DATA LAPANGAN
Gambar 3.1 Pendiri Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran tahun1924,
Schmutzer bersaudara
Sumber : Dokumen Gereja Ganjuran
Pada 27 Desember 1927, Candi Hati Kudus Tuhan Yesus yang bercorak
Hindu-Jawa mulai dibangun sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan yang
72
Pada tahun 1930, Mgr. Van Velsen, SJ memberkati candi. Tanah Jawa
dipersembahkan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Pemberkatan ini dilaksanakan
pada tanggal 11 Februari, tanggal penampakan Ibu Maria di Lourdes. Pada tahun
1942, Rm. Sugijapranata, SJ memperluas gedung gereja ke arah barat sepanjang
15 meter, dilengkapi balkon tempat koor. Tahun 1948 Clash ke II, pabrik gula
Gondang Lipuro dibumihanguskan (bulan Desember), namun Candi, Gereja,
Rumah Sakit dan sekolah-sekolah tetap berdiri bersama Umat Hati Kudus Tuhan
Yesus yang terus berkembang.
Tahun 1959, Rm Sontobudoyo memperluas gedung gereja ke samping
kanan dan kiri. Dengan demikian dibangunlah sayap selatan dan utara
sebagaimana tampak dalam wujudnya sampai tahun 2006. Kemudian tahun 1965
Rm Strommesand, SJ menambahkan beberapa ruang di sebelah timur gereja,
yakni sakristi, kantor paroki, dan ruang misdinar. Beliau juga merintis
pembangunan Gereja Stasi Tambran dan memprakarsai pengadaan perangkat
gamelan pelog. Tahun 1970 Rm Jonckbloedt, SJ mulai membangun dan
memantabkan organisasi Gereja Ganjuran. Tahun 1988, Rm G.Utomo Pr berkarya
di Ganjuran, dan menggali lagi nilai-nilai budaya tradisional yang sudah
mengakar dan terus berkembang. Tahun 1990 Rm G.Utomo Pr, memprakarsai
pemasangan jendela pada dinding-dinding sayap gereja agar dapat dibuka pada
hari raya, mengingat perluasan gereja hampir tidak mungkin dilakukan lagi.
Beliau juga memprakarsai pengadaan perangkat gamelan slendro.
73
Tahun 2004 dilakukan renovasi atap dan cat gereja diselesaikan, disusul
pembangunan 2 pendapa di kanan-kiri Candi Ganjuran, untuk mendukung
pelayanan peziarah. Pada tahun 2006 gempa bumi hebat melanda Bantul DIY dan
sekitarnya. Gereja Ganjuran runtuh, dan lebih dari 80 umat Katolik menjadi
74
Gambar 3.5 Kondisi Gereja ketika roboh akibat gempa bumi tahun 2006
Sumber : Dokumen Gereja Ganjuran
Tahun 2007 dengan bantuan yang diterima dari berbagai pihak, Umat
Katolik Paroki Ganjuran bersama masyarakat mulai memperbaiki rumah tinggal
dan aneka infra struktur yang rusak akibat gempa. Setelah umat dan masyarakat
mulai berbenah, Kapel-Kapel wilayah pun diperbaiki dan dibangun kembali.
Bersamaan dengan itu mulai dipersiapkan juga pembangunan kembali Gereja
Ganjuran, yang baru akan dilaksanakan setelah kondisi sosial ekonomi
masyarakat mulai pulih. Akhirnya pada tahun 2008 rencana pembangunan
kembali Gereja Ganjuran mendapat persetujuan dari Keuskupan Agung
Semarang. Pada tanggal 22 Juni 2008, bersamaan dengan Prosesi 2008 Bapak
Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo Pr. berkenan meletakkan batu pertama
pembangunan kembali Gereja Ganjuran. Pembangunan kembali Gereja Ganjuran
ini dilaksanakan oleh Umat Paroki Ganjuran didukung saudara-saudari dari
berbagai tempat di seluruh penjuru tanah air.
Pada tanggal 23 Agustus 2009, Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
ini diresmikan. Peresmian gereja dilakukan Gubernur D.I.Y, Sri Sultan Hamengku
75
76
77
3.5 Interior dan Perabot Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
78
79
80
Plafon
- Plafon ini merupakan kubah
kudus yang terletak di atas altar.
- Bahan: Kaca, lukisan kaca
simbol Tritunggal Maha Kudus,
seperti terlihat, simbol 4
pengarang Injil suci : Yohanes,
Matius, Markus, Lukas.
- Bentuk : berbentuk kubah
- Warna: hijau, biru, kuning,
merah.
Gambar 3.16. Plafon bentuk kubah
- Plafon ini berada di tengah –
tengah ruang ibadah.
- Merupakan atap tumpang sari
- Bahan : kayu jati
- Bentuk : persegi
Gambar 3.17. Plafon Tumpang Sari - Warna: hijau, merah
- Plafon ini terdapat pada area
musik Gamelan
- Bahan: gypsum
- Bentuk : persegi, dengan
perbedaan level
Gambar 3.18. Plafon area musik
- Warna : putih
81
82
c.
Gambar 3.23. a. Tabernakel tampak
samping. b. Detil lemari kecil tempat
menyimpan Sakramen Mahakudus.
c. Patung di sebelah kanan dan kiri
tabernakel.
Kursi ini berada di area Panti Imam,
tempat duduk Romo.
- Bahan : kayu, busa
- Bentuk : seperti kursi Jawa
- Warna : dominan hijau, dengan
aksen kuning-emas,merah.
83
84
- Bahan : kuningan
- Bentuk : salib
- Warna : emas
Salib ini diletakkan di sebelah meja
altar. Salib ini disebut juga
Gambar 3.29. Salib di sebelah meja
crucifixus
Altar
85
86
87
88
89
Gambar 3.42. Lampu pada area tengah ruang ibadah berjumlah 1 buah
90
91
92
93
94