BUKU PANDUAN PANUM KDP Dan KMB UNSULBAR 2021
BUKU PANDUAN PANUM KDP Dan KMB UNSULBAR 2021
BUKU PANDUAN PANUM KDP Dan KMB UNSULBAR 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga buku panduan
Program PANUM Profesi Ners Universitas Sulawesi Barat selesai disusun.
Buku Panduan Program PANUM Profesi Ners ini disusun dengan tujuan
agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran umum dan menjadikan panduan
untuk pelaksanaan Program PANUM. Buku panduan ini berisi tentang informasi
umum, tujuan dan kompetensi, proses pembimbingan, evaluasi, dan materi
PANUM. Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses pencapaian
kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan.
Wassalam
Koordinator
PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Lokasi pemasangan infuse :
- Vena palmar digitalis
- Vena sefalika
- Vena basalika
- Vena antebrakhial medialis
- Vena temporalis
- Vena dorsalis
B. Indikasi/kontraindikasi
Indikasi
- Dehidrasi
- Syok
- Intoksikasi obat
- Pra dan pasca bedah sesuai dengan program pengobatan
- Tidak bisa makan dan minum melalui oral
- Sebelum transfusi darah
- Perlu pengobatan dengan cara infuse
Kontraindikasi
Inflamasi (nyeri, demam, bengkak,) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
PEMASANGAN INFUS
N Dilakukan
ITEM PENILAIAN
O Ya Tdk
1. Pengkajian
Cek perencanaan keperawatan klien
2. Perencanaan
Cuci tangan dengan air mengalir
Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
Abocath sesuai ukuran yang dibutuhkan
- Infuse set sesuai ukuran
- Cairan infuse sesuai kebutuhan klien
- Standart infuse
- Tourniquet
- Gunting verban
- Plester
- Kapas alcohol dalam tempat tertutup
- Bethadine dalam tempatnya
- Kassa steril
- Sarung tangan bersih
- Papan spalk (bila diperlukan)
- Perlak kecil/pengalas
- Bengkok
Membawa alat-alat ke dekat klien
3. Implementasi
Identifikasi klien
Mempersiapkan psikologis klien
A. Defenisi
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasienyang membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
denganmenggunakan alat tranfusi set.
B. Tujuan
1. Menggantikan kehilangan darah yang banyak sewaktu pembedahan dalam
kasus perdarahan.
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya,
Platelet, RBC, faktor – faktor pembekuan darah.
3. Untuk mempertahankan dan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi
pada kasus – kasus syok akibat perdarahan.
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus anemia.
C. Dilakukan pada
1. Klien yang kehilangan darah.
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukiemia)
D. Komponen Darah
1. Whole blood semua komponen darah
2. Packed red cell/packed cell plasma yang dikeluarkan dari whole blood.
3. Plasma hasil pemisahan whole blood
4. Platelets kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC.
6. Albumin kandungan albumin, plasma dan human albumin.
7. Clotting factor/faktor pembekuan darah cryoprecepited anti hemolitik
faktor.
E. Rumus Pemberian Transfusi
1. PRC : Hb normal – Hb pasien x KgBB x 3
2. WB : Hb normal – Hb pasien x KgBB x 6
Check list
No Kegiatan Y Tdk
a
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Standar infus.
2. Tranfusi set.
3. NaC1 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/abocath atau sejenisnnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/ pembendung.
8. Kapas alkohol 70%.
9. Plester.
10. Gunting.
11. Kasa steril.
12. BetadineTM.
13. Sarung tangan.
Pelaksanaan
1. Cucitangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaC1 0,9% dan tranfusi set dengan cara
menusukkan.
4. Isi cairan NaC1 0,9% ke dalam transfusi set dengan menekan
bagian ruangtetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan
buka penutup hinggaselang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10 Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar
melaluijaruminfus/abocath).
11 Tank jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
12 Buka tetesan.
13 Lakukan desinfeksi dengan BetadineTM dan tutup dengan kasa
steril.
14 Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
15 Setelah NaC1 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan
darah yang sudah disiapkan
16 Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien jenis golongan darah, dan tanggal kedaluwarsa
17 Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi
18 Cuci tangan
PEMASANGAN EKG
1. Pengertian
Pemasangan EKG adalah : grafik yang merekam perubahan poresial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu.
2. Tujuan
- Untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung
- Kelainan otot – otot jantung
- Gangguan – gangguan elektrolit
- Perikarditis
- Memperkirakan adanya pembesaran jantung
3. Indikasi
- Klien dengan adanya keluhan nyeri dada
- Klien dengan riwayat penyakit jantung
- Cek – up
- Klien dengan penyakit jantung
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
- Sebelum melakukan tindakan periksa terlebih dahulu tegangan EKG.
- Alat selalu dalam keadaan posisi stop apabila tidak digunakan
- Perekaman setiap lead dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
- Kalibrasi dapat digunakan ½ mv bila gambar terlalu besar, atau 2 mv bila
gambar terlalu kecil.
- Hindari gangguan listrik & gangguan mekanik seperti : jam tangan, tremor,
batuk, bergerak dll.
- Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap klien.
Chekc
No Kegiatan list
Ya Tdk
Persiapan alat :
- Mesin EKG yang dilengkapi 3 kabel
- Plat elektroda (4 buah elektroda ekstremitas & manset, 6
buah elektroda unipolar)
- Jelly elektode
- Kapas alcokol bila perlu
- Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
- Kertas tissue
- Nierbekken
- Blangket (bila perlu)
- Sampiran
- Pulpen.
- Handscoond
- Troly/ meja instrumen.
Pelaksanaan :
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Alat – alat didekatkan dengan klien
4. Pasang sampiran
5. Pakaian klien dibuka & dibaringkan terlentang dalam keadaan
tenang
6. Pasang Handscoon
7. Bersihkan kulit klien dengan kapas alcohol
8. Beri jelly
9. Hubungkan kabel elektrode dengan klien.
10 Tempatkan elektroda bipolar pada kedua ekstremitas atas &
bawah dengan memperhatikan symbol kabel :
OKSIGENASI
A. INHALASI OKSIGEN
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.
Tujuan :
a. Nasal kanul
Memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan
oksigen minimal dan berikan oksigen yang tidak terputus pada saat klien
makan dan minum
b. Masker wajah
Memberikan oksigen dengan kadar sedang
c. Tenda wajah
Memberikan oksigen dengan kelembaban tinggi.
Persiapan alat :
- Tabung oksigen dengan flowmeter
- Humidifier dengan cairan steril
Prosedur pelaksanaan :
1. Kaji kebutuhan terpai oksigen dan perintah pengobatan
2. Siapkan klien dan keluarga
Atur posisi klien semifowler jika memungkinkan, posisi ini
memungkinkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan
klien utuk bernafas. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya. Petunjuk
keamanannya diperhatikan dan akan mengurangi ketidaknyamanan
akibat dispneu. Informasikan kepada klien dan keluarga tentang
petunjuk keamanan penggunaan oksigen
3. Atur peralatan oksigen dan humidifier
Cek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang.
Seharusnya tidak ada suara pada slang dan sambungan tidak bocor.
Seharusnya terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen
mengalir lewat air. Perawat merasakan oksigen keluar dari kanul,
masker, atau benda.
4. Atur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah
5. Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
a. Kanul
- Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk
kehidung dan karet pengikat melingkar ke kepala. Beberapa model
yang lain, karet pengikat ditarik kebawah dagu.
- Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plesterkan pada bagian
wajah
- Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada telinga dan
tulang pipi jika dibutuhkan.
b. Masker wajah
- Tempatkan masker kearah wajah klien dan letakkan dari hidung
kebawah
Check
No Uraian kegiatan List
Ya Tdk
1 INHALASI OKSIGEN
- Menjelaskan pengertian dan tujuan dari pemasangan kanul,
masker wajah dan tenda wajah
- Menyiapkan alat - alat pemasangan kanul, masker wajah dan
tenda wajah
- Mengkaji kebutuhan terapi oksigen
- Menyiapkan klien dan keluarga
Mengatur posisi klien semifowler jika memungkinkan
Menjelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika
petunjuk keamanan diperhatikan dan akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispneu
- Mengatur peralatan oksigen dan humidifier
- Memutar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat
berfungsi
Mengecek apakah oksigen dapat mengalir bebas lewat
slang
Seharusnya tidak ada suara pada slang dan sambungan
tidak bocor.
Seharusnya tidak ada gelembung udara pada humidifier
saat oksigen mengalir lewat air. Perawat merasakan
oksigen keluar dari masker, kanul, dan tenda
Mengatur oksigen dengan flowmeter sesuai perintah
- Memasang alat pemberian oksigen yang sesuai
Kanul
- Meletakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang
kanul masuk kehidung dan karet pengikat melingkar
dikepala.
- Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya,
plesterkan pada bagian wajah
- Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat pada
telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan.
Masker wajah
- Menempatkan masker kearah wajah klien dan
letakkan dari hidung kebawah
- Mengatur masker sesuai dengan bentuk wajah.
FISIOTERAPI DADA
Definisi
Suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi, dan
drainase postural.
Perkusi
A. Definisi
Perkusi atau clapping adalah pukulan kuat pada kulit menggunakan
telapak tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk.
B. Tujuan
Secara mekanik dapat meluruhkan sekresi yang melekat pada dinding
bronkus.
C. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Persiapan alat:
1. Handuk jika perlu
2. Peniti jika perlu
2 Cuci tangan dan memakai masker
3 Tutupi area yang akan dilakukan perkusi dengan
handuk atau pakaian klien untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
4 Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan
lambat untuk mendorong relaksasi
5 Rapat dan tekok jari anda hingga membentuk
mangkuk
6 Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan dengan cepat untuk menepuk
dada.
7 Perkusi setiap segmen paru selama 1-2 menit
8 Hindari melakukan perkusi pada area yang
memiliki struktur yang mudah cedera, seperti
payudara, sternum, kolumna spinalis, dan ginjal
Vibrasi
A. Definisi
Vibrasi merupakan serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh
tangan yang diletakkan mendatar pada dinding dada klien. Vibrasi sering
dilakukan secara bergantian dengan perkusi.
B. Tujuan
Vibrasi dilakukan setelah prosedur perkusi untuk meningkatkan
turbelensi udara ekspirasi dan meluruhkan mucus kental.
C. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Persiapan alat:
1. Handuk jika perlu
2. Peniti jika perlu
2 Cuci tangan dan memakai masker
3 Tutupi area yang akan dilakukan perkusi dengan
handuk atau pakaian klien untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
4 Letakkan telapak tangan mengahadap ke bawah di
area dada yang akan dilakukan vibrasi, satu tangan
di atas tangan yang lain dengan jari rapat dan
ekstensi,. Cara lainnya, tangan diletakkan
berdampingan.
5 Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan
menghembuskan dengan lambat melalui hidung.
6 Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan
dan lengan anda kemudian dengan menggunakan
hamper seluruh tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan kearah bawah. Hentikan getaran ketika
klien inspirasi
Drainase Postural
A. Pengertian
Drainase postural adalah drinase sekresi dari berbagai segmen
parudengan memanfaatkan gravitasi.
B. Persiapan Alat
1. Bantal 2 atau 3 buah
2. Papan pengatur posisi
3. Kertas tisu
4. Segelas air minum
5. Wadah sputum
C. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Alat dan bahan:
1. Bantal 2 atau 3 buah
2. Papan pengatur posisi
3. Kertas tisu
4. Segelas air minum
5. Wadah sputum
2 Cuci tangan dan memakai masker
3 Pilih area yang akan dilakukan drainase
Napas dalam adalah bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdomen (diafragma) dan pursed lip. Napas dalam sering diindikasikan
pada klien yang mengalami keterbatasn ekspansi dada, misalnya klien
yang mengalami PPOM (asma dan bronchitis) atau klien yang
mengalami tahap penyembuhan post operasi toraks.
B. Tujuan
1. Memungkinkan klien melakukan napas dalam secara total dengan
sedikit upaya untuk pernapasan abdomen.
2. Membantu klien mengontrol perpasan yang berlebihan untuk
pernapasan pursed lip
C. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Bantu klien memperoleh posisi setengah duduk di
tempat tidur atau di kursi, atau dengan popsisi
berbaring di tempat tidur menggunakan satu
bantal. Pstikan klien merasa nyaman
2 Tekuk lutut klien untuk menginstirahatkan otot
abdomen
3 Letakkan satu atau dua tangan klien pada
abdomen, tepat di bawah kosta
4 Minta klien untuk menarik napas dalam melalui
hidung, dengan mulut tetap tertutup. Hitung
hingga tiga hitungan selama inspirasi
5 Anjurkan klien untuk berkonsentrasi dan
merasakan pergerakan abdomen naik sejauh
mungkin, tetapi tetap dalam kondisi relaks.
Batuk Efektif
A. Pengertian
Batuk efektif merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekresi jalan
napas
B. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Alat dan bahan:
1. Wadah sputum
2. Larutan lisol 2-3 %
3. Handuk pengalas
4. Peniti
5. Bantal jika perlu
6. Kertas tisu
7. Bengkok
2 Cuci tangan dan memakai masker
3 Setelah menggunakan obat bronkodilator, jika
diresepkan, minta klien untuk menarik napas
dalam melalui hidung dan menahannya selama
beberapa detik
4 Minta klien untuk batuk sebanyak dua kali. Batuk
pertama untuk meluruhkan mucus dan batuk
kedua untuk mengeluarkan secret. Jika klien
mengalami nyeri dada pada saat batuk, tekan dada
dengan bantal. Tamping secret pada wadah
sputum yang diisi larutan lisol.
5 Untuk batuk keras, minta klien untuk sedikit
mencondongkan tubuh ke depan dan melakukan
ekspirasi secara tajam dengan suara “keras”.
PROSEDUR PELAKSANAAN
Tindakan Suction Orofaring & Nasofaring
D. Definisi
Suction merupakan tindakan yang mengaspirasi sekresi secara steril
menggunakan mesin penghisap portabel yang terhubung dengan kateter
karet.
E. Tujuan
3. Mengeluarkan sekresi yang menyumbat jalan nafas
4. Mengambil sekresi untuk keperluan diagnostic
5. Mencegah infeksi akibat akumulasi sekresi
6. Menfasilitasi ventilasi respirasi
F. Prosedur Pelaksanaan
dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Alat dan bahan:
8. Mesin penghisap portable bersama selang
dengan kelengkapannya
9. Kateter penghisap yang steril
10. Sarung tangan steril
11. Kom steril untuk wadah cairan steril
12. Jeli/pelumas
13. Air steril atau normal salin
14. Kasa steril
15. Handuk atau perlak pengalas
16. Penangkap sputum
17. Bengkok
2 Cuci tangan dan memakai masker
3 Kaji kebutuhan penghisapan/suction;
a. Persiapan dilakukan jika terdengar bunyi
sekresi atau bunyi tambahan selama respirasi
b. Auskultasi dada dan observasi frekuensi nafas,
pola nafas dan nadi
4 Siapkan klien;
a. Jelaskan prosedur (pasien sadar)
b. Pada klien yang sadar: posisikan semi fowler
c. Pada klien yang tidak sadar: posisi lateral dan
menghadap ke anda
d. Letakkan perlak dan handuk dibawa dagu
5 Siapkan alat dan bahan;
a. Atur tekanan suction
1) Tekanan pengisap dinding untuk klien
dewasa 100-120 mmHg, anak-anak 95-
1010 mmHg, bayi 50-95 mmHg
2) Tekanan pengisap portable untuk dewasa
10-15 mmHg, anak-anak 5-10 mmHg, bayi
2-5 mmHg
b. Gunakan sarung tangan steril
c. Buka paket pengisap steril.
1) Siapkan kom steril yang berisi cairan
streril atau normal salin
2) Buka paket kateter
6 Buat perkiraan ukuran kedalam insersi kateter dan
periksa alat;
a. Ukur jarak antara ujung hidung klien dan daun
telinga atau sekitar 13 cm
b. Tandai posisi selang dengan jari
c. Tes tekanan pengisap
7 Beri pelumas pada kateter (suction nasofaring)
8 Lakukan penghisapan/suction;
a. Suction orofaring
1) Tekan lidah kedepan
2) Hindari melakukan pengisapan saat
memasukkan kateter
3) Masukkan sekitar 10-15 cm
b. Suction nasofaring
1) Masukkan selang kateter pada salah satu
lubang hidung tanpa melakukan
pengisapan terlebih dahulu
2) Jangan paksakan jika ada obstruksi
c. Letakkan ibu jari pada kontrol pengisap untuk
memulai pengisapan dengan gerakan memutar
dan pelan-pelan
d. Lakukan selama 5-10 detik, kemudian
lepaskan ibu jari anda dari kontrol pengisap
dan keluarkan selang kateter
e. Bila perlu, lakukan pengisapan pada area
mulut dan lidah (suction orofaring)
9 Bersihkan kateter dan ulangi prosedur;
a. Bersihkan kateter
b. Berikan kembali jeli
c. Berikan jeda 20-30 detik untuk pengulangan
prosedur dengan total waktu selama 2 menit
proses tindakan suction
10 Anjurkan klien melakukan nafas dalam dan batuk
efektif diantara waktu pengisapan (pasien sadar).
Nafas dalam dan batuk efektif dapat membantu
mengeluarkan sekresi dari trakea dan bronkus ke
faring
11 Ambil specimen dengan menggunakan penangkap
sputum;
a. Hubungkan kateter dengan ke selang
penghisap sputum
b. Hubungkan selang pengisap ke lubang udara
penangkap sputum
c. Lakukan pengisapan orofaring / nasofaring
d. Bilas kateter untuk menghilangkan sekresi
12 Berikan kenyamanan pada klien dengan
melakukan hygiene oral atau nasal.
13 Rapikan alat dan bahan;
a. Buang kateter, sarung tangan, cairan, dan botol
penampung sekresi
b. Rapikan peralatan agar siap pakai kembali.
14 Kaji keefektifan tindakan suction. Auskultasi
bunyi nafas untuk memastikan jalan nafas sudah
bersih dari sekresi.
15 Dokumentasikan tindakan dan temuan meliputi
jumlah, konsistensi, warna, dan bau sputum serta
status pernafasan sebelum dan setelah suction.
PERAWATAN LUKA
Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan untuk merawat luka dan melakukan
pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka
Tujuan
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Chekc
No Kegiatan list
Ya Tdk
Persiapan alat :
- Sarung tangan 1 buah
- Pinset anatomi 1 buah
- Pinset Chirurgi 1 buah
- Guntingkecil 1 buah
- Gass steril secukupnya
- Penutup luka (hipafix) secukupnya
- Bengkok 1 buah
- Cairan pencuci luka secukupnya
Persiapan Klien
- Memperkenalkan diri.
- Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur.
- Menjelaskan urutan perasat.
- Meminta persetujuan pasien.
- Menyiapkan pasien.
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan dengan tepat
2. Dekatkan alat ke pasien
3. Memakai sarung tangan
4. Membuka balutan/verban.
5. Bersihkan sekitar luka dari bekas plester/perekat.
6. Bersihkan luka dengan sodium klorida 0,9 % dengan teknik
melingkar.
7. Tutup luka dengan kasa lembab yang telah dibasahi dengan
sodium klorida 0,9%
8. Tutup luka dengan kasa kering dan hipafix
9. Rapikan pasien.
10 Bereskan alat, mohon diri.
11 Cuci tangan setelah tindakan.
12 Dokumentasikan keadaan luka dan perasat yang telah
dilakukan.
Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan alat.
- Sarung tangan sterile.
- Alat tenun (duk) sterile.
- Kateter sterile sekali pakai.
- Jeli.
- Kasa sterile.
- Cairan anti septic untuk pembersih area uretra.
- Botol sterile untuk pemeriksanaan.
- Alat plastik/alat penampung urine (bedpan/urinal bag).
- Lampu sorot.
- Pincet.
- Spoit
- Plester
- Aquadesh.
Pelaksanaan :
Prosedur kerja pada pria
1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemasangan kateter pada
A. Pengertian
Memasukkan NGT (Naso Gastrik Tube) melalui hidung ke dalam lambung.
B. Tujuan
- Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
- Memungkinkan evakuasi isi lambung
- Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung
- Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium.
C. Indikasi
- Klien tidak sadar (koma)
- Klien dengan masalah saluran pencernaan atas
- Klien yang tidak mampu menelan
- Klien pascaoperasi pada mulut/faring/oesophagus
- BBLR
- Klien yang muntah terus menerus yang tidak terpenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan alat :
1. Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 50 ml
4. Stetoskop
5. Lampu senter/ pen light
6. Klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrument
14. Kom
15. Aquades
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda
bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan
dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk
bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan
mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan alat :
1. Makanan cair sesuai order
2. Air minum sesuai order
3. Spuit 20-50 cc
4. Gelas ukur 60 ml
5. Pompa makanan Continous Drip
6. Tissue
7. Bengkok
Pelaksanaan :
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
4. Menyiapkan alat disamping tempat tidur
5. Mengkaji adanya alergi makanan, bising usu, masalah-
masalah yang berkaitan dengan pemberian makanan melalui
NGT (muntah, diare, konstipasi, distensi abdomen)
6. Menyiapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan
diberikan
7. Menjaga privasi pasien
8. Membantu pasien dalam posisi fowler di tempat tidur atau
duduk di kursi. Jika posisi duduk merupakan kontra indikasi
bagi klien, posisi miring kanan dengan kepala agak tinggi
boleh dilakukan
9. Mengecek penempatan/ketepatan slang NGT dengan salah
satu tehnik pemeriksaan
10 Memberi makanan via NGT
a) Bolus instrument feeding
(1) Melepaskan pinston dari spuit dan memasang ujung
barrel spuit pada slang
(2) Memasukkan formula dengan jumlah yang telah
diukur ke dalam spuit.
(3) Meninggikan ujung selang dari abdomen klien untuk
memungkinkan pengosongan spuit secara perlahan
dengan gravitasi. Melakukan pengisian ulang,
mengulang prosedur hingga mencapai jumlah yang
sesuai dengan order
(4) Jika pasien menggunakan kantong makanan, gantung
kantong makanan pada tiang infus . Mengisi kantong
makanan dengan jumlah formula sesuai order dan
melakukan pengosongan secara perlahan selama
minimal 30 menit
b) Metode Continous drip
(1) Menggantungkan kantong makanan dan selang pada
tiang infus sekitar 30 cm dari abdomen pasien
(2) Menghubungkan ujung slang ke ujung proksimal
kantong makanan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
2. Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Lampu
Sarung tangan (jika diduga terdapat lesi/luka)
2. Persiapan klien :
1. Klien diberitahu tentang tujuan prosedur yang akan
dilakukan
2. Posisi klien diatur senyaman mungkin.
3. Anjurkan unuk melepaskan penutup kepala, kacamata, dll.
Perhatikan privasi klien.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan (terutama jika terdapat luka/lesi di kepala).
3. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut
menggunakan ujung jari, lakukan mulai daridepan turun
kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap sudut
garis kepala.
4. Rasakan apakah terdapat benjolan / massa, tanda bekas luka,
pembengkakan, nyeri tekan, dll. Jika hal tsb ditemukan
perhatikan ukuran, konsistensi, posisinya.
5. Bersihkan dan rapikan alat pada tempatnya semula.
6. Cuci tangan.
Evaluasi
7. Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
8. Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan
9. Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
8. Pemeriksaan Mata
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan fungsi mata
2. Mengetahui adanya kelainan pada mata.
No Kegiatan Check List
Ya Tdk
Persiapan Alat :
Senter kecil
Surat kabar / majalah
Kartu snellen
Penutup mata
Sarung tangan (jika perlu)
Persiapan Klien :
1. Klien diberitahu tentang tujuan prosedur yang akan
dilakukan.
2. Posisi klien diatur senyaman mungkin
3. Anjurkan unutk melepaskan penutup kepala, kacamata, dll
Persiapan Perawat :
Cuci tangan.
INSPEKSI
KELOPAK MATA
1. Anjurkan klien melihat lurus ke depan.
2. Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna
kelopak mata.
3. Anjurkan klien memejamkan matanya
4. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta
pinggir kelopak mata dan catat setiap kelainan yang ada.
5. Amati pertumbuhan rambut padakelopak mata dan posisi bulu
mata
6. Untuk inspeksi kelopak mata bawah, minta klien untuk
membuka mata.
KONJUNGTIVA DAN SKLERA
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus kedepan.
2. Tarik kelopak mata bagian bawah dengan menggunakan ibu
jari.
3. Gunakan sarung tangan jika ada sekret di tepi kelopak mata.
KORNEA
1. Berdiri disisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi
kejernihan dan tekstur kornea.
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyentuh gulungan
kapas steril untuk melihat reaksi berkedip.
PUPIL DAN IRIS
1. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak-gerak
2. Inspeksi ukuran, bentuk keselarasan pupil dan reaksi terhadap
cahaya.
3. Uji refleks pupil terhadap cahaya :
Sinari pupil klien dengan senter dari samping.
Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari.
Lakukan pada pupil yang lain.
4. Periksa refleks akomodasi :
Anjurkan klien untuk menatap suatu objek yang jauh (dinding
yang jauh)
Anjurkan klien untuk menatap objek pemeriksaan (jari/ pensil)
yang dipengang 10 cm dari batang hidung klien.
5. Amati perubahan pupil dan akomodasi melalui konstriksi saat
melihat objek yang dekat.
PERGERAKAN BOLA MATA
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
2. Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus
(pergerakan secara spontan).
3. Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat), amplitudo (luas
/sempit) bola mata, jika ditemukan nistagmus
4. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau
salah satu deviasi.
5. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15
– 30 cm.
6. Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksaan ke-
8 arah tatapan utama, yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri,
diagonal ke atas dan ke bawah kanan.
7. jaga jari agar tetap dalam lapang pandang penglihatan normal.
MEDAN PENGLIHATAN
1. Pemeriksa berdiri di depan klien kira - kira 60 cm
2. Tutup mata yang tidak diperiksa (pemeriksa ataupun klien)
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan
memfokuskan pada satu titik pandang.
4. Gerakkan jari pada jarak yang sebanding dengan panjang
lengan di luar lapang penglihatan.
5. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia melihat jari
pemeriksa.
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat jaga jari agar selalu
tetap di tengah antara pemeriksa dan klien.
7. Kaji mata sebelahnya.
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Pengkajian Tahap I
1. Pastikan cahaya ruangan cukup terang
2. Minta klien untuk membaca surat kabar/majalah/buku
3. Minta klien untuk membaca dengan keras untuk memastikan
bahwa klien tidak buta huruf.
4. Anjurkan klien yang berkaca mata untuk memakai kacamatanya
pada tahap ini.
5. Jika klien mengalami kesulitan membaca, lanjutkan
pemeriksaan ke tahap II
Pengkajian Tahap II
1. Siapkan kartu snellen/kartu e untuk klien dewasa atau kartu
gambar untuk anak – anak
2. atur tempat tidur duduk klien dengan jarak 5 - 6 meter dari
kartu tersebut.
3. atur penerangan ruangan yang cukup sehingga kartu dapat
terbaca jelas.
4. instruksikan klien untuk menutup mata kiri
5. periksa mata kanan dengan menyeluruh klien untuk membaca
huruf yang paling besar sampai huruf yang paling kecil dan
catat huruf terakhir yang masih bisa terbaca oleh klien
6. lakukan pemeriksaan pada mata sebelah kiri dengan menutup
mata kanan.
PENGLIHATAN WARNA
1. Siapkan kartu ichihara
2. Pastikan ruangan cukup terang
3. instruksikan klien untuk menyebutkan gambar atau angka yang
ada pada kartu tersebut.
PALPASI MATA
1. Anjurkan klien untuk memejamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata
sisi kiri dan kanan.
3. Dengan menekan - nekan bola mata, periksa nilai
konsistensinya dan (adanya) nyeri tekan.
Bersihkan dan merapikan alat pada tempatnya semula.
Cuci tangan.
EVALUASI
Validasi perasaan klien
DOKUMENTASI
Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
9. PEMERIKSAAN TELINGA
Tujuan :
telinga kebawah.
10 Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen
pada lubang telinga.
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Menggunakan bisikan :
1. Atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4 –
6m
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang
diperiksa.
3. Bisikan suatu bilangan, misalnya “tujuh enam”.
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar.
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama.
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri
klien.
Menggunakan arloji :
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien.
Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar
detak arloji.
3. Pindahkan posisi arloji perlahan – lahan menjauhi telinga dan
minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
mendengar detak arloji.
10. HIDUNG
Tujuan :
- Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.
lainnya.
Palpasi Dada
Ekspansi Dada
1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan
secara datar pada dinding dada klien.
2. Anjurkan klien untuk menarik napas.
3. Rasakan gerakan dinding dad dan bandingkan sisi kanan dan
sisi kiri
4. Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan
pemeriksa pada sisi dada lateral klien, perhatikan getaran ke
samping sewaktu klien bernapas.
5. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien – ibu jari
diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke – 10
dengan telapak menyentuh permukaan posterior. Jari – jari
harus terletak +5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada spina
dan jari lain ke lateral.
6. Setelah ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam,
observasi gerakan ibu jari pemeriksa.
7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.
Taktil Fremitus
1. Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada
dekat apeks paru.
2. Instruksikan klien untuk mengucapkan bilangan “sembilan-
sembilan”.
3. Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergerak ke bagian
dasar paru.
4. Bandingkan fremitu pada kedua sisi paru dan di antara apeks
dasar paru.
5. Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior.
6. Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada
lebih rendah jika fremitus redup.
7. Atur posisi klien supinasi/terlentang
8. Unutk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas
klavikula kebawah pada spasium interkostalis dengan interval
4 -5 cm mengikuti pola sistemik.
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk & gerakan – gerakan perut
2. Mendengarkan suara peristaltik usus
3. Meneliti tempat nyeri tekan, organ – organ perut, benjolan dalam perut dll.
ekspirasi.
Auskultasi
1. Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
2. Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi di atas kuadran kanan
bawah pada area Saekum.
3. Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien tidak
berbicara.
4. Dengarkan bising usus & perhatikan frekuensi &
karakteristiknya.
5. Jika bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan
sistematis, dengarkan setiap kuadran abdomen.
6. Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif
atau hipoaktif.
7. Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri
renalis, arteri iliaka, dan arteri femoral.
8. Letakkan bagian bell stetoskop pada daerah
preumbilikal/sekeliling pusat untuk mendengarkan bising vena
(jarang terkenal).
Perkusi
1. Mulailah perkusi dari kuadran kiri bawah kemudian bergerak
searah jarum jam (dari susut pandang klien)
2. Perhatikan reaksi klien & dan catat jika terdapat keluhan.
3. Lakukan perkusi pada area timpani & redup.
Perkusi untuk menentukan posisi & ukuran hati
1. Berdiri disisi kanan klien.
2. Lakukan perkusi dari garis midklavikula kanan tepat dibawah
umbilikus keatas melewati area timpani sampai terdengar suara
redup, beri tanda dengan pensil pada tempat muali
ditemukannya suara redup (merupakan batas bawah hepar)
3. Lakukan perkusi pada garis midklavikula yang dimulai dari
area resonan paru-paru kebawah sampai ditemukan suara redup,
beri tanda dengan pensil pada tempat mulai ditemukannya suara
redup (merupakan batas atas hepar).
4. Ukur jarak antara dua tanda tadi dalam satuan sentimeter.
Normalnya, panjang hepar pada garis midklavikula adalah 6 –
Perkusi Lambung
Perkusi sangkar iga bawah anterior dan bagian epigastrik kiri.
PALPASI PERUT
Palpasi Ringan
1. Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran. Hindari area
yang sebelumnya sebagai titik bermasalah.
2. Letakkan tangan secara ringan di atas abdomen dengan jari-jari
ekstensi dan berhimpitan.
3. Tempakan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa
untuk mengurangi sensasi geli.
4. Jari – jari telapak tangan sedikit menekan peru sedalam 1 cm
5. Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal,
atau adanya massa.
6. Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda
ketidaknyamanan.
7. Jika ditemukan adanay keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas
tekan dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi
apakah nyeri timbul dengan melepaskan tangan.
8. Lakukan palpasi disekitar umbilikus dan cincin umbilikal.
Palpasi Dalam
1. Gunakan metode palpasi bimanual.
2. Tekan dinding abdomen sekitar 4 – 5 cm
3. Catat adanya massa dan struktur organ di bawahnya. Jika
terdapat massa, catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur dan
kekakuan.
Palpasi Hepar/Hati
1. Pemeriksa berdiri di samping kanan klien.
yang satunya.
Palpasi ginjal
1. Ketika melakukan palpasi ginja kanan, letakkan tangan kiri di
bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
2. Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis
midklavikula di tepi bawah batas kosta
3. Tekankan tangan secara langsung ke atas sambil klien menarik
napas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba
tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan
dapat dirasakan.
4. Jika ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk) ukuran, adanya nyeri
tekan.
5. Lakukan palpasi ginjal kiri dengan posisi pemeriksa berada di
sisi seberang tubuh klien dan letakkan tangan kiri di bawah
panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal
kanan.
Dokumentasi
Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
Tujuan :
1. Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian.
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya ganggua pada bagian
– bagian tertentu.
Ya Tdk
Persiapan alat :
Meteran
Inspeksi otot
1. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain
dan amati adanya atrofi atau hipertrofi.
2. Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya
dengan menggunakan meteran.
3. Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan
kontraktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh.
4. Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot
bergerak secara katif dan pasif untuk mengetahui adanya
kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter
(spastisitas).
5. Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot
ekstremitas kanan dengan ekstremitas kiri.
6. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi
penahanan secara resisten.
7. Amati kenormalan susunan dan adanya deformitas.
8. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
9. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan.
Persendian
1. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan
persendian.
2. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
gerakan, bengkak, nodul, dll.
3. Kaji rentang gerak persendian (Range of Motion/ROM).
Dokumentasi
Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
Tujuan :
1. Melihat dan mengetahui organ – organ yang termasuk dalam genetalia.
2. Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema,
tumor/benjolan, infeksi, luka/iritasi, pengeluaran cairan/darah, dsb.
3. Melakukan perawatan genetalia.
4. Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil/ persalinan.
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi anus dan rektum
2. Menentukan adanya massa atau betnuk tidak teratur dari dinding rektal.
3. Mengetahui integritas sfinter anal eksternal.
4. Memeriksa kanker rektal, dll
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat
dan hidrasi.
Pengertian
Suntikan intrakutan adalah menyuntikkan obat ke dalarn jaringan kulit (lap. dermis
kulit dibawah epidermis) dengan menggunakan spoit. Penyerapan obat lambat dan
hanya memberikesan yang setempat saja yaitu pada kawasan yang ditusuk.
Tujuan
1. Mendapatkan reaksi setempat
2. Mendapatkan/menarnbahkan kekebalan, rnisalnya suntikan BCG
Tempat Penyuntikan
Lokasi yang dipilih yaitu yang tidak ada bulu, kurang pigmen dan kurang kreatinin
(tidak keras)
1. Di tengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu, di tengah-tengah daerah muskulus
deltoideus, untuk BCG
2. Di lengan bawah : bagian depan tengan bawab sepertiga dan lekukan siku (dua
pertiga dan pergelangan tangan) pada kulit yang sehat, jauh dan pembuluh
darah, untuk Mantoux test
Pengertian
Suntikan subkutan adalah menyuntikkan obat di bawah kulit (subkutaneus
tisu). Obat yangdimasukkan akan menyerap perlahan-lahan dan akan
bertindak dalam 30 menit. Obatyang diberikan melalui kaedah ini dalam dose
yang sedikit,mudah laut dalam air dantidak member iritasi. Kebanyakannya
kaedah ini digunakan untuk penyuntikan insulinpasien DM
Tujuan
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subkutan dibawah kulit
untukdiabsorbsi
Tempat penyuntikan
1. Pada lengan atas sebelah luar 1/3 bagian dan bahu
2. Pada paha sebelah luar 1/3 bagian dan sendipanggul
3. Padadaerahdada
4. Pada daerah perut sekitar pusat (umbilikus)
5. Di daerah belakang di bawah tulang scapula
- Bak injeksi.
- Bengkok.
- Perlak dan alasnya.
Pelaksanaan
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan.
3. Bebaskan daerah yang di suntikkan atau bebaskan suntikan dari
pakaian.Apabila menggunakan baju, maka di buka atau di
keataskan.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan
diberikan. Setelah itu, tempatkan pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6. Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan
suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan hidung menghadap ke atas, yang
sudut 450 dari subkutan).
8. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat
perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spoit dan tahan dengan kapas alcohol. Masukkan spoit
yang telah dipakai ke dalam bengkok (nearbekken).
10 Catat reaksi pemberian, tanggal,waktu pemberian, dan
jenis/dosis obat.
11 Cuci tangan.
Pengertian
Pemberian obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan
memasukkanya kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikkan dapat dilakukan
didorsagluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vartus
lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya adalah agar
absorpsi obat dapat lebih cepat.
Pengertian:
Pemberian obat intravena adalah cara menyuntikkan obat yang dilakukan
pada pembuluh darah.
Indikasi:
Pada klien yang tidak mampu menelan obat, mengalami gangguan pada
lambung, klien tidak sadar, serta klien terpasang infus.
Kontraindikasi pada pembeluh darah vena yang meradang dan edema
Check list
No Kegiatan
Ya Tdk
Persiapan Alat :
Baki
Jarum dan spuit sesuai ukuran
Obat Injeksi
Kapas alcohol
Bak spuit
Tourniquet
Buku obat
Bengkok
Sarung tanagn
Tempat sampah medis khusus/safety box
Perlak/pengalas
Persiapan Obat
Cek 5 benar pemberian obat
Siapkan obat hanya untuk satu kali pemberian pada satu
klien
Persiapan pasien
Pastikan kebutuhan klien akan pemberian obat intravena
Sampaikan salam
Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang dilakukan
Persiapan lingkungan
Jaga privasi klien dengan menutup pintu/gorden
memasang sampiran
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Bawa obat yang telah dipersiapkan untuk diberikan langsung
kepada klien. Jangan meninggalkan obat tanpa pengawasan
3. Identifikasi pasien dnegan membandingkan nama yang tertera
dibuku obat atau pada gelang nama yang terpasang pada klien
4. Dekatkan alat-alat ke klien
5. Beritahu klien akan prosedur tindakan yang akan dilakukan
6. Pasang pengalas diarea yang akan dilakukan penyuntikan
7. Pasang sarung tangan
8. Jika disuntikkan langsung pada vena
1. Tentukan dan cari vena perifer besar sebagai tempat
penusukan. Lokasi penusukan yang sering digunakan biasanya
vena basilica dan sefalika
2. Jika pilihan lokasi penyuntikan di vena area lengan,
singsingkan lengan baju yang menutupi vena, jika sudah
ditemukan, atur lengan lurus dan pasang torniket sampai vena
benar-benar dapat dilihat dan diraba. Jika perlu, anjurkan klien
mengepalkan tangannya.
3. Kemudian bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab
dengan cara melingkar dari pusat ke arah luar atau satu usapan
dari titik penyuntikan ke arah proksimal, buang kapas alkohol
ke bengkok, tunggu sampai tempat injeksi mengering.
4. Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit
13 Cuci tangan
14 Dokumentasikan hasil tindakan pemeberian obat IV
Tujuan:
Untuk pemeriksaan pemeriksaan hematologi.
N Kegiatan Checklist
O Y Tida
a k
Persiapan Alat:
a. Sarung tangan steril
b. Spuit 3 cc atau 5 cc
c. Alkohol swab
d. Plester dan gunting
e. Bengkok
f. Perlak dan pengalas
g. Botol wadah spesimen dengan atau tanpa koagulan
Persiapan Klien:
a. Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga
mengenai tujuan pengabilan darah dan prosedur yang
akan dilakukan.
b. Mengatur posisi klien dan jaga privasi.
Pelaksanaan