Perubahan fisiologis
- Kemampuan mengatur suhu - Saat tali pusat di potong duktus
venosus tertutup - Cairan dalam alveolus terperas
terbatas
keluar
- Bayi dapat melihat dan - resistensi vaskular sistemik
- Relaksasi pembuluh darah paru
mendengar - Klinis bayi dari biru merah
- Peningkatan ekskresi lendir
- Pembentukan sel otak yang cepat
- Reflek hisap masih lemah - Klinis bayi dari biru merah
• Resiko terjadi hipothermi Resiko terjadi peningkatan Resiko bersihan jalan napas
tahanan paru tidak efektif
• Resti kurang kebutuhan
nutrisi
BBL
Perubahan fisiologis
- Gerakan usus mulai aktif - Ginjal berperan dalam homeostasis - Berperan sebagai tempat
cairan & e- metabolisme karbohidrat,protein,
- Kebutuhan metabolisme meningkat
lemak,bilirubin
- Produksi urine 1-2 ml/Kg/hari
- Kebutuhan kalori meningkat
- Berperan sebagai detoksifikasi
- Kemampuan ginjal mengeluarkan
obat/toksin
kelebihan cairan dalam tubuh
terbatas
Perubahan fisiologis
Imunologi Integumen
- Imunitas lebih rendah dari orang - Lapisan lemak coklat banyak
dewasa digunakan
- Bayi mudah terkena infeksi - Lemak subkutan sedikit
- Kulit sensitif mudah rapuh
- Daerah kulit sekitar tali pusat masih
basah
Resti infeksi
• Resti hipothermi
• Resti gangguan integritas kulit
• Resti infeksi
l Hangatkan bayi dan keringkan bayi.
l Periksa nilai Apgar Score.
l Lakukan pemeriksaan fisik secara cepat untuk
melihat adannya kelainan kongenital, Pemeriksaan ini
dilakukan bersana – sama dangan penilaian Apgar.
l Segera setelah lahir tali pusat dipotong lebih kurang 3 –
4 cm dari pangkalan dan lakukan pengikatan.
l Berikan bayi kepada ibu untuk diperhatikan.
l Bila mengkin bayi ditempelkan kepayudara ibu segera
setelah lahir.
l Identitas bayi setelah orang tua melihat bayi.
l Beri vitamin K 1.
l Beri tetes mata.
l Lakukan pengukuran : BB, PB, LK, LD, LL.
l Apgar skore.
l Resusitasi yang dilakukan.
l Perkiraan masa gestasi.
l Bayi terlihat sehat atau sakit.
l Adakah kelainan atau problem klinik yang terlihat.
l Identifikasi bayi.
Kapan bayi dimandikan ?
Kuku.
Biasanya kuku bayi panjang perlu di gunting jangan terlalu
pendek karena akan melukai
Kapan bayi pulang.
A. Pengkajian
1. Bio data
2. Riwayat maternal.
l Anetenatal care, Usia dan tanggal perkiraan persalinan.
l Adanya kelainan genetik.
l Kondisi abnormal atau gangguan salama kehamilan.
l Penggunaan obat – obatan, Alkohol atau kafein.
l Hasil pemeriksaan: cairan aminion, golongan darah, rhesus dan hasil
penapisan yang lain.
l Riwayat persalinan terutama jika ada kesulitan dalam persalinan.
3. Prilaku.
l Reflek : moro, genggam dan babinski sama untuk kedua sisi ( biliater )
suara tangis kuat dan kencang.
l Mata biasanya tertutup dengan penglihatan sadikit berkembang dan
fungsi sensori sarta raba perkembangan baik. Bayi dapat merasakan ,
mencium dan mendengar.
l Pola tidur dan aktifitas satiap hari : 1 – 4 jam sadar, aktif dam
menangis,4 – 5 jam tidur teratur dan 12 – 15 jam tidur tidak teratur.
l Suhu kulit : 36 0c – 37 0c suhu rectal 0,6 0c lebih tinggi dari suhu kulit.
f. Sistem pekemihan.
Tujuan :
Tidak terdapat gangguan / perubahan suhu tubuh,
kriteria hasil:
l Suhu klien 36,5 oc- 37,5 oc
l Akral hangat.
l Tidak ada kutis mermorata.
Intervensi :
1. Hangatkan infant warmer / couve pada saat penbukaan hampir lengakap.
2. Keringkan bayi segera setelah lahir dengan handuk hangat, dibawah infant
warmer.
3. Anjurkan ibu memeluk bayi untuk memberikan kehangatan pada bayi.
4. Pakaikan topi pada kepala bayi.
5. Rawat bayi dengan letakan bayi dalam couve.
6. Tunda mandi dan prosedur lain sampai suhu bayi stabil.
7. Observasi suhu kulit, warna kulit, dan penurunan suhu bayi.
8. Monitor suhu bayi tiap I jam / kalau perlu.
3.Risiko tinggi komplikasi , hipoglikemia berhubungan dengan :
l Anemia.
l Hipotiroid.
l Peningkatan metabolisme BB > 4000 gr dan < 2500 gr.
Tujuan : Hipotermi tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
l GDS normal 55 – 125 mg %
l Tonus otot baik.
l Bayi aktif.
l Akral hangat.
l Kutis mermorata tidak ada.
l Perfusi perifer baik.
Intervensi :
1.Obeservasi keadaan umum dan vital sign.
2.Kolaborasi dengan dokter untuk memonitor kadar gula
darah bayi.
3.Tinjau ulang riwayat pre-natal ibu terhadap adanya
stresor.
4.Monitor adanya takhipnoe, sianosis dan kejang.
5.Cegah terjadinya penurunan suhu tubuh bayi.
6.Beri minum sesuai program dokter.
4.Risiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan :
l Kalori yang meningkat karena peningkatan metabolisme.
l Reflek hisap dan menelan masih lemah.
l Gangguan reabsorsi usus.
6.Risiko tinggi / gangguan integritas kulit
berhubungan dengan :
l Adanya rash.
l Iritasi kulit.
l Penggunaan zat – zat yang dapat merusak kkulit.
Tujuan :
l Integritas kulit utuh / dapat mempertahankan keutuhan
kulit, kriteria hasil :
Intervensi :
1. Hindari penggunaan plester yang berlebihan / yang tidak perlu
2. Bersihkan kulit disekitar perianal dan genetalia sehabis buang air kecil dan BAB dengan
kapas basah dan kerinngkan dengan kain lembut.
3. Observasi bagian – bagian tubuh yang menonjol dan tertekan dari tanda – tanda
kemerahan.
4. Observasi kulit bokong dan daerah perianal dari tanda – tanda eritema dan rash.
5. Mandikan bayi dengan air hangat dan gunakan sabun lembut.
6. Hindari penggunaan bedak.
7. Gunakan hanya air hangat jika kulit bayi iritasi atau abrasi.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian salf untuk mengatasi iritasi.
7. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan :
l Tali pusat belum puput dan masih basah.
l Ada luka post sirkumsisi.
l Proses tranmisi melallu tali pusat.
l Berpindahnya microorganisme kemata bayi.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi, kriteria hasil:
l Tali pusat kering tidak berbau dan tidak ada cairan pus / darah yang keluar dari tali pusat.
l Tidak ada kemerahan pada kkulit abdomen sekitar tali pusat.
l Tidak terjadi konjunngtivitis pada mata bayi.
l Luka sirkumsisi kering.
l Tidak ada tanda – tanda infeksi.
l Suhu kulit bayi 36,5oc – 37,5oc.
Intervensi :
1. Observasi adanya tanda – tanda infeksi.
2. Monitor tanda – tanda vital.
3. Berikan obat tetes mata 1 tetes pada mata kanan dan kiri.
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan tehnik steril 2 kali sehari atau kalau perlu.
5. Jaga sekitar umbilikal agar selalu tetap bersih dan kering.
6. Kaji kulit bayi setiap hari dari tanda – tanda rash, lesi, iritasi atau pun fistula.
7. Isolasi bayi dari orang – orang yang terinfeksi.
8. Bila ada luka lakukan perawatan luka dengan tehnik steril.
9. Anjurkan orang – orang tua / petugas untuk menggunakan schort, cuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi.
10. Obserfasi bayi dari tanda – tanda letargi, malas minum, muntah, apnoe, takhipnoe dan
hipotermi.
11. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan lab, dan darah rutin dll.
8.Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
pengalaman dalam merawat bayi.
Tujuan :
Pengetahuan orang tua bertambah,kriteria hasil :
l Orang tua daoat melakukan perawatan tali pusat / sirkumsisi dengan benar.
l Dapat memandikan bayi dengan benar.
l Dapat memberikan minum / menyusui bayinya dengan benar.
l Dapat memakaikan baju dan menggantikan popok pada bayinya.
l Dapat memenangkan bayinya bila menangis.
Intervensi :
1. Informasikan pada oranng tua tentang kondisinya.
2. Kaji kesiapan orang tua untuk merawat bayinya.
3. Berikan informasi yang sesuai tingkat pengetahuanya.
4. Ajarkan orang tua cara merawat tali pusat.
5. Anjurkan orang tua mendemonstrasikan cara merawat sirkumsusi jika ada.
6. Ajarkan orang tua cara menyusui bayinya dengan benar.
7. Ajarkan ibu mendemonstrasikan kembali cara menyusui yang benar.
8. Demonstrasikan pada orang tua cara memandikan, mengganti popok dan baju.
9. Informasikan paada orang tua mengapa bayi menangis, jelaskan cara menggendong dan
menenangkan bayi.
10. Jelaskan tanda – tanda / gejala bayi sakit seperti : malas minum, muntah, mencret,
panas, kejanng, menangis yang terus menerus dan kurang aktif.
11. Anjurkan kontrol sesuai dengan jadwal praktek.