Anda di halaman 1dari 130

PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI

NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

DISTRIBUSI WEIBULL: SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA DALAM

ANALISIS DATA WAKTU HIDUP DAN PENGENDALIAN MUTU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Matematika

Oleh:
Cecilia Novianti Salsinha NIM: 083114015

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

i
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

WEIBULL DISTRIBUTION: CHARACTERISTICS AND ITS

APPLICATIONS IN LIFETIME DATA ANALYSIS AND

QUALITY CONTROL

Thesis

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain the Sarjana Sains Degree in Mathematics

By:
Cecilia Novianti Salsinha Student Number: 083114015

MATHEMATICS STUDY PROGRAM, MATHEMATICS DEPARTMENT


FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2012

ii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

iii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

iv
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

HALAMAN PERSEMBAHAN

áuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku.


Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti
pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala
jalanku Kau maklumi.
áerlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku
mencapainya.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;
ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
(Mazmur 139: 1-3, 6, 14)

MOTTO

MUST BE RESPONSIBLE TO WHATEVER GIVEN BY GOD

Skripsi ini dipersembahkan untuk

áuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku

dengan kasih setiaNya yang tak terbatas,

Kedua orang tua Francisco Salsinha dan Cristina

Partilah, Adik-adik tercinta, Yustina dan áhomas

Salsinha,

Seseorang yang selalu di hati,

serta Almamater yang kubanggakan.

v
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

vi
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

ABSTRAK

Distribusi Weibull merupakan salah satu distribusi probabilitas kontinu.


Sama halnya dengan distribusi lainnya, distribusi Weibull pun dicirikan
dengan Mean, Variansi dan Fungsi Pembangkit Momen. Kelebihan distribusi
ini dibandingkan dengan distribusi lainnya adalah fleksibilitasnya, yaitu
distribusi ini dapat berubah menjadi distribusi lain seperti distribusi
eksponensial tergantung pada nilai parameter distribusi yang dipilih yaitu
parameter skala dan parameter bentuk. Jika dilihat dari grafik distribusinya
maka akan tampak sangat jelas fleksibilitas tersebut.
Salah satu aplikasi dari distribusi Weibull yaitu dapat digunakan dalam
analisis data waktu hidup. Distribusi ini merupakan distribusi yang paling
baik jika dibandingkan dengan distribusi lainnya seperti distribusi
Eksponensial yang mengasumsikan tingkat kegagalan komponen konstan.
Distribusi Weibull cukup mendeskripsikan waktu kegagalan dari komponen
ketika tingkat kegagalan dari komponen tersebut meningkat atau menurun
seiring dengan bertambahnya waktu. Selain dalam analisis data waktu hidup,
distribusi ini juga dapat digunakan dalam pengendalian proses statistik. Oleh
karena tidak semua data berdistribusi normal maka grafik pengendali
Shewhart tidak dapat digunakan. Salah satu cara menyelesaikan masalah
tersebut adalah data dianalisis dengan grafik pengendali Weibull dengan
memanfaatkan kuantil-kuantil yaitu 0,00135, 0,5 dan 0,99865. Kuantil
0,00135 adalah kuantil bawah yang digunakan untuk membentuk Batas
Pengendali Bawah, Garis Tengah adalah median dari data yaitu 0,5 yang
menggantikan rata-rata dan untuk membentuk Batas Pengendali Atas
digunakan kuantil atas yaitu 0,99865.

Kata kunci: distribusi Weibull, kertas peluang Weibull, analisis data waktu
hidup, pengendalian mutu, grafik pengendali, rata-rata kegagalan komponen.

vii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

ABSTRACT

Weibull distribution is one of the continous probability density


function. Similar to other distributions, Weibull distribution also
characterized by mean, variance and moment generating function. The
goodness of this distribution compared to other distributions is its flexibility,
that is the distribution can be transformed into other distribution such as
exponential distribution depends on the parameter selected. The flexibility
obviously can be seen from the graph.
One of the applications of Weibull distribution is the distribution can be
used in a lifetime data analysis. This distribution is the best distribution
compared to other distributions such as Exponential distribution, which
assumes a constant failure rate of component. Weibull distribution is
sufficient to describe a failure of the component when the failure rate is
increases or decreases in time. In addition to the lifetime data analysis, this
distribution can also be used in statistical process control. Because not all of
data follows normal distribution so Shewhart control chart can’t be applied.
To solve this problem we can use Weibull control chart to analyze the data by
using 0,00135, 0,5 and 0,99865 as quantiles. 0,00135 quantile is the lower
quantile used to construct Lower Specification Limit, the Center Line is the
median of data that is 0,5 which replaces mean and to construct Upper
Specification Limit, upper quantile that is 0,99865 quantile is used.

Keywords: Weibull distribution, Weibull probability paper, lifetime data


analysis, quality control based on Weibull distribution, control charts, the
average of failure component.

vii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

ix
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Distribusi Weibull: Sifat-Sifat dan Aplikasinya
Dalam Analisis Data Waktu Hidup dan Pengendalian Mutu” ini adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Matematika pada Fakultas Sains
dan Teknologi. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya penulis telah menerima
bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko,M.Sc selaku dosen pembimbing yang


dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, nasihat dan arahan
kepada penulis.

2. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Matematika beserta Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si yang telah
memberikan banyak bimbingan dalam hal akademik dan perkuliahan.

3. Seluruh bapak dan ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Universitas
Sanata Dharma.

4. Mas Susilo selaku laboran yang telah banyak membantu penulis dalam
perkuliahan, terutama dalam penulisan skripsi ini.

5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan staf sekretariat Fakultas


Sains dan Teknologi yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan
pembelajaran, serta administrasi bagi penulis selama masa perkuliahan.

6. Ayahanda yang penulis banggakan dan Ibundaku tercinta serta adik-


adikku Yustina Salsinha dan Thomas Salsinha yang telah banyak

x
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

memberikan dukungan dan pengorbanan sehingga penulis dapat


menyelesaikan studi dengan baik.

7. Kakak Oktovianus Koa atas perhatian dan kasih sayangnya serta telah
memberikan dukungan, nasihat dan semangat kepada penulis dalam
perkuliahan terlebih dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman angkatan 2008 Program Studi Matematika yaitu Yudith,


Hilary, Amel, Marcel, Fenny, Ethus, Moyo dan Widi yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam perkuliahan terlebih dalam
penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Kos Putri Aulia: K Merlyn Kris, Kakatua, Awo, Sende,


Elpir, Wiwi, Tere, Asri dan Tesa serta Pipot yang selalu memberikan
semangat dan dukungan dalam perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi
ini.

10. Teman-teman KKN XLII Kelompok 33: Ermen, Ulin, Susan, Adel, Arum,
Abet dan Aben.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bantuan, dorongan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,


maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, April 2012


Penulis

Cecilia Novianti Salsinha

xi
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS......................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................iii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................vi

HALAMAN ABSTRAK..................................................................................vii

HALAMAN ABSTRACT................................................................................viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................ix

KATA PENGANTAR......................................................................................x

DAFTAR ISI....................................................................................................xii

DAFTAR TABEL............................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................4

C. Pembatasan Masalah..................................................................................4

D. Tujuan Penulisan.......................................................................................5

E. Manfaat Penulisan.....................................................................................5

xii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I
F. Metode Penulisan..........................................................................5

G. Sistematika Penulisan....................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Distribusi Probabilitas........................................................................10

1. Variabel Random.....................................................................................10

2. Fungsi Probabilitas..................................................................................11

a. Distribusi Probabilitas Diskret...........................................................11

b. Distribusi Probabilitas Kontinu..........................................................12

3. Fungsi Distribusi Kumulatif....................................................................12

4. Karakteristik Distribusi Probabilitas.......................................................13

a. Mean...................................................................................................13

b. Variansi...............................................................................................13

c. Momen................................................................................................14

d. Fungsi Pembangkit Momen................................................................14

B. Distribusi Eksponensial.......................................................................15

1. Fungsi Probabilitas..................................................................................15

2. Sifat-sifat Distribusi Eksponensial..........................................................15

a. Fungsi Pembangkit Momen................................................................15

xii
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I
b. Mean...................................................................................................16

c. Variansi...............................................................................................17

C. Distribusi Gamma........................................................................................18

1. Fungsi Probabilitas..................................................................................18

2. Sifat-sifat Distribusi Gamma...................................................................19

a. Fungsi Pembangkit Momen................................................................19

b. Mean...................................................................................................20

c. Variansi...............................................................................................21

D. Teorema Nilai Rata-rata Untuk Turunan.....................................................23

E. Deret Taylor.................................................................................................25

F. Metode Maksimum Likelihood....................................................................29

G. Pengendalian Proses Statistik.......................................................................31

1. Grafik Pengendali....................................................................................32

2. Analisis Kemampuan Proses...................................................................34

BAB III DISTRIBUSI WEIBULL

A. Fungsi Probabilitas....................................................................................39

B. Grafik Distribusi........................................................................................41

C. Fungsi Distribusi Kumulatif......................................................................44

xi
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I
D. Sifat-sifat Distribusi Weibull.....................................................................45

1. Mean...................................................................................................45

2. Variansi...............................................................................................46

3. Fungsi Pembangkit Momen................................................................48

E. Kertas Peluang Weibull.............................................................................52

1. Grafik Probabilitas Weibull................................................................52

2. Skala Dalam Kertas Peluang Weibull................................................55

a. Kertas Peluang Weibull Jenis Pertama (1 cycle log10).................59

b. Kertas Peluang Weibull Jenis Kedua (2 cycle log10)....................60

c. Kertas Peluang Weibull Jenis Ketiga (3 cycle log10)....................61

F. Pendugaan Parameter Distribusi................................................................61

BAB IV APLIKASI DISTRIBUSI WEIBULL

A. Aplikasi Dalam Analisis Data Waktu Hidup.............................................68

1. Reliabilitas..........................................................................................68

b. Sistem Seri...................................................................................70

c. Sistem Paralel..............................................................................73

2. Distribusi Waktu Kegagalan...............................................................76

3. Model Waktu Hidup Weibull.............................................................84

xv
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I
B. Aplikasi Dalam Pengendalian Mutu..........................................................89

1. Grafik Pengendali89

2. Perbandingan Kemampuan Proses91

BAB V PENUTUP
Kesimpulan100
Saran101
DAFTAR PUSTAKA102
LAMPIRAN105

xv
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1...........................................................................................................10

Tabel 3.1...........................................................................................................55

xv
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.......................................................................................................23

Gambar 2.2.......................................................................................................41

Gambar 2.3.......................................................................................................33

Gambar 2.4.......................................................................................................37

Gambar 2.5.......................................................................................................37

Gambar 3.1.......................................................................................................42

Gambar 3.2.......................................................................................................43

Gambar 3.3.......................................................................................................58

Gambar 3.4.......................................................................................................59

Gambar 3.5.......................................................................................................60

Gambar 3.6.......................................................................................................61

Gambar 3.7.......................................................................................................62

Gambar 3.8.......................................................................................................66

Gambar 4.1.......................................................................................................71

Gambar 4.2.......................................................................................................74

Gambar 4.3.......................................................................................................81

Gambar 4.4.......................................................................................................86

Gambar 4.5.......................................................................................................87

Gambar 4.6.......................................................................................................88

Gambar 4.7.......................................................................................................88

Gambar 4.8.......................................................................................................94

xv
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTINI
NDDAAKKAANNTTIDIDAAKKTTEERRPPUUJJI I

Gambar 4.9.......................................................................................................96

Gambar 4.10.....................................................................................................97

Gambar 4.11.....................................................................................................99

xi
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Distribusi Weibull dikembangkan antara tahun 1922 dan 1943.

Distribusi ini menggunakan nama seorang ahli mesin dari Swedia,

Waloddi Weibull. Hal ini disebabkan karena dialah yang

mempublikasikan distribusi ini sehingga dikenal oleh dunia internasional.

Awalnya distribusi ini digunakan oleh Rosin, Rammler dan Sperling pada

tahun 1933 dalam proses penghancuran material padat. Selanjutnya pada

tahun 1939 digunakan oleh Weibull untuk mengukur kekuatan material.

Lebih dari setengah abad distribusi Weibull telah menarik

perhatian ahli statistik yang mempelajari teori dan metode dalam berbagai

bidang aplikasi statistika. Ratusan bahkan ribuan dokumen menuliskan

distribusi ini. Distribusi ini menjadi orientasi dari ahli statistika karena

kelebihannya yakni dapat digunakan dalam berbagai bidang mulai dari da-

ta uji hidup sampai data cuaca atau observasi antara lain dalam bidang

ekonomi, hidrologi dan biologi.

Distribusi Weibull termasuk dalam keluarga dari distribusi

eksponensial. Fungsi densitas dari distribusi eksponensial adalah

e— x, x>0
ƒ(x) = 0 , selainnya
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

dengan λ adalah parameter distribusi. Distribusi eksponensial merupakan

distribusi yang sering digunakan dalam analisis data waktu hidup. Pada

umumnya data uji hidup tidak berdistribusi normal sehingga tidak dapat

diselesaikan dengan prosedur statistik standar dalam menganalisis data.

Dalam penerapan tersebut distribusi eksponensial diasumsikan sebagai

distribusi dari waktu kegagalan. Misalkan ƒ(t) adalah fungsi densitas dari

waktu kegagalan komponen sehingga probabilitas komponen tersebut akan

gagal antara t sampai t + ∆t adalah ƒ(t) ∙ ∆t. Jadi probabilitas komponen

tersebut akan gagal pada interval antara 0 sampat t adalah


t

F(t) = ƒ ƒ(x)dx
0

dan fungsi reliabilitas yang memperlihatkan bahwa komponen tersebut

bertahan sampai waktu t adalah R(t) = 1 − F(t)


t
=1− ƒ(x)dx
f
0

Karena distribusi dari waktu kegagalan diasumsikan berdistribusi

t
Eksponensial maka R(t) = 1 − f0 λe– xdx

= 1 − (1 − e– t)

= e– t

dengan λ adalah tingkat kegagalan dan t adalah lamanya komponen

tersebut bertahan.

Distribusi eksponensial memiliki kelemahan. Distribusi ini hanya

dapat digunakan jika tingkat kegagalan komponen diasumsikan konstan,


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

padahal dalam banyak kasus tingkat kegagalan komponen tidak selalu

konstan (Johnson, 2005). Dalam beberapa kasus, waktu kegagalan

komponen juga mungkin akan sangat panjang sepanjang periode

pengujian. Oleh karena itu model eksponensial tidak dapat digunakan, dan

sebagai solusi untuk masalah tingkat kegagalan komponen yang tidak

konstan digunakan distribusi Weibull.

Secara umum fungsi densitas dari distribusi Weibull adalah


β
αβxβ—1e—αx , untuk x > 0,α > 0,β >0
ƒ(x) = {0 , selainnya (1.1)

Dapat dilihat bahwa jika pada persamaan (1.1) β = 1 maka fungsi

distribusi di atas menjadi fungsi eksponensial dengan λ = α. Salah satu

kelebihan dari distribusi Weibull adalah dapat digunakan jika tingkat

kegagalannya menurun atau meningkat sesuai dengan peningkatan waktu.

Sesuai dengan uraian di atas maka penulis ingin mempelajari lebih jauh

tentang distribusi Weibull khususnya sifat - sifat dan aplikasinya dalam

analisis data waktu hidup (lifetime data) dan pengendalian mutu.

Salah satu alat yang digunakan dalam pengendalian mutu adalah

grafik pengendali (control charts). Grafik pengendali adalah perangkat

statistik grafis yang digunakan untuk mengontrol suatu proses berulang.

Grafik pengendali sangat berguna dalam menetapkan standar pencapaian

dari sebuah proses, membantu mencapai standar tersebut dan

mempertimbangkan standar mana yang sudah tercapai.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

Grafik pengendali yang biasanya digunakan dalam praktik

didasarkan pada analisis distribusi normal yaitu dengan rata-rata Shewhart

dan kisaran grafik pengendali 3 (standar deviasi). Namun demikian

tidak semua data berdistribusi normal. Jika data tak berdistribusi normal

dan tetap dianalisis dengan grafik pengendali tersebut dengan

mengasumsikan bahwa data berdistribusi normal maka error yang besar

akan terjadi (Samanta, 2004).

Dalam skripsi ini akan dibahas salah satu distribusi yang memiliki

sifat lebih fleksibel yaitu distribusi Weibull. Aplikasi distribusi Weibull

yang dibahas adalah grafik pengendali dan analisis data waktu hidup.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja sifat – sifat dari distribusi Weibull?

2. Bagaimana aplikasi dari distribusi Weibull dalam analisis data waktu

hidup dan pengendalian mutu?

C. Pembatasan Masalah

Adapun beberapa hal yang dibatasi penulis dalam tulisan ini adalah

sebagai berikut :

1. Penulis tidak mengkaji semua hal yang berhubungan dengan analisis

data waktu hidup.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

2. Pada mengaplikasikan distribusi Weibull dalam pengendalian mutu,

penulis hanya menganalisis grafik pengendali.

Tidak semua teorema dalam bidang kalkulus yang digunakan dalam

skripsi ini dibuktikan.


Dalam mengestimasi parameter distribusi, penulis tidak menjelaskan lebih rinci tentang meto

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari distribusi Weibull serta aplikas

E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari topik ini adalah dapat memahami sifat-sifat dis

F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka yaitu dengan mempelajari buku-b

Weibull serta aplikasinya dalam dalam analisis data waktu hidup dan

pengendalian mutu.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Manfaat Penulisan

F. Metode Penulisan

G. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN

TEORI

A. Distribusi Probabilitas

1. Variabel Random

2. Fungsi Probabilitas

a. Distribusi Probabilitas Diskret

b. Distribusi Probabilitas Kontinu

3. Fungsi Distribusi Kumulatif

4. Karakteristik Distribusi Probabilitas

a. Mean

b. Variansi

c. Momen

B. Distribusi Eksponensial

1. Fungsi Probabilitas
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

2. Sifat-sifat Distribusi Eksponensial

a. Fungsi Pembangkit Momen

b. Mean

c. Variansi

Distribusi Gamma

Fungsi Probabilitas

Sifat-sifat Distribusi Gamma

Fungsi Pembangkit Momen

Mean

Variansi

Teorema Nilai Rata-rata Untuk Turunan

Deret Taylor

Metode Maksimum Likelihood

Pengendalian Proses Statistik

Grafik Pengendali

Analisis Kemampuan Proses

BAB III DISTRIBUSI WEIBULL

Fungsi Probabilitas

Grafik Distribusi

Fungsi Distribusi Kumulatif

D. Sifat-sifat Distribusi Weibull

1. Mean
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

2. Variansi

3. Fungsi Pembangkit Momen

E. Kertas Peluang Weibull

Grafik Probabilitas Weibull

Skala Dalam Kertas Peluang Weibull

Kertas peluang Weibull Jenis Pertama (1 cycle log10)

Kertas peluang Weibull Jenis Kedua (2 cycle log10)

Kertas peluang Weibull Jenis Ketiga (3 cycle log10)

F. Pendugaan Parameter Distribusi

BAB IV APLIKASI DISTRIBUSI WEIBULL

Aplikasi Dalam Analisis Data Waktu Hidup

Reliabilitas

Sistem Seri

Sistem Paralel

Distribusi Waktu Kegagalan

Model Waktu Hidup Weibull

Aplikasi Dalam Pengendalian Mutu

Grafik Pengendali

Perbandingan Kemampuan Proses BAB V PENUTUP


A. Kesimpulan

B. Saran
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Distribusi Probabilitas

1. Variabel Random

Definisi 2.1
Variabel random adalah fungsi bernilai real yang didefinisikan pada ruang sampel. Variabel rand

Contoh 2.1
Dalam percobaan pelemparan dua koin akan diamati hasilnya. Misalkan X menunjukkan

Penyelesaian

Misalkan A dan G adalah lambang munculnya angka dan gambar secara berturut-turut; R
yang muncul maka nilai dari X bergantung pada banyaknya angka

yang muncul. Berdasarkan hasil percobaan di atas maka terdapat 3

nilai dari X, yaitu X = 0, 1 dan 2.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

Selanjutnya dapat ditentukan probabilitas hasil yang mungkin.

Berdasarkan contoh di atas terdapat empat kejadian yaitu

GG : kejadian muncul gambar semua pada pelemparan dua koin.

AG : kejadian muncul angka pada pelemparan pertama dan gambar pada pelemparan
GA : kejadian muncul gambar pada pelemparan pertama dan angka pada pelemparan
AA : kejadian muncul angka semua pada pelemparan dua koin.

Oleh karena X adalah variabel random yang menunjukkan banyaknya angka yang muncu
Tabel 2.1

Tabel hubungan antara variabel random dengan kejadian

Banyaknya
Hasilangka yangProbabilitas percobaan muncul

x P(x)
GG 0 0,25

AG atau GA 1 0,50

AA 2 0,25

P(S) 1

Berdasarkan Tabel 2.1 di atas maka P(0) = P(2) = 0,25 dan

P(1) = 0,5. Probabilitas dari kemungkinan nilai yang berbeda dari X

disebut sebagai distribusi probabilitas. Sebuah distribusi probabilitas


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

P(x) memberikan kemungkinan pada tiap nilai x yang mungkin dari

sebuah variabel random X.

Variabel random dibagi menjadi dua macam yaitu variabel

random diskret dan varibel random kontinu.

Definisi 2.2
Variabel random dikatakan diskret jika nilai-nilainya membentuk himpunan berhingga (f

Fungsi Probabilitas

Fungsi distribusi probabilitas atau sering disebut fungsi probabilitas dibagi menjadi dua ya
Distribusi Probabilitas Diskret

Definisi 2.3

Fungsi probabilitas variabel random diskret X adalah fungsi yang memetakan himpunan nilai
Fungsi p(x) disebut fungsi probabilitas diskret bila memenuhi

syarat:

1) 0 ≤ P(x) ≤ 1

2) Σ∀x P(x) = 1
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

Contoh dari distribusi probabilitas diskret yaitu distribusi

Binomial, distribusi Seragam, distribusi Poisson, distribusi

Bernoulli, dan distribusi Hipergeometrik.

b.Distribusi Probabilitas Kontinu

Definisi 2.4

Fungsi probabilitas variabel random kontinu X adalah fungsi yang memetakan himpuna
Fungsi f(x) disebut fungsi probabilitas variabel random kontinu X

bila memenuhi syarat:

1) ƒ(x) ≥ 0


2) ƒ–∞ ƒ(x)dx = 1
Contohnya distribusi Normal, distribusi Exponential, distribusi

Gamma, distribusi Chi-Square dan distribusi Weibull.

3. Fungsi Distribusi Kumulatif

Definisi 2.5
Fungsi distribusi kumulatif dari variabel random diskret dan kontinu didefinisikan sebagai

Σ P(x) , bila X diskret


F(x) = P(X ≤ x) = ∀X≤x
x

ƒ ƒ(t)dt , bila X kontinu


l–∞
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

4. Karakteritik Distribusi Probabilitas

Adapun karakteristik dari sebuah distribusi probabilitas adalah sebagai

berikut:

a. Mean

Definisi 2.6
Mean atau ekspektasi matematik (expected value) dari variabel random diskret dan kontin

Σ xP(x) , bila X diskret


∀x

E(X) =
ƒ xƒ(x)dx , l–∞
bila X kontinu

b. Variansi

Definisi 2.7
Jika X suatu variabel random, maka variansi dari X, ditulis Var(X) atau V(X), didefinis

Var(X) = E(X – E(X))2

Teorema 2.8

Var(X) = E(X2) – (E(X))2

Bukti:

Var(X) = E(X – E(X))2

= E[X2 – 2XE(X) + (E(X))2]


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

= E(X2) – 2E(X)E(X) + (E(X))2

= E(X2) – (E(X))2 ∎

c. Momen

Definisi 2.9
Nilai harapan dari Xr yang menyatakan momen nol ke-r dari variabel random X adalah

μ′r (X) = E(Xr) (2.1)

Secara umum, r adalah sebarang bilangan real, tetapi untuk

banyak kasus, r adalah bilangan bulat non-negatif.

d. Fungsi Pembangkit Momen

Definisi 2.10

Fungsi pembangkit momen (moment generating function, MGF) dari X, ditulis MX(t) da
MX(t) = E(etX)

Σ etxP(x) , bila X disk


∀x
=∞
ƒ etxƒ(x)dx , bila X kont
l–∞
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

B. Distribusi Eksponensial

Pada subbab ini akan sedikit dibahas tentang distribusi Eksponensial. Hal-
hal yang berkaitan dengan distribusi Eksponensial antara lain sebagai berikut.

1. Fungsi Probabilitas

Definisi 2.11
Variabel random X dikatakan berdistribusi Eksponensial apabila fungsi probabilitasnya se

ƒ(x) = {Je —Mx ,x>0,J>0


(2.2)
0 ,selainnya

2. Sifat-sifat Distribusi Eksponensial


Sifat-sifat dari distribusi eksponensial antara lain mean, variansi dan fungsi pembangkit mom

a. Fungsi Pembangkit Momen

Berdasarkan Definisi 2.10 maka Fungsi pembangkit Momen dari distribusi Eksponens

∫ f ( x)dx
MX(t) =etx



= ƒ etx λe–Jx dx
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

= λ ƒ etxe–Jx dx
0

= λ ƒ e–x(J–t)dx
0

–x(J–t) ∞
= λ [e ]
−(λ − t)
0


e–x(J–t) ]
=λ[
t−λ
0

0–1
=λ( )
t–J

λ
=
λ−t

Jadi, Fungsi Pembangkit Momen dari distribusi eksponensial

adalah

MX(t) = λ
λ−
t

b. Mean

Mean dapat dicari dengan mencari turunan pertama dari Fungsi

Pembangkit Momen kemudian diaplikasikan pada saat t = 0.

d λ
E( X ) = ( )
dt λ − t
λ(−1)
= −[ ]
(λ − t)2

λ
=
(λ − t)2
1
Pada saat t = 0 maka E(X) =
J
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

1
Jadi, mean dari distribusi Eksponensial adalah E(X) = .
J

c. Variansi

Berdasarkan Teorema 2.8, variansi dari sebuah fungsi densitas adalah sebagai berikut.
Var(X) = E(X2) − (E(X))2

Dari definisi di atas maka nilai dari E(X2) dan E(X)2 adalah

E(X2) = d [ λ
]
dt (λ − t)2

λ ∙ 2(λ − t) ∙ −1
= −(λ − t)4
2λ(λ − t)
= (λ − t)4

2
Pada saat t = 0 maka E(X2) = 2J
J4

2
=
λ2

Nilai dari E(X)2 adalah sebagai berikut.


2
E(X)2 = (1)
J

1
=
λ2
Var(X) = E(X2) − (E(X))2
2 1
= −
λ2 λ2
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

1
=
λ2

Jadi, variansi daridistribusi eksponensial adalah

1
Var(X) =
λ2
C. Distribusi Gamma
Pada subbab ini akan sedikit dibahas tentang distribusi Gamma. Hal-hal yang berkaitan denga

1. Fungsi Probabilitas

Definisi 2.12
Variabel random X dikatakan berdistribusi Gamma jika dan hanya jika fungsi probabilitasnya

1 z–1 –
x
ƒ(x) = wzΓ(z) xe, w x > 0, w > 0, z > 0

dimana Γ(z) merupakan nilai dari fungsi gamma yang didefinisikan

sebagai berikut

Definisi 2.13

Definisi fungsi gamma yaitu


Γ(z) = ƒ xz–1e–xdx
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

Fungsi gamma ini sangat bermanfaat terutama dalam membantu

mencari mean, variansi dan fungsi pembangkit momen yang

melibatkan integral yang rumit.

Sifat-sifat Distribusi Gamma

Sama halnya dengan distribusi Eksponensial, distribusi Gamma pun mempunyai sifat-sifat an
Fungsi Pembangkit Momen

Berdasarkan Definisi 2.10 maka fungsi pembangkit momen dari distribusi Gamma adalah seb
MX(t) = E(etX)

= ƒ etxƒ(x)dx
0


= ƒ etx 1 z–1 –
x
wzΓ(z) xedx
w
0


=ƒ 1 xz–1e– 1
(w–t)xdx
0 wzΓ(z)


=ƒ 1 z–1 – (1–tw)
x
0 wzΓ(z) xe wdx


1 x
(1 − – (1–tw)
= ƒ wdx
(1 − tw)z tw)z xz–1e
wzΓ(z)
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

z
1

(1 − tw)
1–tw

= w – (
(1 − tw)z ƒ Γ(z) xz–1e w )x
dx
0

Menggunakan fakta bahwa



ƒ Γ ba xa–1e– bxdx = 1
0 , ∀a > 0, b > 0
(a)

maka, fungsi pembangkit momen dari distribusi gamma adalah

1
MX(t) = (1 − tw)z

b. Mean

Berdasarkan Definisi 2.6 maka mean dari distribusi Gamma adalah sebagai berikut

E(X) = ƒ xƒ(x)dx
0


=ƒ x z–1 –
x
wzΓ(z) xedx
w
0


1 z –
x
= wzΓ(z) ƒ x edx w

x
Misalkan u =maka
w
x = wu

dx = w du
1
maka E(X) = ∞
(wu)ze– u w du
wzΓ(z) ƒ
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2


1
= z ƒ w z u z e – u w du
w Γ(z)
0


w
= Γƒ uze– u du
(z)
0

Berdasarkan Definisi 2.13, maka


w
E(X) = Γ(z) Γ(z + 1)
w
= Γ(z) z Γ(z)
= zw

c. Variansi

Berdasarkan Teorema 2.8 maka variansi dari sebuah fungsi densitas adalah sebagai be
Var(X) = E(X2) − E(X)2

Dari definisi di atas maka nilai dari E(X2) dan E(X)2 adalah

E(X2) = ƒ x2ƒ(x)dx
0


=ƒ x2 x
xz–1e– wdx
0 wzΓ(z)


1 z+1 –
x
= wzΓ(z) ƒ xedx w

Misalkan u = x maka x = wu
w

dx = w du
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

1
maka E(X2) =
wzΓ(z) ∞
(wu)z+1e– u w du
ƒ
0


1 ƒ wz+1uz+1e– u w du
= 0
wzΓ(z)

wz+2 ƒ uz+1e– u du
= 0
wzΓ(z)

w2 ƒ uz+1e– u du
= Γ(z) 0

Berdasarkan Definisi 2.13, maka

w2
E(X2) = ΓΓ(z + 2)
(z)

w2
= Γ(z) (z + 1) Γ(z + 1)
w2
= Γ(z) (z + 1) z Γ(z)
= z(z + 1)w2

(2.3)

Nilai dari E(X)2 adalah sebagai berikut.

E(X)2 = (zw)2

= z2w2 (2.4)

Berdasarkan persamaan (2.3) dan (2.4) di atas maka

Var(X) = E(X2) − E(X)2

= [z(z + 1)w2] − z2w2

= z2w2 + zw2 − z2w2


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

= zw2

Jadi, Var(X) = zw2

D. Teorema Nilai Rata-rata Untuk Turunan

Teorema2.15:Jikafkontinupadaselangtertutup[a, b]

dan terdiferensialkan pada titik-titik dalam dari (a, b) maka terdapat paling sedikit satu bila
ƒ(b) − ƒ(a)
= ƒ′(c)
b−a

atau sama dengan

ƒ(b) − ƒ(a) = ƒ′(c)(b − a)

y=f(x)

s(x) (b,f(b))
y=g(x)
(a,f(a))

X
a x b

Gambar 2.1 Skema dari fungsi s(x) = ƒ(x) − g(x)

Bukti:

Pembuktian teorema di atas didasarkan pada analisis seksama dari fungsi

s(x) = ƒ(x) − g(x), yang diperkenalkan pada Gambar 2.1 Pada gambar

tersebut y = g(x) adalah persamaan garis yang melalui (a, ƒ(a)) dan
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

[f(b)–f(a)]
(b, ƒ(b)). Oleh karena garis ini mempunyai kemiringan
(b–a)
dan

melalui titik (a, ƒ(a)), bentuk kemiringan titik untuk persamaannya

adalah

g(x) − ƒ(a) = ƒ(b) − ƒ(a)


(x − a)
b−a
Persamaan ini kemudian menghasilkan rumus untuk s(x), yaitu:

ƒ(b) − ƒ(a)
s(x) = ƒ(x) − g(x) = ƒ(x) − ƒ(a) − (x − a)
b−a
Jelas bahwa s(b) = s(a) = 0 dan untuk x dalam (a, b)
ƒ(b) − ƒ(a)
s′(x) = ƒ′(x) −
b−a

Sampailah pada suatu pengamatan penting, jika diketahui bahwa terdapat

suatu bilangan c dalam (a, b) yang memenuhi s′(c) = 0, maka bukti akan

selesai. Persamaan terakhir mengatakan bahwa

ƒ( b ) − ƒ( a )
0 = ƒ′(x) − b−a

yang setara dengan kesimpulan dari teorema tersebut.

Untuk melihat bahwa s′(c) = 0 untuk suatu c dalam (a, b),

alasannya adalah sebagai berikut. Jelas bahwa s kontinu pada [a, b] karena

merupakan selisih dua fungsi kontinu. Jadi menurut Teorema Keberadaan

Maks-Min, s harus mencapai baik nilai maksimum maupun nilai minimum

pada [a, b]. Jika kedua nilai ini kebetulan adalah 0, maka s(x) secara

identik adalah 0 pada [a, b], akibatnya s′(x) = 0 untuk semua x dalam

(a, b), jauh lebih banyak daripada yang diperlukan.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

Jika satu nilai maksimum atau nilai minimum berlainan dengan 0,

maka nilai tersebut dicapai pada sebuah titik dalam c, karena s(a) =

s(b) = 0. Sekarang s mempunyai turunan disetiap titik dari (a, b),

sehingga dengan Teorema Titik Kritis, s′(c) = 0. ∎

E. Deret Taylor

Sebuah deret disebut deret Taylor jika deret tersebut dapat

direpresentasikan dalam x-a. Pertanyaan yang berkembang dalam deret

pangkat adalah: Jika diketahui sebuah fungsi f misalnya fungsi sin x,

dapatkah fungsi tersebut direpresentasikan dalam x-a? Dua teorema

berikut akan menjawab pertanyaan tersebut.

Teorema 2.16: Rumus Taylor dengan Suku Sisa (Ekspansi Taylor)

Misalkan f adalah fungsi dimana turunan ke-(n+1)-nya

ƒ(n+1)(x) ada untuk setiap x pada selang terbuka I yang mengandung a.

Jadi, untuk setiap x dalam I,

ƒ′′(a)
ƒ(x) = ƒ(a) + ƒ′(a)(x − a) + (x − a)2 + ⋯
2!
f(n)(a)
+ (x − a)n + R (x)
n! n

dimana sisanya (atau kesalahannya) Rn(x) dinyatakan dengan rumus

ƒ(n+1)(c)
Rn(x) = (x − a)n+1
(n + 1)!
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

dengan c adalah titik diantara x dan a.

Bukti:
Untuk membuktikan teorema tersebut terlebih dahulu akan didefinisikan fungsi Rn(x) di I


ƒ′′(a) ƒ(3)
Rn(x) = ƒ(x) − ƒ(a) − ƒ (a)(x − a) − 2! (x − a)2 −(x − a)3
3!
(n)
— ⋯ − f(x − a)n
n!

Kemudian anggap x dan a sebagai konstanta dan definisikan fungsi baru g

di I dengan


ƒ′′(t)(x − t)2ƒ(3)(t)(x − t)3
g(t) = ƒ(x) − ƒ(t) − ƒ (t)(x − t) − −
2!3!
ƒ(n)(t)(x − t)(n)(x − t)n+1
— ⋯ −− Rn(x)
n!(x − t)n+1

Jelaslah bahwa g(x) = 0 (ingat, x dianggap tetap) dan


ƒ′′(a)(x − a)2ƒ(3)(a)(x − a)3
g(a) = ƒ(x) − ƒ(a) − ƒ (a)(x − a) − −
2!3!
(n) n n+1
—⋯− f (a)(x–a) − R (x) (x–a)
n! n (x–a)n+1

= Rn(x) − Rn(x)

=0

Karena a dan x adalah titik-titik di I dengan sifat bahwa g(a) = g(x) = 0

maka Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan dapat diterapkan. Dengan

demikian ada bilangan c di antara a dan x sedemikian rupa sehingga


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

g′(c) = 0. Untuk mendapatkan turunan g, harus diterapkan aturan

perkalian bilangan berulang kali.

g′ (t) = 0 − ƒ ′ (t) − [ƒ ′ (t)(−1) + (x − t)ƒ ′′ (t)]


1
— [ƒ′′(t)2(x − t)(−1) + (x − t)2ƒ(3)(t)]
2!
1
— [ƒ(3)(t)3(x − t)2(−1) + (x − t)3ƒ(4)(t)] − ⋯
3!
1
— [ƒ (n) (t)n(x − t)n–1 (−1) + (x − t)nƒ (n+1)(t)]
n!

(n + 1)(x −
— Rn(x) t)n(−1)
(x − a)n+1
1 (x − t)n
=− (x − t)nƒ(n+1)(t) + (n + 1)Rn(x)
(x − a)n+1
n!
Jadi, berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan, terdapat suatu

nilai c di antara x dan a sedemikan sehingga


1
0 = g′(c) = − (x − c)nƒ(n+1)(t) + (n + 1)R (x–c)n
n (x)
n! (x–a)n+1

Ini akan menuntun pada


1
(x − c)nƒ(n+1)(c) = (n + 1)R (x–c)n
n (x)
n! (x–a)n+1

(n+1)
(c)
Rn(x) = ƒ (x − a)n+1 ∎
(n + 1)!
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

Teorema 2.17: Teorema Taylor

Misalkan fungsi f yang memiliki turunan ke-berapapun pada suatu selang

(a − r, a + r).

Deret Taylor


ƒ′′(a) ƒ(3)(a)
ƒ(a) + ƒ (a)(x − a) + (x − a)2 + 3! (x − a)3 + ⋯
2!

mempresentasikan fungsi f pada selang (a − r, a + r) jika dan hanya jika

lim Rn(x) = 0
n→∞

dimana Rn(x) adalah suku sisa dalam Rumus Taylor,

ƒ(n+1)(c)
Rn(x) = (n + 1)! (x − a)n+1

dan c adalah titik pada (a − r, a + r).

Bukti:
Untuk membuktikan teorema di atas hanya dibutuhkan Teorema 2.16. Deret pada Teorema


ƒ′′(a)
ƒ(x) = ƒ(a) + ƒ (a)(x − a) + (x − a)2 + ⋯
2!
(n)
+f (a) (x − a)n + R (x)
n! n

Pada deret ƒ(x) di atas, jika limn→∞ Rn(x) = 0 maka terbukti bahwa deret
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 2

ƒ′′(a) ƒ(3)(a)
ƒ(a) + ƒ′(a)(x − a) + (x − a)2 + (x − a)3 + ⋯
2! 3!

dapat mempresentasikan fungsi f pada selang (a − r, a + r).

Jadi, ƒ(x) dapat ditulis menjadi

ƒ( x) = (x–a)n
Σ∞ n ƒ(n)(a) n! ∎

F. Metode Maksimum Likelihood

Salah satu metode penting yang dapat digunakan untuk mencari

penduga parameter selain dengan metode kuadrat terkecil adalah metode

maksimum likelihood. Metode ini diperkenalkan oleh R. A. Fisher pada

tahun 1922. Secara umum prinsip dari metode maksimum likelihood

adalah sebagai berikut. Misalkan X adalah variabel random dengan

parameter θ yang tidak diketahui. Diambil n sampel random yaitu

X1, X2, … , Xn dengan nilai sampelnya adalah x1, x2, … , xn. Fungsi densitas

bersama dari X1, X2, … , Xn adalah ƒ(x1, x2, … , xn; θ). Fungsi likelihood dari

sampel tersebut adalah

L(θ; x1, x2, … , xn) = ƒ(x1, x2, … , xn; θ).

L(θ; x1, x2, … , xn) disingkat menjadi L(θ). Jika X1, X2, … , Xn merupakan

variabel random berdistribusi diskret dengan fungsi densitas p(x, θ) maka

fungsi likelihoodnya adalah

L(θ) = P(X1 = x1, … , Xn = xn)


n

= G P(Xi = xi)
i=1
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

= G P(xi; θ)
i=1

Dan dalam kasus kontinu, jika fungsi densitasnya adalah ƒ(x, θ) maka

fungsi likelihoodnya adalah

L(θ) = ∐n ƒ(xi; θ) (2.7)


i

Tujuan dari metode maksimum likelihood adalah menentukan penduga

yang memaksimalkan fungsi likelihood. Penduga ini disebut penduga

kemungkinan maksimum. Beberapa langkah yang digunakan untuk

mendapatkan parameter dengan metode maksimum likelihood adalah

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan fungsi likelihood, L(θ)

2. Mengoperasikan fungsi likelihood dengan logaritma natural (ln)

3. Mendiferensialkan ln L(θ) terhadap θ dan menyamakan derivatifnya

dengan nol.

4. Menyelesaikan derivatif tersebut dalam parameter θ dan akan

diperoleh θ^.

Berikut ini adalah alasan mengapa fungsi likelihood dioperasikan dengan

logaritma natural (ln). Seperti diketahui bahwa fungsi logaritma natural

adalah fungsi naik sehingga jika x1 < x2 maka ƒ(x1) < ƒ(x2). Ini berarti

bahwa pada titik tertentu dimana logaritma natural dari fungsi likelihood

mencapai maksimum maka pada titik yang sama pula fungsi likelihood

juga akan mencapai maksimum.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

G. Pengendalian Proses Statistik

Dalam banyak proses produksi, bagaimanapun baiknya dirancang,

akan selalu ada variabilitas hasil produksi karena adanya gangguan atau

sebab-sebab kecil yang pada dasarnya tidak terkendali (untuk selanjutnya

disebut variabilitas dasar). Apabila gangguan dasar suatu proses relatif

kecil maka biasanya dipandang sebagai tingkat yang dapat diterima dari

peranan proses. Dalam kerangka pengendalian kualitas statistik, suatu

proses yang bekerja hanya dengan adanya variasi dari sebab-sebab tak

terduga dikatakan ada dalam pengendalian statistik.

Dalam proses produksi dikenal 3 sumber antara lain: mesin yang

dipasang dengan tidak wajar, kesalahan operator, dan/atau bahan baku

yang cacat. Variabilitas seperti ini umumnya besar apabila dibandingkan

dengan variabilitas dasar dan biasanya merupakan tingkat yang tidak dapat

diterima dari peranan proses. Sumber-sumber variabilitas yang bukan

bagian dari pola sebab tak terduga dinamakan dengan “sebab-sebab

terduga”. Suatu proses yang bekerja dengan adanya sebab-sebab terduga

dikatakan tidak terkendali.

Dalam buku pedoman Western Electric (1956) yang dikutip oleh

Montgomery (2009) mengusulkan sekumpulan aturan pengambilan

keputusan untuk penyidikan pola tak random pada grafik pengendali.

Khususnya, buku tersebut mengusulkan penyimpulan bahwa proses tak

terkendali apabila salah satu:

1. Satu titik jatuh di luar batas pengendali 3-sigma.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

2. Dua dari tiga titik berurutan jatuh di luar batas peringatan 2-sigma.

3. Empat dari lima titik yang berurutan jatuh pada jarak 1-sigma atau

lebih dari garis tengah.

4. Delapan titik yang berurutan jatuh pada satu sisi dari garis tengah.

Beberapa hal yang berhubungan dengan pengendalian proses

statistik adalah sebagai berikut.

1. Grafik Pengendali

Untuk mengawasi agar proses agar tetap stabil digunakan

beberapa alat untuk mengendalikannya, antara lain histogram, grafik

pareto, dan grafik pengendali. Grafik pengendali (control charts)

adalah yang paling terkenal yang digunakan dalam pengendalian

mutu untuk mengontrol suatu proses berulang. Grafik pengendali

sangat berguna dalam menetapkan standar pencapaian dari sebuah

proses, membantu mencapai standar tersebut dan mempertimbangkan

standar mana yang sudah tercapai.

Secara umum, langkah-langkah utama dalam membuat grafik

pengendali adalah menentukan parameter dari proses yang diinginkan,

memilih statistik uji yang sesuai misalkan w, membuat Garis Tengah

(GT), Batas Pengendali Atas (BPA) dan Batas Pengendali Bawah

(BPB). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah

ini.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

Grafik Pengendali
10
8

Karakteristik kualitas
6
Xbar
4
BPA Xbar GT Xbar
2
0

BPB Xbar
12345678 9 10
Nomor sampel atau waktu

Gambar 2.2 Grafik Pengendali X¯

Grafik tersebut merupakan contoh grafik pengendali X¯, salah

satu dari grafik pengendali Shewhart. BPA dan BPB ditunjukkan dengan dua garis men
berkaitan dengan keadaan terkendali.

Batas pengendali dipilih sedemikian sehingga apabila proses


terkendali maka titik-titik sampel akan jatuh di antara kedua garis itu. Apabila semua ti

penyebab proses tak terkendali tersebut. Merupakan kebiasaan untuk

menghubungkan titik-titik sampel di dalam grafik dengan segmen

garis lurus, sehingga mudah untuk melihat bagaimana barisan-barisan


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

titik-titik itu tersusun menurut waktu. Apabila proses itu terkendali

maka semua titik yang digambar harus mempunyai pola yang pada

dasarnya random (Montgomery, 2008).

2. Analisis Kemampuan Proses

Teknik statistik dapat berguna sepanjang putaran produk,

termasuk aktivitas pengembangan sebelum produksi, untuk

kuantifikasi variabilitas proses, analisis variabilitas relatif terhadap

persyaratan atau spesifikasi produk, dan untuk membantu

pengembangan dan produksi dalam menghilangkan atau mengurangi

banyaknya variabilitas ini. Aktivitas umum ini dinamakan analisis

kemampuan proses.

Sudah menjadi kebiasaan mengambil penyebaran 6-sigma

dalam distribusi karakteristik kualitas produk sebagai ukuran

kemampuan proses. Dalam proses produksi, produk atau hasil yang

diperoleh dapat digunakan untuk mengukur mean proses dan batas

toleransi alami. Batas toleransi alami dideskripsikan sebagai jarak 3

standar deviasi dari mean proses. Deskripsi ini juga mengarah pada

batas 3 sigma. Batas toleransi ini dibedakan menjadi 2 yaitu Batas

Toleransi Alami Atas (BTAA) yang jatuh pada μ + 3σ dan Batas

Toleransi Alami Bawah (BTAB) yang jatuh pada μ − 3σ. Gambar

dibawah ini menunjukkan proses karakteristik kualitas yang

berdistribusi normal dengan mean μ dan standar deviasi σ.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

Gambar 2.3 Proses Karakteristik Kualitas Dengan Distribusi Normal

Bagi distribusi normal, batas toleransi alami meliputi 99,73% dari

sampel itu, atau dengan cara lain, hanya 0,27% dari hasil proses akan jatuh diluar batas to
0,27% diluar toleransi alami kedengarannya kecil, namun bila jumlah produksi satu juta b
Jika distribusi hasil proses tidak normal, maka persen hasil yang jatuh di luar μ ± 3σ dapa
Analisis kemampuan proses dapat didefinisikan sebagai suatu studi keteknikan guna men
mempunyai spesifikasi bentuk, nilai tengah (mean) dan penyebaran

(standar deviasi). Misalnya, kita akan menentukan bahwa hasil proses


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

berdistribusi normal dengan mean μ = 1,0 cm dan standar deviasi

σ = 0,001 cm.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam analisis

kemampuan proses yakni dengan histogram atau grafik probabilitas,

grafik pengendali, dan rancangan percobaan. Pada skripsi ini hanya

akan dibahas analisis kemampuan proses dengan histogram atau grafik

probabilitas.

Distribusi frekuensi dapat berguna dalam menaksir kemampuan

proses. Paling sedikit 50 sampai 100 (atau lebih) observasi harus

tersedia supaya histogram agak stabil sehingga dapat diperoleh

taksiran kemampuan proses yang cukup dapat dipercaya. Keunggulan

pendekatan distribusi ferkuensi untuk menaksir kemampuan proses

adalah bahwa cara itu memberikan kesan visual dan segera tentang

penampilan proses. Cara itu juga dapat menunjukkan dengan segera

apa sebab penampilan proses jelek. Misalkan Gambar 2.4

menunjukkan suatu proses dengan kemampuan yang cukup, tetapi

sasaran proses terletak sangat jelek, sedangkan Gambar 2.5

menunjukkan suatu proses dengan kemampuan kurang sebagai hasil

variabilitas yang besar.

Cara yang baik untuk menyatakan kemampuan proses adalah

melalui Perbandingan Kemampuan Proses (PKP). PKP ini dihitung

dengan memanfaatkan batas spesifikasi yaitu batas yang ditetapkan

oleh perusahaan yang digunakan untuk menentukan apakah proses


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

dapat diterima atau tidak. Batas spesifikasi ini biasanya digunakan

untuk memenuhi keinginan pelanggan atas produk yang dihasilkan.

Jika data berdistribusi normal atau diasumsikan normal maka

Perbandingan Kemampuan Prosesnya adalah

dengan BSA dan BSB masing-masing adalah Batas Spesifikasi Atas dan Batas Spesifika
dua sisi. Untuk spesifikasi satu sisi, PKPnya adalah sebagai berikut

PKP = BSA–μ (hanya spesifikasi atas)


atau

PKP = μ–BSB (hanya spesifikasi bawah)


Gambar 2.4 Kemampuan Proses Jelek karena Pusat Proses yang Jelek
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 3

Gambar 2.5 Kemampuan Proses Jelek karena Variabilitas Proses yang Besar
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

BAB III

DISTRIBUSI WEIBULL

A. Fungsi Probabilitas

Definisi 3.1
Variabel random X dikatakan berdistribusi Weibull apabila fungsi probabilitasnya sebagai beri

αβxβ—1e—αxβ,
untuk x > 0,α > 0,β >0
ƒ(x) = {0 , selainnya (3.1)

dimana α dan β adalah parameter distribusi Weibull.

Fungsi distribusi Weibull di atas merupakan fungsi distribusi


Weibull dengan dua parameter yaitu parameter skala (α) dan parameter bentuk (β). Defini

Definisi 3.2 Parameter Skala

Misalkan {ƒ(∙ ; θ), θ > 0} adalah keluarga dari fungsi densitas dengan parameter θ. Parameter
untuk setiap fungsi densitas ℎ(∙).

Contoh 3.1

Diberikan beberapa contoh dari parameter skala sebagai berikut.Pada

fungsi distribusi eksponensial berikut:


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

ƒ(x; λ ) = (1/λ)e –x/, , λ adalah parameter skala. Pada fungsi distribusi

normal berikut
1
ƒ(x; σ) = 1 x 2
exp [− ( ) ], σ disebut parameter skala.
√2πσ 2 σ

Berdasarkan fungsi distribusi Weibull pada persamaan (3.1), α

menunjukkan parameter skala yaitu parameter yang menentukan skala atau

penyebaran statistik dari distribusi probabilitas. Jika parameter skala besar

maka distribusi akan menyebar, sedangkan jika parameter skala kecil maka

distribusi akan lebih terkonsentrasi.

Definisi 3.3 Parameter Bentuk

Parameter bentuk (β) adalah parameter yang menunjukkan bentuk kurva

suatu distribusi.

Misalnya bentuk kurva condong ke kanan (skewness positif), bentuk kurva

condong ke kiri (skewness negatif) dan bentuk kurva yang menyerupai

distribusi normal. Selain dua parameter di atas, terdapat satu parameter

yang disebut sebagai parameter lokasi.

Definisi 3.4 Parameter Lokasi

Misalkan ƒ(x; θ, λ) adalah fungsi densitas dari variabel random X.

Parameter θ adalah parameter lokasi jika dan hanya jika fungsi densitas

ƒ(x; θ, λ) dapat ditulis sebagai fungsi dari x − θ, sehingga ƒ(x; θ, λ) =


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

ℎ(x − θ, λ) untuk setiap fungsi ℎ(∙ ; λ) dan ℎ(∙ ; λ) tidak bergantung pada

θ.

Contoh 3.2

Berikut ini adalah contoh dari parameter lokasi. Pada fungsi distribusi

normal berikut

1 1 x−μ 2
ƒ(x; μ; σ) = exp [− ( ) ]
√2πσ 2 σ

μ disebut sebagai parameter lokasi.

B. Grafik Distribusi

Grafik dari distribusi Weibull sangat beragam. Dengan memilih

nilai-nilai parameter α dan β distribusi itu akan mempunyai berbagai

macam bentuk. Jika parameter skala yang diubah-ubah dengan

menganggap bahwa parameter bentuk konstan maka akan diperoleh grafik

fungsi densitas dengan nilai ƒ(x) > 1. Hal ini juga terjadi jika parameter

yang diubah adalah parameter bentuk dengan menganggap bahwa

parameter skala konstan. Grafik di bawah ini adalah contoh grafik fungsi

densitas dengan perubahan pada parameter bentuk (β).


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

Gambar 3.1 Grafik distribusi Weibull untuk β = 0.5, 1 dan 3; 5 = α = 1

Pada grafik di atas tampak jelas bahwa dengan nilai β yang berbeda-beda

akan membentuk grafik yang berbeda-beda pula. Pada saat β = 1 maka persamaan (3.1) akan
Jika digambarkan dengan menggunakan MATLAB, dengan menggunakan sintaks
syms x

beta=sym(3.5);

f=beta*x^(beta-1)*exp(-x^beta);

ezplot(f)
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut

Gambar 3.2 Grafik distribusi Weibull untuk β = 3,5 ; α = 1

Berikut ini akan ditunjukkan bahwa fungsi probabilitas Weibull memenuhi

sifat-sifat fungsi probabilitas berdasarkan Definisi 2.4. Selain nilai

ƒ(x) > 0, nilai ƒ∞ ƒ(x)dx = 1.


0

∞ ∞ β
ƒ 0ƒ(x)dx = ƒ αβxβ–1e–αx dx
0

Misalkan u = αxβ

du = αβxβ–1dx

∞ ∞
ƒ ƒ(x)dx = ƒ αβxβ–1e–αxβdx
00


= ƒ e–udu
0

= −e–u]∞
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

=1

Jadi, nilai ƒ ƒ(x)dx = 1
0

C. Fungsi Distribusi Kumulatif

Berdasarkan Definisi 2.6 maka fungsi distribusi kumulatif dari distribusi

Weibull adalah sebagai berikut:


x

F(x) = ƒ ƒ(t)dt
0

x
β
= ƒ αβtβ–1e–αt dt
0

1
u
Misalkan u = αtβ maka t = ( )β
α

du = αβtβ–1dt
x

F(x) = ƒ e–udu
0

= −e–u]x
0
β x
= −e–αt ]
0

β
= −e–αx − (−1)
β
= 1 − e–αx

Jadi, fungsi distribusi kumulatif dari distribusi Weibull adalah

β
F(x) = 1 − e–αx
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

D. Sifat-sifat Distribusi Weibull

Beberapa sifat penting dari distribusi Weibull yaitu:

1. Mean

Salah satu konsep penting dalam teori probabilitas adalah tentang ekspektasi atau sering dis

E(X) = ƒ x(αβxβ–1e–αxβ)dx
0


E(X) = ƒ(αβxβe–αx β )dx
0

Misalkan u = αxβ maka x = (u)β


α

du = αβxβ–1dx

∞ 1 β
u β 1
e–u du
E(X) = ƒαβ [( ) ]α 1 β–1
0 αβ [(u)β]
l α J
∞ 1 β 1 1–β
u βu β
E(X) = ƒ {[( ) α] e–u [( ) α
]} du
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4


1
u
E(X) = ƒ [e ( ) ]β du–

u α
0

∞ 1

E(X) = ƒ –u

(e 1) du
αβ
0

1
1 ∞ –u
E(X) = u ) du
β

(e 0
αβ

Berdasarkan Definisi 2.13 maka persamaan di atas dapat diubah

menjadi

1
E(X) = α 1Γ
β
+ 1) (3.2)
–(
β

2. Variansi

Dari fungsi densitas yang terdapat pada persamaan (3.1), maka

menurut Teorema 2.8 variansi dari distribusi Weibull adalah sebagai

berikut.

Var(X) = E(X2) − E(X)2

Dari definisi di atas maka nilai dari E(X2) dan E(X)2 adalah

β
E(X ) = ƒ x2(αβxβ–1e–αx )dx
2


β
E(X 2 ) = ƒ(αβx β+1 e –αx )dx
0

1
β u
Misalkan u = αx maka x = ( )
β
α
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

du = αβxβ–1dx

∞ 1 β+1
E(X2) = ƒαβ [(u)β] 1
e–u 1 β–1 du
α
0 αβ [(u)β]
l α J
∞ 1 β+1 1 1–β
E(X2) = ƒ {[(u)β] e–u [(u)β]} du
α α
0

∞ 1 1
u 1+β u β–1
E(X ) = ƒ [( )e( )] du–u
2
α α
0

∞ 2
E(X2) = ƒ (e–u (u)β) du
α
0

∞ 2
–u uβ
E(X 2) = ƒ (e2 ) du
0 αβ


2
1
E(X 2) =2 ƒ (euβ) du
–u

αβ 0

Berdasarkan Definisi 2.13 maka persamaan di atas dapat diubah

menjadi

2
E(X2) = α–β Γ (2β+ 1) (3.3)
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

Nilai dari E(X)2 adalah sebagai berikut.

–1 2
1
E(X)2 = [α β Γ (β + 1)]

2 2
E(X)2 = α–β [Γ (1 + 1)] (3.4)
β

Dari persamaan (3.3) dan (3.4) maka

Var(X) = E(X2) − E(X)2

–2 2 –2 1 2
=α β Γ ( β + 1) − α β [Γ ( β+ 1)]

–2 2
2 1
= α β {Γ (β + 1) − [Γ (β + 1)] }

–2 2 1 2
Jadi, Var(X) = α β {Γ ( β + 1) − [Γ ( β + 1)] }

3. Fungsi Pembangkit Momen

Dengan mereduksi variabel Weibull pada persamaan (2.1) akan

diperoleh:

μ'r (U) = E(Ur) = ƒ urƒ U(u|β)


0


= ƒ ur(βuβ–1e–uβ)du
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 4

1
Misalkan v = uβ maka u = vβ sehingga dv = βuβ–1du integral di

atas akan menjadi


r
= ƒ vβe–vdv
0

Integral di atas sulit diselesaikan namun integral di atas biasanya

dikenal dengan fungsi Gamma seperti pada Definisi 2.13, sehingga

akan diperoleh

r
μ' (U) = Γ ( + 1) (3.5)
r β

Momen nol dari variabel umum Weibull berhubungan dengan

variabel Weibull yang direduksi. Dengan mensubstitusikan X = a +

bU ke dalam persamaan (2.1) dan menggunakan persamaan (3.5)

akan diperoleh:

μ' (X) = E(Xr) = E[(a + bU)r]


r

r
r
=j Σ ( ) br–j E(U r–j)
a
j
j=0

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.5) ke dalam bentuk di atas

maka persamaan di atas akan menjadi

r–j
μ' (X) = E(Xr) = Σr (r) ajbr–jΓ ( + 1) (3.6)
r j=0 j β
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

Dari persamaan (3.6) dapat diperoleh momen-momen berdasarkan

perubahan nilai r. Empat momen pertama yang diperoleh adalah

sebagai berikut.

μ'1 (X) = E(X) = a + bΓ1 (3.7)

μ'2 (X) = E(X2) = a2 + 2abΓ2 + b2Γ2 (3.8)

μ'3 (X) = E(X3) = a3 + 3a2bΓ1 + 3ab2Γ2 + b3Γ3 (3.9)

μ'4 (X) = E(X4) = a4 + 4a3bΓ1 + 6a2b2Γ2 + 4ab3Γ3 + b4Γ4(3.10)

Berdasarkan Definisi 2.10 fungsi pembangkit momen (moment generating function, MG


M

Ketika Mx(t) ada untuk setiap interval |t| < T, dimana T > 0. Fungsi Pembangkit Momen
Dari Teorema 2.18 deret Taylor didefinisikan sebagai berikut


ƒ(x) = Σ ƒ(n)(a) n=0 (x − a)n
n!

Empat momen pada persamaan (3.7), (3.8), (3.9) dan (3.10) kemudian

dapat dituliskan ke dalam sebuah deret Taylor.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

Pada saat r = 0 maka berdasarkan persamaan (3.6) diperoleh

μ' (X) = E(1) = a0b0Γ(0 + 1)


0

μ ' ( X) = 1 (3.11)
0

Deret Taylor yang dapat dibentuk dari persamaan (3.7), (3.8), (3.9),

(3.10) dan (3.11) adalah sebagai berikut:


Mx(t) = μ' (X) + μ' (X) + μ' (X) + μ' (X) + μ' (X) + ⋯
0 1 2 3 4
t t t
= μ' (X) 0+ μ' (X) t1 + μ' (X) t2 + μ (X) 3+ μ (X) 4+ ⋯
' '

0
0! 1 1! 2
2! 3
3! 4
4!

t1 t2 t3 t4
= 1 + μ' (X) + μ' (X) + μ' (X) + μ' (X) + ⋯
1 1! 2 2! 3 3! 4 4!

tr
= 1 + Σ μ' (X)
r r!
r=1

Berdasarkan hasil ekspansi Taylor di atas maka terlihat bahwa μ' (X)
r

adalah koefisien dari tr dalam ekspansi Taylor. Maka M (t) adalah


r! x
r
t
M (t) = E(etX) = 1 + μ' (X) (3.12)
Σ∞
x r=1 r! r

Dengan mengkombinasikan persamaan (3.5) dan persamaan

(3.12) maka MU(t) dapat diekspresikan sebagai

∞ tr r
MU(t) = 1 + Σ Γ + 1)
( r! β
r=1

Jadi, fungsi pembangkit momen dari distribusi weibull adalah

∞ tr r
MU(t) = 1 + Σ Γ + 1)
( r! β
r=1
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

E. Kertas Peluang Weibull

1. Grafik Probabilitas Weibull

Grafik probabilitas adalah sebuah teknik grafis untuk menduga

apakah data mengikuti distribusi yang diberikan seperti distribusi

normal atau Weibull. Grafik probabilitas Weibull termasuk jenis

grafik probabilitas yang biasanya digunakan untuk mengestimasi

parameter α dan β pada distribusi Weibull. Dengan kata lain grafik

Weibull adalah metode pemeriksaan informal untuk memeriksa

asumsi pada model distribusi Weibull dan juga untuk menduga

parameter dari distribusi Weibull. Pada subbab ini akan dijelaskan dan

diilustrasikan metode pembuatan grafik probabilitas Weibull. Ide

dasar dari pembuatan grafik probabilitas Weibull adalah hubungan

antara p-kuantil tp dari probabilitas Weibull dan p untuk 0 < p < 1. p-

kuantil tp didefinisikan dengan sifat sebagai berikut


β
p = FT(tp) = P(T ≤ tp) = 1 − e(–[αtp] )
(3.13)

1
[–ln(1–p)]β
sehingga akan didapatkan tp =
α

Jika kedua ruas persamaan di atas dioperasikan dengan logaritma

natural (ln) maka persamaan di atas akan menjadi


1 1
y = ln(t ) = ln ( ) + ln[−ln(1 − p)] (3.14)
p p α β

Jadi jika ln(tp) diplotkan dengan

w(p) = ln[−ln(1 − p)] (3.15)


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

maka grafik akan berbentuk garis lurus dengan berpotongan pada


1 1 1 1
a = ln ( ) dengan kemiringan b = . Jadi, α = dan β = .
α β ea b

Pembuatan plot grafik w(p) dengan yp = ln(tp) biasanya dikerjakan

pada kertas peluang Weibull. Untuk itu perlu dilihat hubungan linear

berikut ini

w(p) = β [ln(tp ) − ln (1 )] (3.16)

dengan kemiringan

B=β (3.17)

dan berpotongan pada


1
A = −βln (
α) (3.18)

Dari persamaan (3.17) dan (3.18) diperoleh nilai parameter bentuk


A
β = B dan parameter skala α = eB. Pada saat p tidak diketahui maka

digunakan sampel quantil. Untuk sampel yang lengkap, T1, … , Tn, pi

diperoleh dengan mengurutkan Ti dari yang terkecil hingga yang

terbesar sehingga didapatkan T(1) ≤ ⋯ ≤ T(n) dan dengan

1–0,5
menggunakan pi =
maka pendekatan kuantil pi dapat diduga dan
n

Ti menunjukkan sampel kuantil ke-i.

Ide dari pembuatan grafik probabilitas Weibull untuk sampel

yang lengkap adalah membuat grafik w(pi) = ln[−ln(1 − pi)]

sebagai sumbu vertikal dan ln(T(i)) sebagai sumbu horisontal. Dalam


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

kaitannya dengan variasi dari T(i) di sekitar tpiberdasarkan pada

persamaan (3.16) maka dapat dilihat secara kasar terdapat hubungan

yang linear. Kualitas dari hubungan linear ini akan memberikan suatu

indikasi apakah asumsi dari model Weibull layak atau tidak. Untuk

ukuran sampel yang kecil, bentuk linear akan sangat kasar, meskipun

sampel tersebut berdistribusi Weibull. Jadi, deviasi dari linearitas

tidak perlu dipelajari lebih jelas. Pengujian formal merupakan cara

yang lebih baik untuk dilakukan.

Untuk menggambarkan titik (ln(T(i)), w(pi)) akan

ditempatkan atau diinterpolasikan nilai dari label T(i) pada absis dan

nilai dari pi pada ordinat, dengan kata lain tidak perlu dilakukan

transformasi ln(T(i)) dan w(pi) = ln[−ln(1 − pi)]. Beberapa


(i–0,3)
pengarang menyarankan untuk menggunakan p' = sebagai p ,
i (n+4) i

ada juga yang menggunakan i


(n+1)
. Selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 3.1. Semua pilihan dari pi memberikan nilai antara 0 sampai 1

atau 0 < p < 1 untuk menghasilkan nilai berhingga dari wpi. Untuk

ukuran sampel n yang besar terdapat sedikit perbedaan dalam memilih

pi dan untuk ukuran sampel n yang kecil variabilitas dalam sampel

Weibull membuat terdapat pilihan dalam memilih metode yang cocok.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

Tabel 3.1

Kedudukan Grafik (plotting position)

Variabel Tereduksi Probabilitas


Nama u^ i:n
P
^i

Penduga Naive i 1
= F–1 ^=
i:n U (n ) i
Letak Titik Tengah u^i:n = F–1 [(i − 0,5)/n] P^ =n(1 − 0,5)/n
U i
(1
Letak BLOM u^ = F –1 [ (i − 0,375) = − 0,375)
]
i:n (n + 0,25)
U
(n + 0,25) i

Letak Nilai Tengah


- Sesuai dengan u^i:n = F–1 [i/(n + 1)] = i/(n + 1)
P^
U i
∐i
- Sesuai dengan u^ i:n = αi:n P^i = FU (αi:n )
Ui:n
Letak Median (i − 0,3)
- Sesuai dengan u^ = F –1 [ ] (1 − 0,3)
=
P^
∐i i:n (n + 0,4)
U i
(n + 0,4)
- Sesuai dengan u^i:n = u˜i:n P^i = FU (u˜ i:n )
Ui:n
Letak Mode (i − 1)
- Sesuai dengan u^ = F –1 [ ] (i − 1)
=
P^
∐i i:n U
(n − 1) i
(n − 1)
- Sesuai dengan u^i:n = u∗ P^ = (u∗ )
F
Ui:n i:n i U i:n

Letak berdasarkan
estimasi optimal Tidak ada rumus analitik
dari a dan b
Sumber: Rinne, H. The Weibull Distribution : A Handbook (Boca
Raton: CRC press, 2009)

2. Skala Dalam Kertas Peluang Weibull

Kertas peluang Weibull ada 3 macam dengan perbedaan

besarnya skala pada absis. Kertas jenis pertama skala pada absis
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

dimulai dari 1 sampai 10, pada kertas jenis kedua skala dimulai dari 1

sampai 100 sedangkan pada kertas jenis ketiga skala dimulai dari 1
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

sampai 1000. Jika pada observasi terutama data observasi waktu hidup,

misalkan data berada pada skala dari 50 sampai 4000, secara sederhana

unit waktu ke sepersepuluhnya diubah dan kemudian menggunakan

kertas jenis ketiga yang dapat menampung data tersebut dan skalanya

berubah dari 5 sampai 400. Jika skalanya sangat besar maka sebaiknya

digunakan kertas dengan skala yang lebih besar. Skala yang lebih

besar tidak diberikan disini karena skalanya penuh sesak (sangat kecil)

dan karena transformasinya sangat sulit.

Jika T~G(α, β) (dengan kata lain T berdistribusi Weibull dengan


β
parameter α dan β) maka T' = T a ~G (α a , ) = G(α ', β ' )
a

1 β
1 (–[αya] )
sehingga P( T' ≤ y) = P(Ta ≤ y) = P (T ≤ ya) = 1 − e

β
βF
(–[αa y]a) –
=1−e =1−e ( α
[ y] )

Jadi, dapat selalu dihasilkan skala dari waktu kegagalan naik atau

turun (tapi biasanya turun) ke dalam jarak yang tepat dengan

transformasi yang tepat. Setelah mengestimasi (α', β') dengan mudah

dapat mentransformasinya kembali menjadi (α, β) menggunakan nilai


'1 '
dari a, namakan α = α a dan β = aβ .

Sebagai contoh, jika sebuah sampel dengan minimum dan

maksimum T(1) = 5 dan T(n) = 800000 secara berturut-turut, akan

membutuhkan 6 orde sehingga dapat menampung semua sampel,


1
misalkan terletak pada [1, 1000000]. Jika diambil T2 = √T akan
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

memberikan T' = √T(1) = 2,24 dan T' = √T(n) = √800000 =


(1) (n)

894,43 dan sekarang semua sampel yang ditransformasi dapat

ditampung pada interval [1, 1000] atau dengan kata lain pada kertas

peluang Weibull jenis ketiga. Sebaliknya jika diambil T(1) = 0,5 dan

T(n) = 800000 secara berturut, transformasi tersebut tidak memenuhi


1
karena √0,5 = 0,71. Sekarang akan dicoba mengambil nilai a = dan
3

1 1
diperoleh 0,53 = 0,794 dan 8000003 = 92,83. Dengan menyatakan

nilai ini kedalam unit dari 1


akan diperoleh nilai baru 7,94 dan 928,3
10

yang dapat ditampung dengan kertas peluang Weibull jenis ketiga.

Berikut adalah contoh grafik probabilitas Weibull yang terbentuk.

Contoh 3.3

Untuk memperlihatkan grafik probabilitas Weibull, 1000 sampel

random dibangkitkan dengan Minitab dengan parameter skala () yaitu

3 dan parameter bentuk () yaitu 2. Sampel random tersebut kemudian

diplotkan sehingga terbentuk grafik probabilitas Weibull sebagai

berikut.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 5

Probability Plot of Data


Weibull - 95% CI
0,9999
Shape2,082
Scale3,039
0,95 N1000
0,8 AD0,707
0,5 P-Value 0,069

0,2
Probabil

0,05
0,02
0,01

0,0001
0,01 0,1 1 10
Data

Gambar 3.3 Grafik Probabilitas Weibull

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sampel random yang

digambarkan dalam grafik probabilitas Weibull sebagian besar berada dalam selang pad
peluang Weibull jenis pertama, kedua dan ketiga berturut-turut.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

a. Kertas peluang Weibull jenis pertama ( 1 cycle log10)

Gambar 3.4 Kertas peluang Weibull jenis pertama

Sumber: Scholz, F. Weibull Probability Paper

(2008)
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

b. Kertas peluang Weibull jenis kedua ( 2 cycle log10)

Gambar 3.5 Kertas peluang Weibull jenis kedua

Sumber: Scholz, F. Weibull Probability Paper

(2008)
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

c. Kertas peluang Weibull jenis ketiga ( 3 cycle log10)

Gambar 3.6 Kertas peluang Weibull jenis ketiga

Sumber: Scholz, F. Weibull Probability Paper (2008)

F. Pendugaan Parameter Distribusi

Distribusi Weibull sangat beragam tergantung pada pemilihan

nilai α dan β pada persamaan (3.1). Oleh karena itu penting untuk

membatasi nilai dari parameter Weibull. Jika dipilih nilai α = 1 dan β =


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

1 maka distribusi Weibull tersebut akan menjadi distribusi eksponensial,

sedangkan pada saat α = 1 dan β = 3,5 maka distribusi Weibull akan

mendekati distribusi normal. Namun demikian nilai ini adalah nilai teoritis

(bukan nilai pendekatan yang diperoleh dari sampel). Jadi, bila ukuran

sampel kecil tidak ada ekspektasi dari nilai eksak 3,5 untuk parameter

bentuk yang merupakan pendekatan untuk distribusi normal. Perubahan

bentuk dari pemilihan nilai α dan β yang berbeda dapat dilihat pada grafik

dibawah ini.

Gambar 3.7 Grafik distribusi Weibull untuk α = 1, β = 1, 2 dan 3,5

Terlihat pada Gambar 3.7 bahwa tampak jelas perubahan dari distribusi

eksponensial menjadi distribusi normal dengan berubahnya nilai  dan

 Untuk memperoleh parameter  dan  digunakan metode Maksimum

Likelihood yang diaplikasikan pada fungsi distribusi Weibull.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

Fungsi probabilitas dari distribusi Weibull adalah sebagai berikut


β
ƒ(x) = αβxβ–1e–αx

maka fungsi likelihood dari distribusi Weibull berdasarkan persamaan

(2.7) adalah sebagai berikut


n
β
L = L(α, β) = G αβxi β–1 –αxi
e
i=1

n
Σ (αβ)n G x
= e–
n β–1
αxiβ
i i=1

i=1

Jika persamaan di atas dioperasikan dengan logaritma natural maka akan

diperoleh
n n

ln L = n ln(αβ) + (β − 1) Σ ln xi − Σ αxiβ
i=1 i=1

n n

= n ln α + n ln β + (β − 1) Σ ln xi − α Σ xiβ
i=1 i=1

Dengan mencari derivatif parsial terhadap α dan β dengan nilai kedua

derivatif tersebut adalah nol maka akan diperoleh


n n β
ln L = − Σ x (3.19)
i
α α
i=1

n
n + Σ ln n
ln
x L = — α Σ x β ln (3.20)
x
i i i
β β
i=1 i=1

Jika turunan parsial pada persamaan (3.19) di atas diselesaikan maka akan

diperoleh

n
α=
Σni=1xi β
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

Dengan mensubstitusikan α ke dalam persamaan (3.20) maka akan

diperoleh
n n
n n β
ln L = + Σ ln xi − [Σ ln xi]
xiβ β Σ n
x β

i=1 i=1 i
i=1
n
n
Σn x ln xi
β

= + Σ ln i=1 i
x i
—n[ ]
β n
Σi=1 xiβ
i=1

Oleh karena 6
ln L = 0, maka hasil dari diferensial parsial di atas dapat

diubah menjadi
n
Σn xβ ln x n
] − = Σ ln xi
i=1 i i
n[ n
Σi=1 xiβ β
i=1

Σn xβ ln x 1 Σn ln x
i=1 i i i=1 i
n β
− =
Σi=1 xi β n

Untuk β > 0, hasil derivatif parsial di atas tidak dapat diselesaikan.

Namun untuk memperoleh parameter α dan β digunakan metode Newton-

Raphson. Metode ini diaplikasikan untuk mencari nilai β terlebih dahulu

dan kemudian digunakan untuk mencari nilai dari α. Untuk itu akan dicari

derivatif parsial kedua dari ln L yaitu sebagai berikut.


2 2
n β n β n β
2
[Σi=1 xi (ln xi) Σi=1 xi ] − (Σi=1 xi ln xi)
1
ln L = + n .
β2 β2 ( i=1 x β)2
i

Dengan memisalkan

ƒ(β n n
)=Σ 1 ln x+i 1 − Σ xβk ln x
i i=1 i
k n
n βk Σi=1 xiβk

berdasarkan hasil 6
ln L dan

PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

2
n βk 2 n β n βk

ƒ'(βk) = 1 [Σi=1 xi (ln xi) Σi=1 xi k ] − (Σ x ln xi)


i=1 i
2+
βk n x βk ) 2
( i=1 i

62
berdasarkan ln L, maka rumus iterasi untuk metode Newton-Raphson
6β2

adalah sebagai berikut.

ƒ(βk)
βk+1 = βk +
ƒ'(β )k
Σn ln x 1 Σn xβk ln x
i=1 i i=1 i i
+ −
n β Σn
βk+1 = βk + i=1 xiβk 2
n βk 2 n β n βk

1 [Σi=1 xi (ln xi) Σi=1 xi k ] − (Σ x ln xi)


i=1 i
2 + (Σn xi k )2
β
βk i

Rumus iterasi di atas dapat diubah menjadi

1 Ck
A+ −
β =β β k Bk
k+1 k +1 (DkBk) − (Ck)2
2 + (B )2
βk k

dimana, A = n
i=1 ln , Bk = xiβk , Ck = xβk ln x dan
Σn Σn
Σ xi
i=1 i=1 i i
n

n
D = Σ xβk(ln x )2.
k i i
i=1

Berdasarkan penelitian dari Thoman, Bain dan Antle (1969) maka titik

awal dari iterasi adalah

n
(Σ ln xi) 2 –12
6 n (ln x )2 − i=1 ]
[Σi=1 i
π2 n
β^0 = } .
{ n − 1

Dengan pendekatan ini, metode Newton-Raphson hanya memerlukan rata-

rata 3,5 iterasi Newton untuk mencapai tingkat ketelitian sampai 10–4
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

(Zhang, 2008). Untuk mengaplikasikan metode maksimum likelihood

dalam mencari parameter distribusi Weibull akan digunakan software

Minitab. Pada contoh berikut akan dijelaskan tentang pendugaan

parameter distribusi Weibull dengan menggunakan software Minitab.

Contoh 3.4

Untuk memperoleh parameter distribusi akan dibangkitkan 1000

sampel random dengan MINITAB dengan parameter bentuk   2 dan

parameter skala  = 3. Dari sampel random tersebut akan dilakukan

pendugaan  dan  dan dibandingkan dengan  dan  yang sesungguhnya.

Data tersebut kemudian diplotkan pada empat grafik probabilitas. Berikut

ini adalah plot sampel random yang telah dibangkitkan pada empat “kertas

grafik probabilitas” yaitu Normal, Eksponensial, Weibull dan Gamma.

Probability Plot for Data


Exponential - 95% C I Goodness of F it Test
Normal - 95% C I 99,99
90
99,99 50
Normal
A D = 3,056
99 P-V alue < 0,005
90
10
Exponential
A D = 102,808
50 1 P-V alue < 0,003

10 Weibull
A D = 0,707
0,011 0,01
0 4 8 10100 P-V alue = 0,069
0,0001 0,001 0,01 0,11
Data Data
Gamma
Gamma - 95% C I A D = 5,799
Weibull - 95% C I P-V alue < 0,005
99,99 99,99
90 99
50 90

10 50

10
1
1

0,01 0,01
0,01 0,1 1 10 0,1 1 10
Data Data

Gambar 3.8 Grafik Probabilitas Untuk Data


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

Descriptive Statistics

N N* Mean StDev Median Minimum Maximum Skewness Kurtosis


1000 0 2,69667 1,35083 2,57583 0,0703449 7,22902 0,402041 0,231715

Goodness of Fit Test

Distribution AD P
Normal 3,056 <0,005
Exponential 102,808 <0,003
Weibull 0,707 0,069
Gamma 5,799 <0,005

Berdasarkan plot grafik probabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa


sampel random berdistribusi Weibull (nilai P > 0,05). Berikut ini adalah hasil pendugaan para

ML Estimates of Distribution Parameters

Distribution Location Shape Scale Threshold


Normal* 2,69667 1,35083
Exponential 2,69667
Weibull 2,08186 3,03922
Gamma 3,16855 0,85108

* Scale: Adjusted ML estimate

Berdasarkan hasil di atas diperoleh parameter bentuk untuk distribusi

Weibull yaitu  = 2,08186 dan parameter skala  = 3,03922. Dengan mengaplikasikan metod
 = 3.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

BAB IV

APLIKASI DISTRIBUSI WEIBULL

Pada bab IV akan dibahas aplikasi distribusi Weibull dalam bidang analisis waktu

hidup dan pengandalian mutu.

A. Aplikasi Dalam Analisis Data Waktu Hidup

Definisi 4.1

Waktu hidup didefinisikan sebagai durasi waktu yang diperlukan oleh sebuah

komponen masih berguna atau berfungsi.

Misalnya waktu hidup baterai merupakan variabel random. Secara umum

variabel waktu hidup bersifat kontinu dan non-negatif. Dalam hubungannya

dengan waktu hidup, terdapat beberapa hal penting yang digunakan dalam

analisis yaitu reliabilitas, distribusi waktu kegagalan dan model waktu hidup

Weibull .

1. Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa waktu hidup sangat

berkaitan dengan waktu bertahannya komponen. Dalam kaitan dengan

analisis waktu hidup reliabilitas menjadi bagian penting karena reliabilitas

berkaitan dengan kemampuan komponen bertahan sampai waktu yang

telah ditetapkan. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang reliabilitas

dalam kaitannya dengan analisis waktu hidup.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 6

Definisi 4.2

Reliabilitas dari sebuah produk adalah probabilitas produk tersebut akan

berfungsi sampai limit yang telah ditetapkan paling sedikit satu periode

waktu dengan mempertimbangkan kondisi tertentu.

Oleh karena reliabilitas didefinisikan sebagai probabilitas maka teori

probabilitas dapat digunakan untuk menghitung reliabilitas dalam sistem

yang kompleks jika reliabilitas dari komponen individu diketahui. Sistem

itu sendiri didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 4.3

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, sistem adalah

seperangkat peraturan, prinsip, fakta dan sebagainya yang disusun dalam

bentuk yang teratur; cara untuk mengerjakan sesuatu; seperangkat unsur

yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan. Sedangkan

menurut Oxford Dictionary, sistem adalah himpunan alat atau

perlengkapan yang berfungsi bersama; metode; prinsip-prinsip dalam

melakukan sesuatu.

Kebanyakan sistem mempunyai karakteristik umum, yaitu:

1. Sistem memiliki struktur, artinya sistem tersusun atas komponen-

komponen atau elemen dan komposisinya.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

2. Sistem memiliki perilaku yang melibatkan input, proses, output dan

informasi atau data.

3. Sistem memiliki interkonektivitas, artinya setiap bagian dalam sistem

mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

4. Sistem mungkin memiliki beberapa fungsi atau kumpulan fungsi.

Secara umum sistem dibagi menjadi 2 yaitu sistem seri dan sistem

paralel atau kombinasi keduanya. Sebuah sistem dikatakan seri jika semua

komponen dalam sistem saling berhubungan sehingga sistem tersebut akan

gagal jika sebarang komponen gagal. Sedangkan dalam sistem paralel,

sistem akan gagal jika semua komponen gagal. Berikut ini akan dibahas

lebih lanjut mengenai kedua sistem tersebut.

a. Sistem Seri

Andaikan sebuah sistem terdiri atas n komponen yang terhubung

secara seri dan komponen-komponen tersebut bersifat bebas, artinya

probabilitas dari satu komponen berfungsi tidak akan berpengaruh

pada probabilitas berfungsinya komponen yang lainnya. Jika Si

menyatakan keberhasilan berfungsinya komponen ke-i dalam suatu

sistem seri S, maka keberhasilan sistem tersebut sehingga dapat

berfungsi bergantung pada keberhasilan berfungsinya masing-masing

komponen yaitu

S = S1 ∩ S2 ∩ … ∩ Sn

Jadi, probabilitas sistem tersebut dapat berfungsi adalah

Rs(t) = P(Tseri > t) (4.1)


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

artinya komponen tersebut akan bertahan jika waktu hidup dari sistem

tersebut (Tseri) lebih dari waktu t yang telah ditentukan, sehingga

persamaan (4.1) dapat dinyatakan sebagai

Rs(t) = P[(T1 > t) ∩ (T2 > t) ∩ … ∩ (Tn > t)]


n
i=1 P(Ti > t)
=
n
= i=1 Ri(t) (4.2)

dimana Ri(t) adalah reliabilitas dari komponen ke-i pada waktu t dan

Rs(t) adalah reliabilitas dari sistem seri. Sistem seri tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem Seri

Contoh 4.1

Sebuah sistem kontrol terdiri dari lima buah unit dimana semua

komponennya bekerja seluruhnya agar sistem kontrol tersebut dapat

berfungsi. Jika reliabilitas dari kelima komponen tersebut masing-

masing 0,9; 0,95; 0,87; 0,93 dan 0,9, tentukan reliabilitas dalam sistem

kontrol tersebut.

Penyelesaian
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

Blok diagram yang paling mewakili dari sistem kontrol tersebut

adalah blok diagram reliabilitas dengan susunan seri. Jika reliabilitas

dari masing-masing komponen adalah Ri(t) maka reliabilitas dari

sistem kontrol tersebut adalah

Rs(t) = G Ri(t)
i=1

= 0,9 ∙ 0,95 ∙ 0,87 ∙ 0,93 ∙ 0,9

= 0,62260

Contoh 4.2

Andaikan reliabilitas berdasar waktu dari lampu-lampu dalam

rangkaian listrik adalah fungsi Weibull


β
R 1(t) = e–α1t
β
R 2(t) = e–α2t

β
R 3(t) = e–α3t

β
R 4(t) = e–α4t

5 β
R (t) = e–α5t

Tentukan Reliabilitas sistem.

Penyelesaian

Reliabilitas sistem berdasarkan persamaan (4.2) adalah


5

Rs(t) = G Ri(t)
i=1
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

β β β β β
= e–α1t ∙ e–α2t ∙ e–α3t ∙ e–α4t ∙ e–α5t

β
= e–(α1+α2+α3+α4+α5)t

Jadi, reliabilitas sistem berdasarakan sistem persamaan di atas adalah

β
R s(t) = e–(α1+α2+α3+α4+α5)t .

b. Sistem Paralel

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

relabilitas dari sistem adalah dengan menggantikan komponen tertentu

dengan komponen yang sama yang terhubung secara paralel. Jika

sistem tersebut memuat n komponen yang saling bebas dan terhubung

secara paralel, sistem tersebut tidak dapat berfungsi jika n komponen

dalam sistem tersebut semuanya gagal. Andaikan Fi adalah kegagalan

komponen ke-i dalam sistem paralel F, oleh karena kegagalan sistem

tersebut sangat bergantung pada kegagalan masing-masing komponen

dalam sistem maka kegagalan sistem tersebut dinyatakan sebagai

Fparalel = F1 ∩ F2 ∩ … ∩ Fn

Jadi, jika Fi(t) = 1 − Ri(t) adalah kegagalan komponen ke-i pada

waktu t, maka kegagalan dari sistem paralel tersebut adalah

Fp(t) = P(Tparalel ≤ t) (4.3)

dimana sistem tersebut akan gagal jika waktu bertahan dari sistem

paralel (Tparalel) kurang dari atau sama dengan waktu t, sehingga

persamaan (4.3) dinyatakan sebagai


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

Fp(t) = P[(T1 ≤ t) ∩ (T2 ≤ t) ∩ … ∩ (Tn ≤ t)]


n

= G P(Ti ≤ t)
i=1

n
= G Fi(t)
i=1

n
= G[1 − Ri(t)]
i=1

dimana Fp adalah kegagalan dari sistem paralel. Jadi, reliabilitas dari sistem paralel dap
Rp(t) = 1 − Fp(t)

= 1 − ∐n
i=1
[1 − Ri(t)] (4.4)

Dengan Rp(t) adalah reliabilitas dari sistem paralel pada waktu t.

Sistem paralel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.2 Blok Diagram Sistem Paralel

Contoh 4.3

Reliabilitas sistem paralel dinyatakan dengan Weibull sebagai berikut


β
R 1(t) = e–α1t
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

β
R 2(t) = e–α2t

Tentukan reliabilitas sistem tersebut.

Penyelesaian

Berdasarkan persamaan (4.4) diatas, maka reliabilitas sitem paralel di

atas adalah
n

Rp (t) = 1 − G[1 − Ri (t)]


i=1

β β
= 1 − [(1 − e–α1t ) ∙ (1 − e–α2t )]

β β β
= e–α1t + e–α2t − e–(α1+α2)t

Jadi, reliabilitas sistem tersebut adalah

β β β
R p(t) = e–α1t + e–α2t − e–(α1+α2)t .

Reliabilitas dari sebuah sistem atau sebuah komponen sangat

bergantung pada lamanya waktu komponen tersebut bertahan. Jadi, pokok

bahasan penting yang menjadi dasar dalam reliabilitas adalah mengenai

distribusi kegagalan yaitu distribusi dari waktu sampai komponen gagal

pada waktu dan kondisi tertentu. Cara yang dapat dilakukan untuk

mengkarakterisasikan distribusi ini adalah dengan mencari tingkat

kegagalan. Berikut ini akan diuraikan mengenai distribusi waktu

kegagalan.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

2. Distribusi Waktu Kegagalan

Andaikan ƒ(t) adalah fungsi probabilitas dari waktu kegagalan dari

komponen, yaitu probabilitas komponen akan gagal antara waktu t dan

t + ∆t yang diberikan sebagai ƒ(t) ∙ ∆t, sehingga probabilitas komponen akan gagal pada inter
t
F(t) = ƒ ƒ(
0
dan fungsi reliabilitas yang mengekspresikan probabilitas komponen bartahan sampai waktu

R(t) = 1 − F(t) (4.5)

Dari persamaan (4.5) diperoleh

F'(t) = −R'(t)

ƒ(t) = −R'(t) (4.6)

atau

ƒ(t) = − dR(t) (4.7)


dt

dimana ƒ(t) ≥ 0 dan ƒ∞ ƒ(x)dx = 1


0

sehingga berdasarkan Definisi 2.6 maka rata-rata waktu kegagalan dari komponen dapat diny

E(T) = ƒ tƒ(t)dt
0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

dengan mensubstitusikan persamaan (4.7) ke dalam persamaan di atas

maka akan diperoleh


E(T) = − ƒ t dR(t)
0 dt dt

dR(t)
Dengan integral parsial, memisalkan u = t dan dv = dt dt akan

diperoleh

E(T) = İ R(t)dt (4.8)


0

Contoh 4.4
Berdasarkan Contoh 4.2 dan Contoh 4.3 di atas, tentukan rata-rata waktu kegagalan dari m

Penyelesaian

a.Berdasarkan Contoh 4.2 diketahui

β
Rs(t) = e–(α1+α2+α3+α4+α5)t

Maka rata-rata waktu kegagalan dari sistem seri di atas adalah



E(T) = ƒ R(t)dt
0


= ƒ0 Rs(t)dt
∞–(α1+α2+α3+α4+α5)t β
= ƒ
0 e dt

Misalkan α1 + α2 + α3+α4+α5 = K dan misalkan u = Ktβ


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

1
u
maka du = Kβtβ–1dt dan t = ( )β
K

sehingga

E(T) = ƒ∞ e–u 1
du
0 1 β—1
Kβ[(u)β]
L K
`

1 1—β
[(u)β]
∞ K
= ƒ 0 e–udu Kβ

L `

1
—1
[( u)β ]
∞ K
= ƒ0 [e–u ] du

1
∞ ( )u β
= ƒ 0 [e–u K] du
Kβ(
u K)

1
u β
∞ ( )
= ƒ0 [e–u K ] du
βu

1
(1 )β 1–1

ƒ 0 e–uuβ
K
= β

Berdasarkan Definisi 2.13 maka persamaan di atas dapat diubah

menjadi

1
(1 )
K β
E( T ) = Γ ( 1)
β β
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 7

1
1 β
[ ]
1
atau E(T) = { (α1+α2+α3+α4+α5) } Γ ( )
β β

b.Berdasarkan Contoh 4.3 diketahui

β β β
Rp (t) = e –α 1t + e –α 2t — e–(α 1+α )t
2

Maka rata-rata waktu kegagalan dari sistem paralel berdasarkan

contoh tersebut adalah



E(T) = ƒ R(t)dt
0


= ƒ0 Rp(t)dt

∞ β β β
(e–α1t = +
ƒ 0 e–α2t − e–(α1+α2)t ) dt
Berdasarkan hasil rata-rata waktu kegagalan sistem seri di atas maka rata-rata kegagalan

1 1 1
( 1 )β ( 1 )β (1)β
E(T) = α1Γ (1) + α2 1 α1 + α2 1
β β β Γ (β ) − β Γ (β)

1 1 1
( 1 )β( 1 )β( 1 )β
=[ α1 + α2 − α1+α2 ] Γ (1)
β β β β

Jadi, rata-rata waktu kegagalan dari sistem paralel berdasarkan

Contoh 4.3 adalah

1 1
β 1 1
β 1 1
β
( ) ( ) ( )
1
E(T) = [
α1
+
α2

α1+α2 ]Γ( )
β β β β
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Probabilitas komponen akan gagal pada interval dari t sampai t + ∆t

adalah F(t + ∆t) − F(t) dan probabilitas bersyarat dari kegagalan pada

interval tersebut jika diasumsikan bahwa komponen bertahan sampai

waktu t dinyatakan sebagai

F(t+∆t)–F(t)
(4.9)
R(t)

Jika persamaan (4.9) dibagi dengan ∆t maka akan diperoleh tingkat

kegagalan pada interval dari t sampai t + ∆t yang dinyatakan sebagai

berikut

F(t+∆t)–F(t) 1 (4.10)
∆t ∙ R(t)

Dengan mengoperasikan persamaan (4.10) di atas dengan operasi limit

∆t → 0 maka akan didapatkan tingkat kegagalan seketika atau tingkat

kegagalan sederhana

F'(t)
Z(t) =
R(t)

dimana F'(t) adalah derivatif dari F(t) pada t. Oleh karena ƒ(t) = F'(t)

maka diperoleh

ƒ(t) ƒ(t) (4.11)


Z(t) = R(t) = 1–F(t)

Fungsi tingkat kegagalan memperlihatkan tingkat kegagalan sebagai

bagian dari distribusi waktu kegagalan. Berikut ini akan diberikan kurva

tingkat kegagalan.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Gambar 4.3 Kurva tingkat kegagalan komponen

Kurva tingkat kegagalan yang merupakan ciri khas dari banyak item

hasil produksi ditunjukkan pada gambar di atas. Kurva tersebut dibagi

dalam 3 bagian. Bagian pertama menunjukkan penurunan tingkat

kegagalan dan hal itu merepresentasikan periode sampai item yang

kualitasnya buruk (cacat) yang diproduksi menjadi berkurang. Hal ini

biasanya terjadi pada industri elektronik yang segera membuang

komponen yang terdeteksi cacat untuk mengurangi tingkat kegagalan pada

waktu yang akan datang. Bagian yang kedua, yang seringkali digolongkan

sebagai tingkat kegagalan yang konstan, hal ini biasanya dianggap sebagai

periode yang sangat berguna karena kegagalan yang terjadi sangat sedikit.

Bagian ketiga seringkali digolongkan sebagai peningkatan tingkat

kegagalan dan pada periode ini komponen akan gagal semata-mata karena

komponen tersebut telah usang. Sebagai catatan, secara umum kurva

tingkat kegagalan adalah kekhasan dari mortalitas


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

manusia, dimana bagian pertama menunjukkan kematian pada saat bayi,

sedangkan pada bagian ketiga menunjukkan kematian karena lanjut usia.

Berikut ini akan dijelaskan hubungan yang penting yang

mengekspresikan fungsi densitas waktu kegagalan dalam hubungan

dengan fungsi tingkat kegagalan. Dengan menggunakan fakta bahwa

R(t) = 1 − F(t) (persamaan (4.5)) sehingga F ' (t) = −R ' (t), jadi fungsi

tingkat kegagalan (Z(t)) dapat ditulis sebagai

Z(t) = − R'(t) d[ln R(t)]


=−
R(t) dt

dengan pengintegralan persamaan diferensial di atas menjadi R(t),

diperoleh

t
R(t) = e – ƒ 0Z(x)dx

dan, dengan menggunakan hubungan ƒ(t) = Z(t) ∙ R(t) berdasarkan

persamaan (4.11), akhirnya diperoleh

t
ƒ(t) = Z(t) ∙ e – ƒ 0Z(x)dx

Seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 4.3, seringkali diasumsikan

bahwa tingkat kegagalan konstan sampai periode komponen tersebut

masih berguna. Misalkan tingkat kegagalan tersebut disimbolkan dengan l,

dimana l > 0 dan dengan mensubstitusikan l ke dalam persamaan di atas

maka akan diperoleh

ƒ(t) = l ∙ e–lt t>0

Jadi, berdasarkan persamaan (2.2) akan diperoleh waktu kegagalan

berdistribusi eksponensial ketika tingkat kegagalan diasumsikan


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

konstan. Asumsi dari tingkat kegagalan yang konstan ini biasanya disebut

sebagai asumsi Eksponensial.

Dalam praktik, asumsi dari tingkat kegagalan yang konstan sering

tidak realistis dan dalam banyak situasi akan diasumsikan bahwa fungsi

tingkat kegagalan akan meningkat atau menurun secara pelan terhadap

waktu. Asumsi ini akan konsisten dengan penjelasan Gambar 4.3 di awal.

Fungsi yang sangat berguna yang dapat digunakan untuk mencari

pendekatan kurva tingkat kegagalan dinyatakan sebagai berikut

Z(t) = αβtβ–1 t>0 (4.13)

dimana α dan β adalah konstanta positif (Johnson, 2005). Keadaan yang

umum dari fungsi tersebut adalah: jika β < 1 maka tingkat kegagalan akan

menurun terhadap waktu; jika β > 1 maka tingkat kegagalan akan

meningkat terhadap waktu; dan jika β = 1 maka tingkat kegagalan akan

sama dengan α. Sebagai catatan, asumsi dari tingkat kegagalan yang

konstan yaitu asumsi eksponensial, merupakan kasus khusus (Johnson,

2005).

Jika persamaan Z(t) pada persamaan (4.13) di atas disubstitusikan

ke persamaan (4.12), maka akan diperoleh


t
– ƒ Z(x)dx
ƒ(t) = Z(t) ∙ e 0

β−1 t β−1
= αβt ∙ e− ƒ αβt
0
dt

β
= αβtβ−1 ∙ e−αt , t>0
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

dimana α dan β adalah konstanta positif. Fungsi densitas di atas

merupakan fungsi densitas dari distribusi Weibull seperti pada persamaan

(3.1). Pokok bahasan berikutnya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai

penggunaan distribusi Weibull dalam analisis data waktu hidup.

3. Model Waktu Hidup Weibull

Pengujian waktu hidup dari komponen sampai periode hidup dari

komponen biasanya menggunakan model eksponensial, namun tingkat

kegagalan dari komponen tidak selalu konstan sepanjang periode

pengujian (Johnson, 2005). Dalam beberapa kasus, masa kegagalan

komponen juga mungkin akan sangat panjang sepanjang periode

pengujian. Bagaimanapun, hal terpenting dalam menguji waktu hidup

adalah menentukan waktu yang dipakai daripada menentukan

kemungkinan kegagalan dari komponen yang kritis dari sistem yang

kompleks. Dalam beberapa kasus, model eksponensial biasanya tidak

dapat diaplikasikan dan perlu untuk mensubstitusikan asumsi yaitu tingkat

kegagalan konstan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, distribusi Weibull cukup

mendeskripsikan waktu kegagalan dari komponen ketika tingkat kegagalan

dari komponen tersebut meningkat atau menurun seiring dengan

bertambahnya waktu.

Berdasarkan persamaan (3.1), maka fungsi reliabilitas yaitu waktu

kegagalan yang berdistribusi Weibull diberikan sebagai


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

β
R(t) = e–αt (4.14)

dan fungsi tingkat kegagalan berdistribusi Weibull dinyatakan sebagai

Z(t) = αβtβ–1 (4.15)

Sedangkan rata-rata kegagalan kegagalan akan sama dengan rata-rata dari

distribusi Weibull yang telah diberikan pada Bab III yaitu

–1 1
E(T) = α β Γ ( β+ 1) (4.16)

Contoh 4.5

Contoh berikut akan memberikan uraian tentang aplikasi model Weibull

dalam analisis data waktu hidup.


Andaikan diberikan n = 16 waktu hidup independen (yang diberikan dalam bulan) hasil ob

31,739,257,565,065,870,075,075,2

87,788,394,2101,7105,8109,2110,0130,0

Tentukan distribusi yang cocok untuk menganalisis data di atas kemudian


gambarkan grafik fungsi distribusi kumulatif, fungsi reliabilitas dan fungsi tingkat kegagalan
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Penyelesaian

Dalam menganalisis waktu hidup terdapat dua distribusi yang dapat

digunakan yaitu distribusi Eksponensial dan distribusi Weibull. Seperti

yang telah dijelaskan bahwa distribusi Eksponensial merupakan distribusi

yang biasanya digunakan untuk menganalisis waktu hidup. Namun jika

data tidak berdistribusi Eksponensial sehingga distribusi Eksponensial

tidak dapat digunakan maka alternatif lain yang dapat digunakan adalah

data dianalisis dengan distribusi Weibull. Untuk menentukan distribusi

yang cocok untuk menganalisis data di atas digunakan grafik probabilitas

sebagai berikut.

Probability Plot for Waktu Hidup


Goodness of F it Test
Exponential - 95% CI Weibull - 95% CI
Exponential A D = 3,375
P-V alue < 0,003
95 95

8080Weibull
A D = 0,190
P-V alue > 0,250
5050
Perce

Perce

20 20

5 5

2 2

1 1
1101001000 10 100
Waktu Hidup Waktu Hidup

Gambar 4.4 Grafik Probabilitas Untuk Waktu Hidup

Descriptive Statistics

N N* Mean StDev Median Minimum Maximum Skewness Kurtosis


16 0 81,6437 26,7759 81,45 31,7 130 -0,176150 -0,376735
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Goodness of Fit Test

Distribution AD P
Exponential 3,375 <0,003
Weibull 0,190 >0,250

ML Estimates of Distribution Parameters

Distribution Location Shape Scale Threshold


Exponential 81,64375
Weibull 3,57736 90,77298

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Weibull d
Jika digambarkan dengan Minitab, maka grafik fungsi distribusi kumulatif dapat dilihat pada
Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 merupakan grafik fungsi tingkat kegagalan.

Empirical CDF of Waktu Hidup


Weibull

Shape 3,577
100 Scale 90,77
N16

80

60
Perc

40

20

0
20 40 60 80 100 120 140
Waktu Hidup

Gambar 4.5 Grafik Fungsi Distribusi Kumulatif


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Survival Plot for Waktu Hidup


Weibull
Complete Data - ML Estimates

Table of S tatistics
100 Shape 3,57736
Scale90,7730
Mean81,7682
StDev 25,3719
80 Median 81,9335

IQ R35,3741
F ailure16
60C ensor0
Perce

A D*0,971

40

20

204060 80 100 120 140


Waktu Hidup

Gambar 4.6 Grafik Fungsi Reliabilitas

Hazard Plot for Waktu Hidup


Weibull
Complete Data - ML Estimates

0,12 Table of Statistics


S hape S cale
3,57736
M ean S tDev
90,7730
81,7682
0,10 25,3719
M edian 81,9335
IQ R35,3741
0,08 F ailure16
C ensor0
A D*0,971
0,06
Ra

0,04

0,02

0,00

20 40 60 80 100 120 140


Waktu Hidup

Gambar 4.7 Grafik Fungsi Tingkat Kegagalan


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 8

Dari ketiga grafik tersebut maka dapat ditentukan:

a. Probabilitas komponen hidup hingga suatu waktu tertentu (dapat

dilihat dari Gambar 4.5).

b. Probabilitas komponen bertahan hingga suatu waktu tertentu (dapat

dilihat dari Gambar 4.6).

c. Tingkat kegagalan komponen hingga suatu waktu tertentu (dapat

dilihat pada Gambar 4.7).

B. Aplikasi Dalam Pengendalian Mutu

Pada subbab ini akan dibahas mengenai aplikasi dari distribusi Weibull dalam

pengendalian mutu. Beberapa hal yang berkaitan dengan pengendalian mutu

yang akan dibahas antara lain mengenai grafik pengendali dan Perbandingan

Kemampuan Proses sebagai berikut.

1. Grafik Pengendali

Seperti telah dijelaskan pada Bab II, salah satu alat yang digunakan

dalam mengawasi proses agar tetap stabil adalah grafik pengendali.

Grafik pengendali yang biasanya digunakan adalah grafik pengendali

Shewhart yang didasarkan pada asumsi bahwa data yang diuji

berdistribusi normal. Namun, banyak karakteristik kualitas yang tidak

mengikuti asumsi kenormalan. Jika data yang tidak berdistribusi normal

namun dengan mengasumsikan bahwa data berdistribusi normal dan diuji

dengan grafik pengendali Shewhart maka hasil pengujian dapat

menghasilkan error yang besar (Samanta et al., 2004).


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidaknormalan

adalah dengan memanfaatkan fungsi kuantil. Seperti diketahui

sebelumnya, fungsi densitas dan fungsi distribusi kumulatif dari

distribusi Weibull adalah sebagai berikut:

αβxβ—1e—αxβ,
untuk x > 0,α > 0,β >0
ƒ(x) = {0 , selainnya

F(x) = 1 − e–αxβ
Perhitungan dari kuantil untuk grafik pengendali adalah sebagai berikut:

1 − F(x) = e–αxβ

{−ln[1 − F(x)]} = αxβ


1
αx = {−ln[1 − F(x)]}β
1

1
x ={−ln[1 − F(x)]}β
α
1
atau F–1(q) = 1 {−ln[1 − q]}β (4.17)
α

Fungsi di atas merupakan fungsi kuantil yang merupakan invers dari


fungsi distribusi kumulatif. Persamaan di atas kemudian digunakan untuk membentuk graf

pengendali Shewhart, μ − 3σ digunakan sebagai Batas Pengendali

Bawah, μ sebagai Garis Tengah dan Batas Pengendali Atas yaitu μ +


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

3σ. Untuk distribusi tidak normal seperti distribusi Weibull

memanfaatkan kuantil bawah yaitu 0,00135 untuk membentuk Batas

Pengendali Bawah, Garis Tengah adalah median dari data yaitu 0,5 yang

menggantikan rata-rata. Pada distribusi tak normal digunakan median

oleh karena bentuk grafik fungsi distribusi yang tak simetris yang

menyebabkan rata-rata tidak terletak di tengah grafik. Untuk membentuk

Batas Pengendali Atas digunakan kuantil atas yaitu 0,99865 (Ahmad et

al., 2007).

Jadi berdasarkan konstanta-konstanta tersebut maka Batas Pengendali

Atas (BPA), Garis Tengah (GT) dan Batas Pengendali Bawah (BPB) dari

grafik individual yang berdistribusi Weibull adalah sebagai berikut:

1 1
BPB = {−ln[1 − 0,00135]}β
α
1 1
GT = {−ln[1 − 0,5 ]}β
α

1 {−ln[1 − 0,99865 ]}1β


BPA =
α

2. Perbandingan Kemampuan Proses

Terdapat beberapa cara untuk menentukan Perbandingan

kemampuan proses khususnya untuk data yang tidak berdistribusi normal.

Salah satunya adalah dengan melakukan transformasi data yang tidak

normal menjadi normal yaitu dengan transformasi Johnson, transformasi

Box-Cox atau transformasi akar kuadrat. Metode yang lain yang dapat

digunakan adalah metode persentil Clements dan metode persentil Burr.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

Selain itu cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan indeks

kemampuan proses yaitu dengan menggunakan metode Fungsi Distribusi

Kumulatif yang diperkenalkan oleh Wierda pada tahun 1933 dalam paper

A Multivariate Process Capability Index (Ahmad et al., 2007). Pada

subbab ini akan dibahas tentang Perbandingan Kemampuan Proses

dengan metode Fungsi Distribusi Kumulatif. Perhitungan dari

Perbandingan Kemampuan Proses berdasarkan metode tersebut diperoleh

berdasarkan bukti sebagai berikut.

Secara konvensional Perbandingan Kemampuan Proses didefinisikan

sebagai:

PKP =
BSÆ–BSB (4.18)

Jika X~N(μ, σ2) maka


1 –1 1
B
dan B = P(BSA < X <
PKP = φZ ( + )
2 2
3

BSB). Berikut ini bukti dari pernyataan di atas.

Pertama-tama perlu diketahui bahwa 1 B


P(X < BSA) = + . Oleh karena
2 2
X–μ
Z= maka diperoleh
σ

BSÆ–μ
P (X < )=
σ
1
+2
B (4.19)
2

yang ekuivalen dengan

φ–1 (1+ B) = BSÆ–μ


Z 2 2 σ

Oleh karena fungsi probabilitas dari Z simetris maka


BSB–μ BSÆ–μ 1 B
=− = φ–1 ( + ) (4.20)
σ σ Z 2 2

Dengan persamaan (4.19) dan (4.20) akhirnya diperoleh


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

BSA − BSB 1 BSA − μ BSB − μ


PKP = = ( — )
6σ 6 σ σ
1 –1 1 B –1 (1 + B )])
= (φZ ( + ) − [−φZ 2 2
6 2 2

1 –1 (1 + B )
= φZ 2 2
3

Dengan metode Fungsi Distribusi Kumulatif, Perbandingan Kemampuan

Proses didefinisikan sebagai berikut:


BSÆ
Φ–1 (0,5 + 0,5 ƒ ƒ(x)dx)
BSB
PKP =
3

dimana ƒ(x) menunjukkan fungsi densitas dari proses.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh Ahmad dkk yang

membandingkan metode persentil Clements, metode Burr dan metode

Fungsi Distribusi Kumulatif untuk menduga PKP diperoleh hasil bahwa

metode yang paling mendekati nilai sebenarnya adalah metode FDK. PKP

yang dihasilkan dari metode Clements lebih jelek jika dibandingkan

dengan kedua metode lainnya. Meskipun kedua metode tersebut lebih

baik daripada metode Clements namun hasil yang diperoleh dengan

metode FDK paling mendekati (Ahmad et al., 2007). Berikut ini adalah

contoh aplikasi pada pengendalian mutu dengan distribusi Weibull.

Contoh 4.6

Misalkan dibangkitkan 200 sampel random yang berdistribusi Weibull

dengan parameter skala (α) yaitu 0,5 dan parameter bentuk (β) yaitu 2.

Hasil yang diperoleh adalah 200 sampel random berdistribusi Weibull


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

yang berada pada satu kolom. Sampel tersebut kemudian dianalisis

dengan grafik pengendali individual berdasarkan distribusi Weibull.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk membangkitkan sampel dengan

MINITAB yaitu Calc 🡪 Random Data 🡪 Weibull 🡪 Numbers of

rows of data to generate = 200 🡪 Store in Column(s) (misalkan C1) 🡪

Shape Parameter (misalkan 2) 🡪 Scale Parameter (misalkan 0,5) 🡪

OK. Sampel sejumlah 200 yang dibangkitkan secara random dapat

dilihat pada Tabel A1 lampiran.

Penyelesaian:

Untuk membentuk grafik individual berdasarkan sampel random

tersebut terlebih dahulu akan dicari parameternya. Data diplotkan dalam

grafik probabilitas sebagai berikut.

Probability Plot for X


Exponential - 95% C I Goodness of F it Test
Normal - 95% C I 99,9
99,9 90
99 50
Normal
A D = 0,928
P-V alue = 0,018
90
10 Exponential A D = 22,226
50 P-V alue < 0,003

10 1
Weibull
1 A D = 0,255
0,1
0,1 0,0 0,5 1,0 0,010,1 110 P-V alue > 0,250
0,0001 0,001
-0,5 X X
Gamma
Gamma - 95% C I A D = 0,954
Weibull - 95% C I P-V alue = 0,019
99,9 99,9
90 99
90
50

50
10
10

1
1

0,1 0,1
0,01 0,1 1 0,01 0,1 1
XX

Gambar 4.8 Grafik Probabilitas Untuk X


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

Descriptive Statistics

N N* Mean StDev Median Minimum Maximum Skewness


Kurtosis
200 0 0,443227 0,215439 0,426984 0,0508523 1,09146 0,377528 -
0,412931

Goodness of Fit Test

Distribution AD P
Normal 0,928 0,018
Exponential 22,226 <0,003
Weibull 0,255 >0,250
Gamma 0,954 0,019

Berdasarkan grafik probabilitas yang terbentuk berdasarkan 200 sampel

random dan berdasarkan nilai P yang tertera di atas dapat disimpulkan

bahwa sampel random berdistribusi Weibull. Berikut ini adalah hasil

pendugaan parameter distribusi berdasarkan metode Maksimum

Likelihood yang diperoleh dari Minitab.

ML Estimates of Distribution Parameters

Distribution Location Shape Scale Threshold


Normal* 0,44323 0,21544
Exponential 0,44323
Weibull 2,18161 0,50060
Gamma 3,55771 0,12458

* Scale: Adjusted ML estimate

Berdasarkan hasil di atas diperoleh parameter bentuk yaitu 2,18161 dan

parameter skala yang dihasilkan adalah 0,50060. Dengan

mengaplikasikan metode Maksimum Likelihood menggunakan software

Minitab terlihat bahwa hasil pendugaan yang diperoleh mendekati

parameter sebenarnya yaitu parameter bentuk 2 dan parameter skala 0,5.

Berdasarkan parameter di atas maka dapat dicari BPA, GT dan BPB.

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1
1
BPB = {−ln[1 − 0,00135]}2,18161
1,997603
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

= 0,024223

GT = {−ln[1 − 0,00135]}2,18161
1,997603
1 1

= 0,423184
1
1
BPA = 1,997603 {−ln[1 − 0,00135]}2,18161

= 1,189547

Tabel data dan batas pengendali dapat dilihat pada Tabel A2 lampiran.
Jika dibentuk grafik pengendali berdasarkan data dan batas pengendali tersebut, maka denga

Grafik Individual
1,4
1,2
1
0,8
0,6 X
Nilai

0,4 BPB GT
0,2 BPA
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
1
0

Nomor Sampel

Gambar 4.9 Grafik Individual dengan Excel

Jika dibentuk grafik individual berdasarkan distribusi normal maka hasil

yang diperoleh adalah sebagai berikut:


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

I-MR Chart of C1
1,2 1
UC L=1,064
5 5
0,9 6

0,6
_ X=0,443

0,3
6 6
0,0
LC L=-0,178
121416181 101 121141161181
Observation

0,8 1 1
UC L=0,7631

0,6

0,4

MR=0,2336
2
0,2
2

0,0 3 LC L=0
121416181 101 121141161181
Observation

Gambar 4.10 Grafik Individual dengan MINITAB

Jika dibandingkan dua grafik di atas maka terlihat bahwa jika data

dianalisis dengan distribusi Weibull maka grafik tampak terkendali. Hal

ini terlihat dari tidak ada titik yang berada diluar batas pengendali.

Namun, jika data dianalisis dengan Grafik Individual menggunakan

Shewart, grafik tampak tak terkendali. Hal ini disebabkan karena data

yang digunakan adalah data yang berdistribusi Weibull dan parameter

yang digunakan juga tidak mendekati distribusi normal. Jadi, Jika data

tidak berdistribusi normal dianalisis dengan grafik pengendali Shewhart

diperoleh kesimpulan yang menyesatkan.

Selanjutnya dapat dilihat Perbandingan Kemampuan Prosesnya

sebagai berikut:
BSÆ
Φ–1 (0,5 + 0,5 ƒ ƒ(x)dx)
BSB
PKP =
3

jika digunakan target BSB dan BSA yaitu [0,02, 1,2], maka
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

BSÆ 1,2
β
ƒ ƒ(x)dx = ƒ αβxβ−1e−αx dx
BSB 0,02

Dengan memisalkan u = αxβ akan diperoleh


BSÆ
ƒ ƒ(x)dx = −e−αxβ] 1,2
0,02
BSB

= −e−α1,3β + e−α0,02β

dengan mensubstitusikan nilai α = 0,50060 dan β = 2,18161 akan menjadi


= −e−α1,2β + e−α0,02β = 0,9990
Sehingga

Φ–1(0,5 + 0,5 ∙ 0,9990)


PKP =
3

= 1,02

Jika digambarkan dengan MINITAB maka akan diperoleh grafik

kemampuan proses sebagai berikut.


PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 9

Process Capability of X
Calculations Based on Weibull Distribution Model

LSL USL
Process Data O v erall C apability
LSL 0,02 Pp1,01
Target* PPL1,01
USL1,2 PPU1,01
Sample Mean 0,443227 Ppk1,01
Sample N200Exp. O v erall Performance
Shape2,18161PPM < LSL889,01
Scale0,500602PPM > USL 1188,68
O bserv ed PerformancePPM Total 2077,70
PPM < LSL 0,00 PPM > USL 0,00
PPM Total 0,00

-0,00,20,40,60,81,01,2

Gambar4.11AnalisisKemampuanProsesdenganMINITAB
berdasarkan distribusi Weibull

Berdasarkan grafik hasil analisis kemampuan proses di atas terlihat


bahwa jika digunakan target BSB dan BSA yaitu [0,02, 1,2] maka PKP yang dihasilkan ada
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Distribusi Weibull merupakan salah satu distribusi probabilitas

kontinu. Sama halnya dengan distribusi probabilitas kontinu yang lain,

distribusi Weibull juga memiliki beberapa sifat antara lain mean dan

variansi yang diperoleh dengan memanfaatkan fungsi gamma serta fungsi

pembangkit momen yang merupakan perkembangan dari momen.

Distribusi Weibull dapat diaplikasikan dalam analisis data waktu

hidup. Meskipun distribusi eksponensial merupakan distribusi yang sering

digunakan, namun terdapat kelemahan dari distribusi eksponensial yakni

tidak dapat diaplikasikan ketika tingkat kegagalan komponen meningkat

atau menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Distribusi Weibull

dapat digunakan meskipun tingkat kegagalan komponen tidak konstan.

Selain dapat diaplikasikan dalam analisis data waktu hidup, distribusi ini

juga dapat digunakan dalam pengendalian proses statistik. Oleh karena

tidak semua data yang digunakan untuk menganalisis proses statistik

adalah data yang berdistribusi normal maka distribusi Weibull dapat

digunakan.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 1

B. Saran

Penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mengulas lebih dalam tentang distribusi Weibull misalnya dengan

membahas fungsi distribusi Weibull dengan tiga variabel.

2. Menemukan aplikasi lain dari distribusi Weibull.

3. Mengembangkanaplikasiyangsudahada,misalnyadengan
menganalisis grafik pengendali selain grafik pengendali individual berdasarkan distribusi W
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN

DAFTAR PUSTAKA

Abughazaleh, T., Mcandrew, I., O’Sullivan, J., dan Wickramatillake, C.


(2002). Weibull Control Charts for Small Sampel Inspection. Makalah
yang disajikan dalam Pakistan’s Seventh International Convention On
Quality Improvement, Oktober 26-27, di Karachi.
Ahmad,S., Abdollahian, S., Zeephongsekul, P., dan Abbasi, B. (2007).
Performance Analysis For Skewed Data.
http://www.ubicc.org/files/pdf/UBICC_IKE07_Performance%20Analys
is%20for%20skewed%20data_191_191.pdf diakses tanggal 17 Maret
2012.
Anonim. (2003). Oxford Dictionary and Thesaurus. Madison Avenue, NY:
Oxford University Press.
Forbes, C., Evans, M., Hastings, N., dan Peacock, B. (2011). Statistical
Distribution. Hoboken, NJ: John Wiley.

Hoaglin, David C., Mosteller, F., Tukey, John W. (1983). Understanding


Robust and Exploratory Data Analysis. NY: John Wiley.

Johnson, Norman L., Kotz, S., dan Balakrishnan, N. (1995). Continuous


Univariate Distribution Volume 1 Second Edition. Hoboken, NJ: A
Wiley-Interscience Distribution.

Johnson, Richard A. (2005). Probability and Statistics for Engineers. Upper


Saddle River, NJ : Pearson Prentice Hall.

Keisler, H J. (1986). Elementary Calculus: An Infinitesimal Approach


Second Edition. Boston, Massauhusetts: Prindle, Weber & Schmidt
Publisher.

Khan, M. S., Pasha, G. R., Pasha, A. H. (2007). Reliability and Quantile


Analysis of the Weibull Distribution. Journal of Statistics, Volume (14,
32- 52).

Larson, Harold J. (1982). Introduction to Probability Theory and Statistical


Inference Third Edition. Monterey, California: John Wiley.

Levinson, William A. (2011). Statistical Process Control for Real-World


Applications. Boca Raton, FL: Taylor and Francis Group.

Lawless, Jerald F. (2003). Statistical Models and Methods for Lifetime Data
Second Edition. Hoboken, NJ: John Wiley.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 10

Mandenhall, W., Reinmuth, James E., dan Beaver, Robert J. (1993).


Statistics for Management and Economics Seventh Edition. Belmont,
California: Duxbury Press.

Mohan, G., Ravi, S., dan Kantam R. Software reliability Using SPC and
Weibull Order Statistics. International Journal of Engineering
Research and Applications (IJERA). Volume (1,1486-1493).

Montgomery, Douglas C. (2009). Introduction To Statistical Quality


Control. Hoboken, NJ: John Wiley.

Mood, A. M., Graybill, F. A., Boes, D. C. (1974). Introduction to the


Theory of Statistics. NY: McGraw-Hill, Inc.

Murthy, D. N. P., Xie, M., Jiang, R. (2004). Weibull Models. Hoboken, NJ:
John Wiley.

Salim, P., Salim, Y., (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.


Jakarta: Modern English Press.

Pham, H. (2006). Springer Handbook of Engineering Statistics. Piscataway,


NJ: Springer.

Purcell, Edwin J., Varberg, D., Ridgon, Steven E. (2003). Calculus First
Edition. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.

Rinne, H. (2009). The Weibull Distribution : A Handbook. Boca Raton:


CRC press.

Ross, S. (1998). A First Course in Probability Fifth Edition. Upper Saddle


River, NJ: Prentice-Hall.

Samanta, B., Bhattacherjee, A. (2004). Problem Of Non-normality In


Statistical Quality Control: A Case Study In A Surface Mine. The
Journal of The South African Institute of Mining and Metallugry,
Volume(-,257-264).

Scholz, F. (2008). Weibull Probability Paper.


http://www.stat.washington.edu/fritz/DATAFILES498B2008/WeibullP
aper.pdf diakses tanggal 28 September 2011.

Stewart, J. (1999). Calculus Fourth Edition. Pasific Grove, CA:


Brooks/Cole Publishing Company.
PPLLAAGGIAIATTMMEERRUUPPAAKKAANNTTIN 10

Varberg, D., Purcell, Edwin J., Ridgon, Steven E. (2003). Calculus Eighth
Edition. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall.

Wackerly, Mandenhall, Scheaffer. (2008). Mathematical Statistics with


Applications Seventh Edition. Belmont, CA: Thomson Learning.

Walpole, Ronald E. (1992). Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Zhang, M. (2008). Performance of Control Charts For Weibull Processes.


Electronic Theses, Treatises and Dissertations (ETDs). Paper (537,1-
59).
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN

LAMPIRAN

Tabel A1. Bilangan Random

n X n X n X n X
1 0,050852 51 0,63849 101 0,619327 151 0,365959
2 0,273989 52 0,755031 102 0,55392 152 0,690872
3 0,402568 53 0,385152 103 0,94402 153 0,346239
4 0,815742 54 0,890145 104 0,762649 154 0,543273
5 0,16881 55 1,091465 105 0,121232 155 0,399807
6 0,099512 56 0,861353 106 0,393968 156 0,646991
7 0,525521 57 0,632189 107 0,311296 157 0,28982
8 0,491834 58 0,619239 108 0,567499 158 0,541165
9 0,521819 59 0,439618 109 0,157484 159 0,444725
10 0,487249 60 0,300439 110 0,507655 160 0,633833
11 0,607227 61 0,346279 111 0,211835 161 0,359059
12 0,163639 62 0,266968 112 0,28908 162 0,498859
13 0,385926 63 0,714042 113 0,399524 163 0,59618
14 0,321588 64 0,6233 114 0,229318 164 0,23277
15 0,302224 65 0,45367 115 0,378848 165 0,108931
16 0,218695 66 0,169749 116 0,211969 166 0,49689
17 0,516828 67 0,433314 117 0,800498 167 0,169961
18 0,284163 68 0,783361 118 0,651779 168 0,209858
19 0,872617 69 0,2937 119 0,738508 169 0,435111
20 0,461648 70 0,60229 120 0,273405 170 0,250041
21 0,077124 71 0,234795 121 0,521599 171 0,630978
23 0,429881 73 0,393696 123 0,856385 173 0,125686
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN 10

n X n X n X n X
25 0,611473 75 0,369282 125 0,881903 175 0,548691
26 0,299641 76 0,304801 126 0,886243 176 0,265481
27 0,563423 77 0,339776 127 0,816257 177 0,406935
28 0,133418 78 0,477802 128 0,051988 178 0,752577
29 0,459327 79 0,27439 129 0,319584 179 0,792023
30 0,549936 80 0,424087 130 0,230928 180 0,543561
31 0,318663 81 0,224251 131 0,532836 181 0,419898
32 0,754828 82 0,485604 132 0,169608 182 0,339849
33 0,268973 83 0,355532 133 0,36107 183 0,393078
34 0,303509 84 0,433437 134 0,299447 184 0,506739
35 0,654205 85 0,499361 135 0,512698 185 0,533306
36 0,343458 86 0,589935 136 0,598526 186 0,755576
37 0,190902 87 0,412296 137 0,325699 187 0,341846
38 0,482768 88 0,451985 138 0,832026 188 0,210559
39 0,673676 89 0,238027 139 0,52735 189 0,876939
40 0,196635 90 0,252804 140 0,719865 190 0,609131
41 0,461117 91 0,547193 141 0,268722 191 0,744867
42 0,188319 92 0,075987 142 0,54106 192 0,525199
43 0,480554 93 0,096092 143 0,412653 193 0,754326
44 0,652871 94 0,232284 144 0,511293 194 0,879072
45 0,25592 95 0,285828 145 0,177051 195 0,111408
46 0,553842 96 0,200325 146 0,430442 196 0,081194
47 0,399867 97 0,604195 147 0,605949 197 0,664136
48 0,379374 98 0,53929 148 0,127319 198 0,328652
49 0,238617 99 0,684528 149 0,524039 199 0,398997
50 0,326642 100 0,488253 150 0,806757 200 0,103264
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN 10

Tabel A2. Batas Pengendali Grafik Individual


n X BPB GT BPA 28 0,133418 0,024223 0,423184 1,189547
1 0,050852 0,024223 0,423184 1,189547 29 0,459327 0,024223 0,423184 1,189547
2 0,273989 0,024223 0,423184 1,189547 30 0,549936 0,024223 0,423184 1,189547
3 0,402568 0,024223 0,423184 1,189547 31 0,318663 0,024223 0,423184 1,189547
4 0,815742 0,024223 0,423184 1,189547 32 0,754828 0,024223 0,423184 1,189547
5 0,16881 0,024223 0,423184 1,189547 33 0,268973 0,024223 0,423184 1,189547
6 0,099512 0,024223 0,423184 1,189547 34 0,303509 0,024223 0,423184 1,189547
7 0,525521 0,024223 0,423184 1,189547 35 0,654205 0,024223 0,423184 1,189547
8 0,491834 0,024223 0,423184 1,189547 36 0,343458 0,024223 0,423184 1,189547
9 0,521819 0,024223 0,423184 1,189547 37 0,190902 0,024223 0,423184 1,189547
10 0,487249 0,024223 0,423184 1,189547 38 0,482768 0,024223 0,423184 1,189547
11 0,607227 0,024223 0,423184 1,189547 39 0,673676 0,024223 0,423184 1,189547
12 0,163639 0,024223 0,423184 1,189547 40 0,196635 0,024223 0,423184 1,189547
13 0,385926 0,024223 0,423184 1,189547 41 0,461117 0,024223 0,423184 1,189547
14 0,321588 0,024223 0,423184 1,189547 42 0,188319 0,024223 0,423184 1,189547
15 0,302224 0,024223 0,423184 1,189547 43 0,480554 0,024223 0,423184 1,189547
16 0,218695 0,024223 0,423184 1,189547 44 0,652871 0,024223 0,423184 1,189547
17 0,516828 0,024223 0,423184 1,189547 45 0,25592 0,024223 0,423184 1,189547
18 0,284163 0,024223 0,423184 1,189547 46 0,553842 0,024223 0,423184 1,189547
19 0,872617 0,024223 0,423184 1,189547 47 0,399867 0,024223 0,423184 1,189547
20 0,461648 0,024223 0,423184 1,189547 48 0,379374 0,024223 0,423184 1,189547
21 0,077124 0,024223 0,423184 1,189547 49 0,238617 0,024223 0,423184 1,189547
22 0,271441 0,024223 0,423184 1,189547 50 0,326642 0,024223 0,423184 1,189547
23 0,429881 0,024223 0,423184 1,189547 51 0,63849 0,024223 0,423184 1,189547
24 0,565899 0,024223 0,423184 1,189547 52 0,755031 0,024223 0,423184 1,189547
25 0,611473 0,024223 0,423184 1,189547 53 0,385152 0,024223 0,423184 1,189547
26 0,299641 0,024223 0,423184 1,189547 54 0,890145 0,024223 0,423184 1,189547
27 0,563423 0,024223 0,423184 1,189547 55 1,091465 0,024223 0,423184 1,189547
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN 10

56 0,861353 0,024223 0,423184 1,189547 86 0,589935 0,024223 0,423184 1,189547


57 0,632189 0,024223 0,423184 1,189547 87 0,412296 0,024223 0,423184 1,189547
58 0,619239 0,024223 0,423184 1,189547 88 0,451985 0,024223 0,423184 1,189547
59 0,439618 0,024223 0,423184 1,189547 89 0,238027 0,024223 0,423184 1,189547
60 0,300439 0,024223 0,423184 1,189547 90 0,252804 0,024223 0,423184 1,189547
61 0,346279 0,024223 0,423184 1,189547 91 0,547193 0,024223 0,423184 1,189547
62 0,266968 0,024223 0,423184 1,189547 92 0,075987 0,024223 0,423184 1,189547
63 0,714042 0,024223 0,423184 1,189547 93 0,096092 0,024223 0,423184 1,189547
64 0,6233 0,024223 0,423184 1,189547 94 0,232284 0,024223 0,423184 1,189547
65 0,45367 0,024223 0,423184 1,189547 95 0,285828 0,024223 0,423184 1,189547
66 0,169749 0,024223 0,423184 1,189547 96 0,200325 0,024223 0,423184 1,189547
67 0,433314 0,024223 0,423184 1,189547 97 0,604195 0,024223 0,423184 1,189547
68 0,783361 0,024223 0,423184 1,189547 98 0,53929 0,024223 0,423184 1,189547
69 0,2937 0,024223 0,423184 1,189547 99 0,684528 0,024223 0,423184 1,189547
70 0,60229 0,024223 0,423184 1,189547 100 0,488253 0,024223 0,423184 1,189547
71 0,234795 0,024223 0,423184 1,189547 101 0,619327 0,024223 0,423184 1,189547
72 0,340237 0,024223 0,423184 1,189547 102 0,55392 0,024223 0,423184 1,189547
73 0,393696 0,024223 0,423184 1,189547 103 0,94402 0,024223 0,423184 1,189547
74 0,287857 0,024223 0,423184 1,189547 104 0,762649 0,024223 0,423184 1,189547
75 0,369282 0,024223 0,423184 1,189547 105 0,121232 0,024223 0,423184 1,189547
76 0,304801 0,024223 0,423184 1,189547 106 0,393968 0,024223 0,423184 1,189547
77 0,339776 0,024223 0,423184 1,189547 107 0,311296 0,024223 0,423184 1,189547
78 0,477802 0,024223 0,423184 1,189547 108 0,567499 0,024223 0,423184 1,189547
79 0,27439 0,024223 0,423184 1,189547 109 0,157484 0,024223 0,423184 1,189547
80 0,424087 0,024223 0,423184 1,189547 110 0,507655 0,024223 0,423184 1,189547
81 0,224251 0,024223 0,423184 1,189547 111 0,211835 0,024223 0,423184 1,189547
82 0,485604 0,024223 0,423184 1,189547 112 0,28908 0,024223 0,423184 1,189547
83 0,355532 0,024223 0,423184 1,189547 113 0,399524 0,024223 0,423184 1,189547
84 0,433437 0,024223 0,423184 1,189547 114 0,229318 0,024223 0,423184 1,189547
85 0,499361 0,024223 0,423184 1,189547 115 0,378848 0,024223 0,423184 1,189547
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN 10

116 0,211969 0,024223 0,423184 1,189547 146 0,430442 0,024223 0,423184 1,189547
117 0,800498 0,024223 0,423184 1,189547 147 0,605949 0,024223 0,423184 1,189547
118 0,651779 0,024223 0,423184 1,189547 148 0,127319 0,024223 0,423184 1,189547
119 0,738508 0,024223 0,423184 1,189547 149 0,524039 0,024223 0,423184 1,189547
120 0,273405 0,024223 0,423184 1,189547 150 0,806757 0,024223 0,423184 1,189547
121 0,521599 0,024223 0,423184 1,189547 151 0,365959 0,024223 0,423184 1,189547
122 0,537559 0,024223 0,423184 1,189547 152 0,690872 0,024223 0,423184 1,189547
123 0,856385 0,024223 0,423184 1,189547 153 0,346239 0,024223 0,423184 1,189547
124 0,359258 0,024223 0,423184 1,189547 154 0,543273 0,024223 0,423184 1,189547
125 0,881903 0,024223 0,423184 1,189547 155 0,399807 0,024223 0,423184 1,189547
126 0,886243 0,024223 0,423184 1,189547 156 0,646991 0,024223 0,423184 1,189547
127 0,816257 0,024223 0,423184 1,189547 157 0,28982 0,024223 0,423184 1,189547
128 0,051988 0,024223 0,423184 1,189547 158 0,541165 0,024223 0,423184 1,189547
129 0,319584 0,024223 0,423184 1,189547 159 0,444725 0,024223 0,423184 1,189547
130 0,230928 0,024223 0,423184 1,189547 160 0,633833 0,024223 0,423184 1,189547
131 0,532836 0,024223 0,423184 1,189547 161 0,359059 0,024223 0,423184 1,189547
132 0,169608 0,024223 0,423184 1,189547 162 0,498859 0,024223 0,423184 1,189547
133 0,36107 0,024223 0,423184 1,189547 163 0,59618 0,024223 0,423184 1,189547
134 0,299447 0,024223 0,423184 1,189547 164 0,23277 0,024223 0,423184 1,189547
135 0,512698 0,024223 0,423184 1,189547 165 0,108931 0,024223 0,423184 1,189547
136 0,598526 0,024223 0,423184 1,189547 166 0,49689 0,024223 0,423184 1,189547
137 0,325699 0,024223 0,423184 1,189547 167 0,169961 0,024223 0,423184 1,189547
138 0,832026 0,024223 0,423184 1,189547 168 0,209858 0,024223 0,423184 1,189547
139 0,52735 0,024223 0,423184 1,189547 169 0,435111 0,024223 0,423184 1,189547
140 0,719865 0,024223 0,423184 1,189547 170 0,250041 0,024223 0,423184 1,189547
141 0,268722 0,024223 0,423184 1,189547 171 0,630978 0,024223 0,423184 1,189547
142 0,54106 0,024223 0,423184 1,189547 172 0,077023 0,024223 0,423184 1,189547
143 0,412653 0,024223 0,423184 1,189547 173 0,125686 0,024223 0,423184 1,189547
144 0,511293 0,024223 0,423184 1,189547 174 0,291659 0,024223 0,423184 1,189547
145 0,177051 0,024223 0,423184 1,189547 175 0,548691 0,024223 0,423184 1,189547
PPLLAAGGIIAATT MMEERRUUPPAAKKAANN 11

176 0,265481 0,024223 0,423184 1,189547 189 0,876939 0,024223 0,423184 1,189547
177 0,406935 0,024223 0,423184 1,189547 190 0,609131 0,024223 0,423184 1,189547
178 0,752577 0,024223 0,423184 1,189547 191 0,744867 0,024223 0,423184 1,189547
179 0,792023 0,024223 0,423184 1,189547 192 0,525199 0,024223 0,423184 1,189547
180 0,543561 0,024223 0,423184 1,189547 193 0,754326 0,024223 0,423184 1,189547
181 0,419898 0,024223 0,423184 1,189547 194 0,879072 0,024223 0,423184 1,189547
182 0,339849 0,024223 0,423184 1,189547 195 0,111408 0,024223 0,423184 1,189547
183 0,393078 0,024223 0,423184 1,189547 196 0,081194 0,024223 0,423184 1,189547
184 0,506739 0,024223 0,423184 1,189547 197 0,664136 0,024223 0,423184 1,189547
185 0,533306 0,024223 0,423184 1,189547 198 0,328652 0,024223 0,423184 1,189547
186 0,755576 0,024223 0,423184 1,189547 199 0,398997 0,024223 0,423184 1,189547
187 0,341846 0,024223 0,423184 1,189547 200 0,103264 0,024223 0,423184 1,189547
188 0,210559 0,024223 0,423184 1,189547

Anda mungkin juga menyukai