Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN DAN ADMINISTARI KEBIJAKAN

KESEHATAN

Analisis Penggunaan Sistem Desentralisasi/Sentralisasi dalam


Bidang Kesehatan

Konsentrasi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Dosen:
dr. Antono Suryoputro, MPH., Ph.D

Oleh:
Ummi Khoirul Hafidzah
NIM: 25000119410024

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. Desentralisasi Bidang Kesehatan

Desentralisasi secara sederhana di definisikan sebagai


penyerahan.kewenangan atau sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan,
dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah baik mengenai politik pelaksanaannya, perencanaan, dan pelaksanaannya
maupun mengenai segi pembiayaannya. Perangkat pelaksananya adalah perangkat
daerah itu sendiri.Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah. Dalam bidang kesehatan
alangkah lebih baik menggunakan system desentralisasi, Desentralisasi secara
sederhana di definisikan sebagai penyerahan.kewenangan atau sebagai pengalihan
tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah baik mengenai politik pelaksanaannya,
perencanaan, dan pelaksanaannya maupun mengenai segi pembiayaannya.

Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan sebagai pemindahan


kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan,
manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah
(Rondinelli, 1981). Secara lebih umum, desentralisasi didefinisikan sebagai
pemindahan kewenangan, kekuasaan, perencanaan pemerintahan, dan
pengambilan keputusan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat
yang lebih rendah (Mills dkk, 1989). Dalam bidang kesehatan, desentralisasi
kesehatan berarti memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Sejatinya, masalah
kesehatan bukan hsnys urusan pusat, tetapi merupakan urusan bersama pusat,
provinsi, dan kabupaten atau kota. Desentralisasi pembangunan kesehatan
bertujuan mengoptimalkan pembangunan bidang kesehatan dengan cara lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan sistem
desentralisasi, diharapkan program pembangunan kesehatan lebih efektif dan
efisien untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat. Hal ini dimungkinkan
karena sistem desentralisasi akan memperpendek rantai birokrasi. Selain itu,
sistem desentralisasi juga memberi kewenangan bagi daerah untuk menentukan
program serta pengalokasian dana pembangunan kesehatan di daerahnya.
Keterlibatan masyarakat (community involvement) menjadi kebutuhan sistem ini
untuk dapat lebih mengeksplorasi kebutuhan dan potensi lokal.

Isu fundamental yang dihadapi pemerintah di bidang upaya kesehatan ialah


pemerataan dan keterjangkauan layanan kesehatan. Hal ini sangat disadari benar
oleh SKN baru (Andri, 2010). Penerapan desentralisasi dalam urusan
pemerintahan telah membuka ruang bagi pemerintahan di level daerah untuk
menjalankan aktivitas kerjanya menurut kebutuhan daerahnya masing- masing
tanpa ada paksaan dalam urusan- urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
kepentingan daerah, kecuali urusan yang bukan hak pemerintah daerah.
Desentralisasi ini juga mengisyarakatkan kepada pemerintah daerah untuk bisa
lebih optimal dalam melayani masyarakat terutama dalam layanan kesehatan.
Desentralisasi kesehatan dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih mudah dan
cepat dalam mendapatkan layanan kesehatan tanpa melalui prosedur birokrasi
yang panjang sampai ke provinsi bahkan pusat.

Desentralisasi kepada daerah membuat, pemerintah daerah mampu


menganalisis masalah kesehatan yang terjadi didaerah dan memaksimalkan
penggunaan sumber daya untuk berupaya dalam penyelesaian masalah
kesehatan. Optimalisasi peran daerah diharapkan membantu di dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan berkualitas. Selain itu,
desentralisasi sebagai salah satu asas dalam otonomi daerah telah memberikan
ruang kepada pemerintah daerah untuk mengurusi masalah kesehatan di
daerahnya. Pelimpahan wewenang kepada pemerintahan daerah semata- mata
untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.

Sistem desentralisasi juga memberi kewenangan bagi daerah untuk


menentukan program serta pengalokasian dana pembangunan kesehatan di
daerahnya. Hal ini berbeda dengan sistem sentralisasi yang mekanisme
penyusunan program dan pengalokasian dana pembangunannya berbentuk top-
down. Secara tidak langsung, sistem sentralisasi menganggap masalah
kesehatan di seluruh Indonesia sama. Kenyataannya tidak sama dan bahkan
sangat berbeda dari daerah yang satu ke daerah lain. Dengan sistem
desentralisasi, diharapkan pembangunan kesehatan dilakukan dengan
mempertimbangkan masalah, kebutuhan kesehatan, dan potensi setempat.
Dengan sistem desentralisasi, diharapkan juga adanya keterlibatan masyarakat
(community involvement) yang besar dalam pembangunan kesehatan di daerahnya.
Dengan cara ini, masyarakat tidak lagi sebagai objek pembangunan, tetapi
berperan sebagai subjek pembangunan

Akan tetapi, kelemahan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus


untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya
mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk
mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk
dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat

1. Kelebihan Desentralisasi
a. Koordinasi dalam kinerja menjadi lebih cepat
b. Pemanfaatan sumber daya daerah sesuai dengan tujuan dari penyelesaian
masalah .
2. Kekurangan Desentralisasi
a. Pengambilan keputusan tidak selalu strategis.
b. Sulit untuk mencapai kontrol keuangan yang ketat atau risiko biaya
sehingga sering terjadi KKN.
3. Dampak Desentralisasi pada Bidang Kesehatan
Desentralisasi Kesehatan
Dampak Positif Dampak Negatif
a) Terwujudnya pembangunan kesehatan a) Organisasi kesehatan di daerah
yang demokratis berdasarkan aspirasi diharuskan membuat program dan
masyarakat. kebijakan sendiri. Jika pemerintah
b) Pemerataan pembangunan dan daerah tidak memiliki sumber daya
pelayanan kesehatan. yang andal dalam menganalisis
c) Optimalisasi potensi pembangunan kebutuhan, mengevaluasi program,
kesehatan di daerah yang selama ini dan membuat program sehingga
belum tergarap. program yang dibuat tidak akan
d) Memacu sikap inisiatif dan kreatif bermanfaat.
aparatur pemerintah daerah yang b) Pengawasan dana menjadi hal yang
selama ini hanya mengacu pada harus diperhatikan untuk menghindari
petunjuk atasan. penyelewengan anggaran.
e) Menumbuhkembangkan pola c) Arus desentralisasi semakin menuntut
kemandirian pelayanan kesehatan pemotongan jalur birokrasi aparatur
(termasuk pembiayaan kesehatan), pemerintahan. Hal ini menjadi
tanpa mengabaikan peran serta sector kendala karena perubahannya
lain. membutuhkan waktu yang lama dan
komitmen dari aparatur pemerintah

B. Sistem Sentralisasi

Penggunaan system sentralisasi kurang tepat jika digunakan dalam segi


kesehatan, karena sentralisasi merupakan salah satu fungsi dalam manajemen
suatu organisasi, dan berfungsi untuk memusatkan seluruh wewenang sejumlah
kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Mayoritas permasalahan kesehatan menggunakan sistem desentralisasi,
namun terkait pembiayaan kesehatan menggunakan sistem sentralisasi.
Salah satunya tentang JKN atau kita kenal dengan BPJS, BPJS akan
difokuskan pada kewenangan pembiayaan kesehatan seperti diamanatkan
oleh undang-undang. Oleh karenanya, untuk mencegah tumpang tindih
antara pusat, daerah maupun BPJS, pembiayaan jaminan kesehatan harus
diintegrasikan terlebih dahulu, sehingga tidak ada celah dalam wewenang
dan tanggung jawab pemerintah. Selain itu, amanat UU BPJS tidak
memperkenankan daerah untuk mengelola pembiayaan kesehatan dengan
mekanisme tersendiri.

Supriyantoro melakukan review literature dan dalam berbagai hal harusnya


menyebutkan dalam konsep sentralisasi dinamis yang digagasnya semua kegiatan
pengelolaan, pengendalian, dan pembiayaan dilakuan terpusat, tetapi indikator ke
tiga hal tersebut telah disepakati sebelumnya dengan daerah yang terintegrasi.
Selain itu paket manfaat bisa disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan
mengoptimalkan manfaat promotif pereventif. Sementara dalam penentuan
penerima bantuan iuran (PBI) dan tarif dilakukan secara dinamis dengan
melibatkan daerah. Namun penentuan tetap mengacu pada standar nasional dan
regulasi lain yang ada.

Sentralisasi memiliki kelebihan seperti lebih mudah untuk menerapkan


kebijakan umum dan praktek untuk bisnis secara keseluruhan, mencegah bagian
lain dari bisnis menjadi terlalu mandiri, lebih mudah untuk mengkoordinasikan
dan mengendalikan dari pusat, lebih cepat pengambilan keputusan lebih mudah
untuk menunjukkan kepemimpinan yang kuat.. Sentralisasi adalah memusatkan
seluruh wewenang sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada
suatu struktur organisasi.Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama
di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Urusan- urusan yang bersifat
sentral adalah :
a. Luar Negeri
b. Peradilan
c. Hankam
d. Moneter dalam arti mencetak uang, maupun menentukan nilai uang
e. Pemerintahan Umum
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan
kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah
pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu
menjadilama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak
harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilankeputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir
seluruhnya oleh pemerintah pusat.
1) Kelebihan sentralisasi :
 Lebih mudah untuk menerapkan kebijakan umum dan praktek untuk bisnis
secara keseluruhan.
 Lebih mudah untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan dari pusat.
 Lebih cepat pengambilan keputusan lebih mudah untuk menunjukkan
kepemimpinan yang kuat,
 Totaliterisme dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia
 Adanya bentuk keseragaman dari pola pembudayaan masyarakat
 Organisasi yang akan menjadi lebih khusus dan efisien serta seluruh
aktifitas dari organisasi tersebut menjadi semakin terpusat dan kemudahan
dalam sistem pengambilan suara.
 Pengembangan beserta perencanaan dari beragam organisasi yang akan
lebih terintegrasi.
 Pengurangan dari adanya redundancies yang menyertakan fasilitas dan
aset salin yang berpengaruh di dalam masalah aset yang bisa digunakan
secara bersamaan tanpa harus menyediakan aset yang sama walaupun
untuk pekerjaan yang berbeda-beda.
2) Kelemahan Sentralisasi.
 Kurangnya otoritas turun hirarki mungkin mengurangi motivasi manajer.
 Layanan pelanggan tidak mendapat manfaat dari fleksibilitas
dan kecepatan dalam pengambilan keputusan local.
 Keputusan maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah bisa
dihasilkan oleh beberapa kelompuk yang berada di dalam roda
pemerintahan pusat sehingga untuk memutuskan sesuatu perkara
membutuhkan waktu yang lebih lama.
 Kualitas dari manusia yang bersifat robotic, tanpa kreatifitas dan tanpa
inisiati. Akan melahirkan sebuah perintah yang menjadi pemerintahan
ototriter yang nantinya tidak akan mengakui hak-hak daerah
 Adanya kekayaan nasional berupa kekayaan daerah ytang telah
tereksploitasi untuk menggenapkan segenap kepentingan segelintir
pengguna elite politik

.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian I, dan Irma. Tanpa Tahun. Modul 1 Paradigma Baru Manajemen


Kesehatan.

Supriyantoro. 2014. Formulasi Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan


Daerah ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional menuju Universal Health
Coverage. Disertasi. Fakultas Kedokteran UGM. Diakses
http://www.depkes.go.id/resources/download/jkn/disertasi-jkn.pdf

Ahmad, A W. Tanpa Tahun. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap


Outcomes Bidang Kesehatan: Studi Empiris di Kabupaten/Kota Propinsi
Sumatera Barat. Politeknik Negeri Padang.

Ika. 2014. Sentralisasi Pembiayaan Kesehatan Nasional Harus Beri


Kesempatan Daerah Dalam Pengambilan Keputusan. di akses
https://ugm.ac.id/id/berita/9514-sentralisasi-pembiayaan-kesehatan-nasional-
harus-beri-kesempatan-daerah-dalam-pengambilan-keputusan.

Kurniawan, Andri. 2010. Kebijakan dan Isu Kesehatan dalam Konteks


Otonomi Daerah. KANUN No. 51 Edisi Agustus 2010 430 - 473

Anda mungkin juga menyukai