap
kuardran kuardran kuardran
Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan pada kelainan pada kelainan pada
ekstemitas atas ekstemitas atas ekstemitas atas
dan bawah dan bawah dan bawah
ANALISA DATA
DO:
DO:
- Badan An. A teraba
hangat
- An. A terlihat rewel dan
gelisah
- Mata An. A terlihat
memerah dan sembab
- Suhu : 38 oC
3. DS : Resiko Ketidakmampuan
- Ibu N mengatakan An. ketidakseimbangan keluarga dalam
A susah untuk makan nutrisi kurang dari mengenal masalah
- Ibu N mengatakan jika kebutuhan tubuh
An. A sedang makan,
butuh waktu yang lama
untuk menghabiskan
makannya
- Ibu N mengatakan jika
An. A sakit, nafsu
makannya berkurang
DO :
- An. A tampak main-
main ketika disuapi oleh
ibuya
- An. A tampak tidak
menghabiskan
makanannya
- Konjungtiva
tampak anemis
- TB : 74 cm
- BB : 7 kg
- IMT : 12,8
LAMPIRAN : IX
LAMPIRAN : X
LAMPIRAN : XI
LAMPIRAN : XII
LAMPIRAN : XIII