Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STATISTIKA PENDIDIKAN

MENGHUBUNGKAN KONSEP DASAR STATISTIK INFERENSIAL

Disusun Oleh:
Brayen Rante Tasak (200105501024)

Fitriani (200105501021)

Nurul (200105501025)

Susanti Mangngallo (200105501028)

Wiwi Saputri (200105502017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Statistika
Pendidikan: Menghubungkan Konsep Dasar Statistik Inferensia ” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah mata kuliah statistika
pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
statistika pendidikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Munawwarah, S.Pd.,M.Pd


selaku dosen pada mata mata kuliah statistika pendidikan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

Makassar, Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Pengertian Signifikansi, Derajat Kebebasan, Dan Hipótesis........................3
B. CARA MENYUSUN HIPOTESIS...............................................................5
C. Cara Menentukan Signifikansi, Derajat Kebebasan, Dan Pengujian
Hipotesis...............................................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Statistika adalah salah satu cabang ilmu matematika yang memiliki
peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia
pendidikan. Dalam konteks pendidikan, statistika digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data yang berkaitan dengan
proses belajar-mengajar. Statistika pendidikan bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai aspek pendidikan, serta
memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang berdasarkan
data.
Salah satu bagian penting dari statistika adalah statistik inferensial.
Statistik inferensial adalah cabang statistika yang berfokus pada penggunaan data
sampel untuk membuat inferensi atau kesimpulan tentang populasi yang lebih
besar. Dalam konteks pendidikan, statistik inferensial dapat digunakan untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang penting, seperti apakah sebuah metode
pengajaran lebih efektif daripada yang lain, apakah terdapat perbedaan signifikan
dalam prestasi belajar antara kelompok siswa tertentu, atau seberapa besar
pengaruh variabel tertentu terhadap hasil belajar.
Namun, untuk memahami statistik inferensial dengan baik, penting untuk
memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep dasar statistik. Konsep dasar
statistik melibatkan pemahaman tentang pengukuran, pengumpulan data,
pengolahan data, serta analisis data deskriptif. Semua ini merupakan landasan
yang diperlukan sebelum seseorang dapat memahami dan mengaplikasikan
statistik inferensial dengan baik.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang hubungan antara
konsep dasar statistik inferensial dalam konteks pendidikan. Makalah ini akan
menjelaskan bagaimana pemahaman yang kuat tentang konsep dasar statistik

1
2

dapat membantu dalam penggunaan statistik inferensial dalam penelitian


pendidikan. yang lebih konkret tentang pentingnya menghubungkan kedua konsep
ini. Dengan memahami hubungan antara konsep dasar statistik dan statistik
inferensial dalam konteks pendidikan, para praktisi pendidikan, peneliti, dan
pengambil keputusan akan dapat menggunakan alat statistik ini dengan lebih
efektif dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan signifikansi, derajat kebebasan, dan hipotesis?
2. Bagaimana cara menyusun hipotesis?
3. Bagaimana cara menentukan signifikansi, derajat kebebasan, dan
pengujian hipotesis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan signifikansi, derajat
kebebasan, dan hipotesis?
2. Untuk mengetahui cara menyusun hipotesis?
3. Untuk mengetahui cara menentukan signifikansi, derajat kebebasan, dan
pengujian hipotesis?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Signifikansi, Derajat Kebebasan, Dan Hipótesis


Statistika inferensial adalah cabang statistika yang berfokus pada
penggunaan data sampel untuk membuat inferensi atau kesimpulan tentang
populasi yang lebih besar. Ini mencakup berbagai teknik dan metode statistik yang
digunakan untuk menggeneralisasi hasil dari sampel ke seluruh populasi, serta
untuk menguji hipotesis dan membuat prediksi berdasarkan data sampel.
1. Signifikansi

Dalam statistika inferensial, signifikansi mengacu pada sejauh mana hasil


analisis statistik dapat dianggap sebagai hasil yang tidak terjadi secara kebetulan,
atau sejauh mana hasil tersebut memiliki relevansi dalam konteks penelitian. Pada
dasarnya, signifikansi membantu kita memahami apakah perbedaan atau
hubungan yang kita amati adalah hasil dari faktor yang sebenarnya atau hanya
hasil kebetulan dalam sampel data yang diambil.
Dalam statistika inferensial, ada dua konsep utama terkait signifikansi:
a. Signifikansi Statistik (Statistical Significance)
Signifikansi Statistik merupakan ukuran sejauh mana hasil analisis statistik
kita berbeda secara signifikan dari nol atau dari nilai yang diharapkan secara
acak. Signifikansi statistik umumnya diukur dengan menggunakan nilai p-nilai
(p-value). Jika nilai p-nilai lebih rendah dari tingkat signifikansi yang telah
ditetapkan sebelumnya (biasanya 0.05), kita dapat menyimpulkan bahwa hasil
tersebut signifikan secara statistik.
b. Signifikansi Praktis (Practical Significance)
Selain signifikansi statistik, penting juga untuk mempertimbangkan
signifikansi praktis. Ini berkaitan dengan pertanyaan apakah perbedaan atau
hasil yang diamati memiliki relevansi atau dampak nyata dalam konteks
praktis atau dalam pengambilan keputusan yang nyata.

3
4

2. Derajat Kebebasan
Derajat Kebebasan (Degree of Freedom) adalah jumlah nilai yang terlibat
dalam perhitungan yang memiliki kebebasan untuk bervariasi. Dengan kata lain,
Degree of Freedom ini adalah jumlah penghitungan akhir suatu statistik yang
bebas berubah-ubah. Pada umumnya, Derajat Kebebasan (DK) atau Degree of
Freedom (df) dapat didefinisikan sebagai jumlah total observasi dikurangi jumlah
batasan independen yang dikenakan pada observasi. Derajat Kebebasan ini akan
digunakan pada saat perhitungan uji statistik Distribusi-t, Distribusi Chi-Square
dan Distribusi F untuk memeriksa validitasnya. Pengujian ini biasanya dilakukan
untuk membandingkan data yang diamati dengan data yang diharapkan dengan
perolehan dari hipotesis tertentu.

Rumus yang digunakan untuk menghitung derajat kebebasan ini sangat


sederhana dan sama dengan jumlah nilai dalam kumpulan yang dikurangi 1 (satu).
Secara matematis dapat dilihat seperti berikut ini :

df = n – 1

Keterangan :

df = Degree of Freedom (Derajat Kebebasan)

n = Jumlah nilai dalam kumpulan data atau ukuran sampel

Beberapa jenis perhitungan dan rumus dari derajat kebebasan:

a. Derajat Kebebasan Dan Uji Chi-Square

Tabel chi-kuadrat menggunakan nilai df untuk menentukan jumlah sel data


variabel kategorikal dan menghitung nilai sel lainnya. Tabel ini membandingkan
data baris dan kolom untuk membangun hubungan antara dua variabel. Setiap sel
mewakili observasi atau frekuensi untuk input variabel yang diukur. Tabel ini juga
membantu menolak hipotesis berdasarkan jumlah variabel dan sampel data yang
tersedia.
Rumus derajat kebebasan pada uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
5

df = (r-1) * (c-1)
Di mana r adalah jumlah baris dan c adalah jumlah kolom pada tabel
tersebut.
3. Hipótesis
Hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis. Hypo artinyasementara atau
lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atauteori. Maka hipotesis
berarti sebagai pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Prinsip uji
hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel yang sering juga
disebut nilai statistik dengan nilai hipotesis yang sering juga disebut nilai
parameter yang diajukan.
Hipotesis dalam statistika inferensial adalah pernyataan yang diajukan
untuk diuji dalam sebuah penelitian. Ini adalah dugaan atau asumsi yang
digunakan untuk menguji apakah hasil yang diamati dalam sampel data adalah
hasil dari kebetulan atau memang mencerminkan sesuatu yang signifikan dalam
populasi yang lebih besar.
Biasanya hipotesis dirumuskan dalam 2 hal yaitu :
a. Hipotesis Nol (Ho); merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada
hubungan atau tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara dua
variabel. Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk menguji sejauh
mana Ho dapat diterima atau ditolak berdasarkan bukti statistik yang
diperoleh dari data. Contoh Ho: "Tidak ada perbedaan signifikan dalam
hasil tes antara kelompok A dan kelompok B."
b. Hipotesis alternatif (Ha atau H1); merupakan hipotesis yang menyatakan
ada perbedaan suatu kejadian antar dua kelompok. H1 mencoba
membuktikan bahwa hasil yang diamati adalah bukan hasil dari kebetulan
atau variasi acak dalam data. Contoh H1: "Ada perbedaan signifikan
dalam hasil tes antara kelompok A dan kelompok B."
B. CARA MENYUSUN HIPOTESIS

Perlu dipahami untuk menyusun hipotesis tidaklah boleh sembarangan


atau muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Dengan
6

demikian, hipotesis yang dirumuskan tidak hanya mengikuti asumsi atau


anggapan peneliti, tetapi juga muncul dari penjabaran dasar teori yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan Masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat
diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah
diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan
masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis Pendahuluan Atau Hipotesis Preliminer (Preliminary Hypothesis)
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesis
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak
akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan
dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam
penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji
coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan Fakta
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi Hipotesis
Pembentukan hipotesis dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesis diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang
jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesis, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
7

bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang
dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian Hipotesis
Artinya, mencocokkan hipotesis dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesis
terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesis tidak sesuai dengan
hipotesis. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesis tidak terbantah oleh
fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesis yang sering mendapat
konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/Penerapan
Apabila hipotesis itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam
istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
C. Cara Menentukan Signifikansi, Derajat Kebebasan, Dan Pengujian
Hipotesis
1. Signifikansi
a. Hitung Varian Antara Dua Kelompok Sampel
Jika kita ingin membandingkan dua kelompok, kita seharusnya memiliki
data dari dua kelompok. Hitung standar deviasi kelompok kedua dan gunakan
hasilnya untuk menghitung varian antara dua kelompok dalam eksperimen.
Rumus varian adalah

sd = √((s1/N1) + (s2/N2))

Keterangan:

sd adalah varian antarkelompok.

s1 adalah standar deviasi kelompok 1 dan N1 adalah jumlah sampel kelompok 1.

s2 adalah standar deviasi kelompok 2 dan N2 adalah jumlah sampel kelompok 2.


8

Contoh, data dari kelompok 2 (siswa yang tidak membaca materi sebelum kelas
dimulai) memiliki jumlah sampel 5 dengan standar deviasi 5.81. Maka varian:

sd = √((s1)2/N1) + ((s2)2/N2))

sd = √(((4.51)2/5) + ((5.81)2/5)) = √((20.34/5) + (33,76/5)) = √(4,07 + 6,75) =


√10,82 = 3,29.

b. Hitung Nilai Uji T Data.

Nilai Uji t dapat membandingkan satu kelompok data dengan kelompok


data yang lain. Nilai t memungkinkan melakukan Uji t untuk menentukan berapa
besar probabilitas dua kelompok data yang dibandingkan berbeda secara
signifikan. Rumus nilai t adalah:

t = (µ1 – µ2)/sd

Keterangan:

µ1 adalah nilai rata-rata kelompok pertama.

µ2 adalah nilai rata-rata kelompok kedua.

sd adalah varian antara dua sampel.

Gunakan rata-rata yang lebih besar sebagai µ1 agar Anda tidak mendapatkan nilai
negatif.

Contoh, nilai rata-rata kelompok 2 (siswa yang tidak membaca) adalah 80. Nilai t
adalah: t = (µ1 – µ2)/sd = (88,6 – 80)/3,29 = 2,61.

c. Tentukan Derajat Kebebasan Sampel

Saat menggunakan nilai t, derajat kebebasan ditentukan oleh besar ukuran


sampel. Tambahkan jumlah sampel dari tiap kelompok kemudian kurangi dua.
Contoh, derajat kebebasan (d.f.) adalah 8 karena ada lima sampel di kelompok
pertama dan lima sampel di kelompok kedua ((5 + 5) – 2 = 8).
9

d. Gunakan Tabel T Untuk Menentukan Signifikansi

Lihat baris yang menunjukkan derajat kebebasan yang kita pilih untuk data kita
dan temukan nilai p yang sesuai untuk nilai t yang berasal dari perhitungan kita.

Contoh dengan derajat kebebasan sebesar 8 d.f. dan nilai t 2,61, nilai p untuk uji
satu-sisi berada di antara 0,01 dan 0,025. Karena kita menggunakan level
signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05, data yang kita gunakan
membuktikan bahwa dua kelompok data berbeda secara signifikan. Dengan data
ini, kita dapat menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif: kelompok
siswa yang membaca materi sebelum kelas dimulai mendapatkan nilai yang lebih
baik daripada kelompok siswa yang tidak membaca materi.

2. Derajat Kebebasan
Rumus umum untuk menentukan derajat kebebasan (db) adalah total
pengamatan (N) dikurangi banyaknya parameter yang ditaksir atau df = N –
banyaknya parameter yang ditaksir (k).
Untuk menghitung derajat kebebasan, kita perlu menentukan jumlah nilai
yang dapat bervariasi secara independen dalam sampel. Jika kita memiliki lebih
dari satu variabel yang ingin kita ukur, maka derajat kebebasan akan menjadi
10

jumlah nilai yang dapat bervariasi secara independen dalam kelompok yang lebih
kecil ditambah jumlah kelompok yang dibandingkan.
a. Untuk Satu Sampel

Seperti yang dijelaskan di atas, nilai df dapat dihitung dengan mengurangi


ukuran sampel dengan 1.

df = N – 1, di mana N adalah ukuran sampel.

b. Untuk Uji-T Dua Sampel

T-tes digunakan untuk menghitung rata-rata dalam pengujian hipotesis


dengan menggunakan distribusi t. Jika ada dua sampel yang diambil dengan
ukuran yang berbeda, yaitu N1 dan N2, maka nilai df dapat dihitung sebagai
berikut:

df1 = N1 – 1 ——– (i)

df2 = N2 – 1 ——– (ii)

Dengan menambahkan dua persamaan tersebut, maka rumus untuk derajat


kebebasan akhir dapat diturunkan sebagai berikut:

df = (N1 + N2) – 2

3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan rangkaian prosedur yang sistematik dan wajib
diikuti oleh peneliti dalam menguji dugaan penelitian. Prosedur tersbut terdiri
dari:

a. Merumuskan Hipotesis Penelitian

Merumuskan hipotesis penelitian, yang bertujuan agar dapat dihitung


statistik sampelnya (seperti: rata-rata, proporsi, dsb).
1. Untuk pengujian terhadap satu populasi/kelompok, perumusan dinyatakan
dengan:
H0 : μ = a
11

Dimana a= statistik sampel (rata-rata, proporsi, varians, simpangan


baku)
2. Untuk pengujian terhadap dua populasi, perumusan dinyatakan dengan:
H0 : μ1 = μ2
Dimana μ1= rata-rata populasi 1 dan μ2 = rata-rata populasi 2
b. Menentukan nilai α dan β yang akan digunakan

Nilai α disebut juga kesalahan tipe 1 atau derajat kemaknaan atau


siginificance level. Nilai ini harus dibuat saat merencanakan penelitian. Untuk
penelitian di bidang kesehatan umumnya menggunakan 0,05 dan 0,01. Nilai α
digunakan untuk menentukan kriteria batas penolakan atau penerimaan hipotesis
nol yang dinyatakan dalam bentuk luas area dalam kurva distribusi normal yaitu
area di luar daerah penerimaan. Daerah tersebut disebut juga daerah penolakan
atau daerah kritis (lihat gambar di bawah). Pada daerah ini juga terdapat peluang
untuk terjadinya kesalahan (error) untuk menerima dan menolak hipotesis. Jadi
sebenarnya nilai α ini menentukan apakah antara nilai statistik dengan parameter
populasi benar-benar berbeda atau karena faktor kebetulan saja (chance factors).

Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji Hipotesis dengan Nilai α =0,05

Untuk menjelaskan pengertian nilai α, kita anggap telah dilakukan


pengujian hipotesis sebanyak 100 kali (atau 100 x penelitian) terhadap sebuah
fenomena kesehatan. Dengan menggunakan nilai α sebesar 0,05 atau 5%, maka
akan terdapat 5 kali uji hipotesis (5 = 100 x 5%) yang nilai pengukuran
statistiknya terletak di luar daerah penerimaan atau terletak di daerah penolakan.
12

Bila kejadian tersebut sebanyak 8 kali (lebih besar dari 5%), maka dianggap
terlalu banyak untuk menolak hipotesis nol.
Semakin besar nilai α maka semakin sempit daerah penerimaan hipotesis,
sehingga semakin sering hipotesis ditolak walaupun hipotesis benar atau peluang
untuk menolak hipotesis yang benar (disebut kesalahan tipe 1 dengan simbol α).
Sebaliknya semakin kecil nilai β maka semakin luas daerah penerimaan hipotesis,
sehingga semakin sering hipotesis diterima walaupun hipotesis tersebut salah atau
peluang untuk menerima hipotesis yang salah (disebut kesalahan tipe 2 dengan
simbol β). Hubungan kesalahan tipe 1 dan kesalahan tipe 2 disajikan pada tabel
berikut.

c. Menentukan Metode Statistik yang Digunakan


Sebelum memilih metode statistik yang sesuai, maka perlu dilakukan uji
kesesuaian distribusi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis distribusi
statistik pada data, misalnya uji normalitas. Bila hasil uji statistik menunjukkan
distribusi normal, maka uji statistik yang cocok adalah uji statistik parametrik.
Sedangkan jika data menunjukkan tidak terdistribusi normal, maka uji statistik
menggunakan statistik non parametrik.
d. Menentukan Kriteria Untuk Menolak Dan Menerima Hipotesis Nol (H0)
Sesuai Dengan Nilai Α Yang Telah Ditentukan Pada Prosedur Nomor 2
Di Atas
Untuk menolak atau menerima hipotesis dapat menggunakan metode
berikut:
1) Membandingkan nilai p (p-value) dengan nilai α. P-value adalah peluang
nilai sampel terletak di luar daerah penerimaan atau di dalam daerah kritis.
Bila p-value lebih kecil dari α maka kesimpulannya hipotesis nol ditolak
atau ada perbedaan antara statistik sampel dengan parameter populasi.
13

2) Membandingkan nilai parameter hitung dengan nilai pada tabel. Bila nilai
parameter hitung lebih besar dari nilai tabel, maka kesimpulannya
hipotesis nol ditolak atau ada perbedaan antara statistik sampel dengan
parameter populasi.
e. Membuat Kesimpulan Sesuai Dengan Hasil Uji Statistik
Seperti dijelaskan di atas, uji hipotesis tidak bertujuan untuk membuktikan
kebenaran hipotesis namun hanya memutuskan apakah hipotesis ditolak atau
diterima. Misalnya: uji hipotesa dalam penelitian adalah tidak terdapat hubungan
antara sikap dengan perilaku safety driving. Kesimpulan dari penelitian tidak
membuktikan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku safety driving, namun
kesimpulannya adalah menolak hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan
antara safety driving dengan sikap.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. a. signifikansi mengacu pada sejauh mana hasil analisis statistik dapat
dianggap sebagai hasil yang tidak terjadi secara kebetulan, atau sejauh mana
hasil tersebut memiliki relevansi dalam konteks penelitian
b. Derajat Kebebasan (Degree of Freedom) adalah jumlah nilai yang terlibat
dalam perhitungan yang memiliki kebebasan untuk bervariasi. Dengan kata
lain, Degree of Freedom ini adalah jumlah penghitungan akhir suatu statistik
yang bebas berubah-ubah.
c. Hipotesis berarti sebagai pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya
2. Cara Menyusun hipotesis yaitu:
a. Penentuan Masalah
b. Hipotesis Pendahuluan Atau Hipotesis Preliminer (Preliminary
Hypothesis)
c. Pengumpulan Fakta
d. Formulasi Hipotesis
e. Pengujian Hipotesis
f. Aplikasi/Penerapan
3. a. Cara menentukan signifikansi
1) Hitung Varian Antara Dua Kelompok Sampel
2) Hitung Nilai Uji T Data
3) Tentukan Derajat Kebebasan Sampel
4) Gunakan Tabel T Untuk Menentukan Signifikansi
b. Cara menentukan derajat kebebasan

14
15

Untuk menghitung derajat kebebasan, kita perlu menentukan


jumlah nilai yang dapat bervariasi secara independen dalam sampel. Jika
kita memiliki lebih dari satu variabel yang ingin kita ukur, maka derajat
kebebasan akan menjadi jumlah nilai yang dapat bervariasi secara
independen dalam kelompok yang lebih kecil ditambah jumlah kelompok
yang dibandingkan.
c. Cara menentukan pengujian hipotesis
1) Merumuskan Hipotesis Penelitian
2) Menentukan nilai α dan β yang akan digunakan
3) Menentukan Metode Statistik yang Digunakan
4) Menentukan Kriteria Untuk Menolak Dan Menerima Hipotesis Nol
(H0) Sesuai Dengan Nilai Α Yang Telah Ditentukan Pada Prosedur
Nomor 2 Di Atas
5) Membuat Kesimpulan Sesuai Dengan Hasil Uji Statistik
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Cahyono, T. (2018). statistik terapan. Jakarta: Deepublish.

Casella, G & Roger L. B. (2002). Statistical Inference. USA: Integre Technical


Publishing Co.

Heryana, A. Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif. Prodi Kesmas Universitas Esa


Unggul

Rachmat, M. (2012) biostatistik Aplikasi pada penelitian kesehatan.Jakarta:EGC

Soekadijo. R. G. (1993). Logika Dasar, Tradisional, Simbolik, Dan Induktif.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai