4. Litani Syukur
P : Marilah kita mengungkapkan litani syukur kepada Tuhan yang telah menyertai dan memberkati
GKJW hingga genap 89 tahun saat ini.
Tuhan Allah Sang Kepala Gereja, kami mengucap syukur atas segala karya dan kasih-Mu yang
senantiasa kami rasakan, Engkau ada menyertai perjalanan GKJW hingga kini.
J : Engkau sungguh baik ya Tuhan, anugerah-Mu bagi kami sungguh tak terhingga
P : Kami bersyukur GKJW genap berusia 89 tahun dan Engkau senantiasa ada di setiap
pergumulan yang dialami GKJW baik dalam suka ataupun duka, tidak Engkau biarkan GKJW
berjalan sendiri.
J : Terima kasih untuk kesempatan dan waktu yang Engkau berikan kepada kami, Ya Tuhan.
P : Kami hendak memuji Engkau, ya Allah sebab Engkau telah menjadikan kami mampu
menjadi gereja yang mandiri dan menjadi berkat di tengah dunia ini.
J : Terpujilah Tuhan Allah yang senantiasa berkarya melalui GKJW
P : Kami bersyukur untuk setiap pelayan yang setia melayani dan telah mempersembahkan
hidup mereka demi kemuliaan-Mu melalui GKJW
J : Terpujilah Tuhan yang telah menyediakan dan mencukupkan segalanya.
Semua : Sungguh kami bersyukur dan memuji Engkau, ya Allah. Tuhan Sang Pemilik Greja
Kristen Jawi Wetan.
J : Menyanyi KJ. 314:1 Pujilah Sumber Hidupmu
1
5. Pemberitaan Firman
a. Doa Epiklise
b. Pembacaan Alkitab : Filipi 3:12 – 16
c. Khotbah : “Mewujudkan Mandiri dan Menjadi Berkat dengan Karya”
d. Saat Teduh
8. Doa Syafaat
Pokok-pokok doa syafaat antara lain:
1. Ungkapan syukur kepada Tuhan untuk GKJW yang genap 89 tahun.
2. Ikatan Patunggilan Kang Nyawiji GKJW agar senantiasa kokoh dan dihayati oleh seluruh jemaat
di GKJW.
3. Kegiatan gereja, Persembahan dan Para Pelayan di Majelis Jemaat, Majelis Daerah dan Majelis
Agung
4. Pemerintah dan tenaga medis dalam upaya penanganan pandemi Covid-19
5. Para pasien Covid-19 serta warga sakit agar diberikan kesembuhan dan pemulihan.
6. Diakhiri Doa Bapa Kami yang dipujikan seperti KK. 143 Doa Bapa Kami
Bapa Kami yang di sorga, dikuduskanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti yang di sorga
B’rikan kami hari ini, makanan yang secukupnya
Ampuni k’salahan kami, s’perti kami ampuni orang yang bersalah pada kami
Jangan bawa kami ke dalam pencobaan, tapi lepaskan kami dari yang jahat
Karna Engkau punya Kerajaan dan Kuasa Kemulian slamanya.
Amin, amin, amin.
Hari ini adalah hari istimewa bagi seluruh warga GKJW, sebab tepat hari ini tanggal 11 Desember,
GKJW merayakan ulang tahunnya. Dan tahun ini kita merayakan ulang tahun yang ke-89. Sebuah usia
yang tidak muda lagi dengan pasang surut dinamika pelayanan yang mengiringinya, tentu menjadikan kita
semakin dewasa. Setiap tambah umur kita mengalami perkembangan. Ibarat tubuh kita berkembang,
kemampuan membuat pertimbangan juga berkembang, kemampuan dalam membedakan pun juga
berkembang. Itulah yang mendasari rasa syukur kita kepada Tuhan Yesus Sang Kepala Gereja yang terus
memelihara umat dan gerejaNya, khususnya GKJW.
Perayaan ulang tahun GKJW kali ini, kita dipandu tema: “Mewujudkan Mandiri dan Menjadi Berkat
dengan Karya”. Sebelum kita membahas tema ini, mari kita melihat profil GKJW berdasarkan data warga
hasil penelitian yang dilakukan oleh Komperlitbang MA tahun 2014. Diperoleh data bahwa warga GKJW
jumlahnya 120 ribu jiwa; terdiri dari 100 ribu warga dewasa dan 20 ribu warga anak. Dari jumlah ini,
maka berdasarkan tingkat pendidikan warga GKJW yang paling banyak adalah lulusan SMA : 34,11%,
urutan kedua adalah lulusan SD : 25,84% disusul SMP dan Selanjutnya Sarjana. Kemudian dari sisi
pekerjaan, maka yang paling banyak adalah tidak bekerja: 25,8 % (bisa jadi jumlah usia yang sepuh lebih
banyak dibanding usia produktif). Kemudian dari sisi pelayanan, maka pelayanan yang dirasakan paling
menonjol adalah pelayanan untuk kedukaan/kematian.
Dari data ini menurut panjenengan apa yang kemudian harus kita lakukan terkait dengan perwujudan tema
tadi, Mandiri dan Menjadi Berkat? Tema PPJP yang akan kita wujudkan secara bertahap dalam PPJM
yang berakhir nanti sampai dengan tahun 2034. Semoga. Agaknya kita masih punya kendala besar dengan
SDM dan pelayanan gereja yang bisa memberdayakan manusia-manusia yang bersumber daya! Meskipun
hasil penelitian bisa kita lihat, tetapi semoga hal ini tidak menyurutkan semangat pelayanan kita untuk
terus lebih giat mencetak warga kita menjadi manusia-manusia yang bersumber daya.
Oleh karena itu ada baiknya kita belajar dari semangat para sesepuh kita dulu dalam turut membesarkan
GKJW pada jamannya. Sekalipun dulu belum ada Perguruan Tinggi atau pendidikan yang bisa
membesarkan mereka, tetapi mereka belajar dari sekolah kehidupan yang dialami dalam pengalaman
hidup mereka. Dengan pahit getirnya kehidupan menjadikan mbah-mbah dulu bisa menempatkan diri
tentang siapa mereka dihadapan Tuhan. Bahwa dalam kenyataannya mereka bisa bertahan hidup dan
membangun tata ekonomi yang baik, semakin meyakinkan imannya bahwa mereka “sak dremo” menjalani
kehendak Tuhan saja, sehingga semakin membangun rasa bersyukurnya bahwa mereka ditempatkan
Tuhan di sebuah tempat untuk mewujudkan kehendak dan karyaNya. Jadi bukan sebuah kebetulan.
Disitulah kemudian mereka merindukan untuk membangun persekutuan dengan mengumpulkan saudara-
saudara “sak patunggilan” untuk berbakti kepada Tuhan. Lama-lama mereka berpikir bagaimana anak -
cucu mereka supaya tidak ketinggalan di bidang pendidikan, maka dibangunlah sekolah supaya
masyarakat bisa belajar dan tidak ketinggalan dengan masyarakat perkotaan. Belum cukup disini, mereka
juga berpikir bahwa pendidikan membutuhkan pendanaan yang tidak kecil agar bisa berlangung terus,
maka dipikirkanlah bagaimana sistim pendanaan yang tidak mengganggu pelayanan gereja. Mereka mulai
“methingke” sawah yang mligi disiapkan, dimana hasil panennya bisa menopang kebutuhan bagi
pendidikan.
Begitu selanjutnya mbah-mbah juga memikirkan pentingnya masalah kesehatan yang pada saat itu tentu
masih terbatas. Bagaimana mereka berupaya bisa mewujudkan perhatian pada masalah kesehatan bagi
masyarakat. Dengan hadirnya mantri, perawat bidan pada saat itu, setidaknya sudah menjawab peran
gereja yang menjadi berkat bagi masyarakat. Penggemblengan dari sekolah kehidupan inilah yang
menjadikan mereka dewasa dalam iman, sehingga melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran
bahwa mereka yang sedang dipilih Tuhan untuk menjadikan karya Tuhan itu nyata. Mereka melakukanya
tidak menghitung untung rugi tetapi sungguh atas dasar cinta dan kesetiaanya pada Kristus dan otomatis
juga kesetiannya pada GKJW, sebab mereka mengimani GKJW-lah yang ditunjuk Tuhan sebagai
perwujudan kehendak Allah. Tanpa GKJW kehendak Tuhan tidak terjadi. GKJW adalah tubuh Kristus
dan Kristus adalah kepalaNya. Mereka berikrar, hidupku adalah GKJW dan GKJW adalah darah
dagingku. GKJW adalah mandatori Allah untuk menjadi jalan keselamatan, sehingga GKJW harus terus
ada. “Kesetiaan” pada Kristus dan GKJW itu adalah kaul/janji mereka yang pertama.
Kaul yang kedua adalah “kesederhanaan”. Kesederhanaan bukan berarti miskin. Sederhana lebih
berorientasi pada butuh atau perlu saja. Kalau sesuatu itu memang dibutuhkan atau diperlukan, tentu akan
diupayakan seperti misalnya menilai sekolah itu dibutuhkan walaupun tidak punya dana, tetapi karena
diperlukan ya… harus diusahakan oleh mbah-mbah dulu sampai benar-benar terwujud. Tentu dengan
susah payah yang luar biasa. Kalau butuhnya tidak banyak ya… bisa dihemat tidak perlu membelanjakan
untuk hal-hal yang tidak perlu (lawan dari konsumerisme).
Kaul yang ketiga adalah “kerendahan hati”. Kerendahan hati adalah sebuah perwujudan dari sikap yang
mau pasrah kepada Allah. Diyakini bahwa dirinya itu “dikersake” untuk diagem Gusti dalam
mewujudkan kehendakNya. Dari sinilah tumbuh keyakinan bahwa sesuatu yang dibutuhkan dalam
pelayanannya pasti akan disediakan oleh Allah sendiri. Oleh karena itu, hidup menjadi berkat itu mutlak.
Sebab kita inilah “berkahe sing maringi berkah”. Misalnya dalam memadamkan api itu dibutuhkan air,
nah... kita itulah airnya dan yang memberi air itu adalah Allah. Jadi kita ini diberikan kepada dunia untuk
kebaikan dunia, supaya dunia menjadi baik. Kesadaran ini hanya bisa dihayati dengan sikap kerendahan
hati dan itulah yang dipahami dan diyakini oleh mbah-mbah kita dulu, sehingga kehadirannya mampu
mewujudkan kemandirian dan menjadi berkat dalam karya sebagaimana yang tercermin dalam kaul
mereka. - kesetiaan, kesederhanaan dan kerendahan hati-.
Saya membayangkan bagaimana mbah-mbah dulu juga sangat berbahagia oleh karena mampu
mewujudkan bahwa hidupnya itu berarti, hidupnya mampu menjadi berkat walaupun itu diupayakan
dengan perjuangan yang keras dan SDM yang terbatas. Jadi tidak ada alasan untuk menjadikan hidup ini
berguna walau dengan segala keterbatasan.
Itu pulalah yang dilakukan oleh Paulus dalam mengejar kesempurnaan hidup (12). Kata yang
diterjemahkan “sempurna” dalam bahasa Yunani nya adalah “teleios”, yang artinya “berkembang penuh”
(lawan dari tidak berkembang). Kata ini menunjukkan kematangan dalam pikiran -bandingkan leluhur
dulu walau dengan SDM terbatas kalau tidak ada kesadaran dalam dirinya untuk mulai sesuatu yang baik
dan berguna (kalau tidak ada kematangan berpikir), maka pastilah rencana Tuhan itu tidak akan pernah
terwujud (tidak akan ada sekolah di Tempursari, Pujiharjo, Sitiarjo, Peniwen, Mojowarno dll). Paulus
memakai kata sempurna tidak berarti Paulus sudah menjadi orang Kristen yang lengkap, tetapi ia terus
mengejarnya. Ia terus berusaha untuk menangkapnya sebab ia telah ditangkap Kristus demi sebuah tujuan.
Dengan demikian bagi setiap orang yang telah ditangkap Kristus pastilah ada tujuan Allah dalam
hidupnya. Untuk itu disepanjang hidupnya ia harus terus mengejarnya sehingga ia pun dapat menangkap
tujuan yang sesuai dengan kehendak Tuhan tersebut.
Dalam mencapai tujuan itu Paulus mengatakan bahwa:
1. Ia melupakan apa yang telah ada di belakang, artinya ia tidak pernah membanggakan
keberhasilannya. Tetapi Paulus menegaskan bahwa orang Kristen harus melupakan semua yang
sudah dilakukan dan hanya boleh mengingat apa yang masih dikerjakan.
2. Mengarahkan diri pada apa yang ada didepannya. Kata mengarahkan diri, ini lebih pada gambaran
perjuangan seorang pelari yang berjuang sekuat tenaga untuk mencapai garis finish. Jadi Paulus
mengajak untuk melupakan keberhasilan pada masa lalu, kemudian fokus dengan apa yang masih
terbentang didepan.
Dengan demikan, penjelasan Paulus ini menunjukan pentingnya hal berdisiplin dan usaha untuk tumbuh
semakin matang dan dewasa dalam iman. Siap berjuang dan berjerih lelah untuk berlari mencpai tujuan
yang ada di depan. Bukan menjadi penikmat berkat tetapi kitalah berkat dari Sang Pemberi Berkat. Lewat
kehadiran kita, Tuhan hendak “memayu hayuning bawana” inilah kesempurnaan yang masih harus kita
kejar.
Dalam rangka mengejar kesempurnaan itu marilah kita berefleksi atas pelayanan GKJW selama 89 tahun
ini dengan bertanya:
1. Wajah kehidupan bergereja seperti apa yang Kristus harapkan dari GKJW?
Dengan tidak bermaksud membanggakan masa lalu, tetapi melihat spirit yang terungkap dalam
perwujudan kaul para leluhur kita dulu untuk membangun dan menjaga keberlangsungan hidup
GKJW, maka marilah itu kita jadikan semangat untuk terus membangun dan menjaga
keberlangsungan hidup GKJW supaya kehendak dan rencana Tuhan tidak berhenti. Tetap
berlangsung demi terwujudnya kebaikan dunia.
2. Bagaimana dengan kehidupan spiritualitas GKJW selama ini?
Seperti yang tercermin dalam sikap para pelayan dan seluruh warga jemaat se- GKJW untuk hidup
hanya mengandalkan Tuhan saja serta hidup rukun dengan saling mengasihi dan melayani akan
mampu mewujudkan tema besar GKJW untuk mandiri dan menjadi berkat dalam karya.
3. Bagaimana keberadaan GKJW sebagai gereja ?
Tentu GKJW adalah gereja yang dinamis. Gereja yang tumbuh dari gerakan warga dan warga yang
terus mengalami perkembangan, maka GKJW perlu menyesuaikan diri dengan tatanan yang ada,
yang sesuai dengan perkembangan jamannya. Ada generasi tua, generasi sekarang dan generasi
masa depan, sekalipun demikian tetap ada wadah bersama dalam membangun semangat untuk
tetap utuh, guyub dan nyawiji dalam mewujudkan kehendak Kristus.
4. Bagaimana menumbuhkan rasa cinta kepada GKJW?
Dengan membangun semangat cinta GKJW dari generasi ke generasi, seperti misalnya dengan
menanamkan totalitas hanya untuk GKJW, GKJW adalah darah dagingku, GKJW adalah hidupku,
maka akan mendorong semangat untuk tumbuh bahwa GKJW adalah mandatori Allah sebagai
satu-satunya jalan keselamatan dalam karya Tuhan di Jawa Timur.
Dengan demikian, marilah kita berusaha mengejar kesempuraan tersebut, seperti dalam proses
metamorphosis, yaitu perubahan ke tahap yang lebih tinggi. Dari ulat yang menjijikan -menjadi kupu-
kupu, yang begitu indah dan disukai banyak orang. Dari pola pikir yang salah -menjadi pola pikir yang
benar, yang menjadi pola pikir Kristus sendiri.
Selamat merayakan ulang tahun GKJW yang ke 89, semoga GKJW tetap di hati para generasinya.
Selamat Mewujudkan Mandiri dan Menjadi Berkat dengan Karya. GKJW menanti karya panjenengan
semua. Amin.