Disusun Oleh :
SINTIA KRISTIANI 20.71.023472
V. PEMBAHASAN
Analisis kualitatif adalah suatu proses mengidentifikasi keberadaan suatu
senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak diketahui. Tujuan analisis
kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah
unsur/senyawa. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen atau
jenis zat yang ada dalam suatu larutan.
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq, pada awalnya dikenal
memiliki aktivitas sebagai bahan antiseptik yang digunakan sebagai bahan
pembersih, pengawet kayu, dan herbisida (Winarno dkk, 1994 dalam Azas, Q. S.,
2013).
Boraks merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang
digunakan di dalam makanan. Larangan penggunaan boraks juga diperkuat
adanya Permenkes RI No. 11688/MENKES/PER/ X/1999 menyatakan bahwa
salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan
adalah boraks (Amelia dkk, 2014) dan peraturan menteri kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, boraks merupakan salah satu jenis bahan tambahan
pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan (Suhendra, 2013).
Teridentifikasinya boraks pada makanan-makanan tersebut dapat kita
rasakan pula perbedaannya dengan makanan yang tidak menggunakan bagian
dalam tahu terlihat berongga karena tidak padat dan teksturnya sangat bagus,
tetapi hal tersebut tidak mutlak dan hanya sebagai perkiraan saja (Triastuti dkk,
2013).
Pada percobaan kali ini dilakukan identifikasi pengawet secara kualitatif
dengan melakukan uji identifikasi adanya kandungan boraks pada sampel dengan
melakukan uji kertas turmeric dan uji nyala api. Adapun sampel yang digunakan
yaitu NaCl,Natrium Tetraborat,sampel mie,sampel pentol,dan sampel tahu. Hasil
pengamatan nya yaitu:
1) pada uji boraks kertas turmeric sampel NaCl sebagai kontrol negatif. NaCl
(-) negatif boraks karena tidak terjadi perubahan warna,tetap warna kuning.
2) Pada uji boraks kertas turmeric sampel Natrium Tetraborat sebagai kontrol
positif. Natrium Tetraborat (+) positif boraks karena terjadi perubahan
warna. Adapun warna pada kertas turmeric awalnya warna kuning
kemudian setelah dicelupkan pada sampel Natrium Tetraborat terjadi
perubahan warna merah.
3) Pada uji boraks kertas turmeric sampel mie negatif boraks. Karena tidak
terjadi perubahan warna. Warna tetap kuning.
4) Pada uji boraks kertas turmeric sampel tahu negatif boraks. Karena tidak
terjadi perubahan warna. Warna tetap kuning.
5) Pada uji boraks kertas turmeric sampel pentol positif boraks. Karena
terjadi perubahan warna. Adapun warna pada kertas turmeric awalnya
warna kuning kemudian setelah dicelupkan pada sampel pentol terjadi
perubahan warna merah.
6) Pada uji boraks nyala api sampel NaCl (+) positif boraks karena warna
nyala apinya Hijau kekuningan.
7) Pada uji boraks nyala api Natrium Tetraborat Positif boraks karena warna
nyala apinya Orange kemerahan.
8) Pada uji boraks nyala api Sampel Mie negatif boraks karena positif boraks
karena warna nyala apinya kuning kemerahan.
9) Pada uji boraks nyala api sampel tahu positif boraks karena warna nyala
apinya hijau keorange an.
10) Pada uji boraks nyala api sampel pentol negatif boraks karena warna nyala
apinya Orange kemerahan .
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta
berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi
sedikit karena diserap dalam tubuh. Seringnya mengonsumsi makanan yang
mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal (Triastuti
dkk, 2013). Adapun dampak buruk bagi kesehatan dari boraks dapat menyebabkan
iritasi saluran cerna yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, muntah, mual,
diare, penyakit kulit, diikuti dengan terkelupasnya kulit ari. Gejala lebih lanjut
ditandai dengan badan menjadi lemah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan shock
dan kematian bila tertelan 5-10 g boraks (Suhendra, 2013).
Makanan yang mengandung boraks dapat menyebabkan dampak negatif
bagi tubuh dimana pada dosis tertinggi yaitu 10-20 g/kg berat badan orang dewasa
dan 5g/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian.
Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 g/kg berat badan orang dewasa
dan kurang dari 5 g/kg berat badan anak-anak, jika sering dikonsumsi akan
menumpuk/terakumulasi pada jaringan tubuh di otak, hati, lemak dan ginjal yang
pada akhirnya dapat memicu terjadinya kanker (Pane dkk, 2012).
Menurut Aminah dan Himawan, 2009 dalam Widayat, 2011, tentang boraks
bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium hidroksida atau asam
borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik dan biasa
digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks
juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas, bahan pelicin porselin,
pengawet kayu dll. Boraks bersifat antiseptik sehingga sering dimanfaatkan
sebagai pengawet, sekaligus sebagai pengenyal makanan (Silalahi dkk, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Maidah.2015. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Natrium Benzoat,Boraks,Dan
Formalin Dalam Berbagai Makanan Olahan Yang Terdapat Di
Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Talanrea Kota Makassar.
Jurusan Kimia. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hassanuddin. Makasar.