Anda di halaman 1dari 2

Film ini dimulai dengan 

narasi dari Jamila (Atiqah Hasiholan) bahwa dia adalah korban perdagangan


manusia, diikuti beberapa adegan kehidupan malamnya yang mewah walau tidak membahagiakan.
Setelah mendengar berita bahwa seorang menteri, Nurdin (Adjie Pangestu), telah dibunuh, Jamila
menyerahkan diri kepada polisi. Ini mengejutkan Ibrahim (Dwi Sasono) yang menyukai Jamila.
Ibrahim berusaha membebaskan Jamila. Atas perintah presiden, Jamila ditempatkan di
suatu lembaga permasyarakatan (LP) di luar kota Jakarta. Di sana, dia berada di bawah
pengawasan sipir Ria (Christine Hakim).
Di LP itu, Ria membaca buku harian Jamila dan mengetahui latar belakangnya. Ternyata
Jamila dijual ibunya kepada mucikari, yang kemudian menjualnya kepada keluarga kaya. Saat
tinggal dengan keluarga tersebut, Jamila diperkosa oleh ayah angkat dan kakak angkatnya. Sebagai
balasan, Jamila membunuh kakaknya itu lalu melarikan diri. Sementara itu, ibu angkatnya (Jajang C.
Noer) menembak suaminya atas perilakunya yang biadab hingga tewas. Jamila menjadi pekerja di
pasar, tetapi sekali lagi harus melarikan diri ketika mengetahui ada yang hendak memerkosanya.
Dia berlindung dalam suatu diskotek yang kemudian dirazia polisi. Jamila yang disangka merupakan
seorang pekerja seks komersial (PSK) di tempat itu ditangkap. Setelah dibebaskan, Jamila
dibesarkan seorang PSK tua yang baik hati bernama Susi (Ria Irawan) yang sebelumnya juga
tertangkap dalam razia tersebut.
Sementara itu, di luar LP sejumlah kelompok menuntut agar Jamila dijatuhi hukuman mati. Di dalam
LP, seorang penjaga (Surya Saputra) merasa kasihan atas nasib Jamila dan berusaha
membantunya. Namun, Jamila mengabaikannya. Ria, biarpun mulai agak bersimpati kepada Jamila,
sempat bertengkar mulut dengannya mengenai pembunuhan Nurdin. Ini membuat Jamila
ditempatkan di sel isolasi.
Beberapa hari kemudian, Jamila divonis dan dijatuhi hukuman mati, yang akan dilaksanakan dalam
waktu 36 jam. Ria mengunjungi Jamila di selnya dan menyatakan bahwa dia berniat menghubungi
presiden untuk meminta penangguhan eksekusi. Jamila menolak, lalu menceritakan pengalamannya
mencari adiknya Fatimah di Kalimantan dan bagaimana dia sempat membunuh orang yang
menempatkan Fatimah dalam rumah pelacuran walaupun gagal menemukan adiknya itu.
Sehari sebelum hukuman mati Jamila dilaksanakan, Ibrahim bertemu dengan Susi, yang
menceritakan hubungan cinta Jamila dengan Nurdin. Jamila mengandung anak Nurdin dan
menyuruh menteri itu bertanggung jawab, tetapi Nurdin malah menghilang, lalu mempermalukan
Jamila di muka umum dan menyatakan bahwa dia hendak menikahi wanita lain. Ketika mereka
berdua bertemu di hotel, Nurdin mengancam Jamila dengan pistol. Jamila membela diri dengan
mengambil telepon di dekatnya dan memukul Nurdin, kemudian merebut pistol yang terjatuh lalu
menembak Nurdin hingga tewas. Setelah kilas balik itu selesai, terlihat Jamila berjalan menuju
tempat eksekusinya, menyiratkan presiden tidak mengindahkan permohonan penangguhan dari Ria.
Bunyi tembakan pistol pun terdengar, menyiratkan bahwa akhirnya Jamila dihukum mati. Fakta-fakta
mengenai perdagangan anak dan pelacuran kemudian ditayangkan.

Seharus nya menurut saya walupun jamila melakukan pembunuhan tetapi tidak seharus di hukum mati
karena jamila melakukan hal tersebut untuk pembelaan diri karena dia telah di lecehkan seharusnya
jamila di jatuhi hukuman 15 tahun penjara sesuai dalam pasal 338 KUHP tentang tindak pidana
pembunuhan. Karena hukuman mati ini bertentangan dengan pasal 28 A amandemen UUD 1945.

Dengan berlandaskan pada Pasal 28 A Amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup dan berhak untuk mempertahankan kehidupannya, banyak kalangan berpendapat
bahwa eksistensi pidana mati di Indonesia bertentangan dengan Pasal 28 A tersebut. Dengan demikian
pidana mati di Indonesa dianggap telah melanggar hak konstitusional. Sekaligus pelaksanaan dari pidana
mati merupakan tindakan pelanggaran HAM. Dan seharusnya jamila di jadikan sebagai saksi untuk
mengungkap kasus perdagangan anak dan pelacuran. Dengan kematian jamila maka kasus perdagangan
anak dan pelacuran tidak terungkap dengan jelas dan akhir ny semakin marak hal tersebut terjadi.
Seharusnya pemerintah mengusut kasus perdagangan anak dan pelacuran tersebut hingga tuntas

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk


anak yang masih dalam kandungan.
 
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan
cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta. Selain ketentuan tersebut, jika tindak
pidana perdagangan orang dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4 UU 21/2007 dilakukan
terhadap anak, maka ancaman pidananya ditambah sepertiga.
 
Adapun Pasal 76F UU 35/2014 mengatur bahwa:
 
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan,
atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan Anak.
Namun terlalu lemah hukum yang terjadi di indonesia, apalagi jika yang bersangkutan
warga kecil yang tidak berkedudukan apa apa, seharusnya kasus ini harus terus` di
usut dan di be`rantas karena hal tersebut membahayakan generasi muda dan mental
healt anak sangat terancam.

Anda mungkin juga menyukai