Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan do’a syukur kehadapan Allah SWT atas berkatnya yang
dilimpahkan kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya dengan judul KEBIJAKAN DESENTRALISASI
KESEHATAN
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desentralisasi kesehatan merupakan bentuk pembagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan dari
pemerintah pusat ke daerah. makalah ini bertujuan menganalisis tantangan/permasalahan pelaksanaan
desentralisasi kesehatan di Indonesia dan bagaimanakah dampaknya terhadap pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Desentralisasi kesehatan merupakan bentuk pembagian urusan pemerintahan di
bidang kesehatan dari pemerintah pusat ke daerah. Selama ini ada pandangan bahwa sistem
sentralisasi cenderung kurang memenuhi kebutuhan masyarakat dan desentralisasi yang
menghasilkan unit pemerintahan yang lebih kecil dianggap serbagai solusi untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.3 Tidak di sadari, sudah 12 tahun
lamanya desentralisasi kesehatan di Indonesia sudah diterapkan. Dibalik tingginya harapan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ternyata terdapat banyak tantangan dalam
pelaksanaan desentralisasi kesehatan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan desentralisasi kesehatan?
2. Apa saja kebijakan desentralisasi kesehatan?
3. Apa yang terjadi jika desentralisasi kesehatan tidak berjalan dengan semestinya?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti kebijakan desentralisasi kesehatam
2. Mengetahui apa saja kebijakan desentralisasi kesehatan
3. Mengetahui dampak yang terjadi jika desentralisasi kesehatan tidak berjalan dengan
semestinya
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Desentralisasi Kesehatan
4
B. KEBIJAKAN DESENTRALISASI KESEHATAN
Unfreezing :
Indonesia merupakan negara dengan karakteristik lokal yang
sangat kuat sedangkan sistem yang berkembang adalah
sentralisasi sehingga peluang untuk mengelola daerah agar lebih
optimal sangat terbatas
Changing:
Refreezing:
Sistem baru : Desentralisasi Kesehatan
5
232/U/2000 23dan No. 045/U/2002 24serta akreditasi perguruan tinggi oleh BAN Perguruan
Tinggi.
Penyebab lainnya munculnya permasalahan pelaksanaan desentralisasi di
25
daerah adalah perimbangan keuangan pusat dan daaerah terutama sistem tax assignment
yaitu masih didominasi pemerintah pusat. Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 bahwa dana
bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil dari sumber daya
alam adalah kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi dan pertambangan gas bumi. Sistem bagi hasil yang sangat
mencolok untuk dikaji adalah sistem bagi hasil pertambangan minyak bumi (84,5% untuk
pemerintah dan 15,5% untuk daerah), gas bumi (69,5% untuk pemerintah, 30,5% untuk
daerah). Dari 15, 5% pendapatan daerah yang berasal dari minyak bumi masih di bagi lagi
yaitu 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% (enam persen)
dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil; dan 6% (enam persen) dibagikan untuk
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Sedangkan untuk gas bumi,
dari penerimaan 30,5% untuk daerah diperinci lagi menjadi 6% (tiga persen) dibagikan
untuk provinsi yang bersangkutan, 12% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota
penghasil; dan 12% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan.
C. DAYA UNGKIT DESENTRALISASI KESEHATAN TERHADAP
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA
Sistem Kesehatan Nasional merupakan bentuk dan tata cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di Indonesia.3 Untuk menganalisis dampak desentralisasi terhadap
pembangunan kesehatan digunakan beberapa indikator yaitu upaya kesehatan, sumber
daya manusia kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat. Berikut ini adalah peta analisis
mengenai pembangunan kesehatan di Indonesia baik sebelum era desentralisasi, 5 tahun
setelah era desentralisasi dan 10 tahun setelah era desentralisasi (Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya)
6
Tabel 2. Pencapaian Pembangunan Kesehatan Sebelum Era Desentralisasi, 5 Tahun
Setelah Desentralisasi dan 10 Tahun Setelah Desentralisasi.
7
124.162 kurang
Kesmas: tepat)
61.654
Pemberdayaan Belum ada Keaktifan Keaktifan Tidak ada
Masyarakat informasi kader kader perubahan
posyandu posyandu
rendah rendah
PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa untuk upaya kesehatan
khususnya antenatal care terjadi pergeseran tenaga penolong persalinan. Pada era sebelum
desentralisasi, yang menjadi tenaga penolong persalinan yang utama di Indonesia adalah
dukun. Seiring dengan perubahan zaman (modernisasi) keberadaan dukun semakin sedikit,
hal ini berpengaruh terhadap pola pencarian pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
Disamping itu dengan semakin gencarnya upaya promosi kesehatan melalui media, sedikit
banyak berpengaruh juga terhadap pola pencarian kesehatan masyarakat dalam melakukan
persalinan. Berdasarkan data Bappenas (2010), saat ini Indoensia berhasil menurunkan
angka kematian ibu dari dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007 (SDKI) sedangkan target Indonesia adalah 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Demikian juga pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan terus meningkat secara bertahap. Pada tahun 2007, pertolongan persalinan di
fasilitas kesehatan mencapai 46,1 persen dari total persalinan pada tahun 2007. Angka
tersebut meningkat menjadi 59,4 persen pada tahun 2010.21Meskipun secara umum
Indonesia berhasil menurunkan angka kematian ibu, permaslahan yang masih terus
dihadapi Indoensia adalah disparitas yang tinggi antar daerah. Kenyataan ini menimbulkan
kesenjangan pencapaian pembangunan kesehatan di Indonesia. Jika di bandingkan dengan
angka kematian di Negara tetangga lainya seperti Malaysia dan singapura, jauh tertinggal
yaitu 62 per 100.000 kelahiran hidup di Malaysia dan 14 per 100.000 kelahiran hidup di
singapura tahun 2008.
Dari aspek sumber daya manusia juga mengalami perubahan permasalahan. Pada
era 1997 permasalahan sumber daya manusia kesehatan di Indonesia adalah kurangnya
sumber daya manusia kesehatan. Sedangkan pada era desentralisasi tepatnya tahun
2010/2011 permasalahannya adalah pendistribusian, kualitas dan tidak berimbangnya
jumlah sumber daya manusia dari kelompok medis/paramedic dengan kesehatan
masyarakat. Hal ini berakibat terhadap kurang maksimalnya pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kesehatan masyarakat.20
8
Upaya yang harus dilakukan adalah penguatan sistem kesehatan. Penguatan sistem
kesehatan seperti sistem informasi kesehatan perlu dilakukan. Melalui data dan informasi
yang akurat maka dapat dilakukan perencanaan yang lebih tepat. Di samping itu melalui
data yang akurat dapat dilakukan monitoring dan evaluasi. Desentralisasi juga dianggap
sebagai strategi jitu untuk meningkatkan status kesehatan suatu Negara. Berdasarkan studi
kasus di Liberia, hambatan utama desentralisasi adalah keterbatasan sumberdaya dan
kemampuan untuk mengelola. Jika dibandingkan dengan Amerika serikat khususnya
pelayanan kesehatan masyarakat yaitu salah satunya dari segi pendanaan, infrastruktur.
Sumber pendanaan untuk pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya dari pemerintah
saja namun dari beberapa sumber lain yaitu federal, state, and local governments,
foundations, insurance payments, and patient and regulatory fees. 26
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam upaya pelaksanaan desentralisasi kesehatan di Indonesia terdapat banyak hambatan
baik level individu maupun organisasi (pemerintah daerah) sehingga menyebabkan
disparitas yang tinggi antar daerah dalam upaya pembangunan kesehatan. Terdapat
beberapa perubahan terkait pembangunan kesehatan setelah era desentralisasi yaitu 1)
upaya kesehatan khususnya cakupan pertolongan persalinan dan tenaga penolong
9
persalinan. 2) ada perubahan jumlah kuantitas sumber daya manusia kesehatan namun
perbandingan antara jumlah tenaga medis, perawatan dan kesehatan masyarakat masih
masih seimbang (seharusnya lebih banyak tenaga kesehatan masyarakat) 3) Kurangnya
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan baik sebelum maupun sesudah
desentralisasi.
SARAN
1. Sebaiknya pemerintah daerah lebih memprioritaskan upaya kesehatan masyarakat
untuk lebih mendorong percepatan pengunan kesehatan di daerah
2. Sebaiknya pemerintah daerah menerapkan human resources management dalam
mengelola sumber daya manusia kesehatan di daerah
3. Adanya capacity building baik pada personel maupun kader untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang ada
4. Pembagian kewenangan yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah termasuk
perimbangan keuangan antar pusat dan daerah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
1