AUDITOR
MARTIKULASI AUDIT
PROGRAM PASCA SARJANA AUDITORSI UNEVERSITAS ANDALAS
2021
1. DEFINISI ETIKA PROFESIONAL AUDITOR
1.1 ETIKA DAN ETIKA PROFESIONAL
Etika secara harfiah yaitu pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral.
Etika secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang
menjelaskan tentang batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak
bisa, akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu.
Sedangkan etika menurut IAI adalah salah satu unsur utama dari profesi yang
menjadi landasan bagi auditor dalam menjalankan kegiatan profesionalnya. Auditor
memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik. Ikatan
Auditor Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi auditor di Indonesia telah memiliki
Kode Etik IAI yang merupakan amanah dari AD/ART IAI dan peraturan yang berlaku,
yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan
Auditor Indonesia Sebagai Organisasi Profesi Auditor. Kode Etik IAI tersebut perlu
untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik auditor
profesional yang berlaku secara internasional.
Etika professional secara umum yaitu suatu sikap etis yang dimiliki seorang
profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengembangkan tugasnya
serta menerapkan norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi)
dalam kehidupan manusia.
Etika professional bagi praktik auditor di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan
Auditor Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Auditor Indonesia. IAI merupakan
satu-satunya organisasi profesi auditor di Indonesia. Auditor IAI meliputi auditor
dalam berbagai jenisnya (auditor independen/public, auditor intern dan auditor
pemerintah), auditor manajemen, dan auditor pendidik. Oleh sebab itu, kode etik IAI
berlaku bagi semua auditor IAI, tidak terbatas pada auditor auditor IAI yang berpraktis
sebagai auditor public.
2.2 OBJEKTIVITAS
Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan
pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
Auditor menunjukkan objektivitas professional tingkat tertinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi tentang kegiatan
atau proses yang sedang diaudit.
Auditor membuat penilaian berimbang dari semua keadaan yang relevan dan
tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingannya sendiri ataupun orang lain
dalam membuat penilaian. Prinsip objektivitas menentukan kewajiban bagi auditor
untuk berterus terang, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.
Auditor harus mematuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan Auditor untuk
tidak mengompromikan pertimbangan professional atau bisnis karena adanya bias,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
Auditor tidak boleh melakukan aktivitas profesional jika suatu keadaan atau
hubungan terlalu memengaruhi pertimbangan professionalnya atas aktivitas
tersebut.
2.4 KERAHASIAAN
Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak
diceritakan kepada orang lain yang berwenang mengetahuinya. Auditor
menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterima dan tidak
mengungkapkan informasi tanpa kewenangan yang tepat, kecuali ada ketentuan
perundang-undangan atau kewajiban professional untuk melakukannya.
Auditor harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang mensyaratkan Auditor untuk
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
profesional dan bisnis. Auditor harus:
a. Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja,
termasuk dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat,
auditor keluarga inti, atau keluarga dekat
b. Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya
bekerja
c. Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau
organisasi tempatnya bekerja
d. Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa
kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau
kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya
e. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga
f. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun, baik
yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau
bisnis maupun setelah hubungan tersebut berakhir
g. Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa
personel yang berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi
advis dan bantuan profesional, untuk menghormati kewajiban Auditor guna
menjaga kerahasiaan informasi.
Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan kepentingan publik karena
memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau organisasi tempatnya
bekerja kepada Auditor dengan pemahaman bahwa informasi tersebut tidak akan
diungkapkan kepada pihak ketiga. Namun demikian, berikut ini adalah keadaan ketika
Auditor harus mengungkapkan atau mungkin disyaratkan untuk mengungkapkan
informasi rahasia atau ketika pengungkapan tersebut mungkin layak diungkap:
a. Pengungkapan disyaratkan oleh hukum, misalnya:
(i) Pembuatan dokumen atau ketentuan lainnya atas bukti dalam proses
hukum
(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang berwenang atas terjadinya
indikasi pelanggaran hukum
b. Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau
organisasi tempatnya bekerja
c. Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika tidak
dilarang oleh hukum:
(i) Untuk mematuhi penelaahan mutu oleh asosiasi profesi
(ii) Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh asosiasi profesi atau
badan regulator
(iii) Untuk melindungi kepentingan profesional Auditor dalam proses
hukum atau
(iv) Untuk mematuhi standar profesional dan standar teknis, termasuk
persyaratan etika
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan informasi
rahasia, Auditor mempertimbangkan keadaan yang relevan termasuk:
a. Apakah kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak ketiga yang
kepentingannya terpengaruh, jika klien atau organisasi tempatnya bekerja
menyetujui pengungkapan informasi tersebut.
b. Apakah semua informasi yang relevan diketahui dan didukung bukti yang
kuat, sepanjang praktis. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan untuk
mengungkapkan meliputi:
✔ Fakta tidak didukung bukti yang kuat.
✔ Informasi yang tidak lengkap.
✔ Kesimpulan yang tidak didukung bukti yang kuat.
c. Komunikasi yang digunakan dan pihak yang dituju dalam komunikasi
tersebut.
d. Apakah pihak-pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut merupakan
penerima yang tepat.
Auditor harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara Auditor dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika
berganti pekerjaan atau memperoleh klien baru, Auditor berhak menggunakan
pengalaman sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan menggunakan atau
mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari
hubungan profesional atau bisnis.
- Pelanggaran Ringan
Merupakan pelanggaran yang dilakukan tidak mempengaruhi hasil jasa yang
diberikan
- Pelanggaran Sedang
Merupakan pelanggaran yang berpotensi berpengaruh cukup signifikan
terhadap hasil jasa yang diberikan
- Pelanggaran Berat
Merupakan pelanggaran yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap
hasil jasa yang diberikan
- Pelanggaran sangat berat
Merupakan pelanggaran yang berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil
jasa yang diberikan, dam pelanggaran dalam menerbitkan laporan yang tidak
sesuai prosedur
Sanksi yang diberikan terhadap akuntan public maupun kantor akuntan public yang
melakukan pelanggaran antara lain :
- Peringatan tertulis
- Pembatasan pemberian jasa
- Pencabutan izin
- Denda
- Tuntutan Pidana
REFERENSI