Anda di halaman 1dari 11

ARBITRASE

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Non Litigasi Program Studi Hukum Tata negara
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

Oleh
Kelompok IX

HERNAWATI
NIM: 01.18.4050

EMELIANI JABIR
NIM: 01.16.4032

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena limpahan

rahmat hidayahnya saya mampu untuk menyelesaikan Makalah saya dengan judul

“Arbitrase” ini.Shalwat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW sebagai “King of the King, King of the World” yang telah

menggulung tikar - tikar kejahiliaan dan mampu membentangkan tikar – tikar

kebenaran. Berdasarkan pentujung dan hidayah dari sang Pencipta yaitu Allah SWT

yang maha pemurah lagi maha penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati saya memohon kritik dan saran dari pembaca

apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena

saya menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta yaitu Allah

SWT.Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya kepada setiap pihak

yang telah mendukung serta membatu saya selama proses menyeleseikan makalah

saya hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya makalah yang

telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya. Dan

bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Watampone, 17 Desember 2020

Penyusun,

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Arbitrase 3
B. Prosedur Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase 3
C. Contoh Kasus Penyelesaia Arbitrase 5

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 7

B. Saran 7

DAFTAR RUJUKAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan

perundangan di Indonesia. Pertama, dalam penjelasan Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun

1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan ” Penyelesaian

perkara di luar pengadilan, atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitase) tetap

diperbolehkan” . Kedua, dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan ” Alternatif

Penyelesaian Perkara ( Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian

sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni

penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau

penilaian para ahli.”

Konsultasi , merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu

pihak (klien) dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan

pendapatnya atau saran kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan

kebutuhan klien. Konsultan hanya memberikan pendapat (hukum) sebagaimana

diminta oleh kliennya, dan selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian sengketa

tersebut akan diambil oleh para pihak.

Negoisasi, penyelesaian sengketa melalui musyawarah/perundingan langsung

diantara para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan bentuk-

bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak.Kesepakatan mengenai


penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang

disetujui oleh para pihak.

Mediasi, merupakan penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan

dibantu oleh pihak luar yang tidak memihak/netral guna memperoleh penyelesaian

sengketa yang disepakati oleh para pihak. Konsiliasi, Consilliation dalam bahasa

Inggris berarti perdamaian , penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan

melibatkan pihak ketiga yang netral (konsisliator) untuk membantu pihak yang

berdetikai dalam menemukan bentuk penyelesaian yang disepakati para pihak.

Kesepakatan tertulis ini bersifat final dan mengikat para pihak. Pendapat ahli, upaya

menyelesaikan sengketa dengan menunjuk ahli untuk memberikan pendapatnya

terhadap masalah yang dipersengketakan untuk mendapat pandangan yang obyektif .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apa pengertian arbitrase ?

2. Bagaimana prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase ?

3. Berikan contoh kasus penyelesaia arbitrase !

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian arbitrase

2. Untuk promengetahui prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase

3. Untuk mengetahu contoh kasus penyelesaia arbitrase


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Arbitrase

Abritase adalah penyelesaian masalah atau sengketa perdata di luar peradilan

hukum. Sesuai yang tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara

penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada

perjanjian arbitrase secara tertulis oleh para para pihak yang bersengketa.1

B. Prosedur Arbitrase

Untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui mekanisme arbitrase,

dibutuhkan kesepakatan antara kedua pihak yang bersengketa (yang dapat dilakukan

sebelum maupun setelah terjadinya sengketa). Karena alasan ini, perjanjian secara

tertulis harus dilakukan oleh kedua pihak sebelum arbitrase. Di Indonesia terdapat

beberapa badan khusus yang memfasilitasi proses arbitrase, yaitu Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI), Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI),

Bali International Arbitration and Mediation Centre (BIAMC), dsb. Pada

prinsipnya masing-masing lembaga arbitrase memiliki prosedur sendiri dalam

mengatur mekanisme beracara di Arbitrase yang bersangkutan atau yang dikenal

dengan istilah “rule of arbitration” meskipun dalam praktek masing-masing lembaga

Arbitrase membuka diri untuk menggunakan prosedur lain yang disepakati para

1
Hukum Online, “Arbitrase”, dalam https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd53b
c1092cb/penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase-jika-salah-satu-pihak-meninggal-dunia/,10 Desembe
r 2020.
pihak. Secara Umum prosedur yang harus dilakukan untuk permohonan proses

arbitrase adalah sebagai berikut :

1. Pendaftaran: Sebagai tahap awal, pemohon dapat mengajukan pendaftaran

permohonan arbitrase oleh pihak yang memulai proses arbitrase kepada

Sekretariat Lembaga Arbitrase yang dipilih para pihak.

2. Permohonan Mengadakan Arbitrase (Request for Arbitration): Dalam

mengajukan permohonan, pemohon harus menyertakan beberapa informasi :

a. Nama dan alamat para pihak

b. Perjanjian arbitrase antara pihak yang bersengketa

c. Fakta-fakta dan dasar hukum kasus arbitrase

d. Rincian permasalahan

e. Tuntutan atau nilai tuntutan

3. Dokumen: Pemohon harus melampirkan salinan otentik yang terkait dengan

sengketa yang bersangkutan dan salinan otentik perjanjian arbitrase, dan

dokumen lain yang relevan. Apabila ada dokumen yang akan menyusul,

pemohon harus konfirmasi mengenai dokumen susulan tersebut.

4. Penunjukan Arbiter

a. Pemohon menunjuk seorang arbiter sebagai pihak ketiga yang neutral paling

lambat 30 hari terhitung sejak permohonan didaftarkan. Jika pemohon tidak

dapat menunjuk arbiter, maka penunjukan mutlak telah diserahkan kepada

Lembaga Arbitrase yang dipilih.

b. Ketua Lembaga Arbitrase berwenang atas permohonan untuk

memperpanjang waktu penunjukan arbiter dengan alasan-alasan yang sah

tidak melebihi 14 (hari).


5. Biaya Arbitrase: Permohonan mengadakan Arbitrase harus disertai pembayaran

biaya pendaftaran. Biaya pendaftaran dibayarkan saat melakukan permohonan

sebesar Rp 2.000.000,-. Sementara untuk biaya administrasi lebih beragam

tergantung besar tuntutan. Mengingat besarnya biaya dalam proses arbitrase

ditentukan berdasarkan nilai tuntutan, maka dalam praktek para pihak pada

umumnya hanya menuntut hal-hal yang dapat dibuktikan secara sah sebagai

haknya, termasuk namun tidak terbatas dengan memasukkan biaya advokat

yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Hanya saja terkait

gugatan immateriil dalam arbitrase pada prakteknya hampir tidak pernah

digunakan karena gugatan immateriil sulit untuk dibuktikan besarannya.

C. Contoh Kasus Penyelesaian Arbitrase

Indonesia pernah melakukan penyelesaian arbitrase dengan pihak asing.

Sengketa tersebut melibatkan 2 perusahaan asing langsung yaitu Churchill Mining

dan Planet Mining. Proses arbitrase diselesaikan secara internasional dan dibantu oleh

Investor state dispute settlement (ISDS) serta International Centre for Settlement of

Investment Disputes (ICSID).

Dilansir dari Kumparan, Churchill Mining dan Planet menggugat Pemerintah

Indonesia di ICSID sebesar USD 2 miliar akibat serangkaian tindakan Pemerintah

Indonesia yang mencabut Kuasa Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan oleh

Bupati Kutai Timur. Penggugat berpendapat bahwa Indonesia melanggar ketentuan

P4M RI-Inggris.

Dalam proses persidangan, terbukti bahwa Churchill Mining dan Planet

Mining melakukan pemalsuan dokumen perizinan, sehingga dapat dikatakan bahwa

mereka menjalankan investasi ilegal. Indonesia memenangkan sengketa ini Churchill


Mining dan Planet Mining mendapatkan hukuman dengan membayar ganti rugi biaya

perkara kepada Indonesia sebesar USD 8,7 juta.2

2
Dasla Law Firm, “Arbitrase”, dalam https://www-dslalawfirm-com.cdn.ampproject.org/v/s/
www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16081268143487&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.dslalawfirm.com%2Fid%2Fpengertian-arbitrase
%2F, 17 Desember 2020.
BAB III

PENUTUP

A. Sinpulan

Abritase adalah penyelesaian masalah atau sengketa perdata di luar peradilan

hukum. Sesuai yang tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara

penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada

perjanjian arbitrase secara tertulis oleh para para pihak yang bersengketa. Untuk

menyelesaikan suatu sengketa melalui mekanisme arbitrase, dibutuhkan kesepakatan

antara kedua pihak yang bersengketa (yang dapat dilakukan sebelum maupun setelah

terjadinya sengketa). Karena alasan ini, perjanjian secara tertulis harus dilakukan oleh

kedua pihak sebelum arbitrase.

B. Saran

Saran untuk makalah ini adalah diharapkan bagi pembaca maupun penulis

dapat memahami isi dari judul dan pembahasan dari malakalah, namun jika ada

kekurangan pada makalah ini dapat memberikan pendapat dan kritiknya agar

makalah dapat menjadikan lebih dimengerti dan dapat dijadikan bahan perbandingan

atau refernsi untuk makalah-makalah selanjutnya, terimakasih.


DAFTAR RUJUKAN

Hukum Online, “Arbitrase”, dalam https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt
5cd53bc1092cb/penyelesaian-sengketa-melalui-arbitrase-jika-salah-satu-pihak-
-meninggal-dunia/,10 Desember 2020..
Dasla Law Firm, “Arbitrase”, dalam https://www-dslalawfirm-com.cdn.ampproject.
org/v/s/www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16081268143487&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fwww.dslalawfirm.com%2Fid%2Fpengertian-arbitrase%2F, 17
Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai