Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FIKRAM GANI

KELAS : VII/5
Tepat pada 18 Agustus 1945, Pancasila resmi
menjadi dasar negara Indonesia. Rumusan Pancasila
yang sah tercantum dalam alinea keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) sehari setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia.

Pancasila sendiri memuat nilai-nilai yang


dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara untuk
menyatukan bangsa Indonesia yang beragam. Nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan dalam Pancasila
merupakan buah pemikiran dari para pendiri bangsa yang terinspirasi oleh nilai-nilai
adat istiadat serta nilai religius yang dimiliki masyarakat Indonesia

Oleh sebab itu, Pancasila sangat istimewa karena bersumber dari budaya
masyarakat itu sendiri dan merupakan ideologi terbuka. Pancasila sebagai ideologi
terbuka artinya Pancasila tidak perlu mengubah nilai-nilai dasarnya untuk mengikuti
perkembangan zaman. Selain itu, lima sila dalam Pancasila juga saling terkait.

Salah satu cara mempertahankan nilai-nilai Pancasila dalam era globalisasi adalah
mengamalkan nilai-nilai yang mencerminkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
baik kehidupan di sekolah, di keluarga, di masyarakat, maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara antara lain :

1. Saling menghormati dan bekerja


sama dengan penganut agama atau
kepercayaan lain .
2. Tidak memaksakan kehendak dalam
bermusyawarah
3. Menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam kehidupan sehari-
hari
4. Mematuhi hukum yang berlaku
dengan kesadaran yang tinggi
5. Tidak main hakim sendiri terhadap
suatu persoalan
6. Menghormati lembaga-lembaga
negara seperti MPR, DPR, DPD,
Presiden, MA, MK sebagai organisasi
yang mengatur kehidupan
masyarakat
7. Tidak menerima dengan mentah-m
entah budaya asing yang masuk ke
Indonesia
8. Tidak merusak fasilitas umum dan
menghindari konflik antar sesama.
9. Melakukan budaya kritik yang
sifatnya membangun pada
pemerintah atau lembaga lain, dan
sesuai prosedur yang berlaku
10. Ikut dalam pemilihan umum secara
rasional dan bertanggung jawab
11. Melakukan demonstrasi secara
damai, rasional, bertanggung jawab,
serta memelihara ketertiban
bersama
12. Selalu bermusyawarah dalam
menghadapi perbedaan pendapat
13. Bergotong royong saat menghadapi
pekerjaan yang sulit agar segera
selesai
14. Hemat, tidak konsumtif, dan
mempunyai skala prioritas dalam
menjalani kehidupan
15. Selalu menjaga persatuan antar
warga negara Indonesia

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber hukum utama yang mendasari
pasal-pasal dalam UUD 1945 serta peraturan perundang-undangan. C.S.T Kansil dalam
buku Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Pancasila sebagai
dasar negara mengatur kehidupan sosial, susunan dan sistem perekonomian negara,
sistem politik dan kehidupan politik, kehidupan berbudaya, hubungan antar rakyat,
kekuasaan yang menyangkut hak asasi manusia, dan kehidupan perundang-undangan.

Dengan demikian, arti penting mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara


adalah upaya untuk menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
rukun, adil, sejahtera, dan menjunjung persatuan.
Sebagai makhluk
sosial, manusia senantiasa
berinteraksi dengan
sesamanya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, manusia
butuh suatu aturan agar
perbedaan individu dan
ragam kepentingan tidak menimbulkan konflik dan perselisihan. Tatanan aturan itu
dikenal dengan istilah norma. Tujuan pemberlakuan norma adalah untuk mencapai
keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, tanpa ada aturan
yang ditaati bersama, maka kehidupan masyarakat akan kacau dan tak teratur.
Hal ini dikarenakan sifat dasar manusia yang terangkum di pernyataan: "Homo
homini lupus". Maknanya, manusia adalah serigala bagi manusia yang lain. Tanpa ada
norma, manusia cenderung menindas manusia lain yang lebih lemah darinya. Secara
definitif, norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu "norm" yang bermakna patokan,
pedoman, dan pokok kaidah. Artinya, norma adalah suatu petunjuk atau pedoman
masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku di kehidupan sehari-harinya.
Secara umum, ada empat macam norma yang berlaku di masyarakat, sebagaimana
dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2020) yang ditulis oleh
Dra. Winarni dan Niki Rika Purnamawati. Empat macam norma itu terdiri dari norma
agama, norma hukum, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Penjelasan beserta
contoh norma agama, norma hukum, norma kesusilaan, dan norma kesopanan adalah
sebagai berikut.

1. Norma Agama
Norma agama
merupakan
suatu pedoman
yang diyakini
pengikutnya
bersumber dari
Tuhan. Karena
berasal dari zat
yang agung,
maka norma
agama
dipandang
sakral, suci, dan wajib ditaati. Lazimnya, norma agama menuntut pengikutnya
untuk menaati penuh segala aturan yang bersumber dari agama. Jika pengikutnya
taat maka dijanjikan pahala (balasan baik), yang puncaknya adalah surga.
Sementara itu, jika pengikutnya melanggar aturan agama, ganjarannya adalah
dosa, yang puncaknya adalah neraka. Tidak selamanya norma agama sejalan
dengan norma-norma lain di masyarakat. Misalnya, dalam agama Islam,
penganutnya dilarang makan daging babi. Atau juga Hindu yang melarang
umatnya mengonsumsi daging sapi. Sementara norma lainnya membolehkan
makan daging babi atau sapi. Contoh norma agama adalah keharusan beriman
kepada Tuhan, menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut, dan
sejenisnya. Di saat bersamaan, setiap umat beragama dianjurkan bersikap toleran
dan menghargai sesama makhluk Tuhan di muka bumi ini.
2. Norma Hukum
Lembaga resmi, terutama negara, merumuskan norma hukum sebagai aturan
tingkah laku warganya di kehidupan sehari-hari d an berbagai urusan lainnya.
Norma hukum ini
bersifat memaksa
sehingga harus
ditaati setiap
elemen
masyarakat.
Karena sifatnya
yang memaksa,
maka orang yang
melanggar norma
hukum akan dikenakan sanksi, baik itu sanksi yang berupa kurungan penjara,
membayar denda, hingga sanksi administratif. Sifat memaksa dari norma hukum
terbagi menjadi dua, yaitu norma hukum yang bersifat perintah dan bersifat
larangan. Norma hukum bersifat perintah mewajibkan warga negaranya dalam
melakukan sesuatu hal tertentu. Jika tidak, warga negaranya dianggap telah
melanggar ketentuan hukum. Contoh norma hukum bersifat perintah ialah, setiap
warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan hingga nilai tertentu, wajib
membayar pajak penghasilan pribadi. Ketentuan itu didasari oleh undang-undang
mengenai perpajakan. Kedua, norma hukum bersifat larangan yang membatasi
orang untuk tidak melakukan suatu hal. Jika larangan itu dilanggar maka
pelanggarnya dianggap tidak patuh terhadap hukum. Contoh norma hukum
bersifat larangan ialah, unadang-undang yang melarang pejabat negara melakukan
korupsi. Apabila seorang pejabat menilap uang negara maka ia dianggap sudah
melanggar norma hukum yang berlaku.
3. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan berkaitan
dengan aturan hidup yang
bersumber pada suara hati
nurani. Artinya, secara
alamiah, batin manusia
memandu pada perilaku baik
dengan tujuan agar kehidupan
manusia harmonis dan
tenteram. Sebagai misal, ketika
seseorang melihat dompet
terjatuh, lalu ia ingin
mencurinya, selalu ada bisikan hati nurani yang menyatakan bahwa perilaku itu
adalah tindakan yang salah. Contoh perilaku berdasarkan norma kesusilaan
adalah sikap jujur, tidak mencuri, menghargai orang lain, dan sebagainya. Apabila
seseorang melanggar norma kesusilaan, maka sanksinya adalah rasa bersalah dan
menyesal yang muncul dari hati nuraninya sendiri.
4. Norma Kesopanan
Jika norma kesusilaan berasal dari hati nurani maka norma kesopanan muncul
dari tata kehidupan dan kebiasaan dalam suatu masyarakat. Akibat interaksi

sosial yang berlangsung dalam waktu lama, terbentuklah kesepakatan-


kesepakatan masyarakat mengenai perilaku yang pantas dan yang tak pantas
dilakukan. Hal inilah yanga dike nal sebagai norma kesopanan. Norma ini
lazimnya berupa kesepakatan tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat. Contoh
norma kesopanan adalah orang bersalaman ketika bertemu, berbicara dengan
sopan, berpamitan ketika berangkat ke sekolah, berpakaian dengan pantas,
menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Apabila seseorang melanggar
norma kesopanan, sanksinya adalah pengucilan oleh anggota masyarakat,
dianggap aneh, dicemooh, dan tidak dihormati. Sanksi pelanggaran norma
kesopanan berasal dari luar atau sisi eksternal. Lain halnya dengan norma
kesusilaan di atas yang sanksinya internal, yakni berasal dari diri masing-masing
individu.

5. Norma adat
Norma adat berasal dari dua kata yaitu norma dan juga adat. Norma sendiri adalah
pedoman-pedoman yang
bertujuan untuk mengatur
tingkah laku seseorang
dalam suatu kelompok
masyarakat. Sedangkan,
adat sendiri adalah sesuatu
yang dipercayai oleh suatu
kelompok masyarakat
sebagai hal yang benar, baik
itu karena kebiasaan atau
petuah leluhur. Kebudayaan yang berbeda memiliki adat atau kebiasaan yang
berbeda-beda pula. Sesuatu yang dianggap benar dan dianjurkan oleh suatu adat
bisa jadi merupakan sesuatu yang tabu dan harus dihindari oleh kebiasaan adat
yang lain.
Berdasarkan pemahaman diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa norma
adat adalah pedoman yang bertujuan untuk mengatur tingkah laku seseorang
dalam masyarakat yang ditetapkan berdasarkan adat atau kebiasaan di komunitas
tersebut.
 Tujuan Norma Adat
Norma adat, seperti
norma-norma lainnya
memiliki tujuan utama
untuk mengatur
bagaimana seorang
individu bertindak dalam
suatu kelompok
masyarakat. Norma ini
berfungsi agar suatu
kelompok masyarakat
tidak melakukan hal-hal yang dianggap menyimpang dan mencoreng nama
baik komunitas tersebut.

Secara garis besar, kita dapat menyimpulkan tujuan dari norma adat adalah
sebagai berikut :

1. Menjadi panduan tingkah laku seorang individu dalam suatu kelompok


masyarakat
2. Menjaga agar kelompok masyarakat tersebut tidak terjerumus kedalam
perbuatan yang dianggap asusila atau melenceng
3. Menjaga homogenitas budaya dan nilai-nilai dari suatu kelompok
masyarakat
4. Menjaga kondisi sosial serta status sosial yang sudah mengakar pada
kelompok masyarakat tersebut

Karena sifatnya yang berdasarkan kebiasaan, persetujuan bersama, dan juga


pendapat para leluhur, maka norma adat ini kerap bersifat abu-abu dan tidak
baku penerapan serta batasan-batasannya.

 Ciri-Ciri Norma Adat


Kita sudah mengetahui bahwa
fungsi utama dari norma adat
adalah untuk melestarikan
kebudayaan yang ada di suatu
komunitas dan berfungsi untuk
menciptakan keteraturan sosial
sesuai dengan nilai yang berlaku.

Sekarang, kita akan mencoba


untuk membahas ciri-ciri dari
norma adat yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum, terdapat 3 ciri besar norma yang dapat diidentifikasi yaitu

1. Sumber norma
2. Sifat norma
3. Sanksi norma

Setelah ini, kita akan membahas secara lebih rinci ciri-ciri dari norma adat
sesuai dengan ketiga ciri besar yang sudah disebutkan diatas

 Contoh Norma Adat


Berikut ini adalah beberapa contoh norma adat yang mungkin kalian temukan
dalam kehidupan sehari-hari

 Membuat
tumpengan
ketika
sedang
mengadakan
suatu
upacara
hajatan

Menggunakan
baju batik
pada acara-acara formal dan acara tertentu
 Membuat ketupat dan opor ayam ketika lebaran
 Larangan untuk menikah dengan marga yang sama bagi orang Batak di
 Larangan menikah dengan orang Madura bagi orang Kalimantan
 Mengadakan upacara pembakaran mayat atau ngaben bagi masyarakat
Bali
 Mengadakan upacara Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta
 Mengadakan upacara Selapanan dalam adat Jawa ketika bayi sudah
berumur 40 hari
 Anggapan bahwa laki-laki adalah ahli waris keluarga
 Anggapan bahwa perempuan adalah ahli waris keluarga pada budaya
Sumatera Barat
 Melakukan dan menaati hari raya nyepi di Bali sebagai bentuk
memperingati tahun baru saka baik bagi penganut maupun pendatang
 Melaksanakan tradisi Omed-Omedan di Banjar Kaja, Sesetan, Bali sehari
setelah perayaan tahun baru saka di Bali
 Melaksanakan Aqiqah untuk merayakan sesuatu seperti bayi yang baru
lahir
 Mengadakan tradisi Mangongkal Holi di Sumatera Utara sebagai bentuk
kepercayaan bagi mereka yang telah wafat menuju tahapan yang lebih
sempurna
 Pelaksanaan tradisi Maccera Tasi dalam adat Kalimantan sebagi bentuk
syukur serta harapan agar memperoleh hasil laut yang melimpah
 Melakukan pesta batu bakar saat ada pernikahan, kelahiran ataupun
kemenangan saat perang di Suku Dani, Papua
 Larangan bermain di luar saat waktu maghrib (sekitar jam 5-7 malam)
 Larangan menggunakan pakaian hijau di pesisir laut Selatan

Anda mungkin juga menyukai