Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN DASAR HUKUM SIK DI INDONESIA

Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan dan Strategi


Desentralisasi Bidang Kesehatan

Disusun Guna Memenuhi Tugas Sistem Informasi Kesehatan

Disusun Oleh:

Aisyah putri

P10120154

Kelas D

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
RANGKUMAN
Dasar Hukum SIK di Indonesia

A. Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat
mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat.
Keijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku.
Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan
Peraturan (Regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan juga
mengatur-apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh". Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum
tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan
sesuai kondisi spesifik yang ada.
Strategi dan Arah Kebijakan merupakan rumusan perencanaan tentang bagaimana mencapai tujuan
dan sasaran dengan efektif dan efisien.rumusan strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai dengan dipertegas adanya arah kebijakan.

B. Pengertian Desentralisasi Kesehatan


Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan sebagai pemindahan kewenangan atau pernbagian
kekuasaan dalarn perencanaan dan pelaksanaan pernerintahan, rnanajemen dan pengarnbilan keputusan
dari tingkat nasional ke tingkat daerah atau secara lebih umum adalah pemindahan dari tingkat
pemerintahan yang tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Desentralisasi kesehatan rnempunyai berbagai macam bentuk yang tidak hanya bergantung pada
struktur politik pernerintahan dan administrasi tetapi juga pada pola organisasi pelayanan Kesehatan yang
terdapat di masing-masing negara. Bidang kesehatan merupakan satu dari berbagai fungsi pemerintahan
sehingga sangat dipengaruhi struktur pernerintahan. Akibatnya rnaka kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah akan berkaitan dengan sector kesehatan.
Menurut Mills dkk. (1991) ada empat jenis desentralisasi kesehatan yang urnum dijumpai dalam
praktek yaitu:

1) Devolusi bermakna pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat dari suatu negara
berdaulat kepada pemerintah pada tingkat subnasional, seperti tingkat regional, lokal, atau negara bagian.
Devolusi dapat diberikan terutama karena alasan keuangan, misalnya melimpahkan penyusunan anggaran
daerah yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat. Namun, kekuatan untuk membuat undang-
undang yang relevan bagi daerah juga dapat dijadikan alasan pemberian devolusi.

2) Dekonsentrasi adalah sebuah kegiatan penyerahan berbagai urusan dari pemerintahan


pusat kepada badan-badan lain. Sumber lain menjelaskan bahwa dekonsentrasi itu merupakan pelimpahan
wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu. Hal ini tercantum di dalam pasal satu huruf f Undang-undang No. 5 Tahun 1974.
Kemudian ketika sudah diterima oleh badan-badan lain yang telah diberi wewenang oleh pemerintah
maka ketika badan-badan itu melakukan pelaksanaan tugasnya harus menuruti segala petunjuk
pemerintah pusat dan bertanggung jawab kepadanya. Dekonsentrasi sebenarnya berasas sentralisasi
(pemusatan) berlawanan dengan desentralisasi. Sistem ini banyak dipakai di Perancis. Di Indonesia
terutama dijalankan di kalangan inspektorat-inspektoral perpajakan, kesehatan, pertanian, dan sebagainya.

3) Delegasi adalah perwakilan atau utusan dengan proses penunjukan secara langsung
maupun secara musyawarah untuk mengutusnya menjadi salah satu perwakilan suatu kelompok atau
lembaga. Delegasi menurut Hukum Perdata adalah penyerahan ulang oleh yang berutang kepada orang
lain yang selanjutnya wajib menunaikan ulang tadi kepada yang berutang. Delegasi tak meyebabkan
pembaharuan utang, kecuali jika yang berpiutang membebaskan pihak pengutang pertama dari segala
ikatan utang.Sedangkan pengertian dalam hukum tata negara Delegasi adalah pengoperan hak, tugas atau
kewajiban oleh sesuatu badan pemerintahan kepada badan yang lebih rendah tingkatnya

4) Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik
umum menjadi milik pribadi. Lawan dari privatisasi adalah nasionalisasi.

. Di Indonesia, praktek desentralisasi kesehatan yang digunakan adalah dekonsentrasi yaitu


pernindahan beberapa fungsi administratif dari Departemen Kesehatan ke daerah. Penyelenggaraan UU
No 22 tahun 1999 tentang Pernerintah Daerah yang diikuti PP No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah Otonom, menyebabkan perubahan yang
rnendasar dalam pelayanan kesehatan.

C. Tujuan Desentralisasi Kesehatan

Tujuan desentralisasi bermacam-macam. Secara filosofis dan ideologis, desentralisasi dianggap


sebagai tujuan politik yang penting, karena memberikan kesempatan munculnya partisipasi masyarakat
dan kemandirian daerah, dan untuk menjamin kecermatan pejabat-pejabat Pemerintah Daerah terhadap
masyarakatnya. Di tingkat pragmatis, desentralisasi dianggap sebagai cara untuk mengatasi berbagai
hambatan institusional, fisik dan administrasi pembangunan. Desentralisasi juga dianggap sebagai suatu
cara untuk mengalihkan beberapa tanggungjawab pembangunan Pusat ke Daerah. Desentralisasi ini tidak
dapat berjalan sendiri tanpa didukung oleh Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Tujuan Desentralisasi di bidang kesehatan adalah mewujudkan pembangunan nasional di bidang


kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan,
menghimpun, dan mengoptimalkan potensi daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas Nasional
dalam mencapai Indonesia Sehat.

D. Kebijakan Desentralisasi Kesehatan


Untuk mencapai tujuan desentralisasi tersebut ditetapkan Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan
sebagai berikut:
a. Desentralisasi bidang kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah. Dalam hal ini desentralisasi bidang
kesehatan harus dapat:
1. Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan,
….termasuk perannya dalam pengawasan sosial.
2. Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata, tanpa membedakan ….antara
golongan masyarakat yang satu dengan lainnya, termasuk menjamin tersedianya ….pelayanan
kesehatan bagi kelompok rentan dan miskin.
3. Mendukung aspirasi dan pengembangan kemampuan Daerah melalui
…peningkatan kapasitas, bantuan teknik, dan peningkatan citra.
b. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan didasarkan kepada otonomi luas, nyata dan
bertanggung jawab.
1. Daerah diberi kewenangan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan upaya dan pelayanan
kesehatan dengan Standar Pelayanan Minimal yang pedomannya dibuat oleh Pemerintah
Pusat.
2. Daerah bertanggung jawab mengelola sumber daya kesehatan yang tersedia di wilayahnya
secara optimal guna mewujudkan kinerja Sistem Kesehatan Wilayah sebagai bagian dari
Sistem Kesehatan Nasional.
c. Desentralisasi bidang kesehatan yang luas dan utuh diletakkan diKabupaten dan Kota, sedangkan
desentralisasi bidang kesehatan di Provinsi bersifat terbatas.
d. Pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah.
Dalam hal ini maka:
1. Desentralisasi bidang kesehatan tidak boleh menciptakan dikotomi antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat berwenang dalam pengembangan kebijakan,
standarisasi, dan pengaturan. Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan kebijakan, standar
dan aturan tersebut. Sedangkan Pemerintah Provinsi melakukan pengawasan dan pembinaan
atas pelaksanaan upaya kesehatan oleh Daerah Kabupaten/Kota.
2. Desentralisasi bidang kesehatan diselenggarakan dengan membangun jejaring antara
Pemerintah Pusat dan Daerah serta antar Pemerintah Daerah yang saling melengkapi dan
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara Indonesia.
e. Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah Otonom.
Pemerintah Pusat berkewajiban memfasilitasi pelaksanaan pembangunan kesehatan Daerah
dengan meningkatkan kemampuan Daerah dalam pengembangan sistem kesehatan dan
manajemen kesehatan.
f. Desentralisasi bidang kesehatan harus lebih meningkatkan peran dan fungsi Badan Legislatif
Daerah, baik dalam hal fungsi legislasi, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran.
g. Sebagai pelengkap desentralisasi bidang kesehatan dilaksanakan pula Dekonsentrasi bidang
kesehatan yang diletakkan di Daerah Provinsi sebagai wilayah administrasi. Azas dekonsentrasi
ini dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada Daerah Provinsi untuk melaksanakan
kewenangan tertentu di bidang kesehatan yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
h. Untuk mendukung desentralisasi bidang kesehatan dimungkinkan pula dilaksanakan Tugas
Pembantuan di bidang kesehatan, khususnya dalam hal penanggulangan kejadian luar biasa,
bencana, dan masalah-masalah kegawat-daruratan kesehatan lain.

E. Strategi dalam Mewujudkan Desentralisasi Kesehatan


Guna mencapai keberhasilan penerapan desentralisasi dalam bidang kesehatan, Departemen
Kesehatan merumuskan 5 tujuan strategis sebagai berikut:
a. Upaya membangun komitmen Pemda, Legislatif, Masyarakat dan Stakeholder lain dalam
kesinambungan pembangunan kesehatan.
b. Upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.
c. Upaya perlindungan kesehatan masyarakat khususnya terhadap penduduk miskin, kelompok
rentan dan daerah miskin.
d. Upaya pelaksanaan komitmen Nasional dan Global dalam program kesehatan Daerah
e. Upaya penataan manajemen kesehatan di era desentralisasi
E. Hambatan dan Tantangan
1. Komitmen dari semua pihak terkait
2. Kelangsungan dan keselasaran pembangunan kesehatan
3. Ketersediaan dan pemerataan sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas
4. Kecukupan pembiayaan kesehatan
5. Kejelasan pembagian kewenangan dan pengaturan kelembagaan
6. Kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan
7. Kemampuan manajemen kesehatan dalam penerapan desentralisasi

Referensi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor \: 004/Menkes/SK/I/2003 Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. Jakarta
Widodo J Pudjirahardjo, Evie Sopacua. 2006. Kebijakan, Sebuah Kebutuhan dalam Desentralisasi
Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga. Surabaya Vol 9 No. 4

Anda mungkin juga menyukai