Anda di halaman 1dari 6

Dampak perekonomian dan pendidikan dimasa pandemi Covid-19

Virus corona merupakan virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
diduga berasal dari hewan liar sejenis kelelawar yang dapat menular dan dapat
membahayakan manusia. Virus corona ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi
Hubei, China dan pertama kali mulai masuk ke Indonesia pada bulan maret 2020.
Penyakit ini biasanya akan menyebabkan sakit seperti infeksi saluran pernapasan, flu,
hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernafasan Akut Berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Pada pengujung tahun 2019, kantor World Health Organization (WHO) telah
menetapkan bahwa Covid-19 atau virus corona ini merupakan pandemi yang telah
menyebar ke seluruh dunia. Ini adalah virus pertama yang sampai menyebar ke seluruh
penjuru dunia dan menyebabkan banyak permasalahan seperti sosial, ekonomi dan
menyebabkan kenaikan mortalitas (kematian) pada masyarakat. Virus ini menyebar
dengan sangat cepat serta gejala yang dirasakan umumnya adalah demam, kelelahan
dan batuk kering. Gejala yang dirasakan biasanya ringan dan mulai secara bertahap,
pemerintah mengatakan gejala Covid-19 ini dinyatakan positif setelah 14 hari. Virus
corona ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Jokowi mengumumkan virus corona sudah
menjangkiti dua warga Indonesia, di kota Depok, Jawa Barat. Kasus virus corona di
Indonesia ini diawali dengan dua warga negara Indonesia yang mengadakan kontak
dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia dan di tanggal 11 Maret 2020,
untuk pertama kalinya warga negara Indonesia meninggal akibat Covid-19. Pasien awal
yang terinfeksi virus corona di Indonesia pun diberikan julukan pasien 01,02,03 dan
seterusnya. Pasien 01 dan 03 dinyatakan sembuh dan meninggalkan rumah sakit pada
tanggal 13 Maret 2020 dan kedua pasien tersebut merupakan kesembuhan pertama
kali di Indonesia. Sesudah virus ini masuk di indoensia, gugus tugas percepatan
penangan Covid-19 terus melakukan upaya penanganan sampai sekarang. Sudah lebih
dari banyak negara telah terjangkit virus ini, negara Indonesia dan negara lainnya di
seluruh dunia harus terbiasa dengan adanya virus corona ini.
Seluruh masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan dengan rajin mencuci
tangan, memakai masker, dan membawa hand sanitizer ketika keluar rumah. Salah
satu dampak dari Covid-19 ini adalah terjadinya panic buying. Panic buying terjadi
karena adanya kekhawatiran yang terjadi di masyarakat. Panic buying didalam dunia
perekonomian bisa diartikan seperti maraknya orang yang memburu suatu barang,
seperti masker, akan mempengaruhi sisi permintaan. Sebagaimana hukum permintaan
dan penawaran dalam ekonomi berlaku jika terjadi permintaan tinggi karena tidak
jumlah barang yang sedikit, maka harga barang akan semakin mahal. Saat panic
buying itu terjadi, seketika stok masker dan hand sanitizer pun menjadi langka dan
melonjak harganya. Masyarakat berbondong-bondong ke pasar swalayan untuk
membeli kebutuhan pokok mengingat di kota Hubei, Wuhan, China daerah yang
pertama kali ditemukan nya virus corona menerapkan sistem lock down dimana
masyarakat disana harus berdiam diri dirumah, dan tidak boleh sama sekali keluar
rumah, disinilah mulai terjadi panic buying.
Merespon terjadinya pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Upaya
pemerintah dalam mengurangi penyebaran Covid-19 dilakukan dengan sering mencuci
tangan, hindari menyentuh area wajah, hindari berjabat tangan dan berpelukan,
menggunakan barang pribadi, lakukan etika batuk dan bersin, hindari berkumpul dalam
jumlah banyak, mencuci bahan makanan, gunakan disinfektan, serta diterapkan nya
social distancing (jaga jarak sosial, menghindari kerumunan), dan pada 10 April 2020
gubernur Anies Baswedan juga menerapkan adanya sistem PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) dikarenakan kasus positif Covid-19 di Jakarta yang terus meningkat
dan jumlah kematian melonjak drastis. Akibat PSBB sejumlah fasilitas umum pun
ditutup, kegiatan sekolah dan perkantoran dilakukan dari rumah, pembatasan
transportasi, dan hanya mengizinkan beberapa sektor untuk beroperasi selama
PSBB. Hal ini menyebabkan penurunan dratis aktivitas dan pergerakan orang di
Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah penumpang pada berbagai sarana
transportasi mulai pesawat terbang, kereta api, busway, angkot, taksi, taksi online,
bajaj, hingga ojek dan ojek online/ojol. Perusahaan bus antar kota telah
mengandangkan hingga 80% armadanya pada pertengahan Maret 2020. PT KAI
membatalkan 44 rute dari Jakarta ke kota-kota di Jawa selama bulan April
(Republika.co.id, 23&20). Demikian pula maskapai penerbangan yang mulai berebut
area parkir karena pesawatnya banyak yang tidak dioperasikan. Sementara itu para
driver taksi dan taksi online telah mengeluhkan penurunan penumpang hingga 70%
sehingga sebagian besar memilih untuk libur operasi atau pulang kampung. Para driver
ojol menyampaikan penurunan jumlah penumpang hingga lebih 80%
(motorplusonline.com). Namun himbauan tersebut tetap kurang efektif dalam mencegah
penyebaran virus Covid-19, dan dikarenakan sebagian kantor dan industri tetap buka,
banyak kalangan yang tetap beraktivitas menggunakan kendaraan pribadi.
Hal- hal tersebut sangat berdampak kepada perekonomian di Indonesia. Mengutip
dari Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus ini menyebut bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya,
pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada
periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang melemah ini turut pula berdampak
pada situasi ketenagakerjaan di Indonesia. Terhambatnya aktivitas perekonomian
secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian,
Akibatnya, banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan diberhentikan (PHK).
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April 2020, akibat
pandemi Covid-19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih
merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total ada 1.010.579 orang
pekerja yang terkena dampak ini. Rinciannya, 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan
dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja di-PHK dari 22.753 perusahaan. Kondisi ini
diperkirakan berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia. Di tengah
pandemi Covid-19 seperti saat ini, banyak sekali masyarakat yang sedang mengalami
masa-masa sulit. Pandemi ini perlahan-lahan membuat banyak orang harus berusaha
keras untuk tetap bertahan hidup. Dampak virus ini begitu luas tidak hanya mengancam
kesehatan masyarakat akan tetapi juga ekonomi masyarakat dan pendidikan. 
Untuk memperlambat penyebaran virus corona, pemerintah mulai memutuskan
untuk sebaiknya semua aktivitas dilakukan secara jarak jauh atau online atau lebih
dikenal dengan pembelajaran daring (dalam jaringan) tidak lagi dapat dilakukan dalam
bentuk tatap muka. menyusuti lonjakan kasus Covid-19, didalam tulisannya, menurut
pengamat Indef Andry Prasetyo (2020), saat ini semua pihak dipaksa untuk beraktivitas
secara daring (dalam jaringan) dan menerapkan prinsip digitalisasi, seperti sekolah dan
kampus yang sekarang berjalan secara online, dan aktivitas jual beli dipasar
menjalankan prinsip pengantaran atau melalui online. Dan menurut Aji Cakti (2020) ia
berpendapat bahwa di era pandemi ini WFH atau bekerja dari rumah menjadi suatu hal
yang lumrah dan sebaiknya terus dijalankan. Lalu apakah mungkin semua bidang
pekerjaan dapat menjalani WFH? Bagaimana nasib pekerja yang pekerjaan nya tidak
bisa WFH?
Tidak semua bidang pekerjaan dapat menjalani WFH. Ketua Departemen
Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Kahar S.
Cahyono (2020) mengakui bahwa banyak buruh yang masih menjalani pekerjaan
seperti biasa di industri manufaktur dalam bayang-bayang keresahan di tengah
pandemi corona. Mereka tidak mendapat kebijakan bekerja dari rumah atau Work From
Home (WFH). Penyebabnya mereka bekerja di industri yang tidak memungkinkan untuk
bekerja dari rumah. "Sebagian besar masih berjalan karena misalnya industri
manufaktur susah dikerjakan di rumah. Untuk menjahit di garmen nggak mungkin
bahannya dibawa ke rumah untuk dijahit, gitu juga otomotif, perakitan motor, mobil
nggak bisa dari rumah. Mereka masih bekerja saat ini, masih banyak yang bekerja,"
Kahar S. Cahyono (2020). Situasi pandemi ini pasti berpengaruh negatif terhadap
berbagai sektor industri dan sangat berdampak sangat besar bagi ekonomi para
pekerja lepas, karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki hak istimewa untuk
menjalani sistem WFH.   Beberapa pekerja lepas lapangan yang membutuhkan kontak
fisik bahkan dari mereka pasrah karena tidak adanya pemasukan akibat jeda yang
terjadi di industrinya masing-masing. Pendapatan mereka sangat bergantung dengan
aktivitas di luar rumah. Ini artinya kebijakan WFH ini tentu akan mengurangi
pendapatan mereka Banyak sekali pekerja lepas yang lepas pekerjaan. Maka dari itu
pemerintah harus mencari cara lain bagaimana agar menyiasati permasalahan
tersebut. Mungkin untuk masyarakat perkantoran WFH bisa saja dilakukan, dan gaji
pun tetap dapat berjalan, namun Pemerintah juga harus memikirkan nasib masyarakat
yang bidang pekerjaan nya tidak dapat dijalani dengan mengikuti sistem WFH.
Walaupun sistem WFH juga merupakan suatu upaya memutus penyebaran Covid-
19, namun hal itu juga berpengaruh terhadap produksi barang dan jasa, pembatasan
barang impor dan ekspor, pengurangan tenaga kerja sampai pemutusan hubungan
kerja. Akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan, menurunnya pendapatan dan
daya beli masyarakat. Dikutip dari Data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020,
terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat
pandemic covid-19, dengan rincian, sektor formal 1.304.777 pekerja dirumahkan dari
43.690 perusahaan. Sementara yang terkena PHK mencapai 241.431 orang dari
41.236 perusahaan. Sektor informal kehilangan 538.385 pekerja yang terdampak dari
31.444 perusahaan atau UMKM, (Ida Fauziyah, 2020). Ditambah 35.676 narapidana
dan anak dibebaskan (Warta Ekonomi, 2020).
Kehilangan penghasilan orang tua atau kehilangan pendapatan rumah tangga yang
terjadi secara tiba-tiba menimbulkan ketidakstabilan situasi ekonomi keluarga dan dapat
berujung pada kemiskinan mereka perlu mendapat pekerjaan dan penghasilan sesuai
dengan kebutuhannya. Sebelum mendapat pekerjaan, mereka dikategorikan miskin,
maka bertambahlah masyarakat miskin di Indonesia. Jika pemerintah tidak mencari
jalan keluar terhadap permasalahan ini maka akan berujung pada munculnya tindak
pidana penjambretan, begal, pencurian, dan pidana lain meresahkan kehidupan warga
masyarakat. Dan walaupun pemerintah pusat, provinsi, maupun daerah sudah
membuat program memberi bantuan langsung kepada masyarakat, menurut saya
realisasinya belum maksimal, masih saja terdapat permasalahan pendistribusian,
seperti masih menggunakan data warga masyarakat miskin beberapa tahun yang lalu,
akibatnya bantuan kurang tepat sasaran. Ketidaksesuaian jumlah warga masyarakat
yang diusulkan dengan jumlah bantuan yang diberikan, sehingga menimbulkan
kecemburuan social dan keresahan di masyarakat tidak mampu.
Tidak hanya berdampak pada ekonomi, pandemi virus corona ini juga berdampak
juga kepada bidang pendidikan, sebab demi menghentikan penyebaran virus corona ini
pemerintah membuat aturan bahwa semua siswa dan guru terpaksa belajar dari rumah,
peraturan ini sangat mendadak dilakukan tanpa persiapan sama sekali.  Ketidaksiapan
semua unsur dalam pendidikan menjadi kendala yang besar karena adanya perubahan
cara belajar mengajar dari tatap muka menjadi daring (dalam jaringan). Tentu hal ini
membutuhkan kesiapan dari semua unsur, sperti sekolah, guru, siswa dan orang tua.
Kabar buruknya aktivitas ini bisa jadi akan diteruskan untuk memulai menerapkan
sistem digitalisasi. Yang paling berperan penting terhadap anak saat ini dalam
pendidikan adalah orangtua, namun Namun apakah peraturan ini dapat diterapkan oleh
seluruh masyarakat?
Pembelajaran secara daring, menimbulkan beberapa hambatan yang harus lebih
diperhaikan guna kelancaran pembelajaran daring. Menurut Syah (2013) faktor
psikologis yang berasal dari luar siswa berpengaruh pada kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kendala pembelajaran daring bagi
guru sekolah dasar. Proses belajar mengajar di sekolah dasar yang terjadi secara
daring pada masa pademi Covid-19 menjadi hal yang baru dan menantang bagi
kalangan guru. Jika dilihat secara sekilas, pembelajaran secara daring nampak begitu
mudah. Ketika siswa dan guru memiliki HP atau laptop serta jaringan internet, maka
pembelajaran dapat dilaksanakan. Namun, faktanya ketika pembelajaran dengan model
daring dilaksanakan, mulai muncul masalah-masalah dan kendala-kendala baru terkait
pelaksanaan pembelajaran secara daring baik oleh guru, orang tua wali dan siswa itu
sendiri.  Dalam pembelajaran secara daring, kebutuhan koneksi internet menjadi hal
yang sangat penting. Namun kenyataan sesungguhnya membuktikan bahwa masih
sangat banyak masyarakat yang mengeluhkan jaringan internet, minimnya akses
jaringan internet juga tidak hanya dialami oleh masyarakat yang tinggal di daerah
tertinggal, terdepan dan sosial media seperti Whatsapp, Google Classroom, Email dan
lainnya.
Pembelajaran daring tidak sedikit baik untuk guru maupun siswa yang mengalami
kendala baik jaringan maupun kendala perekonomian bagi masyarakat yang kurang
mampu. Contohnya jika jaringan di sekitar rumah siswa atau guru mengalami
gangguan, maka akibatnya materi pembelajaran yang diberikan oleh guru juga menjadi
terhambat dan terlambat. Selain itu, beberapa siswa di daerah pedesaan yang kondisi
keluarganya pas-pasan, tidak memiliki akses untuk pembelajaran daring, juga menjadi
kendala yang paling utama. Untuk anak-anak yang kondisi ekonomi keluarganya
mampu dapat melakukan proses pembelajarannya dengan baik, tetapi untuk orangtua
dari kondisi keluarga dengan ekonomi lemah, merasa sangat terpukul dan pada
akhirnya harus bekerja ekstra untuk menunjang proses pembelajaran anak. Gaptek
(Gagap Teknologi) juga merupakan masalah yang dialami oleh masyarakat yang ada di
pedesaan, alasan utamanya karena ketertinggalan informasi dan pengetahuan tentang
teknologi digital saat ini. Oleh karena itu, program pembelajaran daring ini, agak
memberatkan siswa yang belum mengerti menggunakan teknologi digital, bukan hanya
siswa saja yang mengalami kendala, bahkan seorang guru pun ada yang tidak mengerti
teknologi dan tidak tahu bagaimana cara menggunakan aplikasi zoom, google
classroom, whatsapp, dll. Karena sudah terbiasa mengajar para siswanya
menggunakan buku paket mata pelajaran para siswanya menggunakan buku paket
mata pelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya guru yang sudah paham dengan teknologi
mengajarkan terlebih dahulu muridnya bagaimana cara menggunakan aplikasi-aplikasi
pembelajaran online agar para siswa mengerti dan dapat melakukan pembelajaran
online secara baik. 
Pada masa pandemi Covid-19 ini ekonomi keluarga terganggu dikarenakan banyak
karyawan yang di PHK, dan tidak bisa bekerja karena kendala dibidang pekerjaan yang
tidak menjalani WFH, sementara pendidikan anak tetap terus berlangsung. Anak tetap
harus belajar dari rumah yang membutuhkan HP Android, laptop, pulsa, paket internet
dan sebagainya. Kalau ekonomi keluarga sudah terganggu, sulit untuk memenuhi itu
semua. Apalagi saat ini, Indonesia telah memasuki tahap ekonomi yang semua serba
sulit dan keuangan keluarga makin menipis sehingga langkah yang harus dilakukan
adalah memanajemen keuangan keluarga dengan sebaik mungkin. Saat ini
perekonomian di Indonesia pun sedang mengalami penurunan karena banyak usaha-
usaha yang tutup karena sepinya pengunjung dan pekerja yang mengalami PHK
karena pemiliki usaha tidak mampu menggaji.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.antaranews.com/berita/1448428/prospek-bisnis-daring-di-era-pandemi-covid-19
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-saja-dampak-
pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-?page=all
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200330130159-4-148450/hanya-lockdown-yang-
selamatkan-pekerja-pabrik-dari-corona
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-Rumah-Work-From-Home-
Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-Internal.html
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ef1b3c5338b6/melihat-dampak-pandemi-covid-19-
dalam-hubungan-kerja?page=2
https://kumparan.com/ramadhanlaylasyif97/kerugian-ekonomi-nasional-akibat-dampak-
pandemi-covid-19-1usDFk7LbP8
https://www.koranbernas.id/kendala-dan-solusi-belajar-pada-masa-covid19
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20200324091642-532-486318/jurang-kemiskinan-di-balik-
seruan-wfh-karena-corona

Anda mungkin juga menyukai