Dosen Pembimbing :
Silvia AR, M.Pd
Selain itu aspek-aspek resiliensi akademik menurut Reivich dan Shatte (2002), terdiri
atas 7 aspek yaitu:
Rojas (2015), menjelaskan bahwa dalam diri individu terdapat 2 faktor utama
yang mempengaruhi resiliensi akademik yaitu:
Kupryanov dan Zidanov dalam Lumban Gaol (2016:1) menyatakan bahwa stres
yang ada pada saat ini merupakan sebuah atribut kehidupan modern. Hal ini karena
stres sudah menjadi bagian hidup yang tak terelakkan baik di lingkungan kerja,
sekolah keluarga atau dimanapun stres akan di alami oleh seseorang. Apabila jumlah
stres begitu banyak di alami oleh seseorang, maka bukan tidak mungkin berdampak
membahayakan paa kondisi fisik dan gangguan tidur. Hussien dalam (dalam
Thawabieh dan Qaisy, 2012:10) menjelaskan bahwa stres sebagai respon emosional
yang berat akibat perubahan internal atau eksternal dimana individu mengalami
situasi berupa ketegangan fisik dan psikologis akibat dari faktor yang tidak dapat di
tangani dan melebihi batas kemampuan manusia dalam mengatasi nya.
Gejala stres akademik merupakan indikasi atau tanda yang menjadi timbul nya
stres akademik. Inatillah (2015) menjelaskan bahwa individu yang mengalami stres
dapat di tandai dengan timbul nya gejala stres melalui gejala emosional dan fisik.
Simbolon, I. (2015) gejala stres terdiri dari gejala emosional, fisik dan perilaku.
Berikut penjelasan mengenai gejala stres akademik antara lain.
a. Gejala Emosional
Mahasiswa merasa tidak mampu dan tidak yakin akan kemampuan nya sendiri
sehingga timbullah gejala emosional stres akademik yang di alami oleh
mahasiswa di tandai dengan muncul nya rasa gelisah, cemas, sedih atau depresi
karna tuntutan akademik.
b. Gejala Fisik
Gejala fisik pada stres akademik dapat di tandai dengan sakit kepala, jantung
berdebar, keringat berlebih, susah tidur, kehilngan energi atau lelah untuk
belajar.
c. Gejala Perilaku
Gejala perilaku merupakan tidakan yang di akibatkan oleh gejala emosional
dan gejala fisik dapat di tandai dengan berbagai macam perilaku seperti, tidakan
agresif, perilaku menyendiri atau anti sosial, ceroboh, melamun, selalu
menyalahkan orang lain, perilaku sosial berubah.
3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah semua mahasiswa
program studi bimbingan konseling angkatan 2019. Program studi Bimbingan dan
Konseling terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas Indralaya dan kelas Palembang yang
berjumlah 81orang.
Berikut tabel Populasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas
Sriwijaya Angkatan 2020
Tabel 1. Populasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas
Sriwijaya Angkatan 2019
No Kelas Jumlah
1 Indralaya 47
2 Palembang 34
Jumlah 81
3.3.2. Sampel
Pada Skala Likert ini ada lima pilihan alternatif jawaban dengan skor yaitu:
jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap alternatif jawaban terdapat skor yang peneliti
jumlahkan berdasarkan jenis item positif (+) dan item negatif (-), untuk item positif
(+) format skor dimulai dari angka 5,4,3,2, dan 1 sedangkan untuk item negatif (-)
format skor dimulai dari angka 1,2,3,4, dan 5.
Untuk mengetahui fungsi ukur instrumen perlu di lakukan uji validitas untuk
mengetahui sejauh mana kecermatan dan ketepatan nya. Pengujian terhadap
instrumen ini dilakukan melalui professional judgement untuk menilai sejauh mana
item-item dalam instrumen prokrastinasi akademik dapat mencerminkan ciri atribut
yang hendak diukur.
r xy =N ∑ xy−¿ ¿ ¿
Keterangan:
N = jumlah responden