Rachmat Buku1
Rachmat Buku1
PENUNTUN PRAKTIKUM
PROTOZOA
USUS
BLOK 11. DIGESTIF, ENDOKRIN DAN
METABOLIK KLINIS
BAGIAN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
Penuntun Praktikum “Protozoa Usus” Blok 11. Digestif, Endokrin dan Metabolik Klinis
PENUNTUN PRAKTIKUM
“PROTOZOA USUS”
Edisi pertama
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit
sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk elektronik, mekanik, foto
kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
PENUNTUN PRAKTIKUM
“PROTOZOA USUS”
Tim Penyusun:
Kata Pengantar
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di antara
keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi ditentukan oleh organisme
dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang
ilmu biologi lainnya seperti biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi,
genetika, evolusi dan ekologi.
Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang didapatkan
dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian latihan-latihan praktis untuk
lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan
praktikum juga mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin
serta mampu meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran
dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun mahasiswa
dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan dengan penyakit-penyakit
akibat parasitik.
Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan evaluasi dalam
menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Protozoa Usus dengan baik. Mengingat
waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan penuntun ini, kami menyadari akan kekurangan
yang terdapat dalam penuntun praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya kepada
Allah SWT sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum “Protozoa
Usus” ini bermamfaat hendaknya.
Tim Penyusun
Daftar Isi
Daftar Pustaka................................................................................................................... 14
1. Mahasiswa (Praktikan) sudah mendapatkan Penuntun Praktikum dengan format .pdf minimal
sehari sebelum praktikum dimulai.
2. Pada hari praktikum, laboran akan melakukan pengecekan spesimen di tiap mikroskop untuk
memastikan materi praktikum sesuai dan tidak bergeser.
3. Praktikan memasuki ruang laboratorium setelah mengenakan jas lab dengan rapi dan benar.
4. Akan dilakukan pretest selama 10 menit sebelum materi praktikum diberikan.
5. Praktikan yang mendapatkan nilai prestest dibawah 60 tidak dibenarkan mengikuti praktikum
dan disarankan untuk mengikuti Inhal.
6. Salah seorang Staf Pengajar Bagian Parasitologi kemudian memberikan teori praktikum
selama 15 menit.
7. Absensi kemudian diedarkan dan wajib ditandatangani oleh semua praktikan.
8. Praktikan diwajibkan untuk menggambar dan memberi catatan untuk tiap spesimen di dalam
buku catatan yang telah dibawa.
9. Post test akan diberikan sekitar 10 menit sebelum praktikum berakhir
10. Setelah Praktikum selesai mahasiswa keluar dari ruangan laboratorium dengan teratur setelah
terlebih dahulu memastikan daerah sekitar meja dan tempat duduk praktikan dalam keadaan
bersih.
Praktikum parasitologi “Protozoa Usus” ini menggunakan spesimen tinja yang mengandung
kontaminan patogen mupun non patogen. Oleh sebab itu setiap praktikan harus mengutamakan
perlindungan dan keselamatan diri dengan mengikuti peraturan di bawah ini:
1. Praktikan wajib memakai jas lab dengan tag nama terpasang, serta sarung tangan pada saat
bekerja di laboratorium, agar terhindar dari kontaminan yang mungkin terbawa oleh tinja.
2. Praktikan wajib meletakkan barang pada bagian khusus yang telah disediakan bukan di atas
meja praktikum yang dapat menganggu kegiatan praktikum.
3. Praktikan perempuan wajib memasukkan jilbab ke dalam jas lab untuk menghindari
kontaminan.
4. Setiap praktikan harus telat membaca dan memiliki pengetahuan tentang materi praktikum
sebelum praktikum dimulai.
5. Gambarlah semua jenis parasit yang telah disiapkan pada mikroskop dan lengkapi dengan
keterangan yang jelas.
6. Setelah praktikum, meja praktikum dan daerah sekitar tempat duduk praktikan harus
dibersihkan.
7. Laporan praktikum berisi gambar sediaan yang diamati melalui mikroskop beserta keterangan
gambar harus dikumpulkan maksimal 2x24 jam setelah praktikum selesai.
8. Dilarang membawa makanan dan minuman serta dilarang makan atau minum selama
praktikum berlangsung
9. Dilarang ribut dan menerima telepon selama praktikum berlangsung.
10. Bagi praktikan yang tidak mematuhi tata tertib praktikum akan diberikan peringatan selama
satu kali dan akan dikeluarkan dari ruang laboratorium jika masih melakukan pelanggaran tata
tertib.
I. PENDAHULUAN
Supergrup Amebozoa terdiri dari Ameba dan Ameba berflagel yang sebagiannya hidup bebas,
komensal maupun parasit terhadap manusia. Ameba merupakan kelompok protozoa yang termasuk
dalam subphylum Sarcodina, superkelas Rhizopoda, pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak
dibungkus membran. Ameba merupakan hewan yang paling sederhana yang tersebar diseluruh
dunia (kosmopolid) kebanyakan hidup bebas walaupun beberapa spesies hidup sebagai parasit pada
manusia.
Parasit ini bergerak dengan Pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari Ektoplasma
yang diikuti dengan gerak ke arah yang dituju (gerak Ameboid). Pada keadaan yang tidak
menguntungkan bagi parasit tersebut, bentuk aktif ini (trofozoid) akan berubah menjadi bentuk
kista. Perubahan ini disebut “enkistasi”, biasa teradi di dalam usus besar manusia. Didalam tubuh
manusia semua Ameba ini hidup komensal, kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi
patogen. Pembiakan terjadi dengan cara belah pasang, baik dalam stadium trofozoit maupun pada
stadium kista. Penularan hanya dapat terjadi pada bentuk kista yang matang, karena bentuk trofozoit
atau kista yang belum matang mudah rusak dan akan dihancurkan oleh keasaman lambung serta
enzim pencernaan makanan. Parasit ini hidup di dalam lumen usus besar manusia.
Pada modul praktikum ini kita akan membahas tiga jenis protozoa usus yang paling sering
menyebabkan penyakit gastroenteritis pada manusia.
b. Morfologi
Entamoeba histolytica memiliki dua bentuk utama dengan satu bentuk peralihan, yaitu
bentuk tropozoit (bentuk vegetatif atau bentuk histolytica), bentuk prekista (bentuk peralihan
sebelum menjadi kista) dan bentuk kista.
mudah rusak daripada kista. Didalam tinja, tropozit bertahan 5 jam pada suhu 30oC, 16 jam pada
25oC dan 96 jam pada suhu 5oC
c. Siklus hidup
Kista matang yang resiten merupakan stadium infektif. Jika termakan sesorang, kista akan
tahan terhadap keasaman lambung. Karena pengaruh zat pencernaan yang netral atau basa serta
karena aktifitas, Ameba akan terjadi eksistasi di dalam usus halus dimana dinding kista akan
musnah dan keluar Ameba dalam stadium metakista berinti 4 yang akhirnya akan membelah diri
menjadi 4 tropozoit muda.
Parasit ini akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Disini terjadi penyerapan air
sehingga isi usus makin ke distal bertambah kental. Hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan
parasit sehingga diperlukan perubahan dari bentuk trofozoit menjadi kista yang lebih resisten.
Perubahan dari bentuk trofozoit menjadi bentuk kista di sebut enkistasi yang biasanya terjadi di
usus besar.
Pada stasis usus seringkali parasit ini menimbulkan invasi misalnya di daerah caecum bahkan
sampai rektosigmoid. Kemungkinan menetap pada epitel usus menjadi kurang jika parasit
jumlahnya sedikit, volume makanan besar atau jika usus hipermotil. Parasit yang secara normal
hidup komensal di dalam rongga usus besar secara tiba-tiba dapat menjadi patogen dan menginvasi
jaringan. Perubahan komensal menjadi patogen ini tidak diketahui dengan jelas.
Bentuk patogen ternyata lebih besar dari pada bentuk komensal. Bentuk ameba yang kecil
disebut bentuk minuta. Ada beberapa faktor yang dapat merangsang untuk menimbulkan invasi
antara lain adanya bakteri (Streptobacillius spp) serta faktor makanan (banyak mengandung
kolesterol maupun karbohidrat).
2. Entamoeba coli
a. Nama lain dan habitat
Nama lain dari Entamoeba coli adalah Ameba coli, Endamoba horninis dan Councilmania
lafleuri. Entamoba coli tidak patogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari E. histolytica
karena merupakan ameba yang paling sering ditemukan hidup di dalam colon dan caecum manusia.
b. Morfologi
Morfolologi E. coli sangat mirip dengan morfologi E. histolytica yaitu memiliki dua bentuk
utama dengan satu bentuk peralihan yaitu bentuk tropozoit, bentuk prekista dan bentuk kista.
Bentuk vegetatif (trofozoit) E. coli ukurannya sebesar 15-50 μm serta mempunyai inti entamoeba.
Endoplasma mempunyai vakuola, mengandung bakteri dan lain-lain. Bentuk ini tidak dapat
dibedakan dari E. histolityca bentuk minuta. Dalam tinja ukuran kista sebesar 10-31 μm dan
biasanya berinti 2 dan 8. Yang berinti 2 mempunyai vakuola glikogen besar serta memiliki benda
khromatoid seperti jarum dengan ujung tajam.
Gambar 3. Pembedaan morfologi Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli pada sediaan
yang tidak diwarnai.
3. Giardia lambia
a. Nama lain dan habitat
Nama lain dari Giardia lambia adalah Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis, Giardia
enterica, Giardia intestinalis dan Megastoma entericum. Habitat parasit ini di dalam duodenum,
jejenum bagian atas, saluran empedu serta kandung empedu. Selain pada manusia, parasit ini juga
ditemukan pada kera.
b. Morfologi
Sama dengan protozoa usus yang telah dijelaskan sebelumnya, G. lambia memiliki dua bentuk,
yaitu bentuk tropozoit (vegetatif) dan kista. Bentuk vegetatif berbentuk seperti buah jambu monyet
akan tetapi pipih dorso-ventral. Besarnya (9-21) x (5-15) μm dengan tebal 2-4 μm. Bagian anterior
merupakan batil isap berinti 2, mempunyai 4 pasang flagel, 2 axotyl dan 2 benda parabal. G.
lamblia berkembang biak dengan belah pasang longitudinal. Bentuk kistanya berukuran (8-12) x (7-
10) μm, berbentuk lonjong, berinti 2-4 yang terletak pada satu kutub. Dalam endoplasma tampak
sisa organnya yang terdapat pada bentuk vegetatif.
Gambar 4. Pembedaan morfologi Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli pada sediaan
yang tidak diwarnai
Protozoa usus yang ditemukan dalam tinja dapat berupa protozoa berbentuk vegetatif atau
kista. Bentuk vegetative mudah ditemukan pada tinja segar penderita diare, karena pergerakan dan
morfologi tampak jelas. Pada kista yang telah lama bentuk vegetative telah mati, tetapi bentuk kista
dapat ditemukan karena dapat bertahan dalam waktu yang lama di indonesia disentri amobawi harus
dibedakan dengan disentri basiler. Disentri amobawi didiagnosis dengan menemukan bentuk
vegetatif dalam bagian tinja yang berdarah dan berlendir.
Berikut adalah petunjuk untuk membedakan disentri amubawi dan disentri basiler:
Cara pemeriksaan:
Terdapat 3 cara pemeriksaan yang haus dipahami, yaitu: pemeriksaan dengan garam faal,
pemeriksaan dengan larutan Eosin dan pemeriksaan dengan larutan iodium (lugol)
3) Tutup dengan kaca tutup, usahakan membuat spesimen tipis berwarna merah muda, cerah,
dan tidak gelap (Gelap berarti spesimen terlalu tebal sehingga perlu dibuang)
4) Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran kecil, setelah parasit ditemuan baru
diperbesar
5) Periksa sedikitnya 4 sediaan
Daftar Pustaka
1. Adjung SA, Manan WS, 2008, “Protozoa apatogen” dalam Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran, Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2. Chiodini PL, Moody AH, manser DW, 2003, Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology, 4th Ed, Churchill Livingstone, Edinburgh
7. Nash TE, 1993, “Giardia lamblia and giardiasis” in Immunology and Molecular Biology of
Parasitic Infections, 3rd Ed, Blackwell Scientific Publicatons, London.
9. Sutanto I, Adjung SA, 2008, “Entamoeba histolytica” dalam Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran, Edisi IV, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
10. Zaman V, 1997, Atlas Parasitologi Kedokteran, Edisi II, Hipokrates, Jakarta.