Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Oleh Kelompok 10 :
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT
karena tanpa rahmat dan ridhonya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Abdus Salam S.E.I,ME selaku
dosen pengampu mata kuliah Dasar Ekonomi Islam yang membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini secara berkelompok.
Tak ada gading yang tak retak karenanya jika mungkin apabila dalam pembuatan
makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui,kami bersedia menerima kritik dan
saran dari teman-teman maupun bapak dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.
Sekian, pengantar yang dapat kami sampaikan kurang dan lebihnya mohon di maafkan.
Wassalamualaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Al-Qur'an merupakan kalam Allah SWT. yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia,
baik akidah, akhlak, ibadah, maupun muamalah. Berbagai persoalan sudah secara jelas
terbahas di dalam Al-Qur'an, salah satunya yaitu persoalan ekonomi. Satu hal yang penting
dalam kajian ekonomi islam yakni masalah konsumsi. Konsumsi adalah pondasi kegiatan
ekonomi seseorang, perusahaan maupun negara. Kajian islam mengenai konsumsi sangat
penting agar seseorang berhati-hati dalam mengelola dan menggunakan kekayaannya.
Dalam pengertian ilmu ekonomi konvensional, bahwa ilmu ekonomi pada dasarnya
mempelajari upaya manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka
melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang
pada dasarnya tidak terbatas) akan barang dan jasa. Di dalam perspektif ekonomi syariah,
konsumsi tidak hanya sekedar untuk pemenuhan kebutuhan individu sebagai konsumen
dalam memenuhi perintah Allah SWT., tetapi lebih jauh berimplikasi pada kesadaran
berkenaan dengan kebutuhan orang lain.
1.3 TUJUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab setiap individu terhadap kemakmuran diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari aktivitas ekonomi
Manusia dituntut untuk bekerja demi mencapai kemakmuran diri, keluarga serta
masyarakat disekitarnya.
4. Untuk meminimalisir pemerasan dengan menggali sumber - sumber nafkah
Media dan sumber nafkah sangat beragam, negara berkewajiban menjaganya. Hal ini
dilakukan dengan cara membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan upah, dan
memenuhi kebutuhan orang yang masih dalam kekurangan dari segi ekonomi.
Artinya :
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu
musuh yang nyata bagimu."
Ayat di atas menjelaskan bahwa islam memerintahkan kita sebagai manusia dalam
mengkonsumsi segala hal yang baik dan halal yang sudah disediakan oleh Allah SWT.
kepada mereka. Allah juga melarang kita mengikuti langkah syaiton untuk mengharamkan
segala sesuatu yanh dihalalkan oleh Allah SWT.
Islam memperbolehkan manusia menikmati karunia kehidupan yang telah diberikan oleh
Allah SWT. sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-A'raf ayat 32 berikut :
Artinya :
"Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik?" Katakanlah,
"Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus
6
(untuk mereka saja) pada hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
untuk orang-orang yang mengetahui."
2.4 URGENSI KONSUMSI DALAM ISLAM
Dalam kehidupan,manusia tidak akan mampu untuk menunaikan kewajiaban
ruhaniyah (spiritual) dan maliyah (material) tanpa terpenuhinya kebutuhan primer seperti
makan, tempat tinggal, maupun keamanan. Presentase kebutuhan yang dimiliki manusia
sangat beragam. Salah satunya adalah konsumsi yang memiliki urgensi sangat besar dalam
setiap perekonomian, karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh
karenanya, kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia.
1) Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari makanan dan
minuman secara halal dan tidak tidak larang hukum.
Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah: darah, daging binatang yang
telah mati sendiri,daging babi,daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama
selain nama Allah dengan maksud mempersembahkan sebagai kurban untuk memuja
berhala atau tuhan-tuhan lain.
2) Prinsip Kebersihan
Syarat yang kedua harus baik atau cocok untuk dikonsumsi/makan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera, karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh
dimakan dan diminum dalam semua keadaan.
3) Prinsip Kesederhaan
Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah sikap
tidak berlebih-lebihan, yang berarti jangan makan secara berlebihan.
7
Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika memakan dan
meminum makanan halal yang disediakan oleh Tuhan. Selama maksudnya adalah untuk
kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah
Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam tuntunan-Nya.
5) Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
berakhirnya, yakni untuk meningkatkan kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual.
Seperti,seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan
seseudahnya.
James F. Engel etal., seperti dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara, bahwa,
“perilaku konsumen merupakan suatu tindakan-tindakan individu yang secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan
tersebut”.
Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan
memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, perilaku
konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku makan dan minum saja, tetapi juga perilaku
ekonomi lainnya seperti membeli dan memakai baju, membeli dan memakai kendaraan,
membeli dan memakai sepatu dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumsi, aspek kesucian merupakan aspek yang
sangat penting dalam kehidupan seseorang. Kesucian tidak hanya diartikan sebagai bersih
secara lahiriah dari unsur-unsur yang kotor dan najis tetapi juga suci dari hasil atau proses
yang tidak sesuai aturan Islam dalam hal memperoleh suatu barang, yang akan dikonsumsi
seperti dari hasil korupsi, suap, menipu, mencuri, berjudi dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan tingkat kebutuhan, Islam menolak perilaku manusia yang
selalu memenuhi segala keinginannya, karena pada dasarnya manusia memiliki
kecerendungan terhadap keinginan yang baik dan keinginan yang buruk sekaligus. Keinginan
manusia didorong oleh kekuatan dari dalam diri manusia yang bersifat pribadi, dan karenanya
seringkali berbeda dari satu orang dengan orang lain. Dalam ajaran Islam manusia harus
dapat mengendalikan dan mengarahkan keinginannya sehingga dapat membawa kemanfaatan
dan bukan kerugian bagi kehidupan dunia dan akhirat. Keinginan yang sudah dikendalikan
dan diarahkan sehingga membawa kemanfaatan ini dapat disebut sebagai kebutuhan.
8
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang bersifat mendasar yang pemenuhannya wajib
(sesuai dengan kemampuan), dan juga bersifat segera. Jika kebutuhan ini diabaikan, maka
akan membahayakan eksistensi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Kebutuhan ini
meliputi kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal baik bersifat sementara
maupun permanen. Risiko jika kebutuhan ini tidak terpenuhinya dengan segera adalah
munculnya kelaparan, kehausan/dehidrasi, kedinginan, sakit atau bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Al-Hajjah al-Hajjiyah
Kebutuhan ini adalah suatu yang diperlukan oleh manusia dengan untuk membuat ringan,
lapang dan nyaman dalam menanggulangi kesulitan-kesulitan kehidupan. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan sekunder yang bersifat melengkapi kebutuhan dasar. Pemenuhan akan
kebutuhan barang/jasa ini akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dan nilai tambah bagi
eksistensi manusia tersebut. Namun jika kebutuhan ini tidak terpenuhi juga tidak akan
mengganggu eksistensi manusia dalam kehidupannya.
Al-Hajjah al-Tahsiniyah
Merupakan kebutuhan tersier yang bersifat kemewahan dan menimbulkan tingkat kepuasan.
Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka tidak akan mengurangi efektifitas, efesiensi dari
eksistensi manusia dalam kehidupannya. Yang dikategorikan dalam kebutuhan ini misalnya
rumah yang mewah, kendaraan yang mewah ataupun pakaian yang mewah.
Islam sebagai pedoman hidup tidak menonjolkan standar atau sifat kepuasan dari
sebuah perilaku konsumsi sebagaimana yang dianut dalam ilmu ekonomi konvensional
seperti utilitas dan kepuasan marginal, melainkan Islam lebih menonjolkan aspek normatif.
Kepuasan dari sebuah perilaku konsumsi menurut Islam harus berlandaskan pada tuntunan
ajaran Islam itu sendiri. Konsumen muslim seharusnya tidak mengikuti gaya konsumsi kaum
xanthous (orang-orang berkulit kekuning-kuningan dan berambut kecoklat-coklatan) yang
berkarakteristik menuruti hawa nafsu. Etika yang baik dalam berkonsumsi adalah :
9
Larangan atas sikap tarf dan israf bukan berarti mengajak seorang muslim untuk bersikap
kikir. Akan tetapi, mengajak kepada konsep keseimbangan, karena sebaik-baiknya perkara
adalah tengah-tengahnya. Allah Swt berfirman, “dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqan: 67)
10
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Ada beberapa aspek tentang konsumsi dalam perspektif Islam seperti konsep
islamtentang kebutuhan, urgensi dan tujuan konsumsi dalam islam, prinsip konsumsi dalam
islam, etika konsumsi dalam islam standar hidup, model keseimbangan konsumsi dalam
islam, perilaku konsumen muslim, unsur-unsur preferensi konsumen, karakteristik konsumsi
dalam islam, karakteristik manfaat dan berkah dalam islam dan prioritas konsumsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
F. Widiawati. 2017. Bab II Konsep Konsumsi Dalam Ekonomi Islam dan Konvensional.
IAIN
Ponorogo.
Jenita & Rustam. 2017. Konsep Konsumsi dan Perilaku Konsumsi Islam. Jurnal Ekonomi
dan
Bisnis Islam. 2 (1).
Furqon Imahda Khoiri. 2018. Teori Konsumsi Dalam Islam. Jurnal Hukum dan Ekonomi
Syariah Vol 06 (1).
Habibullah Eka Sakti. 2018. Etika Konsumsi Dalam Islam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Vol 1 (01).
Ghafur Abd. 2016. Konsumsi Dalam Islam. Iqtishodiyah. Vol II (II)
12