Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

PROFIL RESILIENSI AKADEMIK MAHASISWA YANG


MENGALAMI STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SAAT BELAJAR
DARING

Dosen Pembimbing :
Silvia AR, M.Pd

Nama : Ebin Saputra


NIM : 06071281722020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pandemi Covid-19 menjadi salah satu krisis utama dalam kehidupan manusia
saat ini di seluruh dunia. Covid-19 di ketahui pertama kali muncul di Wuhan, Cina
pada akhir tahun 2019 membuat masyarakat dunia khawatir. Covid-19 merupakan
virus yang menyerang mahluk hidup terutama manusia, diketahui bahwa penyebaran
Covid-19 dapat di tularkan melalui manusia ke manusia sangat cepat dan semakin
meluas. Banyak masyarakat dunia yang terpapar dan terinfeksi Covid-19. Penularan
Covid-19 dari satu individu ke individu yang lain telah ditunjukkan dengan gejala
demam, sakit tenggorokan, batuk, sesak nafas, dan ada beberapa individu yang positif
terkena Covid-19 tanpa gejala (Kemenkes RI, 2020). Hal ini membuat pemerintah
dari berbagai negara terkhusus Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan untuk
meminimalisir penyebaran Covid-19 yaitu dengan cara Social Distancing dan
Physical Distancing dimana masyarakat di himbau untuk menjaga jarak fisik
menghindari hal-hal yang bersifat kerumunan. Tak hanya itu kebijakan terbaru dari
pemerintah Indonesia yaitu menerapkan 3M yaitu Menjaga Jarak, Mencuci Tangan
dan Memakai Masker.
Dalam rangka pncegahan dan pengendalian Covid-19 pemerintah Indonesia juga
melakukan Lock Down atau karantina wilayah dengan memberlakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui surat edaran Nomor
HK.02.01./MENKES/313/2020. Pemerintah juga memerintahkan seluruh aktifitas
pembelajaran dilakukan di rumah (sekolah dari rumah/daring) dan bekerja dari rumah
hal itu tercantum dalam surat edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020.
Institusi pendidikan mulai dari tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi ditutup
untuk sementara waktu. Aktivitas pembelajaran dilakukan secara jarak jauh.
Mahasiswa di perguruan tinggi juga merasakan dampak dan akibat dari Covid-19.
Dalam kondisi darurat karena adanya virus corona seperti sekarang, bentuk
pembelajaran yang dipandang efektif adalah pembelajaran jarak jauh melalui metode
daring. Kegiatan perkuliahan dilakukan secara jarak jauh melalui aplikasi-aplikasi
yang mendukung kegiatan perkuliahan. Berbagai platform dapat digunakan oleh
mahasiswa untuk membantunya dalam mengerjakan tugas, menjalani proses
perkuliahan, melaporkan aktifitas perkuliahan secara daring. Namun tidak dipungkiri
bahwa adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama proses perkuliahan dilakukan
secara daring. Konsekuensinya yaitu pengenalan konsep mengenai suatu pelajaran
sebagaimana yang diterapkan dalam pembelajaran tatap muka tidak bisa berjalan
dengan baik. Charismiadji, (dalam Riazul Janah dan Hari Santoso 2020:132) dalam
pembelajaran tatap muka akan ada penyampaian konsep pembelajaran dan tujuannya
terlebih dahulu. Kemudian pembelajaran berlanjut sampai pemahaman dan
pengembangannya. Tahapan-tahapan tersebut dinilai tidak berjalan dengan baik
dalam situasi darurat seperti sekarang.
Dengan sistem pembelajaran daring, mahasiswa kebingungan menghadapi
metode pembelajaran di sertai penumpukan tugas yang di kumpul dengan batas waktu
tertentu menyebabkan terjadi nya tekanan terlebih di saat masa pandemi Covid-19 ini.
Dengan metode belajar daring jumlah mahasiswa yang awal nya terbagi menjadi dua
kelas kini di satukan secara bersamaan untuk mempersingkat waktu dan juga agar
belajar lebih efektif. Tugas-tugas saat masa pembelajaran jarak jauh di bandingkan
dengan saat situasi normal arti nya sebelum pandemi Covid-19 bisa di katakan tugas
lebih banyak di berikan kepada mahasiswa sehingga terjadi penumpukan tugas di
sertai batas akhir pengumpulan tugas atau deadline yang sempit. Tak hanya soal
penumpukan tugas dan deadline, kendala-kendala mahasiswa saat pembelajaran
daring seperti kehabisan paket internet, jaringan internet yang berjalan lamban atau
bahkan tidak ada jaringan internet sama sekali yang biasa terjadi di pelosok-pelosok
daerah, pekerjaan rumah yang harus di selesaikan dan rasa jenuh karena terlalu lama
menghadap laptop dan atau smart phone nya untuk menunjang pembelajaran daring
(Ade, Dinda, Samsul, 2020). Dengan berbagai macam kendala untuk memenuhi
tuntutan akademik yang harus di selesaikan mahasiswa menyebabkan mereka
mengalami tekanan yang mengakibatkan stres.
Setiap orang pasti pernah mengalami stres baik itu stres ringan atau stres berat
yang tidak dapat di hindari dari kehidupan nya. Stres di sebabkan oleh kondisi
tertentu yang membuat seseorang tertekan hingga menimbulkan dampak yang di
alami nya seperti frustasi, bingung, kehilangan arah, putus asa dan cenderung
melampiaskan ke hal-hal yang bersifat negatif. Menurut Pfeiffer (2001:9) stres
adalah reaksi fisik, mental atau emosional yang dihasilkan dari respon individu
terhadap ketegangan di lingkungan, konflik dan tekanan. Stres dapat di alami oleh
semua orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau
status sosial ekonomi. Stres bisa di alami oleh bayi, anak-anak, remaja hingga
dewasa, pejabat atau masyarakat biasa, pengusaha atau karyawan, serta pria maupun
wanita. Stres terbagi atas beberapa bentuk salah satu nya adalah stres akademik.
Stres akademik dapat di artikan sebagai keadaan dimana seseorang tidak mampu
menghadapi tuntutan akademik dan menganggap bahwa tuntutan akademik
merupakan hal yang sangat menganggu sehingga membuat seseorang tidak nyaman.
Alvin (dalam Eryanti, 2012) menjelaskan bahwa stres akademik merupakan tekanan
yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya persaingan ataupun
tuntutan akademik. Ada beberap faktor yang dapat menyebabkan stres akademik
yaitu tugas yang terlampau berat, tugas yang menumpuk, hasil nilai ujian yang buruk
dan lingkungan pergaulan yang sangat mempengaruhi. Stres akademik juga dapat di
sebabkan oleh tekanan belajar tekanan, lama nya waktu belajar, mencontek, rendah
nya prestasi yang di peroleh, keputusan melanjutkan jurusan atau karir.
Penelitian di atas menunjukan bahwa memang stres akademik rentan di hadapi
oleh mahasiswa karena banyak nya tugas, deadline dan lain sebagai nya. Apabila
stres akademik terus berlanjut pada mahasiswa akan dapat mengakibatkan dampak
seperti kejenuhan, menurun nya motivasi belajar, menurun nya prestasi belajar dan
lain sebagai nya. Dampak ini di jelaskan pada penelitian yang di lakukan oleh
Hasanah dalam (Riazul Jannah & Hari Santoso, 2021) menunjukan bahwa mayoritas
masalah psikologis yang di alami oleh mahasiswa pada saat pembelajaran daring
kecemasan depresi ringan. Pendapat di atas di kuatkan oleh penelitian Agus dalam
(Funsu Andriana, 2020) menjelaskan bahwa dengan di terapkan sistem pembelajaran
daring di temukan mahasiswa yang terganggu kondisi kejiwaan nya, stres dan tidak
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan benar. Oleh karena itu ada nya
tekanan-tekanan yang mengakibatkan stres di bidang akademik tersebut mahasiswa
membutuhkan ketahanan yang tinggi dalam dirinya agar dapat bertahan dan
menghadapi kondisi sulit dan terus bangkit dan berusaha untuk menyelesaikan tugas-
tugas dalam bidang akadmik nya. Ketahanan ini di sebut dengan resiliensi akademik
yang dapat di artikan sebagai kemampuan atas respon individu untuk beradaptasi dan
berkembang dalam penyelesaian masalah akademiknya.
Firdaus, Wilda, T dkk (2016:1) menjelaskan bahwa Resiliensi adalah
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap suatu
perubahan, tuntutan dan kekecewaan akan suatu hal. Individu yang mmpunyai
resiliensi yang baik akan memahami bahwa kesalahan bukanlah akhir dari segala nya.
Jika resiliensi berfungsi dengan baik maka individu akan mampu mengatasi
permasalahan yang di alami nya. Resiliensi bisa di terapkan pada individu yang
sedang menempuh jenjang pendidikan yang mengalami suatu kondisi stres karena
akademik nya.
Boathman (Hendriyani, W 2017:142) menjelaskan bahwa resiliensi akademik
merupakan kemampuan dalam proses belajar yakni sebuah proses yang
mencerminkan kemampuan belajar dan ketngguhan dalam menghadapi hambatan
dalam aktivitas belajar nya. Dengan begitu resiliensi akademik mempunyai peran
dalam mengatasi stres akademik yaitu semakin besar kemungkinan mahasiswa yang
mampu mengontrol diri nya atas suatu hal maka ia akan mendapatkan kemungkinan
stres yang kecil. Selanjut nya yaitu ketika mahasiswa mampu berfikir positif dan
menumbuhkan rasa optimisme yanng tinggi maka mahasiswa mampu menoleransi
stres yang di hadapi nya.
Sejalan dengan penelitian Arc dkk (Fitri dan Kushendar, 2019) menjelaskan
bahwa seseorang yang memiliki resiliensi akademik yang baik maka akan cenderung
menunjukkan emosi yang positif dalam menghadapi berbagai permasalahan atau
peristiwa yang di hadapi nya. Dengan kata lain seseorang yang mampu bertahan dan
menghadapi tekanan dalam menghadapi tekanan dalam setiap kegiatan belajar atau
akademik nya akan memberikan respon yang positif baik dari segi emosional maupun
tingkah laku.
Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa semakin tinggi resiliensi
akademik yang di miliki oleh mahasiswa maka semakin rendah kecenderungan
mereka dalam mengalami stres akademik nya. Sebalik nya mahasiswa dengan
resiliensi akademik yang rendah tentu akan mengalami hambatan-hambatan dalam
proses akademik yang berakibat pada stres akademik. Dari penjelasan tersebut dapat
di ketahui bahwa mahasiswa yang mampu mengatasi stres akademik nya melalui
resiliensi akademik di miliki oleh diri mereka masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan wawancara kepada beberapa
mahasiswa Bimbingan & Konseling angkatan 2019, hasil wawancara tersebut
menunjukan bahwa mahasiswa bimbingan konseling 2019 selama belajar daring
mengalami beberapa permasalahan seperti kejenuhan belajar saat membuat tugas
yang menumpuk, tidak fokus saat pembelajaran daring berlangsung, lupa atau
terlambat mengisi absen perkuliahan, motivasi belajar rendah dan lain sebagai nya,
akibat permasalahan tersebut dapat menyebabkan stres akademik pada mahasiswa.
Adapun resiliensi akademik pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling 2019
sebenar nya sudah cukup baik tetapi membutuhkan dorongan dari dosen dan juga
dukungan atau kerja sama dari teman-teman mahasiswa lain nya dalam
menyelesaikan hambatan atau permasalahan dalam lingkup akademik nya terutama
saat masa pembelajaran daring yang sedang berlangsung saat ini. Dosen di harapkan
aktif dalam memantau tentang keluhan-keluhan yang di hadapi oleh mahasiswa baik
keluhan soal tugas-tugas kuliah atau pada saat pembelajaran daring berlangsung.
Begitu juga mahasiswa di harapkan mampu berdaptasi dan bertahan terhadap tugas-
tugas dan metode pembelajaran daring yang saat ini sedang di lakukan. Mahasiswa
juga di harapkan mampu bekerja sama dalam hal yang positif terhadap tuntutan
akademik nya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan
informasi tentang kaitan resiliensi akademik dan stres akademik belum banyak
diketahui padahal itu sangat penting. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang profil resiliensi akademik pada mahasiswa bimbingan
konseling angkatan 2019 yang mengalami stres akademik. Kurangnya informasi
tentang kaitan resiliensi akademik dan stres akademik tersebut, dikhawatirkan
mahasiswa sulit mencapai hasil belajar yang optimal, tidak diperolehnya informasi
yang lebih banyak lagi tentang profil resiliensi akademik dan stres akademik.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat di uraikan bahwa yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana profil resiliensi akademik mahasiswa
bimbingan konseling angkatan 2019 yang mengalami stres akademik pada saat
pembelajaran daring”.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
resiliensi mahasiswa yang mengalami stres akademik pada mahasiswa bimbingan
konseling angkatan 2019 pada saat pembelajaran daring.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian Hasil dari penelitian dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu kepada
pembaca tentang tingkat stres yang di alami oleh mahasiswa pada saat
berlangsung nya pembelajaran daring.
2. Secara Praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Mahasiswa
Penelitian ini sebagai gambaran serta pemahaman diri stres akademik
yang dialami mahasiswa.
b. Bimbingan dan Konseling
1) Penelitian ini sebagai gambaran dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi dan akademik.
2) Penelitian ini dapat di jadikan sebagai pengembangan dan pembinaan
mahasiswa.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Resiliensi Akademik


2.1.1. Pengertian Resiliensi Akademik

Reivich & Shatte, (2002) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan


individu yang muncul terhadap respon suatu permasalahan kemampuan tersebut
mencakup kemampuan pengendalian diri, keinginan, dorongan, dan juga tekanan
yang muncul dari dalam diri individu. Kemampuan individu dalam merespon suatu
permaslahan juga tak lepas dari bagaimana kognitif individu tersebut berkembang.
Individu akan lebih mampu bertahan mengatasi sulit nya permasalahan dan
menemukan pemecahan atau jalan keluar pada permasalahan jika individu dapat
mengidentfikasi penyebab dari suatu permasalahan. Individu memiliki kendali penuh
atas suatu permasalahan yang di alami nya, individu yang mampu bertahan dan
mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan nya memiliki kemampuan yang
di sebut resiliensi akademik.

Chassidy (2015) berpendapat bahwa resiliensi akademik di anggap sebagai


kekuatan atau aset, kualitas, karakteristik dan suatu proses yang menguntungkan dan
memiliki dampak positif pada aspek kinerja, pencapaian, kesehatan, dan
kesejahteraan individu. Oleh karena itu resiliensi akademik merupakan cerminan
bagaimana kekuatan dan ketangguhan dalam diri seseorang untuk bangkit dari
pengalaman emosional negatif.

Rojas, (2015) resiliensi akademik merupakan proses dinamis dimana individu


menunjukkan perilaku adaptif ketika mengalami kesulitan dan mengacu pada
kemampuan dimana individu dapat mengatasi permasalahan merugikan dan
mendapatkan kemampuan atau keterampilan dalam proses mengatasi tantangan dan
kesulitan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa resiliensi akademik


adalah kemampuan dorongan dan keinginan dalam mengatasi dan mampu
mengendalikan teknan yang muncul dari dalam diri individu berdasarkan pengalaman
terhadap suatu respon yang ada pada saat permasalahan muncul di dalam hal
akademik.

2.1.2. Aspek Resiliensi Akademik

Aspek-aspek resiliensi akademik menurut Cassidy (2015) antara lain:

1. Ketekunan (preverence), menggambarkan individu yang pantang menyerah,


pekerja keras, fokus pada tujuan dan memiliki kesungguhan dalam menghadapi
kesulitan yang di alami nya.
2. Mencari bantuan adaptif (reflecting and adaptive and help-seeking), individu
mampu mencari bantuan, dukungan dan dorongan oleh individu lain sebagai
upaya perilaku adaptif individu dan mampu menunjukkan kekuatan dan
kelemahan yang di miliki nya.
3. Respon emosional (emotional response), merupakan gambaran kecemasan,
optimisme dan pesimisme, emosi negatif, dan penerimaan negatif yang di
miliki selama hidup.

Selain itu aspek-aspek resiliensi akademik menurut Reivich dan Shatte (2002), terdiri
atas 7 aspek yaitu:

1. Pengaturan emosi, kemampuan tetap tenang terhadap kondisi yang menekan


2. Kontrol terhadap implus, merupakan kemampuan mengendalikan kesukaan,
keinginan, dorongan dan juga tekanan yang berasal dari diri.
3. Optimisme, adalah saat melihat masa depan dan bersikap yakin dalam proses
dan hasil nya terhadap suatu hal
4. Kemampuan menganalisis masalah, ialah kemampuan mengidentifikasi
penyebab dari suatu masalah yang di hadapi secara tepat
5. Empati, ialah kemampuan memahami dan peduli kepada orang lain
6. Efikasi diri, ialah perasaan bahwa kita merupakan individu yang efektif
7. Pencapaian, ialah kemampuan untuk mengambil hal-hal positif dalam
kehidupan setelah penderitaan yang di alami nya

2.1.3. Faktor-faktor resiliensi akademik

Rojas (2015), menjelaskan bahwa dalam diri individu terdapat 2 faktor utama
yang mempengaruhi resiliensi akademik yaitu:

1. Faktor risiko, berkaitan dengan status rendah ekonomi masyarakat atau


kemiskinan, konflik keluarga, disfungsi keluarga, kurang nya dukungan sosial,
tingkat kedisiplinan, serta kurang nya keterampilan orang tua dalam pola asuh
anak.
2. Faktor pelindung (protektif), yaitu berkitan dengan tingkat stres keluarga yang
rendah, attachment individu, tingkat intelegensi, harapan yang tinggi,
lingkungan yang aman, dan memiliki komunikasi yang baik.

Rojas (2015) juga menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mendorong individu


untuk memiliki resiliensi akademik yaitu tinggi nya optimisme, self estem,
memiliki empati, harga diri, kontrol diri, tujuan yang jelas dalam penetapan
akademik, motivasi dalam problem solving yang baik.

2.2. Stres Akademik

2.2.1 Pengertian Stres


Setiap orang pasti akan mengalami stres pada umum nya yang tidak dapat di
hindari dari kehidupan sehari-hari, berikut akan membahas mengenai definisi stres.
Mashudi, Farid (2016:183) menjelaskan bahwa stres merupakan fenomena psikosifik
manusiawi. Arti nya stres bersifat inheren atau berhubungan erat dengan setiap diri
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada umum nya stres akan di alami
oleh setiap manusia tanpa memanang jenis kelamin, usia, jabatan ataupun status
sosial eknomi.

Kupryanov dan Zidanov dalam Lumban Gaol (2016:1) menyatakan bahwa stres
yang ada pada saat ini merupakan sebuah atribut kehidupan modern. Hal ini karena
stres sudah menjadi bagian hidup yang tak terelakkan baik di lingkungan kerja,
sekolah keluarga atau dimanapun stres akan di alami oleh seseorang. Apabila jumlah
stres begitu banyak di alami oleh seseorang, maka bukan tidak mungkin berdampak
membahayakan paa kondisi fisik dan gangguan tidur. Hussien dalam (dalam
Thawabieh dan Qaisy, 2012:10) menjelaskan bahwa stres sebagai respon emosional
yang berat akibat perubahan internal atau eksternal dimana individu mengalami
situasi berupa ketegangan fisik dan psikologis akibat dari faktor yang tidak dapat di
tangani dan melebihi batas kemampuan manusia dalam mengatasi nya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa stres


merupakan sebuah reaksi dari tekanan atau tuntutan yang di alami oleh seseorang
yang tidak dapat di tangani dan melebihi batas kemampuan seseorang tersebut
menimbulkan reaksi pada fisik, psikis dan perilaku.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik


Faktor yang mempengaruhi stres akademik menurut Inatillah (2015) yaitu terbagi
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri yaitu pola pikir, kepribadian dan keyakinan. Sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari kondisi lingkungan sekitar atau dalam
suatu kondisi tertentu misal nya seperti tuntutan untuk berprestasi tinggi, tugas atau
mata kuliah yang padat, dan dorongan status sosial.

a. Faktor Internal yang mempengaruhi stres akademik


1) Pola pikir
Mahasiswa yang tidak dapat mengendalikan situasi dan kondisi cenderung
akan mengalami gangguan stres yang lebih besar. Semakin besar masalah yang
tidak mampu di hadapi nya semakin besar kemungkinan seseorang kesulitan
dalam menyelesaikan masalah stres nya.
2) Kepribadian
Kepibadian sangat berpengaruh terhadap tingkat stres yang di alami oleh
seseorang, mahasiswa yang mempunyai rasa optimis dan toleran biasanya
mempunyai tingkat stres yang lebih kecil di banding mahasisw yang selalu
berprasangka psimis.
3) Keyakinan
Keyakinan atau pemikiran terhadap diri sendiri mempunyai peranan penting
terhadap tingkat stres mahasiswa. Keyakinan mahasiswa terhadap kemampuan
akan diri sendiri dalam menginterpretasikan suatu hal akan sangat membantu
dalam menjalani proses akademik nya.

b. Faktor Eksternal yang mempengaruhi stres akademik


1) Tuntutan dan tekanan untuk berprestasi tinggi
Mahasiswa di tekan untuk memenuhi tuntutan untuk berprestasi tinggi
terutama dalam menaikkan atau mempertahankan IPK (Indeks Prestasi
Komulatif). Tekanan ini datang terutama dari orang tua, dosen, atau antar
mahasiswa yang bersaing untuk memenuhi IPK yang sesuai dengan ekspetasi
nya.
2) Pelajaran dan tugas yang padat
Kurikulum dan sistem pendidikan indonesia yang mempunyai standar tinggi
akibat nya megakibatkan persaingan ketat, waktu belajar bertambah dan beban
tugas mahasiswa meningkat. Tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut
menjadi sumber stres bagi mahasiwa.
3) Dorongan Status Sosial
Pendidikan kini dapat menjadi simbol dalam status sosial seseorang.
Masyarakat akan menghormati dan menerima orang-orang yang mempunyai
kualifikasi akademik tinggi sebalik nya sebalik nya orang yang tidak
berpendidikan tinggi akan di pandang rendah oleh golongan masyarakat
tertentu.

2.2.3. Gejala Stres Akademik

Gejala stres akademik merupakan indikasi atau tanda yang menjadi timbul nya
stres akademik. Inatillah (2015) menjelaskan bahwa individu yang mengalami stres
dapat di tandai dengan timbul nya gejala stres melalui gejala emosional dan fisik.
Simbolon, I. (2015) gejala stres terdiri dari gejala emosional, fisik dan perilaku.
Berikut penjelasan mengenai gejala stres akademik antara lain.

a. Gejala Emosional
Mahasiswa merasa tidak mampu dan tidak yakin akan kemampuan nya sendiri
sehingga timbullah gejala emosional stres akademik yang di alami oleh
mahasiswa di tandai dengan muncul nya rasa gelisah, cemas, sedih atau depresi
karna tuntutan akademik.
b. Gejala Fisik
Gejala fisik pada stres akademik dapat di tandai dengan sakit kepala, jantung
berdebar, keringat berlebih, susah tidur, kehilngan energi atau lelah untuk
belajar.
c. Gejala Perilaku
Gejala perilaku merupakan tidakan yang di akibatkan oleh gejala emosional
dan gejala fisik dapat di tandai dengan berbagai macam perilaku seperti, tidakan
agresif, perilaku menyendiri atau anti sosial, ceroboh, melamun, selalu
menyalahkan orang lain, perilaku sosial berubah.

2.2.4. Dampak Stres Akademik


Riazul Jannah dan Harry Santoso (2021) menjelaskan bahwa dampak stres
terbagi menjadi dua yaitu stres positif (eustres) dan stres negatif (distres). stres dapat
di katakan positif apabila tidak mengancam kesehatan, dapat memberi motivasi untuk
terpacu menjadi lebih baik lagi, dan dapat memberi inspirasi. Sebaliknya stres negatif
atau distres mengacu pada seseorang yang menjadi marah, cemas, bingung dan
merasa bersalah yang mengakibatkan seseorang mengalami gangguan fisik atau
mental. Distres terbagi atas dua bentuk yaitu stres kronik dan stres akut. Stres kronik
muncul dalam durasi yang lama hingga berbulan-bulan namun rasa yang di akibatkan
tidak cukup kuat. Sebalik nya stres akut muncul dalam kondisi yang cepat dan mudah
menghilang namun cukup kuat.
Dalam kondisi tertentu stres akan baik untuk diri kita karena akan membantu
untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi akan timbul distres emosional apabila kita
mengalami stres yang sangat kuat dan berlangsung lama dapat melebihi batas
kemampuan kita untuk mengatasi nya (coping ability).
Sistem tubuh pada manusia akan terpengaruhi jika seseorang mengalami stres
berkepanjangan. Perry dan Potter (2010) menjelaskan bahwa dampak yang di
timbulkan oleh stres terdapat pada dampak secara emosional meliputi depresi, cemas,
tekanan fisik, dan psikologis. Menurut Coke, Baldwin dan Horison dalam Riazul
Jannah dan Harry Santoso (2021) menjelaskan bahwa dampak yang di timbulkan oleh
stres sangat lah luas dan berpengaruh banyak hal pada kehidupan manusia. Dampak
yang di timbulkan stres yaitu penyakit psikis dan psikologis, kehidupan sosial,
kecanduan, masalah dalam keluarga, dan kemungkinan perilaku kriminal.

2.3. Pembelajaran Daring


2.3.1. Pengertian Pembelajaran Daring
Istilah Daring merupakan kepanjangan dari “Dalam Jaringan” yaitu segala
bentuk kegiatan yang menggunakan dan memanfaatkan jaringan internet. Menurut
Moore, Dickson-Deane, & Galyen dalam Ali Sadikin (2020) Pembelajaran daring
merupakan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran
menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas yang
memadai. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan
mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan
internet (Kuntarto, E. (2017).
Bilfaqih (2015) menjelaskan pembelajaran daring adalah program
penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok
target yang masif dan luas. Selanjutnya Anggrawan (2019) menjelaskan bahwa
pembelajaran daring atau pembelajaran online adalah proses pembelajaran yang
menggunakan media atau berbasis elektronik. Salah satunya media yang digunakan
adalah jaringan komputer dan juga Penggunaan sarana seperti Smartphone dan laptop
dalam pembelajaran daring merupakan hal mendasar untuk tercapai hasil yang
optimal.
Kemajuan teknologi di jaman modern saat ini menjamah dan merata seluruh aspek-
aspek kehidupan di masyarkat tak terkecuali kemajuan teknologi di bidang
pendidikan. Kemajuan teknologi di bidang pendidikan sejalan dengan kemajuan
teknologi lain nya yang saat ini mayoritas penduduk sudah beralih dari era
konvensional menuju era digitalisasi. Era digitalisasi di bidang pendidikan terlihat
pada kemajuan dari cara belajar peserta didik sekolah menggunakan media berbasis
online, apa lagi di era pandemi seperti ini mau tidak mau guru ataupun peserta didik
harus menyesuaikan dengan metode pembelajaran jarak jauh melalui metode belajar
daring atau online.

2.3.2. Karakteristik Belajar Daring


Isman, (2017) menjelaskan bahwa pembelajaran daring memiliki karakteristik
yang menjadi acuan untuk dicapaian dalam kegiatan pembelajaran diantaranya
sebagai berikut:
1) Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan pengetahuan secara
mandiri (constructivism)
2) Pembelajaran berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun
pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama-sama (social
constructivism)
3) Membentuk suatu komunitas pembelajar (community of learners) yang inklusif
4) Memanfaatkan media laman (website) yang bisa di akses melalui internet,
pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau kelas digital
5) Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan (Isman, 2017).

2.3.3. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Daring


1. Kelebihan Pembelajaran terpusat & melatih kemandirian Waktu dan lokasi yang
fleksibel, Biaya yang terjangkau untuk para peserta didik, Akses yang tidak terbatas
dalam perkembangan pengetahuan.
2. Kekurangan Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri terkadang membuat
beberapa orang merasa tidak nyaman karena adanya kemungkinan muncul perilaku
frustasi, kecemasan dan kebingungan (Pangondian R. A., Santosa, & Nugroho, 2019)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil resilinsi akademik mahasiswa


bimbingan konseling 2019 universitas sriwijaya yang mengalami stres akademik.
Guna mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif
kuantitatif. Berdasarkan Arikunto (2013:3) menjelaskan bahwa metode deskriptif
merupakan metode yang di gunakan untuk menganalisis data melalui penggambaran
data atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Sedangkan kuantitatif
berdasarkan Arikunto (2013:3) merupakan penelitian yang di lakukan menggunakan
angka-angka dari pengumpulan data hingga sampai analisis nya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif


adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menyajikan data-data yang yang sesuai
dengan data yang terkumpul sebelumnya dalam bentuk angka-angka sehingga
nantinya data tersebut dapat dianalisis menggunakan prosedur statistik.

3.2. Definisi Operasional Variabel


Sugiono (2015) definisi operasional merupakan suatu atribut atau sifat dari objek
atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu dan telah di tetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari kemudian di tarik kesimpulan nya. Definisi operasional bertujuan untuk
menghindari kesalahan dalam pengumpulan data. Secara operasional resiliensi
merupakan kemampuan individu yang muncul terhadap respon suatu permasalahan
kemampuan tersebut mencakup kemampuan pengendalian diri, keinginan, dorongan,
dan juga tekanan yang muncul dari dalam diri individu. Beberapa indikator dari aspek
resiliensi akademik menurut Cassidy (2015) yaitu Ketekunan (preverence), Mencari
bantuan adaptif (reflecting and adaptive and help-seeking), Respon emosional
(emotional response). Resiliensi yang di maksud dari penelitian ini adalah resilensi
akademik pada mahasiswa bimbingan konseling 2019 yang mengalami stres
akademik.

3.3. Populasi, Sampel dan Sampling

3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah semua mahasiswa
program studi bimbingan konseling angkatan 2019. Program studi Bimbingan dan
Konseling terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas Indralaya dan kelas Palembang yang
berjumlah 81orang.
Berikut tabel Populasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas
Sriwijaya Angkatan 2020
Tabel 1. Populasi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas
Sriwijaya Angkatan 2019

No Kelas Jumlah

1 Indralaya 47

2 Palembang 34

Jumlah 81
3.3.2. Sampel

Arikunto, suharsimi (2016) menjelaskan bahwa keseluruhan populasi bisa di


jadikan sampel jika jumlah populasi kurang dari 100 orang. Penarikan sampel ini di
sebut dengan Total Sampling, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil
keseluruhan jumlah mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sriwijaya
angkatan 2019 dengan jumlah 81 mahasiswa sebagai responden penelitian.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakasakan di Universitas Sriwijaya JL. Raya Palembang -
Prabumulih Km. 32 Indralaya,OI, Sumatera Selatan 30662 dan Kampus FKIP Unsri
Km 5 Palembang.

3.4.2. Waktu Penelitian

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan dengan skala psikologis. Skala


yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model skala likert.
Sugiyono (2017) Skala likert dipergunakan untuk mengukur pendapat, persepsi, dan
sikap seseorang atau sekolompok orang untuk fenomena sosial. Cara penggunaan
skala likert dalam penelitian ini adalah dengan memberikan rangkaian pernyataan
kepada objek penelitian (responden) untuk dijawab dalam bentuk google form.

Pada Skala Likert ini ada lima pilihan alternatif jawaban dengan skor yaitu:
jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap alternatif jawaban terdapat skor yang peneliti
jumlahkan berdasarkan jenis item positif (+) dan item negatif (-), untuk item positif
(+) format skor dimulai dari angka 5,4,3,2, dan 1 sedangkan untuk item negatif (-)
format skor dimulai dari angka 1,2,3,4, dan 5.

3.6. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2017) Instrumen merupakan suatu alat yang di gunakan untuk


mengukur suatu gejala atau fenomena alam maupun sosial yang di amati. Secara
spesifik fenomena ini di sebut sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini alat
yang di gunakan adalah Skala Psikologis. Tahap dalam menyusun instrumen yaitu.
peneliti menyusun kisi-kisi pengembangan instrumen yang meliputi variabel,
indikator, deskriptor dan nomor item. Penyusunan butir-butir skala didasarkan atas
kisi-kisi skala yang telah dikontruksi sesuai landasan teori yang telah dikaji dan
dikembangkan. Setelah skala disusun, butir-butir skala diujicobakan kepada sejumlah
mahasiswa Bimbingan dan Konseling Unsri untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas intrumen. Berikut kisi - kisi instrumen:

Tabel 2. Blue print skala Resiliensi Akademik

Negatif Positif Jumlah


Variabel Aspek Indikator
(-) (+) Item
a. Mempunyai kemauan,
bersungguh-sungguh dan
Ketekunan 1,2,3 4,5,6 6
pantang menyerah dalam
belajar
a. Mencari dukungan dan 10,11,1
7,8,9 6
Mencari dorongan dari orang lain 2
Bantuan b. Mampu menunjukkan
Resiliensi 16,17,1
Adaptif kekutan dan kelemahan 13,14,15 6
Akademik 8
dalam diri nya
a. Gambaran kecemasan,
22,23,2
optimisme dan 19,20,21 6
4
Respon pesimisme
Emosional b. Emosi negatif dan 28,29,3
25,26,27 6
penerimaan negatif 0
Jumlah 30

Tabel 2. Blue Print skala Stres Akademik

variabel Aspek Indikator Negatif Positif Jumlah


(-) (+) Item
Gejala b. Merasa letih/lelah 1,2,3 4,5,6 6
Fisiologis
c. Merasa pusing 7,8,9 10,11,12 6
Gejala c. Kecemasan berlarut 13,14,15 16,17,18 6
Psikologis
Stres d. Sulit tidur 19,20,21 22,23,24 6
Akademik
Gejala sikap c. Keras kepala 25,26,27 28,29,30 6

d. Tidak puas terhadap 31,32 33,34 4


pencapaian
Jumlah 34
3.7. Uji Validitas Instrumen

Untuk mengetahui fungsi ukur instrumen perlu di lakukan uji validitas untuk
mengetahui sejauh mana kecermatan dan ketepatan nya. Pengujian terhadap
instrumen ini dilakukan melalui professional judgement untuk menilai sejauh mana
item-item dalam instrumen prokrastinasi akademik dapat mencerminkan ciri atribut
yang hendak diukur.

Menguji valid atau tidaknya suatu pernyataan peneliti menggunakanperhitungan


dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Pengelolahan data
menggunakan SPSS (Statistical Package For Sosial Science). Adapun rumusannya
dalam (Arikunto, 2013) adalah sebagai berikut:

r xy =N ∑ xy−¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy =¿ koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah responden

Ʃx = jumlah skor butir soal

Ʃy = jumlah skor total soal

Ʃxy = jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

Ʃx2 = jumlah skor kuadrat butir soal

Ʃy2 = jumlah skor kuadrat total soal

Anda mungkin juga menyukai