Anda di halaman 1dari 6

TATA IBADAH

1. Panggilan Ibadah (Umat Berdiri)


MJ : “Umat yang dikasihi Tuhan,
Pada hari yang indah ini kita bersekutu dalam perayaan yang penuh sukacita. Hari ini
Greja Kristen Jawi Wetan genap berusia 92 tahun. Sejak 11 Desember 1931, Greja
Kristen Jawi Wetan berdiri sebagai anggota tubuh Kristus di dunia. Saat ini, kita juga
memperingati 180 tahun Baptisan Pertama di GKJW. Tepatnya pada tanggal 12
Desember 1843, ada 30 orang dewasa dan 5 orang anak yang menerima sakramen
Baptisan Kudus di Gereja Protestan Surabaya. Ini adalah bagian karya Allah yang
dinyatakan kepada GKJW. Karena itu mari kita ungkapkan rasa syukur kita dengan
beribadah, memuji dan menyembah Tuhan Sang Kepala Greja Kristen Jawi Wetan.”
Umat : Menyanyi KJ 13 : 1, 4 Allah Bapa, Tuhan

2. Votum dan Salam (Umat Berdiri)


Pelayan : “Ya Allah yang maha kuasa, Pencipta langit dan bumi, Pendiri dan Pemelihara Greja
Kristen Jawi Wetan.”
Umat : “Dengan penuh sukacita dan rasa syukur kami menghadap hadirat-Mu, Sang
Kepala Gereja kami.”
Pelayan : “Kami menghaturkan sembah bakti dan puji bagi Tuhan.”
Umat : “Terpujilah nama Tuhan.”
Pelayan : “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus
senantiasa menyertai saudara-saudara. Amin.”

Saat ini, kita memasuki masa Adven ke-2 sekaligus memperingati HUT ke-92 GKJW dan
peringatan 180 tahun terjadinya Baptisan Pertama di GKJW. Semua itu bisa terjadi, semata-mata
buah karya pekerjaan Allah semata dalam hidup persekutuan kita.

3. Penyampaian Penggalan Sejarah GKJW (Umat Duduk)


Seorang Penatua/Diaken membacakan Penggalan Sejarah GKJW (Lihat pada Lampiran)
Lagu Ulang Tahun

Do = D 4 ketuk Cipt. Suko Tiyarno

1 3 | 5 . 5 5 6 5 3 2 1 |2 . .
Se - la - mat u-lang tahun, G’re - ja - ku!

2 3 | 4 . 4 4 5 2 1 5 |3 . .
Tuhan yang memberkat - i G’reja - ku.

3 4 | 5 . 5 5 6 5 i 5 |6 . .
Se - la-mat u-lang ta-hun, G’reja- ku!

6 i | 5 . 5 5 4 3 2 1 7 | 1 . . ||
Se- la- mat mela-yan - i, G’re-ja- ku!

4. Madah Syukur dan pengakuan pertobatan


Pelayan : “Karya kasih-Mu sungguh agung, ya Tuhan.”
Umat : “Engkau memanggil dan mempersatukan kami dalam persukutuan kudus-Mu,
menjadi Patunggilan Kang Nyawiji.”
Pelayan : “Kebijaksanaan pengasuhan-Mu sungguh tak terselami.”
Umat : “Engkau mengajarkan keselamatan dan iman yang agung kepada kami dengan
karya Roh Kudus dan hamba-hamba-Mu.”
Pelayan : “Tuhan, tangan-Mu sungguh perkasa.”
1
Umat : “Engkau menuntun dan menguatkan kami menghadapi tantangan, hambatan
dan tragedi, hingga kami dapat bertahan dan berjalan terus.”
Pelayan : “Kemurahan-Mu sungguh tak terhitung, ya Allah.”
Pria : “Kami bersyukur atas segala karunia dan berkat yang Engkau berikan.”
Wanita : “Kami juga bersyukur atas tantangan dan kesulitan yang kami hadapi.”
Semua : “Dengan semuanya itu, kami Kau jadikan kuat dan bijaksana.”
Pelayan : Saat ini pun kami mengaku seringkali hanya memperhatikan diri kami sendiri,
jemaat kami sendiri.”
Umat : “Kami pun sering lalai melakukan misi-Mu bagi kesejahteraan seluruh ciptaan-
Mu.”
Pelayan : “Tuhan, Engkau memberkati kami dengan segala ciptaan-Mu, tetapi kami sering tidak
mengelolanya dengan takut akan Tuhan.”
Semua : Tuhan, ampunilah dan kasihilah kami
Umat : Menyanyi KPK. 43 : 1,2 Nyuwun Enggaling Manah

5. Berita Anugerah (Umat Berdiri)


Pelayan : “Tuhan Allah Bapa kita itu sangat mengasihi dan menyayangi orang yang jujur dan
mau bertobat, sehingga Dia mengampuni segala kesalahan kita seperti sabda-Nya yang
demikian, “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat
meninggalkan rancangannya. Baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan
mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan
limpahnya.” (Yes. 55:7)

6. Pelayanan Firman Tuhan (Umat Duduk)


a. Doa Epiklise dan Pembacaan Alkitab
b. Pembacaan Alkitab:
c. Ungkapan Bahagia
d. Khotbah
e. Saat Teduh
f. Pengakuan Iman Rasuli (Umat Berdiri)

7. Persembahan Syukur (Umat Duduk)


Petugas : “Puji syukur, Tuhan sudah menghimpun kita menjadi satu persekutuan Patunggilan
Kang Nyawiji. Mari kita terus memperjuangkan terwujudnya Patunggilan Kang
Nyawiji ini. Kali ini kita mendukungnya dengan mengumpulkan persembahan syukur
ulang tahun Gereja kita. Adapun dasar persembahan syukur kita dari 1 Petrus 2:5
yang demikian: ”....”
Umat : Menyanyi PKJ. 146 : 1 - Bawa Persembahanmu

8. Doa Syafaat
a. Doa Syafaat sebaiknya dipimpin oleh beberapa orang petugas.
b. Pokok-pokok Doa Syafaat a.l.:
 Persembahan, Kegiatan, dan Program Gereja
 Para pejabat gereja (Pendeta, Guru Injil, Penatua, Diaken, Pengurus Komisi, Pengurus
Kelompok, Panitia) agar sehati sepikir dalam melayani jemaat Tuhan dan menatalayani
gereja Tuhan.
 Para pegawai gereja (pegawai kantor, koster/ merbot, petugas keamanan), lingkungan
dan keamanan gereja agar diberikan kekuatan, kesehatan, dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya.
 Pergumulan yang dihadapi GKJW, memohon Tuhan menolong, menuntun dan menyertai
GKJW dalam segala dinamika pergumulan yang dihadapi baik di MJ, MD, MA.

2
 Keluarga, warga adi yuswo, anak-anak sekolah, pekerjaan.
 Pokok doa yang lain, diakhiri dengan Doa Bapa Kami yang dinyanyikan.

9. Tekat Bersama (Umat Berdiri)


Pelayan : “Sebagai Patunggilan Kang Nyawiji kami bertekat:”
Umat : “mempererat persekutuan dan persaudaraan kami antara warga yang satu
dengan yang lain.
Pelayan : “Sebagai para saksi Kristus kami bertekat:”
Umat : “mewujudkan cinta kasih Tuhan kepada semua orang, menjadi rahmat bagi
kesejahteraan semua ciptaan.”
Pelayan : “Sebagai para utusan Tuhan kami bertekat:”
Umat : “menegakkan dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan dalam cinta kasih
Kristus.”
Pelayan : ”Sebagai yang dikasihkaruniai Tuhan, kami bertekat:”
Umat : “menggali dan mengelola segala anugerah dan talenta untuk karya dan
kemuliaan Tuhan.”
Semua : “Tuhan, kuduskanlah dan berkatilah tekat kami untuk kemashyuran-Mu.”

10.Pengutusan
Umat : Menyanyi PKJ 105: 3 Gereja Bagai Bahtera

11.Berkat
Pelayan : Menyampaikan berkat
Umat : Menyanyi KJ. 474 Kepada-Mu Puji-pujian

3
Lampiran :
SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA GKJW

Historisitas Gereja selalu berakar kuat, jalin-menjalin dalam konteks di mana Gereja itu lahir,
tumbuh, dan berkembang. Demikian pula, salah satu Gereja yang adalah milik Tuhan, Greja Kristen
Jawi Wetan (GKJW). Eksistensi GKJW pada dasarnya ada sejak berdirinya Pasamuwan-pasamuwan
Kristen Jawi Wetan yang menyatakan diri berhimpun dan bersekutu sebagai satu persekutuan
melalui pernyataan tekad kebersamaan dalam persidangan gerejawi pada 11 Desember 1931.
Lahirnya Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan sendiri dimulai dari pengabaran Injil
seorang Kristen bangsa Jerman penganut paham pietis, bernama Johanes Emde dan seorang
Eurasia Jawa Kristen bernama C.L Coolen. Dengan cara masing-masing, mereka mengabarkan Injil
kepada orang Jawa. Oleh pengabaran Injil mereka, pada tanggal 12 Desember 1843 di Gereja
Protestan Surabaya di Héren Straat dekat Jembatan Merah Surabaya, ada 35 orang Jawa dibaptis.
34 orang dari Wiyung (Pak Dasimah, dkk) dan 1 orang dari Ngâ râ (Yakobus Singâ trunâ ). Baptisan
pertama ini diikuti oleh baptisan kedua pada tahun 1844. Setelah itu kemudian berdiri 2 (dua)
Pasamuwan Kristen Jawi, yaitu di Wiyung dan Sidâ karé.

Tahun 1848, Badan Pengabaran Injil Belanda (NZG) berhasil menempatkan seorang zendeling atau
pengabar Injilnya, yaitu J.E. Jellesma di Surabaya. Pada mulanya, ia “ditempatkan” dalam arti nunut
di Gereja Protestan Surabaya, sebab masa itu Pemerintah Hindia Belanda “melarang” adanya
Pengabaran Injil di Pulau Jawa. Oleh Gereja Protestan Surabaya zendeling Jellesma ditugaskan
menjadi juru tuai, yaitu membaptis orang Jawa yang ingin masuk Kristen. Pertama-tama ia
membaptis 56 jiwa di Mâ jâ warnâ , selanjutnya di Sidâ karé dan tempat-tempat lain di pedalaman
Jawa Timur. Dia memanfaatkan tugas sebagai juru tuai untuk adaptasi dengan dunia Jawa sekaligus
menjalin kerjasama dengan orang-orang Kristen Jawi di Wiyung, Sidâ karé, Tô gô gan-Srengat-Kediri.
Langkah yang ia ambil itu merupakan bukti bergabungnya NZG ke dalam Pasamuwan Kristen Jawi.
Kemudian ia mendirikan Pamulangan/sekolah untuk membentuk Pamulang Pasamuwan/Guru
Injil. Lulusan pamulangan tersebut diutus mengajar dan mengabarkan Injil ke berbagai tempat di
pedalaman Jawa Timur maupun ke Jawa Tengah. Oleh pekerjaan pengabaran Injil mereka,
kemudian lahir atau berdiri Pasamuwan-Pasamuwan Kristen Jawi. Sampai dengan tahun 1900 di
Jawa Timur telah berdiri lebih dari 31 Pasamuwan Kristen Jawi yang tersebar di Resort/daerah
Penginjilan Mâ jâ warnâ , Kediri, dan Swaru-Malang.

Pada tahun 1878, Badan Pengabar Injil Java Comite mengutus zendelingnya untuk mengabarkan
Injil kepada orang Madura, tetapi di sana dia mendapat banyak perlawanan atau ditentang. Orang
Madura pertama yang masuk Kristen adalah Pak Ebing..Kemudian Java Comite menempatkan
zendeling di Bô ndô wô sô ia sering berkegiatan di Sumberpakem. Dia tidak khusus PI kepada orang
Madura, melainkan juga melayani pemeliharaan rohani orang-orang Kristen Jawi yang bekerja di
perkebunan kopi di wilayah Situbô ndô . Mereka adalah orang Kristen Jawi pindahan dari wilayah PI
NZG. Tahun 1900 di perkebunan kopi Kayumas berdiri Pasamuwan Kristen Jawi. Dari
perkembangan ini kemudian terjalinlah hubungan antara Badan Pengabaran Injil NZG dan Java
Comite.

4
Jumlah orang Kristen Jawi yang pindah ke daerah Timur makin banyak, mereka juga giat
mengabarkan Injil. Dari itu kemudian lahirlah Pasamuwan-pasamuwan Kristen di wilayah timur
Jawa Timur antara lain, Tunjungrejâ , Rejâ agung, Sidâ renâ , dst.

Sejak tahun 1901-1926, setahun sekali zendeling NZG mengumpulkan seluruh Pamulang
Pasamuwan Jawi Wetan (Guru Injil) untuk pembinaan perilaku, penguatan iman, koordinasi
strategi Pengabaran Injil dan cara membangun pasamuwan. Pertemuan bertempat di salah satu
Pasamuwan secara bergiliran.

Pada tahun 1918 Pasamuwan Mâ jâ warnâ telah memiliki Majelis Pasamuwan dan kemudian pada
bulan Juni tahun 1923 menjadi sebuah gereja atau Pasamuwan mandiri dengan bentuk presbiterial.
Itu diharapkan bisa menjadi contoh bagi pasamuwan Kristen Jawi yang lainnya.

Para Zendeling NZG secara rutin berkoordinasi melalui Konferensi zendeling. Pada tahun 1928
Konferensi zendeling membentuk Panitia Penyusunan Tata Gereja untuk Pasamuwan-pasamuwan
Kristen Jawi Wetan. Panitia dipimpin oleh zendeling B.M. Schuurman dosen Baléwiyâ tâ . Tata Gereja
ini dimaksudkan sebagai alat untuk mendasari pembentukan Pasamuwan mandiri/dewasa dan
atau sebuah gereja.

Oleh karena Panitia Penyusunan Tata Gereja belum berhasil, kemudian NZG meminta bantuan DR.
Hendrik Kraemer seorang ahli bahasa dan budaya Jawa dari Lembaga Alkitab Belanda/NBG untuk
meneliti keadaan sosial budaya Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan. Penelitian dilakukan
sejak bulan Agustus 1930.

Pada Februari 1931 Hasil Penelitian dibahas bersama dengan para tokoh orang Kristen Jawi untuk
selanjutnya dibuatkan konsep Tata Gereja. Pembahasan dilakukan di Konsistori gedung gereja
Pasamuwan Talun-Malang. Konsep Tata gereja bersifat sementara dengan usul mengenai institusi
Sinode.

Atas usul Konferensi zendeling, NZG menyetujui dan memutuskan untuk mendirikan Sinode dan
menetapkan Tata Gereja Sementara yang diharapkan akan menjadi pedoman bagi Pasamuwan-
pasamuwan Kristen Jawi Wetan dalam melangkah ke arah kehidupan gereja yang mandiri.

Pada hari Jumat tanggal 11 Desember 1931, Zendings-Consul atas nama NZG dan Java Comite
melantik dan meresmikan berdirinya Majelis Agung dan menyerahkan kekuasaan/kepemimpinan
atas Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan dari NZG dan Java Comite kepada Ketua Majelis
Agung, yang saat itu sudah ditunjuk, yaitu C.W.Nortier. Hal itu diperlukan sebab secara
institusi/lembaga, Majelis Agung merupakan representasi patunggilan atau persekutuan dari
Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan, yang pada saat itu terdiri atas 55 Pasamuwan dengan
23.080 jiwa warga.

Atas perkenan Tuhan, GKJW bertumbuh, berkembang menuju kedewasaannya. Pada tahun 2023 ini
GKJW memasuki usia 92 tahun perjalanan. Perjalanan Gereja sebagai organisme sekaligus sebagai
organisasi dalam seluruh dinamika yang dialami.

Soli Deo Gloria.

5
Lampiran 2 :

BAPTISAN PERTAMA ORANG JAWA PEDALAMAN

Dari penaburan benih Injil yang pertama-tama dilakukan oleh zendeling J. Kam tahun 1814 di
Surabaya, dalam sejarah panjang pertumbuhannya yang berliku serta penuh rintangan, akhirnya
tibalah saat menuai. Buah tuaiannya adalah: “Orang Jawa pedalaman mengenal Injil dan menerima
Yesus Kristus sebagai Juru selamatnya.” Tuaian pertama itu dimateraikan dalam bentuk
pembaptisan yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Desember 1843, di Gereja Protestan
Surabaya. Dalam hal Pengabaran Injil kepada orang Jawa, baptisan itu merupakan wujud
menyatunya Kristen organisme dan Kristen sebagai organisasi gerejawi. Maksudnya adalah Kristen
organisme yang diterima orang Jawa melalui pekerjaan Pengabaran Injil C.L.Coolen di Ngara dengan
Kristen organisasi yang Pengabaran Injilnya dilakukan oleh J.Emde di Surabaya.

Secara praktik lapangan, penyatuan itu juga merupakan penyatuan hasil pekerjaan Pengabaran Injil
Lisan oleh C.L.Coolen dan Pengabaran Injil tertulis melalui penyebaran traktaatjes oleh J.Emde. Dua
orang ini pernah bersama-sama mendapat motivasi dan dorongan untuk mengabarkan Injil dari Ds.
J. Kam. Dalam pembaptisan ini baik pengabaran Injil lisan maupun tulisan, terwujud dalam diri Pak
Dasimah dan kawan-kawannya sejumlah 30 orang dewasa (L=18; P=12) dan 5 orang anak-anak.
Mereka berasal dari Wiyung 34 jiwa, dan Ngara 1 jiwa. Pelayan baptis adalah Ds. A. Westenbrink
Meijer. Dalam pembaptisan itu mereka mendapat tambahan nama baptis yang diambil dari nama
tokoh dalam Alkitab.

Keterangan :
1. Tulisan pada lampiran 2 ini dikutip dari Buku Patunggilan Kang Nyawiji, Sejarah Greja Kristen
Jawi Wetan 1, Tim Sejarah GKJW, BPK-GM, Jakarta, 2021, Hal. 174-176.
2. Lampiran 2 bersifat tambahan pengetahuan. Tidak harus dibacakan sebab sudah ada pada
lampiran 1 paragraf 1.

Anda mungkin juga menyukai