Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

“Konsep Komunikasi pada Pasien Gangguan Jiwa dan Komunikasi Terapeutik Pada
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp. Kep.J

DISUSUN OLEH :

1. Afdalina Rahmida Wati 2011312020


2. Kholik Mikro Jatortu Daulay 2011312029
3. Zhafira Nisa Ulkhaira 2011311037
4. Rifka Putri Khairuna 2011312050
5. Farah Salsabila Annisa 2011312041
6. Nazhifa Fauziyah 2011317001
7. Aqsa Rahmadani 2011312038
8. Anila Angraini 2011312014
9. Mila Gustia 2011312065
10. Deby Rahma Anisa 2011313011

Fakultas keperawatan
Universitas andalas
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Komunikasi pada Pasien Gangguan Jiwa dan Komunikasi Terapeutik Pada
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa”

Makalah “Konsep Komunikasi pada Pasien Gangguan Jiwa dan Komunikasi


Terapeutik Pada Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Jiwa”
disusun guna memenuhi tugas dosen pada matakuliah Komunikasi dalam Keperawatan II
di Universitas Andalas. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi
pada anak khususnya usia bayi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pengajar


dosen Komunikasi dalam Keperawatan II. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 12 November 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 5
A. Definisi Gangguan Jiwa ........................................................................................... 5
B. Macam-Macam Gangguan Jiwa................................................................................ 6
C. Penyebab Gangguan Jiwa.......................................................................................... 8
D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa......................10
E. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa...................................13
F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Halusinasi......................14
G. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Waham..........................15
H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan..................................................................................................................... 16
I. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Harga Diri Rendah......... 18
J. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial.................. 19
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Defisit Perawatan Diri.. 20
L. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh Diri........ 21
M. Strategi Komunikasi Terapeutik pada Pasien Gangguan Jiwa............................... 23
N. Metode Komunikasi pada Pasien Gangguan Jiwa...................................................27
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 27
A. KESIMPULAN....................................................................................................... 27
B. SARAN....................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 28

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa masih menjadi masalah kesehatan mental di Indonesia


yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah tentang kebijakan kesehatan
nasional meskipun masih belum menjadi program prioritas utama kebijakan
kesehatan nasional. Namun dari riset nasional menunjukkan

Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan –


keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental. Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan
jiwa(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai
gejala adalah ketegangan(tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara


sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina
hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart &
sundeen,1995).

Komunikasi pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah


penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien yang
mengalami gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat
spesifik dari segi mental atau kejiwaannya.

B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat mengklasifikasikan apa saja yang termasuk ke dalam
konsep komuniksasi pada pasien gangguan jiwa dan Komunikasi terapeutik pada
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

C. Manfaat Penulisan

3
Mahasiswa dapat mengetahui cara berkomunikasi dengan pasien yang
mengalami gangguan jiwa dan dapat mengetahui konsep dasar berkomunikasi
dengan pasien gangguan jiwa, serta mengetahui komunikasi terapeutik pada
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Jiwa


Penyakit kejiwaan, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa adalah gangguan
yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan
otak yang ditandai ooleh tegangguanya emosi. Proses berfikir, perilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indra), penyakit mental ini menimbulkan stress dan
penderitaan bagi penderita (dan keluarga).
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan
manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang
nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,
psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu
memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas.
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam
PPDGJ-IV (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
edisi IV) atau DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th edition with text revision). Terdapat beberapa istilah yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :
1. Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas,
ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai
realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang
menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan
kompulsif.
3. Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis
yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
4. Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu
penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya
terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada
penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR karena ia
merangkum pengertian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung
komponen biologis.

5
5. Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui disebut pula
idiopatik atau fungsional.
6. Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari
suatu gangguan sistemik, medis atau serebral, misalnya delirium yang
disebabkan oleh penyakit infeksi otak.

B. Macam-Macam Gangguan Jiwa


1. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Meskipun demikian pengetahuan
kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,
1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bias timbul
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika
tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat”.
2. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan,
1998). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau
perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan
patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam
perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan
yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari
situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
3. Kecemasan
Kecemasan adalah pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Penyebabnya

6
maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.
Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan
kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat
dan kecemasan panic.
4. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan
inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi sebagian besar tidak
tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan
kepribadian : kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,
kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau
obsesif-kompulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian
antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.
5. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 1994). Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang
terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,
tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian
otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang
menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya.
Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada
berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut
dan menahun.
6. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi
alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa

7
organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering
disebut juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.

Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan dibedakan


menjadi :
1. Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis
dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan
tersebut.
2. Psikosa
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya,
terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan
gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala
spesifik penyakit tersebut.

C. Penyebab Gangguan Jiwa


Faktor-faktor penyebab gangguan jiwa, yaitu :
1. Faktor Somatogenik (fisik-biologis)
Gangguan jiwa yang diakibatkan karena gangguan fisik serta
ketidaknormalan pada gen dan kromosom pada individu.
 Nerokimia, misal : gangguan pada kromosom no 21 menyebabkan
munculnya gangguan perkembangan Down Syndrome yang merupakan
bentuk keterbelakangan mental yang secara genetis paling umum
diturunkan, disebabkan oleh munculnya suatu kromosom tambahan.

8
 Nerofisiologi
 Neroanatomi
 Tingkat kematangan dan perkembangan organic
 Faktor-faktor prenatal dan perinatal
2. Faktor Psikogenik (psikologis)
 Interaksi ibu-anak
 Interaksi ayah-anak : peranan ayah
Jika seorang ayah dan ibu tidak menjalankan peranan mereka sebagai
orangtua dengan baik, seperti kurangnya memberikan perhatian dengan
melakukan interaksi dengan anak.
 Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.
Lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya yang acuh (tidak peduli).
 Kehilangan : Lossing of love object. Individu kehilangan kasih sayang
dan cinta dari orangtua, teman dan pacar.
 Konsep diri : pengertian identitas diri VS peranan yang tidak menentu
 Tingkat perkembangan emosi
 Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap
perkembangannya.
 Traumatic Event
3. Pola Asuh Patogenik
 Melindungi anak secara berlebihan
 Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi
 Disiplin yang terlalu keras
 Perselisihan dan perceraian orang tua
 Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)
 Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-
psikotik)
4. Faktor Sosiogenik (sosial-budaya)
 Tingkat ekonomi
 Lingkungan tempat tinggal : perkotaan VS pedesaan
 Masalah kelompok minoritas yg meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai
 Pengaruh rasial dan keagamaan

9
 Nilai-nilai

D. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa

Karakteristik dalam keperawatan adalah caring, dan keterampilan ini


menjadi dasar dalam proses keperawatan pada berbagai praktek keperawatan
profesional. Komponen utama dalam dukungan terapeutik adalah membangun
hubungan dan relasi, komunikasi, edukasi, dan problem solving (pemecahan
masalah). Pengalaman sebagai perawat kesehatan jiwa dapat membantu Anda
menyelaraskan dan menggabungkan kemampuan caring tersebut ke dalam
praktek keperawatan profesional.

Pada klien dengan masalah gangguan jiwa memerlukan teknik yang


berbeda dengan klien yang memiliki masalah kesehatan fisik. Karakteristik yang
dimiliki oleh perawat dalam melakukan interaksi dengan klien gangguan jiwa
adalah sebagai berikut:

1. Tidak menghakimi (Nonjudgmental approach)

Salah satu karakteristik caring dari perawat adalah tidak menghakimi


klien. Namun, pada beberapa kondisi tindakan menghakimi juga diperlukan,
seperti ketika menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan rencana
tindakan keperawatan pada klien. Pendekatan tidak menghakimi maksudnya
adalah kita tidak melakukan tindakan kasar atau tindakan yang didasarkan
atas keputusan berdasarkan kesimpulan sepihak kepada klien baik secara
verbal maupun non verbal. Misalnya “Anda tampak sedang kesal, saya akan
melakukan teknik relaksasi untuk menghilangkan perasaan kesal Anda!”.
Dalam komunikasi tersebut, klien tidak diberi kesempatan mengungkapkan
perasaannya. Keputusan yang diambil perawat hanya berdasarkan hasil
pengamatan yang dangkal.

Cara yang dapat dilakukan agar perawat tidak terjebak pada tindakan
menghakimi adalah dengan meningkatkan kesadaran diri perawat, dan
memberikan kesempatan klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya,
menghargai klien sebagai orang yang mampu diberikan tanggung jawab,
memberikan kesempatan klien untuk mengambil keputusan.

10
2. Menerima (Acceptance)

Sikap menerima merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring.


Penerimaan adalah menegaskan klien sebagaimana adanya dan mengakui
bahwa klien memiliki hak untuk mengekspresikan emosi dan pikirannya.
Perawat yang memiliki sifat menerima terlihat dari sikap menghargai pikiran
dan perasaan klien dan membantu mereka untuk memahami diri sendiri.

3. Hangat (warmth)

Sikap hangat merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring. Sikap
hangat terlihat perhatian kepada klien dan mengungkapkan kesenangan
dalam merawat klien. Ini bukan berarti bahwa kita harus berlebihan dengan
klien atau berusaha untuk menjadi teman mereka. Sikap hangat dapat
diungkapkan secara non verbal, sikap positif, nada yang ramah, dan senyum
yang hangat. Mencondongkan badan ke depan dan mempertahankan kontak
mata, sentuhan fisik, menerima, dan tidak membuat rasa takut klien
merupakan contoh sikap yang hangat kepada klien.

4. Empati

Empati merupakan sikap yang paling utama dalam menunjukkan


caring. Empati berarti memahami pikiran dan perasaan klien dan ikut
merasakan perasaannya tapi ikut terlarut didalamnya. Dalam mencapai
empati ada 2 proses yang dilewati yaitu memahami dan validasi. Langkah
yang pertama memahami perasaan klien melalui observasi. Langkah yang
kedua menvalidasi perasaan klien dengan cara meminta klien
mengungkapkan perasaannya. Empati dapat memfasilitasi hubungan
terapeutik dan membantu klien memahami dirinya sendiri

5. Keaslian (Authenticity)

Menjadi perawat yang caring harus memiliki pribadi yang tulus dan menjadi
diri sendiri dalam menjalin interaksi dengan klien. Ketika kita komitment
dengan klien, maka kita harus bersikap profesional. Profesional disini
maksudnya adalah berperan sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
layanan kesehatan dengan tujuan untuk menyembuhkan klien.

11
6. Kongruensi (Congruency)

Kesesuaian antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan


indikasi dari kongruensi. Kongruensi dibutuhkan untuk menumbuhkan
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.

7. Sabar (patience)

Untuk membina hubungan terapeutik, hal penting yang dilakukan 53


adalah sabar dengan klien. Karakter ini dapat meningkatkan kemandirian
klien. Sabar artinya memberikan klien ruang untuk mengungkapkan
perasaannya, berpikir, mengambil keputusan, dan memberikan kesempatan
untuk membuat perencanaan sesuai keinginan dan kebutuhannya.

8. Hormat (respect)

Menghargai klien merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring.


Sikap hormat termasuk pertimbangan untuk klien, komitmen melindungi
mereka, dan dari bahaya lain, dan percaya terhadap kemampuan mereka
dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan secara mandiri

9. Dapat dipercaya (Trustworthiness)

Dapat dipercaya merupakan karakteristik lain dari perawat yang


caring, dimana karakter ini mengawali karakter-karakter caring yang lain.
dengan kemampuan interpersonal yang baik, dapat membantu perawat
mengontrol emosional klien, dan membantu membangun hubungan saling
percaya dengan klien. Karakter ini harus ditunjukkan pada setiap proses
keperawatan. Ketika kita dipercaya oleh klien, maka kita menjadi tempat
bergantung dan bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan kepercayaan klien,
sikap yang harus dibangun adalah komitmen terhadap waktu, menjaga janji,
dan konsisten terhadap sikap.

10. Terbuka (self-disclosure)

Hubungan saling percaya dapat terbina ketika perawat bersikap


terbuka. Untuk menumbuhkan sikap terbuka pada klien dapat dilakukan

12
dengan mendengar klien, percaya dengan apa yang mereka lakukan, tidak
menghakimi.

11. Humor

Humor merupakan karakteristik yang penting dalam membina


hubungan terapeutik dengan klien. Humor dapat menciptakan hubungan
yang hangat dengan klien, menghilangkan rasa takut dan khawatir klien
terhadap perawat.

E. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa

Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi dengan


klien gangguan jiwa, yaitu:

1. Pada klien halusinasi, perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta


klien berkomunikasi dengan klien lain ataupun dengan perawat

2. Pada klien harga diri rendah, harus banyak diberikan reinforcement


positif

3. Pada klien menarik diri, sering libatkan klien dalam aktifitas atau
kegiatan yang bersama-sama

4. Pada klien dengan perilaku kekerasan, reduksi kemarahan klien dengan


terapi farmakologi, setelah tenang baru dapat diajak untuk berkomunikasi.

Beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi


dengan klien gangguan jiwa, yaitu:

1. Support system. Dukungan dari orang lain atau keluarga

2. Mekanisme koping. Merupakan cara seseorang berespon terhadap stressor

3. Harga diri. Merupakan pandangan individu terhadap dirinya

4. Ideal diri. Bagaimana cara seseorang melihat dirinya dan bagaimana dia
seharusnya

13
5. Gambaran diri. Apakah klien menerima dirinya seutuhnya beserta kelebihan
dan kekurangannya

6. Tumbuh kembang. Trauma masa lalu akan mempengaruhi kesehatan jiwa


masa sekarang.

7. Pola asuh. Kesalahan dalam mengasuh anak dapat mempengaruhi psikologis


anak

8. Genetika. Gangguan jiwa dapat diturunkan secara genetis, bahkan pada


saudara kembar.

9. Lingkungan. Lingkungan yang buruk merupakan salah satu pemicu


munculnya gangguan jiwa

10. Penyalahgunaan zat. Penyalahgunaan zat memicu terjadi depresi susunan


saraf pusat, perubahan pada neurotransmitter.

11. Perawatan diri. Perawatan diri yang buruk dapat memicu muncul perasaan
minder

12. Kesehatan fisik. Gangguan pada sistem saraf dapat merubah fungsi
neurologis.

F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Halusinasi

Halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan stimulus


internal dengan stimulus eksternal, sehingga dapat muncul persepsi yang berbeda
terhadap lingkungan akibat stimulus palsu yang dirasakan. Jenis dan tanda gejala
halusinasi, yaitu:

1. Halusinasi pendengaran: klien terlihat seperti sedang berbicara atau tertawa


namun tidak ada orang lain disekitarnya, marahmarah tanpa sebab, menutup
telinga atau mengarahkan telinga kearah tertentu

2. Halusinasi penglihatan: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yg


tidak jelas, melihat bayangan

14
3. Halusinasi perabaan: menggaruk-garuk permukaan kulit, mengatakan ada
serangga dipermukaan kulit, merasa seperti disengat listrik.

Strategi pelaksanaan komunikasi klien halusinasi, yaitu:

1. Sesi 1 yakni membantu klien mengenal halusinasinya, Mengajarkan klien


mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, membuat jadwal kegiatan
harian.

2. Sesi 2 yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan klien


cara minum obat (prinsip 6 benar obat), menganjurkan klien latihan dan
memasukkan latihan kedalam jadwal kegiatan harian

3. Sesi 3 yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian, mengajarkan klien cara


bercakap-cakap untuk mengontrol halusinasi, menganjurkan klien latihan dan
membuat jadwal kegiatan harian

4. Sesi 4 yakni mengevaluasi jadwal kegiatan harian, mengajarkan klien


melakukan rutinitas terjadwal untuk mengontrol halusinasi, menganjurkan
klien latihan dan membuat jadwal kegiatan harian.

G. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Waham

Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan


secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

Tanda dan gejala:

1. Waham kebesaran: meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan


khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan

2. Waham curiga: meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yg berusaha


merugikan/menciderai dirinya, diucapkan berulang kali

3. Waham agama: keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan

4. Waham somatik: meyakini bahwa atau bagian tubuh terganggu/ terserang


penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan

15
5. Waham nihilistik: meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/
meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan

Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien waham, yaitu:

1. Sesi 1, membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu orientasi


realita secara bertahap, mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi ,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi , menganjurkan
pasien memasukkan dalam kegiatan jadwal harian

2. Sesi 2, mengevaluasi latihan sesi 2, membantu klien orientasi realita secara


bertahap, mengajarkan dan melatih klien tentang prinsip 6 benar obat

3. Sesi 3, mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2, membantu klien orientasi realita


secara bertahap, mengidentifikasi kemampuan positif klien, dan melatih satu
kemampuan yang dipilih

4. Sesi 4. Mengevaluasi latihan sesi 1, 2 dan 3, membantu klien orientasi realita


secara bertahap, mengajarkan dan melatih kemampuan kedua yang dipilih.

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Perilaku


Kekerasan

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan


untuk melukai diri atau orang lain baik secara fisik maupun psikologis.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan :

1. Muka memerah dan tegang, pandangan mata tajam ke suatu arah


2. Mengatupkan rahang dengan kuat
3. Mengepalkan tangan
4. Mondar-mandir
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar atau memukul benda/org lain

16
9. Merusak barang
10. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
11. kekerasan

Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien resiko perilaku kekerasan:

1. Sesi I :

a. Membina hubungan saling percaya


b. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yg biasa dilakukan
e. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon kemarahan
g. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 dan 2 (teknik nafas
dalam dan pukul bantal)

2. Sesi II :

a. Evaluasi latihan nafas dalam dan pukul bantal


b. Latih cara mengontrol marah dengan minum obat teratur
c. Menyusun jadwal kegiatan harian

3. Sesi III :

Evaluasi jadwal kegiatan harian (fisik 1 dan 2 serta cara obat)

a. Melatih klien mengungkapkan perasaan marah secara verbal yaitu


mengungkapkan penolakan dengan baik, mengungkapkan permintaan
dengan baik, dan mengungkapkan perasaan kesal dengan baik)

b. Menyusun bersama klien jadwal latihan mengungkapkan perasaan


marah secara verbal

4. Sesi IV:

a. Evaluasi dan diskusikan hasil latihan sesi 1, 2, dan 3


b. Latih mengontrol PK dengan cara spiritual

17
c. Buat jadwal latihan spiritual yang telah dilatih.

I. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Harga Diri


Rendah

Harga diri rendah (HDR) adalah analisis diri atau pandangan terhadap diri
sendiri yang berupa penilaian negatif

Tanda dan gejala :

1. Sering mengkritik diri,


2. Sering merasa tidak mampu
3. Pesimis terhadap kemampuan diri dan kehidupan,
4. Produktivitas menurun
5. Tidak mengakui atau tidak menyadari kemampuan diri, Kurang perawatan
diri,
6. Kurang perawatan diri, Sering menunduk,
7. Sering menunduk ketika berbicara atau tidak menatap lawan bicara,
8. Nada suara lemah dan lambat.

Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien dengan harga diri rendah:

1. Sesi 1:

a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


b. Membantu klien menilai kemampuan positif yang masih bisa digunakan
c. Menetapkan bersama klien kemampuan yang akan dilatih klien
d. Meminta klien menilai kemampuan yang sudah dilatih
e. Memasukkan kemampuan yang sudah dilatih dalam jadwal kegiatan
harian klien

2. Sesi 2:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Melatih klien melakukan kemampuan positif kedua yang dimiliki

18
c. Memasukkan kemampuan kedua dalam jadwal kegiatan harian

3. Sesi 3:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Melatih klien melakukan kemampuan positif ketiga yang dimiliki
c. Memasukkan kemampuan ketiga dalam jadwal kegiatan harian

4. Sesi 4:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


b. Melatih klien melakukan kemampuan positif keempat
c. Memasukkan kemampuan keempat dalam jadwal kegiatan harian.

J. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.

Tanda dan gejala:

1. Perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain


2. Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu,
5. Tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan,
6. Merasa tidak berguna,
7. Tidak yakin dapat melangsungkan hidup,
8. Menarik diri,
9. Tidak komunikatif,
10. Tidak ada kontak mata,
11. Afek tumpul,
12. Tampak sedih.

Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien isolasi sosial:

19
1. Sesi 1:

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien

b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien, keuntungan berhubungan


dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

c. Melatih klien cara berkenalan dengan 1-2 orang

2. Sesi 2:

a. Mengevaluasi latihan di sesi 1


b. Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan 3-4
orang sambil melakukan kegiatan).

3. Sesi 3:

a. Mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2


b. Melatih klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan dengan 5-
8 orang sambil melakukan kegiatan dalam kelompok)

4. Sesi 4:

a. Mengevaluasi latihan sesi 1, 2, dan 3


b. Melatih klien berinteraksi dengan orang di luar lingkungan RS (misalnya
belanja di warung)

K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri terjadi akibat adanya perubahan proses pikir


sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri menurun.

Tanda dan gejala:

1. Ketidakmampuan merawat kebersihan diri,


2. Ketidakmampuan berhias/berpakaian,
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri,
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri

20
Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien dengan defisit perawatan diri:

1. Sesi I:

a. Menjelaskan dan mengenalkan kerugian dan keuntungan menjaga


kebersihan diri pada klien

b. Mengajarkan klien cara menjaga kebersihan diri


c. Menganjurkan klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
d. Memasukkan latihan menjaga kebersihan diri kedalam jadwal kegiatan
harian klien

2. Sesi 2:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3. Sesi 3:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


b. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
c. Membantu klien mempraktikkan cara eliminasi yang baik
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4. Sesi 4:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


b. Menjelaskan cara berdandan
c. Membantu klien mempraktikkan cara berdandan
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

L. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh Diri

21
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Jenis perilaku bunuh diri berdasarkan besarnya
kemungkinan klien melakukan bunuh diri yaitu:

1. Isyarat bunuh diri,


2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri

Strategi pelaksanaan komunikasi pada klien resiko bunuh diri:

1. Sesi 1:

a. Mengidentifikasi dan menyingkirkan benda yang kemungkinan dapat


membahayakan hidup klien

b. Mengidentifikasi penyebab dorongan bunuh diri pada klien

c. Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien

d. Mengajarkan klien cara mengendalikan dorongan bunuh diri dengan cara


berfikir positif terhadap diri sendiri dan menghargai diri sebagai individu
yang berharga

e. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian klien cara mengendalikan


dorongan bunuh diri

2. Sesi 2:

a. Mengidentifikasi aspek positif lingkungan (misalnya keluarga)

b. Mengajarkan klien mengendalikan dorongan bunuh diri dengan berfikir


positif terhadap lingkungan

c. Menyusun jadwal kegiatan harian

3. Sesi 3:

a. Mengidentifikasi rencana masa depan yang realistis bersama klien

b. Membuat strategi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

22
c. Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

4. Sesi 4:

a. Membuat strategi mencapai rencana masa depan realistis klien yang lain

b. Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa


depan yang realistis

M. Strategi Komunikasi Terapeutik pada Pasien Gangguan Jiwa

Strategi Pelaksanaan Strategi Komunikasi

Memberikan salam dan senyum pada “Selamat pagi, bapak”


klien

Melakukan validasi (afektif, kognitif, Pak hari ini hari apa ?


psikomotor)
Bagaimana perasaan bapak sekarang ?

Bapak tadi ngapain saja ?

Memperkenalkan nama perawat “perkenalkan nama saya ners ....”

Menanyakan nama panggilankesukaan Saya boleh tahu nama bapak ? bapak


klien senangnya dipanggil siapa ?

Menjelaskan tanggung jawab danperan Saya adalah perawat yang akan merawat
perawat-klien bapak dari jam 08.00-13.00 WITA

Menjelaskan kegiatan yang akan Pak Aya, hari ini saya ingin menanyakan
dilakukan beberapa hal mengenai kondisi bapak.

Menjelaskan tujuan Pak hari ini kita akan sedikit ngobrol-


ngobrol tentang keadaaan Pak Aya.

Menjelaskan waktu yang dibutuhkan Pak Aya, mau mengobrol


untuk melakukan kegiatan. dimana supaya lebih santai ?

23
Baik pak, kita mengobrol
disini.

Baiklah bapak kegiatan mengobrolnya


kita lakukan sekitar 10menit.

Menjelaskan kerahasiaan Pak Aya bisa percaya dengan saya.


Apapun pembicaraan kita hari ini hanya
saya, bapak, dan Tuhan yang tahu.

Memberikan kesempatan pada klien Sebelum kita mulai kegiatannya, apa bapak
untuk bertanya ada pertanyaan ?

Menanyakan keluhan utama Bagaimana tidurnya semalam bapak?

Bapak sudah makan?

Bapak sedang apa?

Memulai kegiatan dengan cara yang Pak (sambil tersenyum dan menyentuh
baik klien)

Melakukan kegiatan sesuai dengan Bapak diantar ke RS dengan siapa ?


rencana
Kalau boleh tahu kenapa bapak diantar
kesini ?

Bila bapak diam dan bapak tidak mau


cerita masalah bapak ke saya,, jadinya
saya tidak tahu masalah bapak sehingga
saya tidakbisa menyelesaikan masalah
bapak?

Jadi gimana pak,, mau ceritadengan


saya ?

Kalau boleh tahu apa alasan


bapak membenci dia ?

Bapak pernah tidak ngobrol

24
dengan saudaranya ?

Menyimpulkan hasil wawancara Gimana


(evaluasi hasil dan proses) perasaan
bapak
sekarang?

Apakah
sudah
merasa
lebih
tenang?

Memberikan reinforcement positif Bapak tahu tidak kalo menyakiti orang


apalagi sampai

membunuhnya itu kan dosa dan bisa masuk


neraka. Bapak maugak masuk neraka ?

Nah kalo bapak takut,sebaiknya bapak


jangan menyakiti saudara bapak.Sebaliknya
jika sedang marah bapak ungkapkan saja
dengan cara memukul bantal, atau bapak
dapat melakukan hal- hal yang bermanfat
misal melakukan pekerjaan rumah, bekerja
atau kegiatan positif lainnya

Merencanakan tindak lanjut dengan Pak Aya, saya senang sekali bisa ngobrol
pasien dengan bapak, kalau bapak setuju gimana
kalo nanti selesai makan siang kita ngobrol
lagi disini? Sebentar aja pak 20 menit aja.

Melakukan kontrak (waktu, tempat, Baik Pak Aya, nanti selesai makan kita
topik) ngobrol-ngobrol lagi disini,kita ngobrol
tentang perasaan bapak terhadap keluarga
bapak

25
Mengakhiri wawancara dengan cara Terima kasih atas kesediaan Pak Aya
yang baik ngobrol dengan saya.Selamat beristirahat
pak

Catat hasil kegiatan di buku catatan


Hari ini tanggal../../…., saya perawat
keperawatan
Dwija telah melakukan pengkajian
kepada pasien Bapak Arthason. Respon
pasien, pasien hanya menjawab singkat-
singkat, pasiem diam ketika diajak
bicara. Pasien mau bercerita saat
dipancing dengan kata-kata

N. Metode Komunikasi Pada Pasien Gangguan Jiwa

Stuart dan Sundeen dalam buku ‘Buku Saku Keperawatan Jiwa’ (1998 )
menyebutkan metode atau teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik
dalam bidang keperawatan antara lain:

 Mendengarkan dengan penuh perhatian


 Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
 Mengulangi ucapan klien menggunakan kata-kata sendirili.
Mengklasifikasi
 Memfokuskan.
 Menyatakan hasil observasi Menawarkan informasi.
 Diam
 Meringkas: pengulangan ide utama secara singkat. Memberi penghargaan
kepada pasien.
 Memberi pasien kesempatan untuk memulai pembicaraan, memberi
inisiatif dalam memilih topic pembicaraan.
 Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
 Menempatkan kejadian secara berurutan
 Memberikan pasien kesempatan untuk menguraikan persepsinya Refleksi:
memberikan pasien kesempatan untuk mengemukakan dan menerima
ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan-
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun
dengan mental. Ada tiga factor penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor
somatic(somatogenik) atau organobiologis, factor psikologik(psikogenik) atau
psikoedukatif dan factor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural. Gejala
umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan
jiwa(Sundari,2005) adala : keadaan fisik, keadaan mental, dan keadaan emosi.
Tujuan komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang
lain, menggali perilaku klien, memahami perlunya memberi pujian dan
memperoleh informasi klien.

B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada
pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Yubmee, Jaini. 2015. “Komunikasi Terapeutik pada Gangguan Jiwa”,

, diakses pada 9 November 2021 pukul 10.00 WIB

Faturochman, Fidya. Haryati, Sri Urip., & Hermawati, Tanti. (2014). KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT DAN PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi
Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi terapeutik Perawat dengan Pasien
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang). Jurnal
Komunikasi, 1, 1-20. ( )

Sarfika, Rika, Esthika A. M, Windy Freska. 2018. Komunikasi Terapeutik Dalam


Keperawatan. Padang: Andalas University Press.

28
"Konsep Komunikasi
Pada Pasien Gangguan
Jiwa"
DOSEN PENGAMPU : Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp. Kep.J
KELOMPOK 3
Afdalina Rahmida Wati 2011312020
Kholik Mikro Jatortu Daulay 2011312029
Zhafira Nisa Ulkhaira 2011311037
Rifka Putri Khairuna 2011312050
Farah Salsabila Annisa 2011312041
Nazhifa fauziyah 2011317001
Aqsa Rahmadani 2011312038
Afnila Angraini 2011312014
Mila Gustia 2011312065
Deby Rahma Anisa 2011313011
DEFINISI GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa adalah suatu
ketidakberesan kesehatan dengan
manifestasi-manifestasi psikologis atau
perilaku terkait dengan penderitaan yang
nyata dan kinerja yang buruk, dan
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,
psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
ISTILAH YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
MENDESKRIPSI GANGGUAN JIWA
• Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, waham (delusi) dan
halusinasi.
• Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama
dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas)
• Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis yang diketahui
dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
• Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu penyebab spesifik yang
membuahkan perubahan struktural di otak.
• Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui
• Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatu gangguan
sistemik, medis atau serebral
MACAM – MACAM GANGGUAN JIWA

• Skizofrenia A D Gangguan kepribadian

Depresi B E Gangguan mental organic

Kecemasan C F Gangguan psikosomatik

G
Restardasi mental
PENYEBAB GANGGUAN JIWA

Faktor somatogenic Pola asuh patogenik


(fisik – biologis)

Faktor psikogenik Faktor sosiogenik (


(psikologis ) sosial – budaya )
PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN GANGGUAN
JIWA
Karakteristik yang dimiliki oleh perawat dalam melakukan interaksi dengan
klien gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
a. Tidak menghakimi (Nonjudgmental approach)
b. Menerima (Acceptance)
c. Hangat (warmth)
d. Empati
e. Keaslian (Authenticity)
f. Kongruensi (Congruency)
g. Sabar (patience)
h. Hormat (respect)
i. Dapat dipercaya (Trustworthiness)
j. Terbuka (self-disclosure)
k. Humor
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
KLIEN GANGGUAN JIWA
1. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam berkomunikasi dengan klien
gangguan jiwa, yaitu:
2. Pada klien halusinasi, perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain ataupun dengan perawat
3. Pada klien harga diri rendah, harus banyak diberikan reinforcement positif
4. Pada klien menarik diri, sering libatkan klien dalam aktifitas atau kegiatan yang
bersama-sama
5. Pada klien dengan perilaku kekerasan, reduksi kemarahan klien dengan terapi
farmakologi, setelah tenang baru dapat diajak untuk berkomunikasi.
Beberapa komponen yang harus diperhatikan
dalam berkomunikasi dengan klien gangguan
jiwa, yaitu:
7. Pola asuh.
1. Support system 8. Genetika.
2. Mekanisme koping. 9. Lingkungan.
3. Harga diri. 10. Penyalahgunaan zat.
4. Ideal diri. 11. Perawatan diri.
5. Gambaran diri. 12. Kesehatan fisik.
6. Tumbuh kembang.
7. Pola asuh.
8. Genetika.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien
Halusinasi
Halusinasi adalah ketidakmampuan
manusia dalam membedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal,
sehingga dapat muncul persepsi yang
berbeda terhadap lingkungan akibat
stimulus palsu yang dirasakan. Jenis dan
tanda gejala halusinasi, yaitu:
1.Halusinasi pendengaran
2. Halusinasi penglihatan
3. Halusinasi perabaan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pada Klien Waham

Waham merupakan suatu keyakinan yang salah


yang dipertahankan secara kuat/terus menerus
namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Tanda dan gejala:
1.Waham kebesaran
2. Waham curiga
3. Waham agama
4. Waham somatic
5. Waham nihilistic
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko
Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai diri atau orang lain baik secara fisik maupun
psikologis.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan:


1. Muka memerah dan tegang, pandangan mata
tajam ke suatu arah,
2. Mengatupkan rahang dengan kuat,
3. Mengepalkan tangan,
4. Mondar-mandir,
5. Bicara kasar,
6. Suara tinggi,
7. Mengancam secara verbal atau fisik,
8. Melempar atau memukul benda/org lain,
9. Merusak barang,
10. Tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Tanda dan gejala:
1. Perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Merasa tidak aman berada dengan orang lain
3.Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu,
5. Tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan,
6. Merasa tidak berguna,
7. Tidak yakin dapat melangsungkan hidup,
8. Menarik diri,
9. Tidak komunikatif,
10. Tidak ada kontak mata,
11. Afek tumpul,
12. Tampak sedih.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Harga Diri
Rendah
Harga diri rendah (HDR) adalah analisis diri
atau pandangan terhadap diri sendiri yang berupa
penilaian negatif
Tanda dan gejala :
1. Sering mengkritik diri,
2. Sering merasa tidak mampu
3. Pesimis terhadap kemampuan diri dan
kehidupan,
4. Produktivitas menurun
5. Tidak mengakui atau tidak menyadari
kemampuan diri, Kurang perawatan diri,
6. Kurang perawatan diri, Sering menunduk,
7. Sering menunduk ketika berbicara atau tidak
menatap lawan bicara,
8. Nada suara lemah dan lambat.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada
Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri terjadi akibat adanya


perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri menurun.
Tanda dan gejala:
1. Ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
2. Ketidakmampuan berhias/berpakaian,
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri,
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pada Klien Resiko Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara


sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri
kehidupannya. Jenis perilaku bunuh diri
berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri yaitu:
1. Isyarat bunuh diri,
2. Ancaman bunuh diri, dan
3. Percobaan bunuh diri
Strategi komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan jiwa
STRATEGI PELAKSANAAN STRATEGI KOMUNIKASI

Memberikan salam dan senyum pada klien “Selamat pagi, bapak”

Melakukan validasi (afektif, kognitif, psikomotor) Pak hari ini hari apa ?
Bagaimana perasaan bapak sekarang ?
Bapak tadi ngapain saja ?

Memperkenalkan nama perawat “perkenalkan nama saya ners ....”

Menanyakan nama panggilan kesukaan klien Saya boleh tahu nama bapak ? bapak senangnya
dipanggil siapa ?
LANJUTAN
Menjelaskan tanggung jawab dan peran perawat- Saya adalah perawat yang akan merawat bapak
klien dari jam 08.00- 13.00 WITA

Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan Pak Aya, hari ini saya ingin menanyakan beberapa hal
mengenai kondisi bapak.

Menjelaskan tujuan Pak hari ini kita akan sedikit ngobrol-ngobrol tentang
keadaaan Pak Aya.

Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Pak Aya, mau mengobrol dimana supaya lebih santai
kegiatan. ? Baik pak, kita mengobrol disini.
Baiklah bapak kegiatan mengobrolnya kita lakukan
sekitar 10 menit
Menjelaskan kerahasiaan Pak Aya bisa percaya dengan saya. Apapun
pembicaraan kita hari ini hanya saya, bapak, dan
Tuhan yang tahu.
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya Sebelum kita mulai kegiatannya, apa bapak ada
pertanyaan ?
Lanjutan
Menanyakan keluhan utama Bagaimana tidurnya semalam bapak?
Bapak sudah makan?
Bapak sedang apa?
Memulai kegiatan dengan cara yang baik Pak (sambil tersenyum dan menyentuh klien)

Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana Kalau boleh tahu kenapa bapak diantar kesini ?
Bila bapak diam dan bapak tidak mau cerita masalah
bapak ke saya,, jadinya saya tidak tahu masalah
bapak sehingga saya tidak bisa menyelesaikan
masalah bapak?
Jadi gimana pak,, mau cerita dengan saya ?
Kalau boleh tahu apa alasan bapak membenci dia ?
Menyimpulkan hasil wawancara (evaluasi hasil dan Gimana perasaan bapak sekarang?
proses) Apakah sudah merasa lebih tenang?
Lanjutan
Memberikan reinforcement positif Bapak tahu tidak kalo menyakiti orang apalagi sampai
membunuhnya itu kan dosa dan bisa masuk neraka.
Bapak mau gak masuk neraka ?
Merencanakan tindak lanjut dengan pasien Pak Aya, saya senang sekali bisa ngobrol dengan
bapak, kalau bapak setuju gimana kalo nanti selesai
makan siang kita ngobrol lagi disini? Sebentar aja pak
20 menit aja
Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik) Baik Pak Aya, nanti selesai makan kita ngobrol-ngobrol
lagi disini, kita ngobrol tentang perasaan bapak
terhadap keluarga bapak
Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik Terima kasih atas kesediaan Pak Aya ngobrol dengan
saya. Selamat beristirahat pak

Catat hasil kegiatan di buku catatan keperawatan Hari ini tanggal../../…., saya perawat Dwija telah
melakukan pengkajian kepada pasien Bapak Arthason.
Respon pasien, pasien hanya menjawab singkat-
singkat, pasiem diam ketika diajak bicara. Pasien mau
bercerita saat dipancing dengan kata-kata
Metode Komunikasi Pada Pasien Gangguan Jiwa
Stuart dan Sundeen dalam buku ‘Buku Saku Keperawatan Jiwa’ (1998 ) menyebutkan
metode atau teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik dalam bidang keperawatan
antara lain:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
2. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
3. Mengulangi ucapan klien menggunakan kata-kata sendirili.
4. Mengklasifikasi
5. Memfokuskan.
6. Menyatakan hasil observasi Menawarkan informasi.
7. Diam
8. Meringkas: pengulangan ide utama secara singkat. Memberi penghargaan kepada pasien.
9. Memberi pasien kesempatan untuk memulai pembicaraan, memberi inisiatif dalam memilih topic
pembicaraan.
10. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
11. Menempatkan kejadian secara berurutan
12. Memberikan pasien kesempatan untuk menguraikan persepsinya
13. Refleksi: memberikann pasien kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya.
THANKS YOU
FOR LISTENING !!!
Do you have any questions?
Terimakasih sudah mendengarkan sampai
slide 21 maaf kalo materinya kurang atau
salah :)
- EDITOR -

Anda mungkin juga menyukai