Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335105762

Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah


Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa
Tenggara Timur

Article · July 2019


DOI: 10.24269/jpk.v4.n2.2019.pp53-61

CITATIONS READS

0 98

2 authors, including:

Gisela Nuwa
IKIP Muhammadiyah Maumere
14 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

MENAKAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PRODUKSI TENUN IKAT DI SANGGAR BLIRAN SINA WATUBLAPI KECAMATAN HEWOKLOANG KABUPATEN
SIKKA View project

All content following this page was uploaded by Gisela Nuwa on 03 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 4 No. 2 Tahun 2019 | 53 – 61

JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index
ISSN 2527-7057 (Online)
ISSN 2549-2683 (Print)
Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah Menengah
Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

Rikardus Nasa  1, Gisela Nuwa  2

Informasi artikel ABSTRAK


Sejarah Artikel : Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penguatan nilai karakter melalui
Diterima Mei 2019 kegiatan meditasi Kitab Suci di Sekolah Menengah Pertama Seminari Maria Bunda
Revisi Juni 2019 Segala Bangsa Maumere. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
Dipublikasikan Juli 2019 meliputi wawancara, observasi dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji
keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian
Keywords:
menunjukkan bahwa: 1) penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan meditasi
Character Values
Kitab Suci dilakukan secara rutin dan berkelanjutan serta ditunjang oleh fasilitas dan
Seminary
Scripture Meditation tenaga pembina yang kompeten; 2) perubahan yang terlihat dari para peserta didik
sebagai hasil dari penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan meditasi Kitab Suci,
memang tidak dapat terlihat dalam waktu yang singkat tetapi membutuhkan waktu
yang lama serta proses yang perlahan; 3) faktor pendukung mencakup 3 hal yaitu
sarana dan prasarana yang disediakan, adanya tenaga pembina yang kompeten serta
situasi dan kondisi lingkungan yang displin serta jauh dari keramaian; 4) faktor
penghambat mencakup 2 hal yaitu faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang
berasal dari luar. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan meditasi Kitab Suci mampu mengembangkan karakter baik para peserta
didik di SMP Seminari Maria Bunda Segala Bangsa. Meditasi Kitab Suci dapat
diterapkan dan dijadikan sebagai salah satu kegiatan penguatan nilai karakter di
lembaga-lembaga pendidikan dalam semua agama dengan menyesuaikan tahapan
meditasi serta menyesuaikan Kitab Suci yang digunakan sebagai obyek pemusatan
pikiran.
How to Cite : ABSTRACT
Rikardus Nasa & Gisela Strengthening Character Values through Bible Meditation Activities at the
Nuwa. (2019). Penguatan Secondary School of Our Lady of the Maumere Seminary, East Nusa Tenggara.
Nilai Karakter melalui The purpose of this study is to describe the strengthening character values through
Kegiatan Meditasi Kitab Scripture Meditation in Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Junior High
Suci di Sekolah School. Interview, observation and documents study are used to collect data. The
Menengah Pertama data analysis conducted with data collection, data reduction, data presentation, and
Seminari Maria Bunda conclusion. Testing the validity of the data using source triangulation techniques.
Segala Bangsa Maumere The results of the research indicate that: 1) strengthening of the character values
Nusa Tenggara Timur. through scripture meditation conducted regularly and sustainable and supported by
Jurnal Pancasila dan facilities and competent constructor; 2) visible changes of the learner as a result of
Kewarganegaraan, 4(2), the strengthening of the character values through Scripture Meditation, it cannot be
pp. 53-61. DOI: seen in a short time but it takes a long time and slowly; 3) 3 supporting factor is the
10.24269/jpk.v4.n2.2019 availability of facilities, the competent constructor, and the environmental conditions
.pp53-61 that discipline away from the crowds; 4) there are two inhibiting factors are the
factor that comes from inside and factors that come from outside. Based on the results
of the study, it can be concluded that the Scripture Meditation were able to develop
the good character of the students in SMP Seminari Maria Bunda Segala Bangsa.
Scripture meditation can be applied and used as one of the activities to strengthen
character values in educational institutions in all religions by adjusting the stages of
meditation and adjusting the Scriptures used as objects of concentration.

Alamat korespondensi:
IKIP Muhammadiyah Maumere  1, 2

E-mail:
rikardusnasa@gmail.com  1, gustavnuwa123@gmail.com  2
Copyright © 2019 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

DOI: 10.24269/jpk.v4.n2.2019.pp53-61 email: jpk@umpo.ac.id


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

PENDAHULUAN bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


Berbicara mengenai kehidupan, tidak beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
bisa dipungkiri bahwa karakter adalah salah satu mandiri, dan menjadi warga negara yang
aspek penting penentu kesuksesan hidup demokratis serta bertanggung jawab. Akan
seseorang. Karakter dimaknai sebagai suatu cara tetapi, sistem pendidikan nasional yang
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas berlangsung selama ini, dalam prakteknya,
setiap individu. Oleh karena itu, seorang dipandang lebih mengutamakan pada segi
individu yang memiliki karakter yang baik akan intelektual dan kepandaian, sedangkan segi
selalu memikirkan dan menimbang sebab dan pembentukkan dan pembangunan moral hanya
akibat yang akan diperoleh sebelum ia merupakan hal sekunder (Muhyiddin, 2012).
berperilaku atau bertindak. Hal itu dikarenakan Artinya bahwa siswa hanya dibekali dengan
penampilan perilaku dalam standar nilai dan ilmu pengetahuan yang tidak disertai dengan
norma yang tinggi dilandasi oleh karakter yang moral dan etika yang baik. Hal tersebut, menurut
merupakan sifat pribadi yang relatif stabil pada Syukri (2014) akan mengakibatkan siswa
diri seseorang (Khamri, 2014). Karakter juga tumbuh menjadi insan yang memiliki ketinggian
merupakan salah satu aspek yang menentukan ilmu tanpa diimbangi oleh nilai-nilai akhlak,
kemajuan suatu bangsa. Hal ini senada dengan atau dengan kata lain, siswa tersebut akan
Siswanto (2014) yang menyatakan bahwa memiliki kepribadian yang pecah (split
kemajuan suatu bangsa tidak hanya dikarenakan personality). Dengan begitu, individu yang
oleh kompetensi, teknologi yang canggih dan cerdas namun tidak memiliki nilai moral bisa
kekayaan alamnya, namun yang paling utama menjadi lebih berbahaya daripada individu yang
adalah karakter serta semangatnya. Karena kurang cerdas namun memiliki nilai moral
sesungguhnya, karakter merupakan nilai-nilai dalam dirinya. Atas dasar itulah, lembaga
perilaku manusia yang berhubungan dengan pendidikan formal saat ini dituntut untuk
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama meningkatkan intensitas dan kualitas pendidikan
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang karakter dimulai dari tingkat yang paling dasar
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, sampai kepada tingka paling atas, yang
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- dituangkan dalam kurikulum yang berlaku
norma agama, hukum, tatakrama, budaya, dan secara nasional. Pendidikan karakter dianggap
adat istiadat (Kurniawan, 2013). sangat membantu untuk menopang keberhasilan
Akan tetapi, pada kenyataannya karakter pembentukan moralitas dan akhlak para generasi
yang diharapkan ternyata berbanding terbalik penerus bangsa terutama kalangan anak dan
dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. remaja yang muaranya akan memberikan
Meningkatnya perilaku menyimpang dari hari ke kekuatan moral bagi pembentukan sikap dan
hari menunjukkan bahwa kemerosotan moral kepribadian yang baik (Suwito, 2012).
sedang melanda bangsa Indonesia, khususnya Dalam beberapa dekade terakhir,
kaum muda. Perilaku menyimpang yang pendidikan karakter kembali digaungkan oleh
dimaksud diantaranya; tawuran antar siswa, pemerintah Indonesia karena dianggap sebagai
kekerasan terhadap guru oleh siswa sampai hal penting yang mampu untuk mengatasi
kepada melakukan hubungan seksual dibawah kemerosotan moral yang terjadi. Pernyataan
umur atau pra-nikah dan lain sebagainya. tersebut didukung oleh Rohman (2015) yang
Sebagai salah satu aspek penentu menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak
kemajuan peradaban suatu bangsa, pendidikan hanya bersifat integratif (mengukuhkan moral
disebut sebagai pihak yang paling bertanggung intelektual subjek didik) namun juga bersifat
jawab terhadap kemerosotan moral yang terjadi kuratif (secara personal maupun sosial menjadi
saat ini. Hal itu dikarenakan di dalam Undang- sarana penyembuh penyakit sosial di
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang masyarakat).
Sistem Pendidikan Nasional (SPN) Pasal 3, telah Pendidikan karakter yang seutuhnya
diamanatkan bahwa pendidikan nasional yang dimaksudkan adalah pendidikan karakter
berfungsi mengembangkan kemampuan dan yang menurut Lickona (1992), yaitu terdiri dari
membentuk watak serta peradaban bangsa yang tiga komponen penting yaitu moral knowing,
bermartabat dalam rangka mencerdaskan moral feeling dan moral action. Ketiga unsur
kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan tersebut tidak dapat dipisahkan atau suatu
bertujuan untuk berkembang potensi peserta kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Moral
didik agar menjadi manusia yang beriman dan knowing mencakup pengetahuan tentang nilai-

54| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

nilai moral, moral feeling mencakup adanya di seminari untuk membentuk dan
dorongan dari dalam diri untuk bertindak sesuai mengembangkan karakter baik para peserta
nilai-nilai prinsip-prinsip moral, dan moral didik, seperti yang diharapkan oleh pihak
action mencakup perwujudan pengetahuan nilai- seminari itu sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut
nilai moral tersebut kedalam tindakan nyata. bersifat rutin dan wajib dilaksanakan oleh
Oleh karenannya tiga komponen tersebut harus seluruh peserta didik. Tujuannya adalah
dijadikan sebagai rujukan dalam proses membiasakan para peserta didik melaksanakan
implementasi pendidikan karakater. Namun kegiatan-kegiatan positif yang pada akhirnya
dalam pelaksanaannya di lapangan adalah akan membentuk kebiasaan baik (habit).
kurangnya salah satu unsur yaitu melakukan hal Kebiasaan baik tersebut akan membentuk
baik, sehingga dapat dikatakan bahwa karakter yang baik. Manusia disebut sebagai
pendidikan karakter hanya sebatas teori tanpa makhluk kebiasaan karena melalui pengalaman
praktik. Jadi dapat disimpulkan bahwa atau kebiasaan manusia, maka terbentuklah nilai,
pendidikan karakter membutuhkan pembiasaan aturan, sistem kepercayaan dan sifat yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. dalam diri manusia (Vashdev, 2012).
Hadirnya lembaga pendidikan berbasis Salah satu kegiatan yang dilaksanakan
keagamaan menjadikan pendidikan karakter oleh pihak SMP Seminari Maria Bunda Segala
yang hanya membawa peserta didik kepada Bangsa Maumere untuk membentuk dan
pengenalan nilai secara kognitif dan mengembangkan karakter baik peserta didik
penghayatan nilai secara afektif, akhirnya adalah kegiatan meditasi. Kata "meditasi"
menjadi lengkap melalui pengamalan nilai berasal dari bahasa Latin yaitu meditari, yang
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. berarti ‘untuk terlibat dalam kontemplasi atau
Lembaga pendidikan keagamaan berbentuk perenungan.’ Suryani (2000) mengatakan bahwa
pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, meditasi merupakan aktivitas pemusatan pikiran
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. kepada satu obyek tertentu dengan kesadaran
Dalam agama Katolik, lembaga pendidikan penuh, sehingga mampu dirasakan bagaimana
keagamaan dikenal dengan sebutan seminari. proses itu berefek pada tubuhnya. Sedangkan
Menurut Hartosubono (2005), seminari menurut Walsh & Shapiro (2006), meditasi
adalah sebagai tempat pembinaan dan adalah praktek pengaturan diri yang berfokus
pendidikan intelektual serta kerohanian bagi melatih perhatian dan kesadaran dengan maksud
para pemuda yang ingin atau merasa terpanggil membawa proses pemikiran kedalam kontrol
untuk menjadi imam (pemimpin agama Katolik), secara sukarela yang lebih besar dan dengan
atau dengan kata lain, seminari adalah tempat demikian mendorong kesejahteraan rohani
penyemaian para calon imam. Pendidikan secara umum dan mengembangkan kemampuan
seminari memiliki tujuan yang bersifat umum tertentu seperti ketenangan, kejernihan, dan
dan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan umum konsentrasi.
pendidikan seminari adalah yang mencakup Jenis meditasi yang dilaksanakan di
manusia susila yang berjiwa Pancasila dan SMP Seminari Maria Bunda Segala Bangsa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat Maumere adalah meditasi Kitab Suci. Meditasi
Indonesia yang adil dan makmur, baik secara Kitab Suci adalah praktek meditasi yang
material maupun spiritual. Sedangkan tujuan memanfaatkan Kitab Suci sebagai objek atau
khusus pendidikan seminari diantaranya; alat bantu untuk memusatkan perhatian.
memenuhi kebutuhan akan jumlah imam Menurut Osho (2005) dan Krishna (2003),
(pemimpin agama Katolik) bagi kelangsungan perbedaan metode dalam kegiatan meditasi,
hidup dan perkembangan agama Katolik, tidak menjadi sutau masalah. Hal tersebut
menghasilkan para imam yang diharapkan dikarenakan inti dari praktek meditasi adalah
mampu memahami seluk-beluk kehidupan suatu proses meniti jalan ke dalam diri melalui
masyarakat Indonesia, dan mendidik calon- perubahan tingkat kesadaran yang akan
calon imam dengan sasaran utama pendidikan menghantarkan seseorang pada transformasi
spiritual dan intelektual. Baik aspek spiritual diri. Meditasi Kitab Suci adalah aktifitas
maupun intelektual, keduanya sama-sama meditasi yang menggunakan Kitab Suci sebagai
diarahkan secara terpadu sehingga dapat objek untuk memusatkan perhatian. Meditasi
menghasilkan calon-calon imam yang Kitab Suci digolongkan ke dalam Mantra
mempunyai kepribadian yang utuh. Berbagai Meditation atau Meditasi Mantra yaitu meditasi
kegiatan positif direncanakan dan dilaksanakan yang memanfaatkan kata-kata dan kalimat

1. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|55


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

sebagai objek untuk memusatkan perhatian. HASIL DAN PEMBAHASAN


Braboszcz dkk (2010), menjelaskan bahwa Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan
meditasi Mantra dalam banyak hal memiliki Meditasi Kitab Suci
kesamaan dengan membaca secara perlahan atau Menurut Badan Penelitian dan
menyanyikan bacaan-bacaan suci sambil Pengembangan Pusat Kurikulum (2010), nilai-
menyerap maknanya. Praktik-praktik ini hadir di nilai karakter yang dikembangkan dalam
semua agama dan tradisi spiritual. Teks yang pendidikan budaya dan karakter bangsa
terlibat mungkin Sutra dalam ajaran Budha. diidentifikasi dari beberapa sumber yaitu agama,
Dalam praktek Kristen misalnya, melibatkan Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
pembacaan frase doa atau studi Kitab Suci, yang nasional. Beberapa nilai yang termuat di
melibatkan pembacaan Kitab Suci secara dalamnya adalah sebagai berikut: pertama,
perlahan sebagaimana pembaca religius; yang dicerminkan dalam sikap dan
mempertimbangkan arti dari setiap ayat, dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
dipraktekkan oleh biarawan dari berbagai ordo agama yang dianutnya, toleran terhadap
(aliran). pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
Penelitian ini bertujuan untuk dengan pemeluk agama lain. Kedua, jujur;
mendeskripsikan penguatan nilai-nilai karakter dicerminkan dalam perilaku yang didasarkan
melalui kegiatan meditasi Kitab Suci. Selama pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
melakukan penelusuran terhadap beberapa yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
penelitian yang ada, belum ditemukan penelitian tindakan, dan pekerjaan. Ketiga, kreatif;
lain yang memiliki kesamaan dengan penelitian dicerminkan melalui cara atau hasil baru dari
yang akan dilakukan. Oleh karenanya peneliti sesuatu yang telah dimiliki yang dihasilkan
mengharapkan hasil penelitian ini mampu melalui proses berpikir dan melakukan sesuatu.
memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, Keempat, mandiri; dicerminkan lewat sikap dan
secara khusus bagi penguatan pendidikan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
karakter. orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Kelima, demokratis; yang dicerminkan melalui
METODE PENELITIAN cara berfikir, sikap, dan tindakan yang menilai
Penelitian ini menggunakan metode sama hak dan kewajiban dirinya sendiri dan
kualitatif. Oleh karena itu, hakekat hubungan orang lain. Keenam, rasa ingin tahu;
antara peneliti dengan subyek penelitiannya dicerminkan melalui sikap dan tindakan yang
dapat disajikan secara langsung. Penelitian ini selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu secara
bersifat deskriptif yakni tidak menguji hipotesis lebih mendalam dan meluas. Ketujuh, gemar
atau dugaan sementara, melainkan hanya akan membaca; kebiasaan menyediakan waktu untuk
mendeskripsikan suatu variabel serta fenomena membaca berbagai bacaan yang memberikan
atau gejala. Tidak tertutup kemungkinan jika manfaat bagi dirinya. Kedelapan, peduli
pada kondisi tertentu penelitian ini harus lingkungan; dicerminkan melalui sikap dan
membuktikan dugaan atau hipotesis, tetapi tindakan yang selalu berupaya menjaga
pembuktian tersebut tidaklah suatu keharusan lingkungan alam sekitar, mencegah kerusakan
atau bersifat urgen. pada lingkungan alam di sekitarnya, serta
Sumber data dalam penelitian ini berupaya untuk memperbaiki kerusakan alam
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data yang sudah terjadi. Kesembilan, peduli sosial;
primer dan sumber data sekunder. Data primer dicerminkan melalui sikap dan tindakan yang
diperoleh dari informan yaitu kepala sekolah, selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
kepala asrama, para pembina dan peserta didik. dan masyarakat yang membutuhkan. Kesepuluh,
Sedangkan data sekunder berupa dari dokumen- tanggung jawab; dicerminkan melalui sikap dan
dokumen yang ada berupa catatan, gambar, foto perilaku untuk melaksanakan sesuatu yang telah
serta bahan lain yang dapat mendukung menjadi tugas dan kewajibannya, yang
penelitian ini. seharusnya dia lakukan, baik kepada diri sendiri,
Uji keabsahan data dilakukan dengan masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu budaya), bangsa dan negara serta Tuhan Yang
membandingkan dan mengecek balik derajat Maha Esa.
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh Menurut Muslich (2011), budaya
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
metode kualitatif (Moleong, 2014). watak, dan citra sekolah tersebut. Di lembaga

56| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dibaca. Oleh karena itu pada saat membaca
Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Kitab Suci, setiap peserta didik harus mencari,
sebagai bagian dari masyarakat bangsa yang memeriksa dan mempelajari kedalaman kalimat-
tidak terlepas dari kondisi sosial dan budaya kalimat yang dibaca. Hal tersebut merupakan
yang ada dengan berpedoman pada pendidikan perwujudan dari Scienta (ilmu pengetahuan).
dan pembinaan yang terpadu yang dirumuskan Atau dengan kata lain, pada tahap ini peserta
dalam 5 tuntuttan hidup seminaris atau dikenal didik membangun ilmu pengetahuan melalui
dengan sebutan 5S. Pertama adalah Sanctitas kegiatan membaca dan memahami informasi dan
(Kekudusan). Hal ini berkaitan dengan nilai nilai-nilaiyang tertuang dalam Kitab Suci.
religius dan kejujuran baik dalam tingkah laku Biasanya seseorang mengenal kegiatan
maupun dalam tutur kata. Kedua, Scienta (Ilmu membaca karena seseorang mau mendapatkan
Pengetahuan). Scienta dirumuskan dalam hal informasi atau inspirasi. Tetapi tidaklah
hubungan antara nilai pengetahuan sebagaimana demikian dengan cara membaca dalam kegiatan
tercakup dalam kreatif, gemar membaca dan rasa meditasi Kitab Suci. Karena seseorang mau
ingin tahu yang tinggi. Ketiga, sanitas (Sehat- menemukan pesan Tuhan yang tersimpan dalam
Militan). Dalam memaknai sanitas dalam sabda-sabda, maka tujuan seseorang membaca
konteks pembinaan para seminaris adalah selalu dalam bentuk meditasi Kitab Suci adalah untuk
hubungannya dengan pola hidup sehat, pola menemukan pesan dari Kitab Suci. Pada tahap
makan, olahraga, istirahat, doa, dan kerja harus ini, salah satu peserta didik yang telah ditunjuk
seimbang. Keempat, Sapienta (Kebijaksanaan). akan membacakan bacaan Kitab Suci sesuai
Kebijaksanaan yang dimaksud disini adalah para dengan tema pada hari tersebut dan kemudian
seminaris dibina dan ditempa menjadi pribadi pembacaan Kitab Suci diulangi oleh setiap
yang mandiri dan keseimbangan sosio-religius, peserta didik secara pribadi.
sosio-masyarakat, dan sosio-budaya. Kelima, Tahap kedua adalah meditasi atau
Societas (Sosial-Amal). Hal ini memiliki kaitan meditatio. Meditasi Kitab Suci adalah aktifitas
dengan prinsip pembinaan dan pengajaran yang meditasi yang menggunakan Kitab Suci sebagai
menekankan sikap toleran, peduli lingkungan objek untuk memusatkan perhatian. Meditasi
sekitar, dan peduli sosial. Hal-hal tersebut diatas Kitab Suci digolongkan ke dalam Mantra
menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan Meditation atau Meditasi Mantra yaitu meditasi
struktur kurikulum di sekolah tersebut. Struktur yang memanfaatkan kata-kata dan kalimat
kurikulum yang berlaku di lembaga seminari sebagai objek untuk memusatkan perhatian.
pada umumnya dan Seminari Maria Bunda Praktek meditasi bertujuan untuk menciptakan
Segala Bangsa Maumere pada khususnya ketenangan hati dan pikiran yang mendalam
menjadi sebuah keharusan untuk mampu serta menjaga keseimbangan mental. dengan
menciptakan generasi yang seimbang. memiliki keseimbangan mental dan ketenangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh hati dan pikiran, peserta didik akan menjadi
Dahliyana (2017) menemukan hubungan pribadi yang sehat, yang mana merupakan
kegiatan ekstrakurikuler dengan pendidikan perwujudan dari Sanitas (kesehatan). Foris
karakter yaitu sebagai pengejawantahan antara (2005), menjelaskan bahwa tujuan dari meditasi
pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan secara klasik dipraktekkan dengan melibatkan
sikap dan keterampilan yang harus pemusatan perhatian pada partisipan tertentu,
dikembangkan agar dapat dimiliki siswa berupa apakah pada fungsi tubuh seperti bernapas, di
nilai-nilai budi pekerti luhur yang telah menjadi dunia luar, atau pada isi pikiran itu sendiri,
budaya dalam kehidupan sosial sekolah tersebut. sebagai sarana untuk mengontrol kecenderungan
Di lembaga Sekolah Menengah Pertama alami pikiran untuk menyimpang. Melakukan
Seminari Bunda Segala Bangsa menciptakan meditasi dalam kurun waktu tertentu
kultur sekolah melalui kegiatan meditasi Kitab memungkinkan seseorang menjadi manusia
Suci. yang memiliki pemikiran dan jiwa yang
Kegiatan meditasi Kitab Suci mencakup seimbang dan selaras sehingga mampu untuk
3 hal yang harus dilaksanakan. Tahap pertama menjalani hidupnya dengan lebih baik. Meditasi
yang harus dilalui oleh para peserta didik dalam mampu menjadi bagian yang penting dalam
kegiatan meditasi Kitab Suci adalah membaca kehidupan seseorang yaitu sebagai pedoman
(lectio). Membaca adalah kegiatan yang sangat untuk menjalankan keseimbangan kehidupanya.
elementer. Membaca bertujuan untuk Setiap keputusan yang dibuat akan selalu
menemukan pesan dari teks Kitab Suci yang melewati pertimbangan sehingga akan menjadi

1. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|57


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

keputusan yang bijak. Oleh karena itu, para harian yang dijadwalkan. Waktu tersebut
peserta didik diharapkan mampu mewujudkan membantu para peserta didik melakukan
Sapienta (kebijaksanaan) yang merupakan salah kegiatan meditasi Kitab Suci karena pada waktu
satu tuntutan hidup seminaris. tersebut, kondisi lingkungan disekitar telah sepi
Fokus utama yang harus menjadi dari aktivitas masyarakat yang memungkinkan
perhatian para peserta didik dalam proses para peserta didik untuk berkonsentrasi dalam
meditatio, ialah ayat Kitab Suci yang dibaca. melakukan meditasi.
Dalam tahap ini, peserta didik yang melakukan Dalam pelaksanaan kegiatan meditasi
meditasi Kitab Suci harus mengambil sikap Kitab Suci di SMP Seminari Maria Bunda
hening dan mengulang kata-kata atau frasa dari Segala Bangsa Maumere, terdapat beberapa guru
bacaan Kitab Suci yang menarik dan bermakna yang ditunjuk sebagai pembina. Tenaga pembina
bagi dirinya dalam kehidupannya. Pada tahap yang telah ditunjuk adalah mereka yang
ini, hasil meditasi atau permenungan yang telah memiliki pendalaman ilmu Kitab Suci. Selain
diperoleh para peserta didik akan dituangkan memiliki ilmu pendalaman ilmu Kitab Suci, para
dalam bentuk tulisan kedalam buku tulis. pembina yang terpilih adalah mereka yang
Tahap ketiga adalah berdoa (oratio). pernah melakukan kegiatan meditasi Kitab Suci.
Berdoa merupakan suatu hal wajib dalam hidup Hal ini karena para pembina pun harus
orang beriman. Dengan berdoa, peserta didik menuangkan hasil meditasi mereka dalam
mewujudkan tuntutan hidup Sanctitas bentuk tulisan seperti yang dilakukan oleh para
(kekudusan) sehingga nantinya mereka akan peserta didik. Pembina memiliki peran untuk
menjadi pribbadi-pribadi yang religius. Yang mendampingi, menjaga dan mengawasi peserta
dimaksud dengan doa dalam tahapan meditasi didik selama kegiatan meditasi dilaksanakan.
Kitab Suci adalah doa yang lahir atau muncul Pembina juga memiliki peranan untuk
sebagai hasil dari permenungan pada tahap memeriksa hasil meditasi para peserta didik
meditatio. Dengan demikian doa yang timbul yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan, dan
dari meditasi dapat berupa penyesalan, kemudian memberi bimbingan dan arahan bagi
pertobatan, dan syukur yang muncul secara para peserta didik dalam hal melaksanakan
spontan pada saat meditasi Kitab Suci dan meditasi dan menuangkannya dalam bentuk
tergantung dari apa yang dihayati dalam tahap tulisan.
lectio dan meditatio. Dalam hal ini, sangatlah Meditasi yang diterapkan di SMP
penting bahwa doa spontan tak hanya bersifat Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere
individu, tetapi juga harus mencakupi semua dikenal dengan sebutan “Meditasi Kitab Suci”
penghuni komunitas melalui doa bersama. yaitu meditasi yang menggunakan kata-kata atau
Kebersamaan di dalam doa merupakan ayat-ayat dalam Kitab Suci sebagai objek untuk
perwujudan dari tuntutan hidup Societas (Sosial- memusatkan perhatian. Kegiatan meditasi Kitab
Amal). Para peserta didik diharapkan mampu Suci yang dilaksanakan mencakup 3 hal penting
untuk menyadari pentingnya hidup yaitu lectio (membaca), meditatio (meditasi) dan
berdampingan satu sama lain. Lebih daripada oratio (berdoa). Pada tahap lectio, para peserta
itu, dengan membawa atau mendoakan orang didik membaca teks Kitab Suci sesuai dengan
lain dalam doa kita merupakan amal yang tak tema setiap harinya. Pembacaan Kitab Suci akan
ternilai harganya. Dalam tahapan ini salah satu diawali oleh pembacaan salah satu peserta didik
peserta didik yang telah ditunjuk, akan yang telah ditunjuk berdasarkan jadwal yang
memimpin doa bersama. ditentukan. Setelah itu, pembacaan Kitab Suci
Meditasi yang efektif membutuhkan dilakukan secara individu dan berulang kali guna
situasi yang hening dan jauh dari keramaian, mendalami makna dan pesan dari bacaan yang
sehingga orang yang melakukan meditasi dapat dibaca. Selanjutnya, para peserta didik
sejenak tidak memikirkan atau sejenak merenungkan makna dan pesan dari bacaan
melupakan pekerjaan, masalah-masalah, dan Kitab Suci yang dibaca dan dihubungkan dengan
rutinitas hidup yang lainnya. Kegiatan meditasi kehidupan mereka setiap harinya. Saat
Kitab Suci di SMP Seminari Maria Bunda permenungan itulah saat dimana para peserta
Segala Bangsa Maumere dilaksanakan setiap didik memasuki tahap meditatio. Hasil dari
pukul 21.00 WITA setiap harinya. permenungan kemudian dituangkan dalam
Dilaksanakannya meditasi Kitab Suci pada jam bentuk tulisan ke dalam buku yang telah
tersebut karena kegiatan tersebut merupakan disiapkan. Dan tahap terakhir adalah oratio atau
kegiatan terakhir dalam rangkaian kegiatan berdoa. Doa dipimpin oleh peserta didik yang

58| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

sama yang mengawali tahap lectio. Doa yang pengawasan. Para pembina juga memiliki
disampaikan merupakan tanggapan atas makna kewenangan untuk memberikan hukuman yang
dan pesan Kitab Suci terhadap permenungan bersifat mendidik seperti memberikan teguran,
yang dilakukan. Oleh karena itu doa yang membersihkan lingkungan sekitar dan mengolah
disampaikan berupa penyesalan, pujian syukur taman bunga.
dan pertobatan.
Perubahan karakter siswa yang muncul Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
sebagai hasil dari kegiatan meditasi Kitab Suci Proses Penguatan Nilai Karakter melalui
tidak bisa terlihat dalam waktu yang singkat Kegiatan Meditasi Kitab Suci
tetapi akan terlihat dalam kurun waktu yang Kegiatan meditasi Kitab Suci yang
lebih lama. Hal tersebut dibuktikan melalui sikap dilaksanakan di SMP Seminari Maria Bunda
dan perilaku siswa antar angkatan. Para peserta Segala Bangsa Maumere didukung oleh
didik kelas VII, yang mana merupakan anggota beberapa faktor. Pertama, adanya fasilitas yang
baru dan masih harus beradaptasi dengan kondisi disediakan oleh pihak sekolah seperti bangunan
dan situasi di SMP Seminari Maria Bunda Kapela, Kitab Suci, serta alat tulis. Kedua,
Segala Bangsa Maumere, cenderung kondisi dan situasi SMP Seminari Maria Bunda
melaksanakan kegiatan harian yang telah Segala Bangsa Maumere yang mengedepankan
dijadwalkan dengan terpaksa. Keterpaksaan kedisiplinan yang tinggi.
mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan yang Ketiga, adanya tenaga pembina yang
telah dijadwalkan jelas terlihat dalam berbagai telah menguasai ilmu Kitab Suci dan memiliki
bentuk sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan. pengalaman melaksanakan meditasi Kitab Suci.
Tidak jarang peserta didik kelas VII mengeluh Para pembina memiliki peran untuk
saat melaksanakan kegiatan harian. Ada juga mendampingi, menjaga dan mengawasi peserta
yang berpura-pura sakit dengan tujuan agar tidak didik selama kegiatan meditasi berlangsung.
mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan. Pembina juga memiliki tugas untuk memeriksa
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat hasil meditasi para peserta didik yang telah
perbedaan antara sikap dan perilaku yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dan kemudian
ditunjukkan oleh peserta didik kelas VII berbeda memberi bimbingan dan arahan bagi para
dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam hal melaksanakan meditasi
para peserta didik kelas IX. Mereka dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Oleh
melaksanakan kegiatan harian tanpa harus karena itu, orang yang ditunjuk sebagai pembina
diperintah oleh para pembina. Justru mereka adalah orang yang memiliki pendalaman ilmu
yang memberikan contoh dan pengarahan Kitab Suci dan pernah melaksanakan kegiatan
kepada para peserta didik kelas VII dan kelas meditasi Kitab Suci. Dalam menjalankan tugas
VIII dalam pelaksanaan kegiatan setiap hari. Hal dan peranannya, pembina secara sadar atau tidak
ini membuktikan bahwa perlahan-lahan aturan dan secara langsung maupun tidak langsung
yang bersifat memaksa tadi mampu membentuk menjadi panutan bagi para peserta didik. Karena
kebiasaan dan pada akhirnya akan membentuk penanaman karakter baik, bukan hanya sekedar
karakter yang sesuai dengan harapan. Karena melalui ceramah mengenai karakter tetapi juga
karakter merupakan suatu sifat yang tertanam harus bisa mengajarkan dan memberi contoh
dalam diri seseorang dan sifat itu akan terlihat yang baik (Minsih dkk, 2015).
dalam setiap tindakannya tanpa adanya kesulitan Dan faktor pendukung keempat adalah
karena sudah menjadi budaya sehari-hari lokasi lingkungan sekolah SMP Seminari Maria
(Narwanti, 2011). Hal tersebut menegaskan Bunda Segala Bangsa Maumere yang jauh dari
bahwa pendidikan karakter memerlukan keramaian. Menurut Ray (1999), dalam bukunya
pembiasaan (Rosdiana, 2014). “Choosing Happiness” mendeskripsikan
Dalam pelaksanaan kegiatan meditasi lingkungan yang tepat adalah lingkungan yang
Kitab Suci, para peserta didik didampingi oleh bisa membantu diri kita sendiri dengan memilih
pembina. Para pembina yang ditunjuk adalah lingkungan yang memberikan kedamaian, penuh
mereka yang mendalami ilmu Kitab Suci dan cinta dan ketenangan. Lingkungan yang
berpengalaman dalam kegiatan meditasi Kitab dimaksudkan yaitu lingkungan yang tidak hanya
Suci. Pembina memiliki peranan untuk didukung secara fisik tetapi juga mental,
memberikan motivasi, memberikan penilaian spiritual dan emosional. Dalam bukunya juga
terhadap hasil meditasi para peserta didik yang ditekankan arti pentingnya unsur-unsur seperti;
dituangkan dalam bentuk tulisan dan melakukan suara alam, kesunyian, pemandangan, tempat

1. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|59


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

yang teduh dan hijau, cahaya, warna, waktu yang lama serta proses yang perlahan.
keteraturan, keindahan dan bau-bauan. Meditasi Kitab Suci dapat diterapkan dan
Kegiatan meditasi Kitab Suci yang dijadikan sebagai salah satu kegiatan penguatan
dilaksanakan di SMP Seminari Maria Bunda nilai karakter di lembaga-lembaga pendidikan
Segala Bangsa Maumere juga menemui dalam semua agama, dengan menyesuaikan
beberapa hal yang menjadi faktor penghambat. tahapan meditasi serta menyesuaikan Kitab Suci
Pertama, yaitu faktor penghambat yang berasal yang digunakan sebagai obyek pemusatan
dari dalam berupa perilaku peserta didik seperti pikiran.
rasa malas dan menunda menuliskan hasil Faktor pendukung dalam penguatan
meditasinya ke dalam buku tulis dan kesulitan nilai karakter melalui kegiatan meditasi di SMP
untuk menangkap makna dan pesan dari ayat- Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere
ayat Kitab Suci yang dibaca. Kedua, faktor mencakup 3 hal yaitu sarana dan prasarana yang
penghambat yang berasal dari luar berupa disediakan, adanya tenaga pembina yang
gangguan dari sesama peserta didik yaitu dengan kompeten serta situasi dan kondisi lingkungan
membuat keributan saat kegiatan meditasi yang displin serta jauh dari keramaian.
berlangsung. Sedangkan faktor yang menghambat proses
Untuk menanggulangi faktor-faktor atau penguatan nilai karakter melalui kegiatan
hal-hal yang bersifat menghambat dalam meditasi di SMP Seminari Maria Bunda Segala
pelaksanaan kegiatan meditasi Kitab Suci, maka Bangsa Maumere yaitu faktor dari dalam yang
telah diupayakan berbagai solusi oleh para berupa sikap malas dan menunda menulis hasil
pembina. Upaya yang dilakukan berbagai meditasi. Adapun faktor penghambat yang
macam tergantung pembina. Hasil meditasi para berasal dari luar yaitu berupa kesulitan
peserta didik yang dituangkan ke dalam buku memahami isi Kitab Suci yang dibaca dan
tulis biasanya dikumpulkan oleh para pembina adanya gangguan yang disebabkan oleh
sekali dalam seminggu. Namun, untuk keributan yang diciptakan oleh peserta didik
mengatasi sikap malas para peserta didik dan lain.
keseringan menunda menuliskan hasil meditasi,
ada pembina yang melakukan pengumpulan dan UCAPAN TERIMAKASIH
pemeriksaan hasil meditasi para peserta didik Ucapan terima kasih secara khusus saya
secara tiba-tiba. Ada juga pembina yang sampaikan kepada IKIP Muhammadiyah yang
memberikan motivasi yang bertujuan telah memberikan ruang yang luas dalam hal
membangkitkan kesadaran dan semangat para penelitian ini, terutama support dan dukungan,
peserta didik untuk mengikuti kegiatan meditasi baik dalam bentuk fisik maupun dari segi
dan membuat meditasi tertulis. finansial. Selanjutnya ucapan terimakasih
kepada komunitas Seminari Maria Bunda Segala
SIMPULAN Bangsa Maumere yang dengan segala caranya
Berdasarkan hasil penelitian dan telah menerima saya dan membantu dalam
pembahasan, maka dapat disimpulkan kegiatan menyodorkan berbagai dokumen berkaitan
meditasi Kitab Suci sebagai salah satu kegiatan dengan penelitian ini. Kepada para seminaris,
yang dilaksanakan sebagai bagian dari para pembimbing, dan Romo-Romo pimpinan
penguatan nilai-nilai karakter di SMP Seminari Seminari yang selalu bersedia untuk
Maria Bunda Segala Bangsa, mampu diwawancarai. Terakhir, saya ucapkan
mengembangkan karakter baik para peserta terimakasih kepada para rektor, dekan dan ketua
didik. Meditasi Kitab Suci juga mampu program studi yang dengan caranya masing-
mewujudkan 5 tuntutan hidup seminaris yaitu masing mendukung saya dalam penelitian ini
Sanctitas, Scienta, Sanitas, Sapienta serta sampai menjadi sebuah artikel.
Societas dalam tahapan implementasinya.
Penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan DAFTAR PUSTAKA
meditasi Kitab Suci dilakukan secara rutin dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
berkelanjutan serta ditunjang oleh fasilitas dan Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan
tenaga pembina yang kompeten. Perubahan yang Penguatan Metodologi Pembelajaran
terlihat dari para peserta didik sebagai hasil dari Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk
penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan Membentuk Daya Saing dan Karakter
meditasi Kitab Suci, memang tidak dapat terlihat Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
dalam waktu yang singkat tetapi membutuhkan

60| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Rikardus Nasa & Gisela Nuwa | Penguatan Nilai Karakter melalui Kegiatan Meditasi Kitab Suci di Sekolah
Menengah Pertama Seminari Maria Bunda Segala Bangsa Maumere Nusa Tenggara Timur

Braboszcz, C., Hahusseau, S., Delorme, A. Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter:
(2010). Meditation and Neuroscience: Menjawab Tantangan Krisis
From Basic Research to Clinical Multidimensional. Jakarta: PT Bumi
Practice. In “Integrative Clinical Aksara.
Psychology, Psychiatry and Behavioral Narwanti, Sri. (2011). Pendidikan Karakter:
Medicine: Perspectives, Practices and Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Research”. Editor: R. Carlstedt. Karakter Dalam Mata Pelajaran.
Springer Publishing. Yogyakarta: Familia
Dahliyana, Asep. (2017). Penguatan Pendidikan Osho. (2005). OSHO Pharmacy for The Soul.
Karakter Melalui Kegiatan Terjemahan. Yogyakarta: Quills Book
Ekstrakurikuler di Sekolah. Jurnal Publisher.
Sosioreligi. Vol 15 Nomor 1, Edisi Ray, Veronica. (1999). Choosing Happiness.
Maret 2017. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Foris, Dave. (2005). The Effect of Meditation. Rohman, Ali. (2015). Implementasi Pendidikan
UW-L Journal of Undergraduate Karakter Panca Jiwa di PONPES Daarul
Research VIII. Ukhuwwah Pakis-Malang.
Hartosubono. (2011), Seminari: Lembaga Rosdiana, (2014). Implementasi Pendidikan
Pendidikan Calon Imam, Yogyakarta: Karakter di MAN Model Manado.
Kanisius. Jurnal “Al-Qalam.” 20 (2), 1-14
Khamri, Silatul. (2014). Pelaksanaan Program Siswanto, Agus Holik. (2014). Manajemen
Daily Report dalam Pembentukan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa
Karakter Siswa di MTs YKUI Inggris Berbasis Karakter di SDN
Maskumambang Gresik. Jurnal Utama 1 Tarakan. Jurnal Kebijakan dan
Kebijakan dan Pengembangan Pengembangan Pendidikan. 2 (2), 194-
Pendidikan Volume 2, Nomor 1. 202.
Krishna, A. (2003). Seni Memberdaya Diri 2: Suryani, Luh Ketut. (2000). Menemukan Jati
Meditasi untuk Peningkatan Kesadaran. Diri Dengan Meditasi. Jakarta: Elek
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Media Komputindo.
Kurniawan, Syamsul. (2013). Pendidikan Syukri. (2014). Implementasi Pendidikan
Karakter, Konsepsi & Implementasinya Karakter Dalam Kurikulum 2013 Untuk
secara terpadu di Lingkungan Keluarga, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di
Sekolah, Perguruan Tinggi & Ma Quraniyah Batu Kuta Narmada
Masyarakat. Jakarta: Ar-Ruzz Media. Lombok Barat. Jurnal Transformasi.
Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan Karakter: Volume 10, Nomor 1.
Panduan Lengkap Mendidik Siswa Suwito, Anton. (2012). Integrasi Nilai
Menjadi Pintar dan Baik. Cet. I. Pendidikan Karakter ke Dalam Mata
Bandung: Penerbit Nusa Media Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Minsih, Ratnasari Diah U, Honest K. (2015). di Sekolah melalui RPP. Jurnal Ilmiah
Pelaksanaan Pendidikan Karakter CIVIS, 2, (2): 2.
Melalui Nilai-Nilai Keteladanan Guru, Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
Siswa dan Orang Tua Dalam Upaya No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Penguatan Karakter Siswa Sekolah Pendidikan Nasional.
Dasar. Jurnal JPSD. 1 (2), 1-14. Vashdev, G. (2012). Happiness Inside. Noura
Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Books. Jakarta: PT Mizan Publika.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Walsh, R., & Shapiro, S. L. (2006). The Meeting
Rosdakarya. of Meditative Disciplines and Western
Muhyiddin, Al Halaj. (2012). Meluruskan Arah Psychology: A Mutually Enriching
Pendidikan. Jurnal Kajian Islam. Vol 3, Dialogue. American Psychologist, 61,
Nomor 26-27. 227–239.

1. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|61

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai