Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-qur'An
Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-qur'An
SKRIPSI
Oleh :
Siti Robikah
NIM 21514015
َ َ َۡ َ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ َُ َ ٌَ ۡ ُ َ
ّٖٱّلل َّٖجِيعّٖا
ّٖ ّٖ ت ّٖبِكم
ِ ت ّٖأين ّٖماّٖتكونوا ّٖيأ
ِّٖ ٱستبِقواّٖ ّٖٱۡلير ّٖ ۖ ِك ّٖوِجهة ّٖهو ّٖمو ِّلها
ّٖف ّٖول ل
ٞ َ ۡ َ ُ َٰ َ َ َ َ َ
١٤٨ّّٖٖكَّٖشءلّٖق ِدير ِ ٱّللّٖلَع
ّٖ ّٖإِن
148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah[2]: 148).
v
PERSEMBAHAN
Untuk Ayahanda,
Untuk Sang Motivator,
Untuk Keluargaku tercinta,
Untuk para Sahabat, Teman dan Seluruh Pembaca
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Nama Huruf Latin Nama
Arab
ا Alif
tidak
dilambangkan
tidak dilambangkan
ب ba’ B be
ت ta’ T te
ج Jim J je
ح ḥa’ ḥ
ha (dengan titik di
bawah(
د Dal D de
vii
ر ra’ R er
س Sin S es
ص ṣad ṣ
es (dengan titik di
bawah)
ض ḍad ḍ
de (dengan titik di
bawah)
ظ ẓa’ ẓ
zet (dengan titik di
bawah)
غ Gain G ge
ف fa’ F ef
ق Qaf Q qi
ك Kaf K ka
ل Lam L el
viii
م Mim M em
ن Nun N en
و Wawu W we
ه ha’ H ha
ي ya’ Y ye
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.
ix
كرمة االولياء Ditulis Karâmah al-auliyā`
c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.
D. Vokal Pendek
E. Vokal Panjang
x
F. Vokal Rangkap
Fatḥah bertemu Ya’ Mati
Ai
بينكم
Ditulis
Bainakum
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis
dengan menggunkan “al”
xi
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
xii
ABSTRAK
Robikah, Siti. 2018. Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman terhadap
Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.
Kata Kunci: double movement, ahli kitab, Fazlur Rahman
Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori hermeneutika double
movement Fazlur Rahman dalam memahami term ahli kitab dalam al-Qur’an. Ahli kitab
pada masa sekarang ini sering menjadi perdebatan dari berbagai pemikir Muslim. Hal ini
dikarenakan adanya Surah yang menyatakan kebolehan menikahi ahli kitab (QS Al
Maidah:5). Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif
berbasis pada kajian pustaka berupa kajian tematik dengan menggunakan teori tokoh
tafsir era kontemporer, Fazlur Rahman. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1),
bagaimana hermeneutika double movement Fazlur Rahman?, (2) bagaimana aplikasi
hermeneutika double movement Fazlur Rahman dalam pemahaman ahli kitab dalam al-
Qur’an? dan (3) bagaimana relevansi aplikasi hermeneutika double movement Fazlur
Rahman terhadap pemahaman term ahli kitab dalam konteks Indonesia? Untuk menjawab
hal tersebut maka penulis menggunakan teori hermeneutika Gadamer yang berakhir pada
teori aplikasinya. Hermeneutika Fazlur Rahman menurut beberapa peneliti mempunyai
kemiripan dengan Gadamer.
Dalam pengaplikasikan teori Rahman harus melihat tiga komponen utama
yaitu situasi sekarang kembali ke situasi masa pewahyuan dan dikembalikan ke masa
sekarang sebagai sebuah jawaban. Berdasarkan penelitian ini, menghasilkan tiga
komponen penting yang harus ada dalam hermeneutika double movement Fazlur
Rahman. Pertama, ahli kitab masa sekarang (sebagai sebuah problem), kedua ahli kitab
pra Islam dan ahli kitab masa pewahyuan. Dari ketiga komponen tersebut akan
dikembalikan pada masa sekarang sebagai sebuah jawaban. Problem yang ada mengenai
ahli kitab masa sekarang adalah pertanyaan mengenai masih adakah ahli kitab pada masa
ini? setelah ditarik ke masa pewahyuan dimana terbagi dalam tiga komponen yang telah
disebutkan.
Maka hasil akhir dari ahli kitab masa sekarang masih ada karena secara
realitasnya Yahudi dan Nasrani tidak mengalami perubahan dalam hal teologis
(keimanan). Nasrani masih tetap menuhankan Yesus dan Yahudi tetap pada
kepercayaannya bahwa Uzair adalah anak Tuhan (at-Taubah:30). Menurut teori Rahman
legal spesifik dari ahli kitab adalah masih adanya ahli kitab pada masa sekarang dan ideal
moral (nilai yang dapat diambil) dari keragaman agama adalah adanya fastabiqul khoirat
dan menemukan kalimatun sawa dalam semua agama. Yang pada akhirnya dapat
membentuk masyarakat damai dan harmonisasi umat beragama tercapai. Setelah
ditemukan adanya ideal moral tersebut maka relevansi aplikasi hermeneutika double
movement dalam memahami term ahli kitab yaitu memperbolehkannya pernikahan beda
agama dengan catatan dapat menerapkan kedua prinsip dengan komprehensif. Berlomba-
lomba dalam kebaikan dan menemukan persatuan dalam kehidupan berumah tangga.
xiii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul “Aplikasi Hermeneutika
Double Movement Fazlur Rahman terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an”
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan
3. Ibunda Tri Wahyu Hidayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
IAIN Salatiga yang tidak lelahnya mengingatkan untuk selalu bersemangat dalam
belajar dan selalu memberikan dukungan agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.
xiv
4. Ayahanda Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku Dosen Pembimbing dan motivator
5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di IAIN
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung
terkhusus untuk Bapak Farid Hasan, S.Thi, M.hum, yang telah memberikan
menyelesaikan tugas akhir dengan maksimal. Bu Ika, Pak Mujib dan Pak Tafin yang
6. Bapak Munawari dan Ibu Asiyah yang telah mencurahkan pengorbanan, kasih
sayang dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. Begitu juga
Abah Wafir Rahman dan Umi Lathifah yang selalu memberikan wejangannya agar
7. Mbak Ula dan Mas Surur yang selalu memberikan dukungan agar segera
kebahasaannya. Ummul dan Ulil yang menyimpankan berjuta do’a untuk kesuksesan
penulis.
8. Motivator terbaik mas mk Ridwan yang tak pernah lelah memberikan pelajaran
berharga untuk tetap selalu belajar, membaca dan menulis dari mulai titik nol hingga
sekarang apa yang telah dicapai oleh penulis. Terima kasih pula untuk mbak
Khairunnisa, Tio famor, Sifa Arif, Putri SKA, Puput dan Eka SKA yang selalu
xv
9. Keluarga besar IAT spesial untuk IAT 2014, Samsil, Day, Latep, Abrir, Fisa, Say,
Mpok, Mbak Nopita, Dek Wahyu, Nisa, Nenok, Yusta, Ucu, Layla, Aditya yang
melaju terus pantang mundur demi kesuksesan kita semua. Keluarga Mahasantri
Denok, Rima, Mba Cho, Mba Am dan Mba Ana yang selalu memberikan tambahan
asupan gizi setiap hari. Sahabat posko 101 pak ketua Ucil, Imam, Igun, Mamah,
Karin, Yulia, Uyun inces, Bu Es, Santi yang telah memberikan banyak hadiah cerita
dan tawanya. Teruntuk my twins Inay Hasanah yang selalu memberikan cerita beda
tiap harinya.
10. Teman-teman pesantrenku PPHQ Al Manshur yang selalu memberikan kesan indah
kebersamaan teruntuk Ri_ul, Yaya, Ustadzah Midah, Foajri, Bu Kunul, Nyai Mas
dan seluruh jajarannya. Terima kasih telah mau direpotkan, selalu menjadi pendengar
setia saat bercerita bersama di pesantren. Dan untuk kalian anak-anak PPRT yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
xvi
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
xvii
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hermeneutika .............. 19
al-Nashsh........................................................................ 33
xviii
b. Masa Pewahyuan di Madinah ................................. 101
BAB V : PENUTUP
xix
BAB I
PENDAHULUAN
al-Qur’an sebagai petunjuk umat Islam. Al-Qur’an tidak akan mampu memberi
petunjuk kepada umat Islam jika umat Islam sendiri tidak tergerak untuk
mengungkap rahasia ayat-ayat al-Qur’an. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
penafsiran. Tafsir telah ada sejak Nabi Muhammad yang kemudian dilanjutkan
pada masa Sahabat sampai pada masa kontemporer saat ini. Pendekatan yang
digunakan para Mufasir dari masa klasik hingga kontemporer semakin beragam.
1
Lihat Abdul Muqtasim-Sahiron Syamsuddin (ed), Studi Al-Qur’an Kontemporer: Wacana
Baru Berbagai Metodologi Tafsir (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2002).
tekstualis-literalis. Dengan demikian menurut pandangan ini, dekontruksi
keniscayaan.2
guna menjamin keaslian sebuah teks atau kitab suci. Hassan Hanafi menilai
bahwa belum tentu semua teks bebas dari ketidakaslian dan tidak mengalami
hermeneutika berasal dari Barat dan digunakan pada awalnya untuk mengkritisi
kitab suci Bibel. Adian Husaini sebagai salah satu dari golongan tersebut,
2
Sudarto Muwafiq, “Hermeneutika Al Quran: Kritik Atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid”,
Akademika, (Vol.9, No.1, Juni 2015), hlm.
3
Reflita, “Kontroversi Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir(menimbang Penggunaan
Hermeneutika dalam Penafsiran Al Quran), Jurnal Ushuluddin, (Vol.24, No.2, Juli-Desember
2016), hlm. 139
2
dalam tafsir al-Qur’an. Pertama, hermeneutika menghendaki sikap yang kritis
dan bahkan cenderung curiga. Sebuah teks bagi seorang hermeneut tidak bisa
plural, karenanya kebenaran tafsir ini menjadi sangat relatif, yang pada
gilirannnya menjadi repot untuk diterapkan.4Hal tersebut tidak menjadi hal yang
dihadapi oleh umat Islam semakin beragam dan memang harus ada pembaharuan
Maka dari itu, meskipun terdapat pro dan kontra atas hermeneutika tidaklah
sebagai metode tafsir al-Qur’an yaitu Fazlur Rahman. Salah satu tokoh
dalam memahami teks al-Qur’an yang dinamai dengan double movement theory,
4
Reflita, “Kontroversi Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir(menimbang Penggunaan
Hermeneutika dalam Penafsiran Al Quran)”, hlm. 142
3
kedua merupakan upaya merumuskan prinsip, nilai, dan tujuan al-Qur’an yang
aktual saat ini.5 Dalam hal ini penulis mencoba mengaplikasikan hermeneutika
Fazlur Rahman (selanjutnya akan ditulis Rahman) untuk memahami term ahli
kitab dalam al-Qur’an yang berimplikasi pada problem pernikahan beda agama.
diperbincangkan sampai saat ini. Dapat dilihat dalam Fatwa Majelis Ulama
beda agama antara laki-laki muslim dengan ahli kitab menurut qaul mu’tamad
adalah tidak sah (haram).6 Hal ini juga dijelaskan dalam al-Qur’an Q.S. Al
Baqarah:221,
5
Labib Muttaqin, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Doktrin
Kewarisan Islam Klasik”, Al Manahij:Jurnal Kajian Hukum Islam, (Vol.VII, No.2, Juli 2013),
hlm.196
6
Majelis Ulama Indonesia dalam Musywarah Nasional MUI VII pada tanggal 19-22 Jumadil
Akhir 1426 H/ 26-29 Juli 2005 M
4
musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.
menjelaskan bahwa adanya kebolehan menikahi ahli kitab bagi orang Islam.
dari kalangan para Ulama. Yang menjadi sorotan utama pada kedua ayat tersebut
5
adalah membedakan antara wanita musyrik (yang dilarang untuk dinikahi) dan
Ahli kitab (yang boleh dinikahi). Maka dari itu menjadi kegelisahan penulis
untuk mencari masih adakah ahli kitab yang dimaksudkan dalam ayat tersebut
term Ahli kitab bukan yang lain. Pertama, Rahman adalah salah satu garda
dicetuskan sistematis dan mudah dipahami. Ketiga, pemahaman atas term Ahli
hermeneutika Rahman untuk memahami term Ahli kitab yang implikasinya pada
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Indonesia.
Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk mencari pengertian yang jelas
tentang term ahli kitab dalam al-Qur’an dengan metode hermeneutika Fazlur
Rahman. Secara terperinci manfaat dan kontribusi penelitian ini, sebagai berikut:
7
E. Kajian Pustaka
Disertasi yang telah dibukukan karya Ahmad Syukri pada tahun 2007
dan modern tidak lagi kondusif bagi kehidupan umat Islam dewasa ini. Para
pakar modern belum mampu menawarkan metode tafsir yang sistematis dan
dari itu, menurut Rahman perlunya rancangan sebuah metode tafsir yang dapat
berlaku adil terhadap tuntunan intelektual dan integritas moral yang mengacu
pada kritik sejarah dalam pengertian yang lebih luas. Metode yang diusulkannya
sejarah dan hermeneutika yang diserap dari sumber klasik dan modern Islam
berangka dari yang khusus kepada yang umum, kemudian dari umum ke khusus.
Akhirnya, metode ini hadir dalam bentuknya yang final dengan nama gerakan
bertolak dari situasi sekarang menuju masa al-Qur’an diturunkan lalu kembali
8
kontemporer. Metode Rahman menjadikan asbab al-nuzul dan konteks historis-
Kewarisan Islam Klasik” artikel yang ditulis oleh Labib Muttaqin dalam jurnal
Al Manahij Vol. VII, No.2, Juli 2013 berisi tentang tawaran Rahman terhadap
suatu metode penggalian hukum agar prinsip-prinsip umum dan semangat teks
al-Qur’an tetap tertanam dalam suatu hukum. Metode yang dikembangkan oleh
sehingga tetap adanya kesinambungan dan relevansi dari suatu teks al-Qur’an
dan tatanan sosial adalah sebuah keniscayaan. Hal ini juga berlaku pada
eksistensi dan peran perempuan pada saat ini baik dalam ranah publik maupun
domestik. Realitas inilah yang kemudian dijadikan indikator bagi Rahman dalam
menafsirkan kembali teks-teks kewarisan yang ada dalam al-Qur’an. Dalam re-
7
Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur
Rahman, (Jakarta: badan Litbang dan Diklat Departemen Agama,2007), hlm.x-xi
9
ketentuan pembagian waris antara laki-laki dan perempuan yang tadinya
menurut Fazlur Rahman” yang diterbitkan oleh Pustaka pelajar pada November
suatu analisis dan pengaturan yang sistemik mengenai prinsip dan proses
Studi tentang pemikiran tafsir atas Major Themes of the Qur’an karya
sumber ajaran Islam, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an (Ulum al-Qur’an) terutama ilmu
8
Labib Muttaqin, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur rahman Terhadap Doktrin
Kewarisan Islam Klasik”, Al Manahij, (Vol.VII, No.2, 2013), hlm.195- 206
10
pengembangan ilmu-ilmu Islam. Jadi, buku ini merupakan book review karya
diterbitkan oleh eLSAQ Press pada tahun 2010 berisi tentang teori double
movement terdiri dari dua gerakan. Pertama, dari arti khusus (partikular) ke
tekstual dalam suatu ayat dengan meniliti alasan hukumnya, baik yang disebut
eksplisit maupun implisit. Gambaran setting sosial masyarakat Arab baik yang
saat al-Quran diturunkan, juga harus diperhatikan secara serius oleh seorang
mengevaluasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema yang akan dibahas dan
Artikel jurnal Al-Dzikra dengan judul “Konsep Ahlul al-kitab dalam Al-
ditulis oleh Andi Eka Putra Dosen Fakultas ushuluddin IAIN Raden Intan
9
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2010),hlm. 59-
82
11
tentang konsep ahli kitab dalam perspektif Arkoun dan Nurcholish Madjid.
Keduanya melihat komunitas Ahli kitab tidak hanya pada agama Yahudi dan
Nasrani saja akan tetapi bagi mereka yang menganut kitab suci berdasarkan
keyakinan mereka masing-masing. Dalam hal ini Cak Nur dan Arkoun
antar umat beragama yang semakin inklusif dan dialogis. Perbedaannya jika Cak
Nur tetap menggunakan kata ahli kitab akan tetapi Arkoun mengubahnya
menjadi masyarakat kitab. Implikasi dari tafsiran Cak Nur dan Arkoun mengenai
ahli kitab dalam al-Qur’an memberikan wawasan baru seputar hubungan antar
Konsep Ahli kitab dalam al-Qur’an pada prinsipnya mengajak umat beragama
untuk saling menyapa, berdialog dan hidup dalam kedamaian dan ketentraman
bersama.10
diterbitkan oleh mizan pada November 2016 juga menjelaskan perihal ahli kitab
dalam tafsir Al Mizan. Dia membagi Ahli kitab menjadi dua bagian yaitu ahli
kitab yang mukmin dan Ahli kitab yang kafir. Dalam buku ini pembahasan ahli
kitab hanya secara singkat dengan mencari ayat yang berhubungan dengan ahli
10
Andi Eka Putra,”Konsep Ahlil al-Kitab dalam Al Quran Menurut Penafsiran Muhammed
Arkoun dan Nurcholish Madjid”, Al-Dzikra, (Vol.X, No.1,2016),hlm. 43-65
12
kitab kemudian menafsirkannya dengan menggunakan tafsir Al Mizan karya
Thabathaba’i.11
Artikel Ali Masrur dengan judul “Ahli kitab Dalam Al-Qur’an (Model
keselamatan ahli kitab dalam perspektif Fazlur Rahman, yang pada akhir
Rahman lebih menekankan pada esensi dan substansi ajaran Islam. Masrur juga
menyimpulkan dari pemikiran Rahman mengenai ahli kitab bahwa ahli kitab
tidak hanya terbatas pada Yahudi dan Nasrani akan tetapi semua agama yang
Major Themes of the Quran. Artikel yang membahas tentang ahli kitab seperti
Andi Eka dan Waryono akan tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan
11
Waryono Abdul Ghofur, Persaudaraan Agama-Agama;Millah Ibrahim dalam Tafsir Al
Mizan, (Bandung:PT. Mizan Pustaka,2016),hlm.191-120
13
metodenya. Penelitian Ali Masrur yang berfokus pada ahli kitab dengan metode
akan tetapi tulisan ini mengfokuskan pada aplikasi gerakan ganda Fazlur
Rahman yang akan menghasilkan sebuah pembahasan mengenai ahli kitab masa
sekarang, ahli kitab pra-Islam dan ahli kitab masa pewahyuan. Ketiga aspek ini
mana hal tersebut tidak tersentuh dalam artikel Ali Masrur. Meskipun telah
banyak yang membahas mengenai double movement dan ahli kitab akan tetapi
F. Dasar Pemikiran
sebagai acuan dalam melakukan analisis pada konteks masalah yang hendak
theory Fazlur Rahman ini menggunakan teori application Hans Goerge Gadamer
14
(application, substilitas applicandi).12Dengan menekankan elemen ketiga
pemahaman dilakukan.13
apa yang niscaya baginya dalam mempertimbangkan situasi yang real saat
12
Hans Gorge Gadamer, Truth and Method, terj. Ahmad Sahidah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2004), hlm.370
13
Richard E Palmer. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj. Musnur Hery
dan Damanhuri Muhammed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005). Hlm.187
14
Hans Gorge Gadamer, Truth and Method, terj. Ahmad Sahidah, hlm.370
15
ini. Hubungan yang orisinil dari bentuk-bentuk hermeneutika ini
hukum terdapat ketegangan antara teks yang dituliskan –dari hukum atau
ajaran. Hukum di sini tidak dipahami secara historis akan tetapi secara
ataupun kitab suci, jika dipahami dengan tepat, yakni menurut apa yang
dibuat klaim pada setiap peristiwa, di dalam setiap situasi khusus, cara
baru dan berbeda maka hal tersebut yang disebut dengan aplikasi.15
15
Hans Gorge Gadamer, Truth and Method, terj. Ahmad Sahidah, hlm.371
16
Richard E Palmer. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj. Musnur Hery
dan Damanhuri Muhammed, hlm.221
16
2. Fusion of Horizons Gadamer dan Double Movement Theory Rahman
seseorang harus sadar bahwa dalam proses penafsiran seseorang harus sadar
dunia) hanya dapat diketahui dengan melakukan apa yang disebut al-Khulli
dengan dirāsāt mā fî n-nashsh (studi atas apa yang ada di dalam teks) dan
dirāsāt mā hawla n-nashsh (studi atas sesuatu yang melingkupi teks). Studi
apa yang ada di dalam teks dilakukan antara lain dengan menganalisis aspek
kebahasaan teks, sedangkan studi atas sesuatu yang melingkupi teks berupa
mikro (asbaab an-nuzul) dan aspek historis makro yakni kondisi bangsa
17
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran (Edisi Revisi dan
Perluasan), (Yogyakarta:Baitul Hikmah Press, 2017), hlm.81
18
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran (Edisi Revisi dan
Perluasan), hlm.87
17
Pemikiran Gadamer fusion of horizons dianggap menginspirasi
bahwa dibutuhkannya dua gerakan yang saling berkaitan dan tidak dapat
G. Metodologi Penelitian
yang digunakan adalah buku-buku atau tulisan yang disusun oleh Fazlur
19
Mu’amar Zayn Qadafy, Buku Pintar Sababun Nuzul Dari Mikro Hingga Makro,
(Yogyakarta: IN AzNa Books,2015), hlm.124
18
jalan mempelajari literatur dari buku-buku lain yang mendukung
pendalaman analisis.
University of Chicago,2009)
Chicago,1979)
Press,1982).
ini yakni yang membahas tentang Fazlur Rahman dan ahli kitab:
19
1. Waryono Abdul Ghofur, Persaudaraan Agama-
Dian Rakyat,2009).
Pelajar,2013).
Mizan, 1996).
yaitu dengan mencari literatur baik berupa buku atau jurnal yang berkaitan
dengan penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab. Yang mana setiap bab saling
berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan laporan penelitian ini bertujuan
agar pembahasan dalam laporan penelitian ini tersusun secara sistematis supaya
20
Bab pertama Pendahuluan; berisi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
Bab ketiga Pemahaman terma ahli kitab dari berbagai perspektif. Dalam
bab ini dijelaskan beberapa pengertian ahli kitab baik secara kebahasaan maupun
secara luas. Pengertian ahli kitab juga diperluas dengan adanya pendapat-
pendapat dari para tokoh Muslim. Bab ini akan menghasilkan pengertian yang
Terhadap Pemaknaan Ahli kitab. Pada bab ini, akan diketahui bagaimana
penggunaan teori double movement Fazlur Rahman dalam memahami terma ahli
Bab kelima penutup yang berisi simpulan seluruh rangkaian yang telah
dikemukanan dan merupakan jawaban atas permasalahan yang ada. Bab ini juga
berisi saran-saran yang bisa direkomendasikan dan menunjukan hasil akhir dari
21
BAB II
A. Hermeneutika Barat
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hermeneutika
Secara etimologis, kata hermeneutika diambil dari bahasa Yunani,
kerja yang lebih umum hermeneuein dan kata bensa hermenia diasosiasikan
transmisi apa yang ada di balik pemahaman manusia ke dalam bentuk yang
menunjukkan adanya tiga unsur yang menjadi variabel utama pada kegiatan
manusia dalam memahami. Pertama, adanya tanda, pesan atau teks yang
pesan yang dibawa oleh Hermes. Kedua, adanya perantara atau penafsir
yaitu Hermes dan ketiga, penyampaian pesan oleh seorang perantara agar
20
Richard E Palmer. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj. Musnur Hery
dan Damanhuri Muhammed, hlm.15
21
Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:Belukar,2004), hlm.135
22
menyebutkan bahwa hermeneutika adalah proses mengubah sesuatu atau
dan sebagai dasar dari semua ini (ia merupakan) seni memahami, sebuah
seni yang secara khusus dibutuhkan ketika makna sesuatu (teks) itu tidak
jelas.23
tersebut dengan seni memahami secara benar bahasa orang lain, khususnya
metode penafsiran ini juga didapati pada definisi yang dikemukakan oleh
Franz-Peter Burkard yaitu “seni menafsirkan teks dan dalam arti yang lebih
22
Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an Tema-tema Kontroversial,
(Yogyakarta:Kalimedia,2015), hlm.5
23
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, (Yogyakarta:
Pesantren Nawesea Press, 2009), hlm. 5-6
23
syarat-syarat pemahaman. Definisi tersebut dengan jelas memasukkan
orisinil.26
teks secara umum, baik berupa teks historis maupun teks keagamaan. Oleh
banyak lagi kompleks yang terjalin sekitar watak dasar teks dan
24
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, hlm. 6
25
W. Poespoprodje, Hermeneutika, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm. 24
26
Siti Robikah, “Contextual Interpretations of the Quran: Telaah Hermeneutika Inklusif Nasr
Hamid Abu Zayd”, Proceeding The 2nd BUAF 17-20 Juli 2017, (Banjarmasin:UIN Antasari).
24
merupakan titik pangkal dan persoalan serius bagi hermeneutik.27 Jika
lepas dari konteks sejarah dimana teks itu muncul, kepada siapa teks itu
berdialog, mengapa teks itu dibuat dan seterusnya, yang pasti tidak lepas
seniman. Teks bukanlah objek mati, bukan sekedar benda yang merentang
2. Model-Model Hermeneutika
yang dipahami pengarangnya, sebab apa yang ada di dalam teks adalah
ungkapan jiwa pengarangya, sehingga apa yang disebut makna atau tafsiran
27
Nasr Hamid Abu Zayd, Isykaliyat al-Qira’ah wa Aliyyat at-Ta’wil, terj. Muhammad
Mansur, (Jakarta: ICIP, 2004), hlm. 3
28
W. Poespoprodje, Hermeneutika, hlm. 19
25
atasnya tidak didasarkan pada kesimpulan pembaca melainkan diturunkan
Schleiermacher, ada dua cara yang dapat ditempuh, dengan bahasanya yang
proses memahami menjadi mungkin dan kedua, sisi psikologis yang isi
pengalamannya.30
berbeda- maka tidak ada jalan lain bagi mufasir kecuali harus keluar dari
teks tersebut hidup, atau paling tidak membayangkan seolah dirinya hadir
pada zaman itu. Dengan masuk ke dalam dunia pengarang, memahami dan
29
Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics, (London: Roudege & Kegars Paul,1980),
hlm.29
Nasr Hamid Abu Zayd, Isykaliyat al-Qira’ah wa Aliyyat at-Ta’wil, terj. Muhammad
30
Mansur, hlm.11
31
K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, (Jakarta:Gramedia, 1981), hlm.230
26
Scheleimacher juga telah mempelopori tokoh-tokoh setelahnya,
Usaha Dilthey terfokus pada pemisahan antara disiplin ilmu alam, sejarah
upaya untuk mencapai aturan umum yang pasti dan untuk menghindari
terletak pada persoalan materinya, materi ilmu sosial (akal manusia) bukan
modern Hans Georg Gadamer dan Jacques Derida. Menurut model ini,
dimaksud penulis melainkan memahami apa yang tertera dalam teks itu
sendiri.33 Stressing mereka adalah isi teks itu sendiri secara mandiri bukan
32
Nasr Hamid Abu Zayd, Al-Qur’an, Hermeneutika dan kekuasaan, terj. Dede Iswadi,
(Bandung:RqiS), hlm.47
33
K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, hlm.230
27
pada ide awal penulis. Inilah yang membedakan antara hermeneutika
subjektif dan objektif. Dalam pandangan subjektif, teks bersifat terbuka dan
dapat diinterpretasikan oleh siapapun, ia telah berdiri sendiri dan tidak lagi
berkaitan dengan penulis. Karena itu, teks tidak harus dipahami berdasarkan
ide penulis melainkan berdasarkan materi yang ada dalam teks itu sendiri.
(vorhabe), apa yang dilihat (vorsicht), dan apa yang diperoleh kemudian
didasari oleh apa yang telah dilihat sebelumnya yang disebut pada unsur
Heidegger yang lebih mendasar pada being there dari Dasein yang terikat
34
K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, hlm.232
28
temporalitasnya. Menurut penjelasan Gadamer bahwa lingkaran
Muslim kontemporer yaitu Hassan Hanafi dan Farid Esack. Pada model ini
hermeneutika tidak hanya berarti ilmu interpretasi akan tetapi lebih pada
diabaikan begitu saja. Dia juga menulis beberapa artikel yang berisi tentang
realistik, dia juga lebih menekankan makna dan tujuan ketimbang kata-kata
35
Agus Darmaji, “Dasar-Dasar Ontologis Pemahaman Hermeneutik Hans-Georg Gadamer”,
Refleksi, (Vol.13,No.4,2013),hlm.473
36
Hassan Hanafi, Liberalisasi, Revolusi, Hermeneutik, terj. Jajat Firdaus,
(Yogyakarta:Prisma,2003), hlm.109
29
mengambil titik berangkatnya dari realitas, dalam problem-problem di mana
dalam praksis.37
37
Moch. Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an, (Jakarta:TERAJU, 2003),
hlm.40
38
Moch. Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an, hlm.41
30
Ketiga, hermeneutika pembebasan yang memahami makna asal dalam
Gadamer dan Jorge Gracia sebagai deretan nama yang berada setelah
39
Muhammad Aji Nugroho, “Hermeneutika al-Qur’an Hassan Hanafi; Merefleksikan Teks
pada Realitas Sosial dalam Konteks Kekinian”, Millati, (Vol.1, No,2, Desember 2016), hlm. 192-
193
31
1. Teori kesadaran sejarah dan teori pra pemahaman dalam menafsirkan
al-Qur’an
Inti dari teori pra pemahaman adalah bahwa seorang penafsir harus
ini sangat jelas adanya keterkaitan dengan ilmu tafsir al-Qur’an. Dalam
dalam hadis tersebut diartikan sebagai “akal”, sebab kata akal mengandung
arti berfikir secara positif, sebagaimana telah tertera dalam surah al-
Qur’an.40 Kata ra’y diatas lebih tepatnya diartikan dengan “dugaan” atau
pra pemahaman yang tidak atau belum diuji ketepatannya. Seperti dalam
bahwa man fassara l-Qur’ana bi ghairi ‘ilm (siapapun yang menafsirkan al-
dilarang oleh Nabi adalah penafsiran yang tidak didasarkan pada ilmu
40
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Edisi Revisi dan
Perluasan, hlm. 84
41
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Edisi Revisi dan
Perluasan, , hlm. 84
42
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Edisi Revisi dan
Perluasan, hlm.84
32
2. Teori Fusion of Horizons dan Dirāsāt mā hawla al-Nashsh
diasimilasi, yakni horison teks dan horison penafsir. Horison teks, atau bisa
nashsh dan dirāsāt mā hawla n-nashsh oleh Amin Al khulli. Studi atas apa
aspek kebahasaan teks, sedangkan studi atas sesuatu yang melingkupi teks
historis mikro (asbaab an nuzul) dan aspek historis makro yaitu kondisi
teks secara baik. Horison ini pada gilirannya akan digabungkan dengan
43
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer” dalam buku Upaya Integrasi
Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UIN SUKA, 2011), hlm. 38
33
teks. Dengan teori ini diharapkan bahwa pesan teks tersebut dapat
darinya. Gadamer menyebutnya dengan sinn (arti) dan makna yang berarti
instrumennya.45
harus dilakukan atau dihindari dari praktek pemahaman, tetapi yang lebih
44
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Edisi Revisi dan
Perluasan, hlm. 85
45
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Quran, Edisi Revisi dan
Perluasan, hlm.85, lihat tulisan Sahiron Syamsuddin dalam buku buku Upaya Integrasi
Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis (Teori dan Aplikasi), hlm. 40
34
penting adalah membahas apa yang sebenarnya terjadi dalam pemahaman
implisit, dan tidak menyampaikan pada suatu yang baru. Kalau begitu
46
Nasr Hamid Abu zayd, Al-Qur’an, Hermeneutika dan Kekuasaan, Terj. Dede Iswadi dkk,
(Bandung: RqiS, 2003), hlm.65
47
Nasr Hamid Abu zayd, Al-Qur’an, Hermeneutika dan Kekuasaan, Terj. Dede Iswadi dkk,
hlm.66
35
Dari titik tolak pemikiran ini, Gadamer mulai menganalisis konsep
kebenaran dalam seni, sejarah dan filsafat. Seni, dalam pandangannya tidak
dalam menerima aktifitas seni, kesadaran kita normal tidak terpisah dari diri
lain, terdapat perbedaan antara wilayah pengetahuan seni dan non seni,
seperti sejarah dan filsafat. Seni tidak lahir hanya untuk menjadi objek
bila dibandingkan dengan hakikat yang muncul dari aktivitas seni hanya atas
dasar kesadaran estetis saja, maka kita akan merasa asing terhadap hakikat
aktivitas seni itu. Hal itu disebabkan karena menafikkan hakekat yang
kalangan sosialis yang berpendapat bahwa seni terkait dengan manusia dan
memahami hal tersebut sebagai objek yang berbeda dari anggapan kalangan
48
Nasr Hamid Abu zayd, Al-Qur’an, Hermeneutika dan Kekuasaan, Terj. Dede Iswadi dkk,
hlm. 66
36
sosialis sendiri. Ia menganggap bahwa di dalam bingkai formalistis seni
estetis pada suatu hakikat. Yaitu makna yang merupakan pesan seni itu
Qur’an, akan lebih mudah jika diberikan contoh. Salah satu contoh
dari segi jenis kelamin. Ayat-ayat yang dipandang dan sering dijadikan
landasan oleh para ulama klasik dan sarjana muslim dalam perdebatan
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”51
oleh para ulama yang berpendapat bahwa seorang wanita tidak boleh
49
Nasr Hamid Abu zayd, Al-Qur’an, Hermeneutika dan Kekuasaan, Terj. Dede Iswadi dkk,
hlm.67
Sahiron Syamsuddin dalam buku Upaya Integrasi Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an
50
37
menjadi pemimpin publik. Mereka mengatakan bahwa seorang wanita tidak
bahwa ayat tersebut tidak terkait dengan kepemimpinan dalam ranah publik,
melainkan dalam ranah keluarga.52 Hal ini dapat dilihat dari asbaab an-
nuzul ayat tersebut. Ibnu katsir, menyebutkan satu riwayat dari ‘Ali ibn
Thalib bahwa suatu ketika Nabi Muhammad saw didatangi oleh seorang
dengan pukulan lagi) atau, dalam riwayat lain, “laysa lahu dzalika” (dia
suami tidak berhak / boleh melakukan hal itu). setelah itu, turunlah ayat
52
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer” dalam buku Upaya Integrassi
Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis (Teori dan Aplikasi), hlm. 48
53
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer”, hlm.49
38
waku itu) memang berkarakteristik pratriarkal dan tentunya riwayat ini
kepemimpinan publik. Penafsiran ini digaris bawahi oleh mufasir awal yaitu
54
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan Pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer”, hlm.48
39
kewajibannya, melupakan kesalahan istri dan menunaikan kewajibannya
kepada istrinya.55
tersebut dengan bias jender. Tafsir bias jender yang dimaksud adalah tafsir
memahami teks yang ditafsirkan. Yang menjadi problem adalah jika pra-
pemahaman tidak terkontrol dan akhirnya akan memaksakan agar teks yang
memaksa sesuai dengan kehendak penafsir. Dengan kata lain, tugas penafsir
adalah mencari tahu dan memaparkan apa yang benar-benar dimaksud oleh
55
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg Gadamer dan pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer”, hlm.49
56
Hans-Gorge Gadamer, Hermeneutika Klasik dan Filosofis, terj. Syafa’atun Almirzanah,
dalam Pemikiran Hermeneutika Dalam Tradisi Barat, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN
SUKA,2011), hlm. 153
40
penafsir hanya berhenti di situ saja akan tetapi setelah mendapatkan dan
Beranjak dari ayat tersebut yang mana banyak diantara penafsir abad
dalam ranah publik, ayat QS 27: 29-35 berisi tentang kepemimpinan ratu
yang dilakukan oleh Ratu Balqis. Dalam al-Qur’an sama sekali tidak
seorang perempuan juga bisa memimpin suatu negeri dengan baik. Respon
terkait dengan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Ratu Balqis
57
Lebih detail lihat Hans Gorge Gadamer, Wahrheit and Method, hlm. 398
41
mengutamakan ketentraman rakyat, menyukai diplomasi dan perdamaian,
antara para pemikir Islam dengan keilmuan Barat. Akan tetapi, hal ini tidak
Qur’an.
tidak didapatkan dari penafsiran klasik, mereka hanya bermain dengan kata-
58
Sahiron Syamsuddin, “Hermeneutika Hans-Georg gadamer dan pengembangan Ulum al-
Qur’an dan Pembacaan al-Qur’an Pada Masa Kontemporer” dalam buku Upaya Integrasi
Hermeneutika Dalam Kajian Qur’an dan Hadis (Teori dan Aplikasi), hlm.57
42
menawarkan suatu metode pembaharuan dalam penafsiran al-Qur’an yaitu
belakang keislaman yang kental maka tidak heran jika Rahman telah
59
Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir al-Qur’an Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur
Rahman, (Badan Litbang dan Diklat Depag RI,2007), hlm. 25
43
dipraktikkan ayahnya pada diri Rahman sampai akhir hayatnya. Tidak
nilai kebenaran. Ketika usia empat belas tahun ia mulai belajar filsafat,
untuk mendapatkan gelar masternya dan tamat pada tahun 1942. Empat
60
Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir al-Qur’an Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur
Rahman, hlm. 25-26
61
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlurrahman, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 79-84
44
Pada saat yang sama, Jenderal Ayyub Khan, Presiden Pakistan,
Pakistan. Karena masuk dalam dua lembaga inilah, ia terlibat aktif dan
45
Chicago. Ia menyandang gelar ini sampai ia meninggal dunia pada 26
sebagai satu kesatuan, akan tetapi kesatuan ini mereka dapatkan dari
sistem dan orientasi pemikiran tertentu diadopsi dari sumber luar (yang
mental Islam, namun struktur gagasan dasarnya tidak diambil dari al-
Qur’an itu sendiri.63 Hal ini yang menjadi kegelisahan tersendiri dari
pemikiran Rahman.
62
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlurrahman, hlm. 111
63
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, terj. Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka,2005,
cet. III), hlm. 3-4
46
Rahman memberikan kritikan bagi para mufasir klasik dengan
mengatakan:
64
Syamrudin, “Hermeneutika Fazlur Rahman”, Miqot, (Vol.XXXV, No.2, Juli-Desember
2011), hlm. 279
47
mengantisipasi hal tersebut maka Rahman menawarkan metode yang
ingatan Nabi, kepada situasi moral sosial Arab pada masa Nabi,
65
Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition
(Chicago and London: University Press, 1982), hlm.5
66
Fazlur Rahman, islam dan Modernitas, terj. Ahsin Mohammad, hlm.6
67
Lihat pada Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam: Studi Fundamentalis
Islam, terj. Aam Fahmia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.23
48
gerakan ganda adalah dimulai dari situasi sekarang ke masa al-Qur’an
merekonstruksi tradisi).69
era al- Qur’an diwahyukan, dalam pengertian bahwa perlu dipahami arti
dan makna dari suatu pernyataan dengan cara mengkaji situasi atau
68
Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition
(Chicago and London: University Press, 1982), hlm.6
69
Ali Sodiqin, Antropologi al-Qur’an; Model Dialektika Wahyu dan Realitas,
(Yogyakarta:ar-Ruzz Media,2008), hlm.116-117
49
pernyataan yang memiliki tujuan-tujuan moral umum yang dapat
sosio historis dan rasio legis yang sering diungkapkan. Selama proses
ini, perhatian harus diberikan pada arah ajaran al-Qur’an sebagai suatu
totalitas sehingga setiap arti atau makna tertentu yang dipahami, setiap
gerakan pertama ini, kajian diawali dari hal-hal yang spesifik dalam al-
sekarang. Untuk itu perlu dikaji secara cermat situasi sekarang dan
70
Rifki Ahda Sumantri, “Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode Tafsir Double
Movement,” Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, ( Vol.7, No.1, Januari-Juni 2013), hlm.7,
lihat juga dalam Fazlur Rahman, islam dan Modernitas, terj. Ahsin Mohammad, (Bandung:
Pustaka,2005, cet. III), hlm. 7, Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an
Intelectual Tradition, (Chicago: The University of Chicago Press, 1984), hlm.6
71
Rifki Ahda Sumantri, “Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode Tafsir Double
Movement,” hlm. 8
50
Gerakan pertama terjadi dari hal-hal yang spesifik dalam al-
nilai dan tujuan jangka panjangnya, yang kedua harus dilakukan dari
sekarang. Dalam hal ini membutuhkan kajian yang cermat atas situasi
kembali. Tugas yang pertama adalah para ahli sejarah dan dalam
deduksi dan induksi secara timbal balik. Metodologi semacam ini tentu
72
Fazlur Rahman, islam dan Modernitas, terj. Ahsin Mohammad, hlm.8 atau lihat juga dalam
Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intelectual Tradition, (Chicago: The
University of Chicago Press, 1984), hlm. 7
51
seperti yang dipahami manusia tidak ada yang abadi. Yang abadi
legal spesifik. Ideal moral adalah tujuan dasar moral yang dipesankan
73
Sahiron Syamsuddin, ed., Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis, hlm.72
74
Sahiron Syamsuddin, ed., Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis, hlm.72
52
kemanusiaan agar tidak bertentangan dengan hak asasi manusia, jadi
75
Sahiron Syamsuddin, ed., Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis, hlm.72-73
76
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 75
77
Fazlur Rahman, Islam and Modernity, hlm.6
53
Sebelum al-Dahlawi, teori ini juga pernah dikemukakan oleh
78
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 76
54
Rahman yaitu pada konsep ideal moral. Bagi Rahman, ideal moral
pra pemahaman dan ini harus ada pada seseorang agar mampu
79
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 77
55
melainkan meaningful sense (makna yang berarti) atau pesan yang lebih
80
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 78
81
Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, hlm. 78-79
56
mengawini gadis-gadis yatim ketika mereka dewasa daripada
saja dari gadis-gadis yatim itu, karena hal ini merupakan yang terdekat
82
Fazlur rahman, Metode dan Alternatif neomodernisme Islam, Penyunting: Taufik Adnan
Amal, (Bandung: Mizan, 1989), hlm.63
57
bahwa ia harus berlaku adil tetapi tidak memiliki kekuatan hukum tentu
perlakuan tidak adil dari suaminya. Dalam kasus poligami ini klausa
mustahil. Maka dari itu jawaban spesifik dari problem poligami adalah
83
Fazlur rahman, Metode dan Alternatif neomodernisme Islam, Penyunting: Taufik Adnan
Amal, hlm.63
58
istri adalah mustahil. Ideal moral dari larangan poligami adalah
59
BAB III
PEMAHAMAN AHLI KITAB DARI BERBAGAI PERSPEKTIF
secara literal mengandung pengertian ramah, senang atau suka. Kata ahli
yaitu: 1). Orang yang mahir (sangat paham dengan suatu ilmu) dan ke 2).
Kaum, keluarga atau sanak saudara maupun orang yang berada dalam satu
sesuatu yang mempunyai hubungan sangat dekat, seperti kata ahl ar-rajul
yaitu orang yang menghimpun mereka, baik dari hubungan nasab maupun
agama atau hal yang setara dengannya, seperti komunitas atau profesi.85
Kata ahli dapat pula diartikan sebagai keluarga yang masih mempunyai
hubungan nasab, seperti ahl al-bait yang digunakan dalam penyebutan bagi
mereka yang masih mempunyai hubungan dengan keluarga Ali bin Abi
menunjuk pada suatu kelompok tertentu dengan kata ahl al-bait yang
84
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993),
hlm.11
85
Ar-Raghib al-Asfihani, Mu’jam Mufradat Alfadz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t),
hlm.25
86
Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1408 H/1988M), hlm. 121-123.
60
ditunjukkan untuk kelurga Nabi Muhammad. Kata ahli menunjukkan arti
tertentu, dijelaskan dalam QS Al Baqarah (2):105. Dalam hal ini, kata ahli
atau keluarga.
Kata kitab terdiri dari tiga huruf yaitu kaf, ta’ dan ba’ yang menunjuk
pada arti kata yaitu rangkaian atau kumpulan87 dapat juga diartikan
atau untuk membentuk sebuah tema yang sempurna. Oleh karenanya firman
Allah yang diturunkan kepada para rasul disebut dengan Kitabullah atau al-
kitab”.88 Dari pemaparan kata ahli dan kitab maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dari kata ahli kitab yaitu komunitas atau kelompok pemeluk
agama yang memiliki kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi dan
Artinya orang yang mengikuti kitab suci yang diturunkan kepada salah
seornag Nabi. Secara singkat, ahli kitab bisa diartikan orang yang
87
Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Maqayis al-Lughoh, (Dar Fikr,t.t), hlm.158
Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika al-Qur’an Kontemporer,
88
61
mempercayai salah satu Nabi dan percaya dengan kitab suci baik Yahudi
maupun Nasrani. Dalam al-Qur’an, kata ahli kitab kerap kali ditujukan
dari pemahaman ahli kitab bukanlah definisi umumnya akan tetapi lebih
kepada cakupan kelompok atau golongan apa saja yang dapat dimasukkan
dari para pemikir Muslim masa klasik (Salaf) dan kontemporer (Kholaf).89
diluar itu tidak disebut sebagai ahli kitab. Kemudian pada masa tabi’in,
Arab bukan termasuk ahli kitab. Kaum yang disebut ahli kitab adalah kaum
Israel, yakni orang-orang yang diturunkan kepada meraka kitab Taurat dan
89
Pemetaan pemaknaan ahli kitab dalam tulisan ini berdasarkan pada runtutan dari Ulama
Salaf ke Ulama Kholaf, yang mengalami pergeseran makna secara signifikan. Akan tetapi secara
garis besar banyak diantaranya mengakui ahli kitab adalah Yahudi dan Nasrani
62
Injil”. Adapun orang selain Bani Israel yang memeluk agama Yahudi dan
Nasrani tidak termasuk golongan ahli kitab. Dengan demikian Imam Syafi’i
agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa.90 Menurut Abu Hanifah
dan ulama Hanafiah menyatakan bahwa yang disebut ahli kitab adalah
siapapun yang mempercayai salah seorang Nabi atau kitab suci yang pernah
diturunkan Allah SWT, tidak terbatas pada Yahudi dan Nasrani. Dengan
demikian, jika ada yang percaya kepada suhuf Ibrahim atau kitab zabur,
maka ia pun termasuk dalam jangkauan pengertian ahli kitab.91 Bagi imam
ath-Thabari92, ahli kitab adalah pemeluk agama Yahudi dan Nasrani dari
sumber panutan mereka. Ibnu Hazm merumuskan definisi ini berdasar pada
beberapa fakta, yaitu pertama, Ibnu Hazm bermadzhab Zahiri yaitu aliran
90
Nasrullah, “Ahli Kitab Dalam Perdebatan: kajian Survei Beberapa Literatur Tafsir Al-
Qur’an”, Jurnal Syahadah, (Vol.III, No.2, Oktober 2015),hlm. 70
91
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan,1994), hlm. 367
92
Nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Khalid At
Thabari, ada pula yang mengatakan Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin
Ghalib At Thabari. dilahirkan pada tahun 224 H dan wafat pada tahun 310 H.
93
Nasrullah, “Ahli Kitab Dalam Perdebatan: kajian Survei Beberapa Literatur Tafsir Al-
Qur’an”, hlm. 71, lihat pada Ibn Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran, (Beirut, Dar
al-kutub al-‘ilmiyyah, 1992), hlm.321
94
Nama lengkapnya adalah Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm bin Ghalib bin Khalaf bin
Ma’dan bin Sufyan bin Yazid. Lahir pada tahun 384 H bertepatan dengan tanggal 8 November 994
M di Cordova dan wafat pada bulan Sya’ban tanggal 28 tahun 456 H. Ketika berusia 72 tahun.
63
ahli kitab menurutnya, merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu
ahli dan kitab (mudhaf dan mudhaf ilaih) yang disandarkan satu sama lain
dalam pemberian makna. Kata kitab disandarkan pada kata ahl memberikan
makna yang tidak terpisah diantara keduanya. Kedua, golongan Yahudi dan
Nabi mereka. Ketiga, kelompok majusi sebagai ahli kitab didasari adanya
ahli kitab menurut Ibn Hazm yaitu golongan Yahudi, Nasrani dan majusi.95
ahli kitab sebagai kelompok yang telah keluar dari agama yang hanif dan
hukum, hudud dan ulama. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan dua ciri
ulama dan agama mereka yang telah keluar daripada agama yang lurus.97
suhuf sebagai bagian dari ahli kitab. Dia membagi ahli kitab menjadi dua
95
Mohd Faizal Abdul Khir, “Konsep Ahli Kitab Menurut Ibn Hazm dan al-Shahrastani”,
Jurnal Usuluddin, (Januari 2011), hlm. 21
96
Nama Lengkapnya Muḥammad bin ‘Abd al-Karīm bin Aḥmad bin Abī al-Qāsim bin Abī
Bakar.seorang tabi’in, satu dari tujuh fuqaha Madinah selain Said ibn al-Musayyab, Urwah ibn az-
Zubair, Abu Bakar ibn Abdurrahman al-Makhzuumi, Khaarijah ibn Zaid, Sulaiman ibn Yasaar,
dan Ubaidullah ibn Abdillah ibn Utbah. Beliau yang paling utama ilmunya pada zamannya, paling
tajam kecerdasan otaknya, dan paling bagus sifat wara’nya. . Lahir tahun 459 H dan Wafat pada
tahun 548 H.
97
Mohd Faizal Abdul Khir, “Konsep Ahli Kitab Menurut Ibn Hazm dan al-Shahrastani”,
hlm.22
64
Yahudi dan Nasrani dan kedua, golongan yang mempunyai kitab yang
seperti Taurat dan Injil manakala mirip kitab yaitu suhuf Ibrahim. Golongan
pada klasifikasi ahli kitab yang mana Shahrastani membagi ahli kitab
menjadi dua yaitu ahli kitab hakiki dan mirip kitab yang tidak disentuh oleh
Ibn Hazm. Menurut Ibn Hazm, Majusi merupakan bagian dari ahli kitab
dengannya yaitu Majusi dan Shabi’in, dua kelompok minoritas yang tidak
yang berinteraksi secara aktif dengan Nabi. Dalam interaksi itulah dua
98
Mohd Faizal Abdul Khir, “Konsep Ahli Kitab Menurut Ibn Hazm dan al-Shahrastani”,
hlm.23
99
lahir pada akhir 1321 H. tepatnya pada 29 Dzulhijjah 1321 H. atau bertepatan dengan
1903 M di Desa Shadegan, Provinsi Tibriz atau Tabriz (provinsi yang pernah dijadikan sebagai ibu
kota pada masa Dinasti Safawi) dan wafat pada meninggal dunia di Aban pada tanggal 18
Muharram 1412 H/ 1981 M.
65
kelompok tersebut, baik sendiri maupun bersamaan dideskripsikan dalam
al-Qur’an.100
mereka memiliki Nabi yaitu Zoroaster dan kitab suci Avastha, meskipun
mereka mengakui bahwa sejarah hidup dan kemunculan agama ini sangatlah
tidak jelas. Kitab mereka hilang ketika Iskandar zulkarnain menguasai Iran,
memiliki Nabi yang kemudian Nabi tersebut mereka bunuh dan mereka juga
mereka hanya mempercayai adanya dua penguasa dan pengatur alam raya,
pengatur kebaikan dan kejahatan yakni Tuhan cahaya yang bernama Yazdan
dan Tuhan gelap yang bernama Ahriman. Mereka mensucikan para malaikat
apa yang dilakukan oleh para penyembah berhala. Mereka juga mensucikan
rumah api di pusat-pusat agama mereka, seperti di Iran, Cina dan India.102
100
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Mu’assasah al-
‘A’alamy lil Mathbu’at, 1991), Vol.XVI, hlm.142
101
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. XIV, hlm.359
102
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. XIV, hlm.359
66
Haraniyah dan menurut salah satu pendapat mengatakan bahwa kaum
Shabi’in adalah Hadan Ibn Terah yang berarti saudara Ibrahim. Mengutip
mereka memiliki kitab suci yang dinisbahkan kepada Yahya dan Zakaria.103
menurutnya ahli kitab adalah kelompok atau golongan yang mana di dalam
konteks ayat dan sejarah, maka yang lazim disebut sebagai ahli kitab adalah
Yahudi dan Nasrani. Kedua agama inilah yang menamakan dirinya sebagai
berkitab).104 Yahudi dan Nasrani berasal dari satu sumber yaitu keluarga
103
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. XIV, hlm.359
104
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. III, hlm.300
67
Israel yang kepada mereka diutuslah Musa dan Isa, meskipun pada akhirnya
membunuh Nabi mereka dan menyimpang dari ajaran agama yang lurus
Diskursus ahli kitab tidak hanya berhenti pada ulama salaf seperti
apa yang telah dijelaskan. Namun hal ini berlanjut pada pemaham ahli kitab
ahli kitab tidak hanya terbatas pada dua kelompok tersebut, akan tetapi
mencakup semua pemeluk agama yang kitab sucinya dianggap berasal dari
yang mendefinisikan ahli kitab adalah orang Yahudi dan Nasrani yang juga
105
W. Mountgomery Watt, Bell’s Introduction to the Qur’an, (Edinburgh: Edinburgh
University Press,1970), hlm.157-158
106
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Beirut: Ma’rifah,t.t), hlm.188-
190
68
Muslim, yang telah menerima wahyu. Namun dalam al-Qur’an
mendefinisikan hal yang berbeda mengenai ahli kitab. Orang Yahudi dan
beberapa pemikir Muslim yang juga mendefinisikan ahli kitab akan tetapi
dalam hal ini penulis hanya menjelaskan kedua tokoh tersebut. Nuruddin
mana Nabi Ibrahim sendiri memeluk agama yang lurus. Kelompok Yahudi
107
Mohammad Arkoun, “Pemikiran tentang Wahyu Dari Ahli Kitab sampai Masyarakat
Kitab”, Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu dan Kebudayaan, (no.2, Vol.IV, 1993), hlm.47
108
Nama lengkapnya Nuruddin Muhammad ibn ‘Ali ibn Hasanji ibn Muhammad Hamid al-
Quraishi al- Shafi‘i al-Asy‘ary Al-’Aydarusi ar-Raniri.
69
anak Allah dan Samariyyah merupakan sebutan bagi para penyembah
yaitu Malkan, Nastur dan Mar ya’qub. Ada pula yang mengungkapkan
menjelaskan bahwa ahli kitab adalah Yahudi dan Nasrani dimanapun dan
kepada dua golongan saja. Maka dari itu Quraish Shihab berpendapat tidak
ada golongan kecuali Yahudi dan Nasrani yang termasuk ahli kitab.111
109
Ar-Raniri, Tibyan fi Ma ‘ rifat al - Adyan (Banda Aceh: PeNa, 2010), hlm. 58.
110
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan,1994), hlm. 367
111
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
hlm. 368
70
Yahudi dan Nasrani yang masuk dalam golongan ahli kitab, akan tetapi ada
ahli kitab. Dalam hal ini, cakupan kelompok yang termasuk ahli kitab secara
al-Qur’an.
agama lain. kalimatun sawa seharusnya dibangun atas dasar keimanan yang
benar yaitu tauhid (keesaan Tuhan). Tanpa adanya dasar keimanan maka
sawa teah dimulai sejak masa Nabi Muhammad ketika berhijrah ke Madinah
harmonis. Secara historis, Islam bertemu dengan Yahudi dan Nasrani sejak
112
Waryono Abdul Ghafur, Persaudaraan Agama-Agama, (Bandung: Mizan, 2016), hlm.191
71
juga bertemu dengan Zoroaster dan Shabi’ah. Pada masa itu Yahudi
Mekah untuk mengikuti agama mereka. Maka dari itu, sebelum Islam
syahadat universal bagi siapapun yang mengaku ahli waris millah Ibrahim,
terbagi menjadi tiga sikap yaitu beriman, Syirik dan Kafi, atau secara umum
ahli kitab secara kritis, sementara yang 4 ayat sisanya memandang ahli kitab
ini secara apresiatif dan simpatik. Ayat-ayat yang memandang ahli kitab
kitab secara positif dan apresiatif hanya terdapat dalam satu surat saja yakni
113
Nafis Irkhami, Keselamatan Bagi Ahlul Kitab? Menelusuri Pemahaman Al Maraghi,
(Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2006), hlm.48
72
Surat Ali Imran, ayat 64, 110, 113, dan 199. Dari uraian tersebut, logis jika
mayoritas pemikir Muslim menyatakan bahwa ahli kitab adalah Yahudi dan
Shabi’in sebagai ahli kitab.114 Hal ini tidak menjadi problem jika hanya
lain.
mempunyai makna tersendiri. Salah satu ayat ahli kitab yang termasuk
baik dengan ahli kitab yang berada di Mekah agar Islam menjadi agama
bahwa semua ayatnya turun sebelum hijrah ke Madinah, atau dengan kata
114
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, (Malang: UIN Maliki-
Press,2012,cet.II), hlm.12
115
QS 2:105, 109; QS 98: 1,6. QS 3:65,59,70,71,72,75,98,99; QS 57:29; QS 4: 153,159,171;
QS 59:2,11; QS 33:26;. QS 5:15, 19,59,65,68,77; dan QS 29:46 Makiyyah ketiga. Lihat lebih
jelasnya pada Theodor Noldeke, Tarikh Qur’an, terj. Farid Yarisy Syafali, (New York: Dar Nasyr,
2000), hlm. XXXVI
73
lain Surah ini Makiyyah.116 Kemudian dilanjutkan pada periode Madinah
dan keburukan orang-orang Yahudi yang hidup pada masa turunnya al-
Muslim percaya pada ahli kitab. Dalam ayat QS 2: 109, ayat ini menyatakan
116
M. Quraish Shihab, Tafzir Al Misbah, Vol. 10, hlm. 3
117
M. Quraish Shihab, Tafzir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol.1), hlm. 344
118
M. Quraish Shihab, Tafzir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol.1), hlm. 351-352
74
bermohon kepada Allah: “Wahai Tuhan! Menangkanlah kami atas musuh-
musuh kami, demi Nabi yang kami nantikan datang, kami akan menyambut
“Seorang Nabi akan Ku bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka
seperti engkau ini. aku akan mernaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia
pertanyaan berikut dari Isa yaitu “Aku akan meminta kepada Bapa dan Dia
agama yang selama ini kami percayai jika Nabi yang dijanjikan ini datang
Nasrani yang mengikuti Nabi Isa telah tenggelam dalam pengkultusan Nabi
75
berlarut bahkan meningkat kesesatannya justru telah datangnya bukti yang
nyata.119
QS 3: 64, ayat ini sebagai salah satu ayat yang menilai ahli kitab
secara positif. Dalam tafsir al- Mizan karya Thaba’thaba’i kata As-sawa’
sifat untuk menunjukkan sesuatu yang kedua sisinya sama. Yang lazim
Dikatakan bahwa “kata yang lazim” merujuk kepada apa yang al-Qur’an,
Taurat dan Injil yang pada umumnya serukan dengan satu suara dan itu
adalah Tauhid. Jika propoorsisi, ide atau indikasi ini benar maka, maka kata-
kata berikutnya “bahwa kita tidak akan menyembah kecuali Allah...” akan
berfungsi sebagai penjelasan yang akurat tentang kata yang lazim antara
Muslim dan ahli kitab, itu mengajak ahli kitab untuk meninggalkan
mereka dan uskup-uskup mereka.120 Hal ini menjelaskan bahwa antara ahli
keesaan Tuhan, yang pada intinya ahli kitab dan Muslim mempunyai Tuhan
yang satu. Inilah apa yang dikatakan oleh ayat ini bahwa kita tidak akan
menyembah dan beribadah kepada apa dan siapapun kecuali kepada Allah.
119
M. Quraish Shihab, Tafzir Al Misbah, Vol. 15, hlm. 520
120
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. VI, hlm.137
76
Hal ini senada dengan kutipan Allah pada ucapan Yusuf dalam QS Yusuf :
39-40,
bahwa Tuhan hanya satu yaitu Allah dan perintah menyembah tidak dimulai
Allah, adalah dari kami, sebuah klaim yang kiranya disanggah oleh kaum
121
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. VI, hlm.140
77
adalah seorang Nasrani. Namun demikian fakta yang termasyhur
pewahyuan Taurat dan Injil, dan kitab-kitab ini diturunkan jauh setelah Nabi
yang dapat dikatakan sebenanrya Ibrahim adalah hamba yang patuh kepada
Dari ayat-ayat ahli kitab dalam surah Ali Imran dapat disimpulkan
bahwa golongan ahli kitab adalah Yahudi dan Nasrani meskipun dalam
sebuah hadis menempatkan kaum Zoroastian sebagai ahli kitab (dalam arti
bahwa mereka mempunyai kitab khusus mereka sendiri dan memiliki salah
satu kitab yang disebutkan oleh al-Qur’an. Tetapi dalam hal ini, al-Qur’an
tidak merujuk kepada mereka dan juga tidak menyebut kitab mereka.
Avastha yang mereka miliki tidak disebutkan dalam al-Qur’an sama sekali
dan mereka tidak mengakui kitab lain. Maka dari itu ketika al-Qur’an
perihal ahli kitab yang menginginkan diturunkannya kitab suci yang serupa
dengan kitab yang diturunkan kepada Musa. Seperti apa yang dijelaskan
dari asbaab an Nuzulnya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Muhammad bin
122
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. VI, hlm.146, lihat
juga Aksin Wijaya, Sejarah KeNabian Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah,
(Bandung, Mizan, 2016), hlm.434
123
Muhammad Husein Thabathaba’i, Al Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Vol. VI, hlm.251
78
Ka’ab Al Qurazhi bahwasanya ia berkata, “beberapa orang dari agama
lembaran yang sama dengan Nabi Musa. Ayat 171, Allah masih
memberikan larangan secara tegas kepada ahli kitab agar mereka tidak
mempercayai adanya Tuhan yang tiga (Trinitas) dan percaya bahwa Isa
bahwa Allah telah mengutus seorang Rasul untuk menjelaskan isi Al Kitab
Dalam beberapa ayat mengenai ahli kitab yang telah tersusun secara
Mekah dan Madinah. Menurut Surah yang diturunkan di Mekah, jika ada
sebuah perdebatan di antara Muslim dan ahli kitab maka ajaklah mereka
untuk berdebat dengan cara yang paling baik. Hal ini bertujuan untuk
124
Lihat QS. 5: 15 dan 19
79
dilakukan oleh umat Yahudi maupun Nasrani. Berbeda dengan hal tersebut,
ahli kitab yaitu Surah Ali Imran. Salah satunya ayat 113:
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di
malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang) (113). Mereka
beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada
yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang
saleh (114) Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali
mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya; dan Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang bertakwa (115).
monolitik. Terdapat dua varian tentang ahli kitab yakni ahli kitab yang
konsisten dan ahli kitab yang tidak konsisten. Ahli kitab sebagaimana
predikat penting terkait kelompok ahli kitab yang konsisten yaitu iman,
al-mustaqim, dan kelompok para Nabi, orang-orang yang jujur dan para
Syuhada’. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al Fatihah: (6-7) dan QS
An-Nisa’: 69.125
125
Waryono Abdul ghafur, Persaudaraan Agama-Agama, hlm.191
80
Contoh sikap konsisten didapatkan pada Abdullah bin salam126.
didapatkan pada seorang Negus. Raja Ethiopia yang shalih ini sebelum
oleh Ja’far bin Abi Thalib. Setelah dikethuinya common platform antara
Islam dan Nasrani sebagai agama wahyu, ia pun menerima dan melindungi
kaum muslimin dan bahkan menurut Ibnu Katsir, Abdullah Ibn Salam
dan Taurat sebagaimana yang diturunkan kepada Musa dan Isa maka ia akan
mendapat anugerah Allah yang banyak. Hal ini pararel dengan pernyataan
126
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, (Malang: UIN Maliki-
Press,2012,cet.II), hlm.14, hlm.191, lihat juga pada Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm. 207,
lihat Waryono Abdul Ghafur, Persaudaraan Agama-Agama, hlm.191
127
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, hlm.14.
81
muqtashidah, yakni umat yang adil dalam persoalan agama dan pasrah
kepada perintah Allah. Sebaliknya jika kedua kelompok tersebut dan kitab-
kitab lain yang pernah ada, maka mereka dianggap tidak berpegang kepada
Allah.128
kedua yaitu kelompok ahli kitab yang tidak konsisten. Ketika figur Abdullah
ibn Salam beriman dan masuk Islam, kalangan Yahudi menjadi lebih sengit
golongan mereka. Nabi terakhir itu semula diperkirakan dari bangsa Israel,
namun ternyata berasal dari bangsa Arab yang telah lama menjadi seteru
adalah mengkorupsi kitab suci, menyimpang dari ajaran tauhid yang lurus
ayat ini menjelaskan bahwa adanya pemalsuan kitab yang dilakukan oleh
mufasir klasik Jamal al-Din al-Qasimi, Ibn Katsir dan Ibn Jarir al-Tabari
128
Waryono Abdul Ghafur, Persaudaraan Agama-Agama, hlm.192
129
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, hlm.14
82
menjelaskan makna “yuharrifunahu” dengan mereka menukar makna dan
QS 2:42 “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu
mengetahui.” Ayat ini diulang dengan redaksi yang hampir sama dalam QS
kepada Bani Israel sementara yang kedua kepada ahli kitab. Ketika
menafsirkan hal ini Rasyid Rida menjelaskan bahwa kitab suci ahli kitab
seorang Nabi dari keturunan Ismail. Tetapi, Para Pendeta dan pemimpin
palsu.131
kitab juga banyak dikaji oleh pemikir Muslim. Sebenarnya, seluruh kitab
suci terdahulu telah menjelaskan akan datangnya utusan Tuhan yang dalam
130
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013), hlm. 172
131
Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm.206
83
Injil Yohane terdapat ayat “Paraclete” yang dipahami oleh orang Kristen
kabar baik kepada pengikutnya tentang Nabi yang akan datang setelahnya,
Paraclete.132
memulai tafsirnya dengan penafsiran ahli kitab yang keliru dari kata
orang-orang kafir secara umum dan orang Yahudi secara khusus, terkait
bangsa Arab, anak cucu Ismail, dan tidak ada ayat dalam kitab suci mereka
132
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, hlm.203
133
Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm.210
84
dengan cara menghilangkan deskripsi tentang Muhammad dan
kabar Muhammad memiliki aplikasi yang bersifat umum dalam arti bahwa
Maka dari itu kesalahan terbesar ahli kitab menurut al-Qur’an yaitu
dan menuhankan Yesus. Begitu pula Yahudi yang menyimpang dari ajaran
yang lurus.
134
Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm.210
135
Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm.211
85
BAB IV
dijelaskan dalam bab sebelumnya, terdapat tiga komponen yang harus diketahui.
sebelum pewahyuan dan ketiga, respon Qur’ani dari ayat-ayat al-Qur’an sebagai
jawaban atas problem yang terjadi. Setelah mengetahui hal tersebut, dengan
hanya sebagai alat atau metode-- dalam memahami term ahli kitab maka penulis
memetakan konsep ahli kitab dalam tiga periode yaitu ahli kitab masa sekarang,
muncul tentang ahli kitab. Apakah ahli kitab yang didefinisikan oleh
136
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, hlm.19
86
Pendapat ini banyak mengalami perubahan dan terutama berpendapat
bahwa Yesus adalah Tuhan. Sebuah dogma yang secara ditolak oleh
demikian, pendapat kedua ini tampaknya juga lebih sulit diterima. Hal
ini dikarenakan jika satu saja terdapat ahli kitab yang sama dengan
Islam.
137
Umi Sumbulah, Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis, hlm.19
87
masih bisa dipertanggungjawabkan validitasnya?138 Untuk menjawab
seluruh isi Taurat telah diubah dan Taurat yang ada sekarang tidaklah
sakral sama sekali dan sebagian yang lain mengatakan bahwa yang
bahwa beberapa orang Islam berargumen bahwa saat ini tidak ada teks
138
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, hlm.174
139
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, hlm.175
140
Dalam pembagian Surah al-Qur’an menurut Noldeke, Surah Shaf termasuk Surah
Madaniyyah.
88
mengkritik hal tersebut, akan tetapi umat Nasrani tetap percaya
Trinitas Nasrani.
141
QS 4:171
142
QS 5:73
143
QS 5:116
89
Sejumlah ulama Muslim polemis sering mengutip ayat di
“Tuhan adalah satu dari yang tiga” (QS 5:73) biasanya dijadikan
adalah doktrin heterik, dan orang kristen ortodoks sepakat atas hal
benar Tuhan (yang qadim dan azali). Yang pertama, yakni trinitas,
tetap merupakan tauhid, yakni tiga dalam satu (unitas), (yakni yang
144
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, hlm.297-298
90
sebagai tsalitsu tsalatsah (salah satu dari yang tiga), pernyataan ini
tidaklah dipahami bahwa Allah itu tiga. Sebaliknya, Allah itu Esa
sendiri, kutip al-Ghazali, “Allah itu Esa secara jauhar dan tiga
tentang Trinitas daripada yang kita pahami saat ini, jadi itu sama
agama yang ada berasal dari Tuhan dan Nasrani tidak mempercayai
145
Haidar Bagir, Islam Tuhan Islam Manusia, (Bandung: Mizan, 2017), 206-207
146
Mun’im Sirry, Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin, hlm.297-298
91
2. Ahli Kitab Masa Pra-Islam
keagamaannya.147
sebelum masa Islam. Opini ini secara tajam terbagi menjadi dua
147
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al Quran, (Bandung: Mizan, 2017), hlm.219
92
secara umum telah ada di lingkungan Arabia, khusunya di Mekah
ada sejumlah besar populasi Yahudi atau Kristen. Bell dan Watt
Torrey adalah bahwa kita tahu dengan baik apa terjadi pada
kedua kubu ini. Solusi memuaskan atas masalah ini juga akan
Mekah vis a vis “ahli kitab” dan kaum Musyrik Mekkah, yang
148
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al Quran, hlm. 220
93
Qur’an.149 Menurut al-Shahrastani, ia membedakan ahli kitab dan
menyetujui akan adanya ahli kitab yang hidup di Mekah. Ahli kitab
dan sikap mereka terhadap nabi Musa, Isa dan Maryam. Kaum
Yahudi berasal dari keturunan Nabi Ibrahim dari anak cucunya yang
bernama Ya’qub bin Ishak. Ishak adalah anak Ibrahim. Israil adalah
149
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al Quran, hlm. 220
150
Al-Shahrastani, Al Milal Wa Al Nihal, hlm.247
151
Al-Shahrastani, Al Milal Wa Al Nihal, hlm.247
152
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm.421
94
Nabi Musa membawa mereka keluar dari Mesir
mengetahuinya.154
dakwah Nabi sejak periode Mekah bukan oleh Yahudi dan Nasrani
153
Lihat QS (2): 40, 83, 211 dan QS (3): 93
154
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al Quran, hlm. 220
95
orang-orang pagan tidak kurang monoteisnya dibanding mereka
Nabi Muhammad.
155
Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, hlm.247, lihat lebih jelasnya pada Patricia Crome,
“The Religion of the Qur’anic Pagans: God and the Lesser Deities,” Arabica 57 (2010), hlm. 151-
200
156
Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 2017), hlm.198
96
berbeda selama perbincangan yang panjang dan sengit antara orang
Mekah dan Nabi Muhammad SAW, sungguh sulit untuk secara utuh
leluhur mereka yang tak lain adalah politeisme itu, tetapi juga
belas kasihan.158
157
Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 2017), hlm.198
158
Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie, (Bandung: Mizan, 2017), hlm.9
97
Seiring dengan perjuangan yang bergulir, ajaran Nabi perlahan
sikap orang Mekah yang di luar kendalinya dan dorongan kuat untuk
mentah.159
apresiatif dan tidak ada tanda-tanda kekerasan baik dari ahli kitab
Muddatstsir: 31)160
159
Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie, hlm.12
160
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 382
98
Kesamaannya meliputi beberapa hal, misalnya al-Qur’an
sumber antara kitab suci al-Qur’an dengan kitab suci ahli kitab
artinya sama sekali selama kaum ahli kitab yang mempunyai kitab
161
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 385
99
sombong, terkadang melakukan tuduhan palsu, bahkan zalim
mayoritas di sana.163
sikap mereka di masa lalu pada zaman Nabi Musa dan sesudahnya,
mereka terhadap perintah Allah dan para nabi dan rendahnya akhlak
162
QS. Al-Ankabut: 46-47
163
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 387
164
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 385
100
Nabi menginginkan risalahnya dapat ditegakkan sepenuhnya
dan memang begitulah dia bisa menjadi risalah yang sejati, karena
itu wajar jika Nabi tidak melewatkan kesempatan yang tersedia demi
setia, namun jelas setelah tiga belas tahun penyiaran dan perjuangan
165
Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie, hlm. 13
101
perhatian Nabi kepada kaum Pagan Arab di Mekah,166 sebagaimana
Yahudi yang kecil, yakni suku Auz dan Khazraj. Mereka merupakan
Yahudi dari suku Auz dan Khazraj menjadi warga kelas dua. Mereka
mereka menjadi pekerja bagi kaum Yahudi Bani Israil. Sering terjadi
166
Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie, hlm. 12
167
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 422.
102
Muhammad ke sana. Konflik terjadi baik antara kelompok besar
Arab.168
168
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 422.
103
kewajiban mereka, termasuk hak beragama, yang dalam sejarah
agama mereka agar bisa masuk surga. Tidak hanya sebatas itu,
besar, dan tersebar di berbagai ayat dan surah, terutama surah al-
169
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 422-425.
170
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 425.
104
banyaknya masyarakat Yahudi di Madinah, perhatian besar al-
banyak sisi yang bisa dikaji dari al-Qur'an tentang sepak terjang
signifikansinya.172
171
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 425-426.
172
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 426-427.
105
Pertama, sikap mereka terhadap dakwah kenabian
173
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 427.
106
hubungan antara anak-anak dan bapak-bapak mereka, Sikap mereka
174
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 427.
175
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 431-432.
107
agama para nabi dan anak-anak mereka adalah Yahudi. Mereka
(QS At-taubah:30).176
176
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 432-433.
108
agar kita beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
Imron: 79-80).177
dari Bani Israil, tidak dari yang lain. Al-Qur'an menyanggah klaim
berasal dari Arab yang ummi dan menjadi penerus agama nenek
109).178
177
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 434-435.
178
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 435-436.
109
kenabian Muhammad adalah Ka'bah. Ka’bah merupakan tempat suci
sekitar Ka’bah. Sebagai agama baru yang lahir dari Mekah, tempat
179
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 436-437.
110
al-Masih dengan menyebut mereka sebagai orang kafir (Al-
30-31) berbicara tentang akidah mereka bahwa Isa adalah anak Allah
Nasrani zaman Nabi bukan yang lain dan yang meyakini keilahian
Isa, bukan yang lain. kaum Nasrani yang mengatakan keilahian Isa
yang benar yakni ajaran kitab suci yang dibawa Nabi Muhammad.180
mereka maka dianggap kafir dan begitu juga dengan Yahudi (QS
at-Taubah: 30).
180
Aksin Wijaya, Sejarah Kenabian: Dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah, hlm. 455
111
“ Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah"
dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati
Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling.”
juga dengan ahli kitab yang mana dapat terbagi dalam teologis dan
historis. Maksud dari teologis yaitu apa yang mereka yakini dalam
diri mereka hingga saat ini. Menurutnya, jika agama non Islam
masing
181
Keterangan ini didapatkan dari Mun’im Sirry pada Public Lecture Islam Revisionis
tanggal 22 Maret 2018
112
B. Skema Double Movement dalam Memahami ahli kitab
113
yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab
titik temunya.
ini didasarkan pada dua asumsi yaitu pertama, hanya musyrik Arab yang
sudah tidak ada. Kedua, seluruh agama dan aliran kepercayaan yang ada
saat ini merupakan agama samawi dan penganutnya disebut ahli kitab.
kerukunan antar umat beragama.182 Apa yang telah diusulkan oleh Yayasan
Wakaf Paramadina tersebut, sejalan dengan apa yang telah ditemukan oleh
182
Iffah Muzammil, “ Telaah Gagasan Paramadina Tentang Pernikahan Beda Agama” ,
Islamica, (Vol.10, No.2, Maret 2016), hlm. 417
114
secara historis, Yahudi meyakini bahwa Uzair adalah anak Tuhan dan
Nasrani berkeyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan mereka sudah sejak awal
agama lain yang berskala besar kecuali Yahudi dan Nasrani, maka akan
menjadi hal yang kurang wajar ketika nama-nama agama lain dimunculkan
dalam al-Qur’an.
akan muncul “apakah ahli kitab hanya terbatas kepada Yahudi dan
Nasrani?”. Hal ini masih menjadi perdebatan antar ulama dan para pemikir
definisi ahli kitab bahwa semua komunitas yang mempercayai kitab suci
dianggap sebagai ahli kitab. Maka di Indonesia, ahli kitab mencakup semua
115
Dengan double movement Fazlur Rahman maka akan ditemukan
ideal moral (tujuan dasar moral yang dipesankan oleh al-Qur’an) dari
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ditemukan dua analisa yaitu legal spesifik dan ideal moral. Legal
117
dan ideal moral adalah tujuan dasar moral yang dipesankan al-
sedang terjadi.
yaitu ahli kitab masa sekarang, ahli kitab pra-Islam dan ahli kitab
118
ayat tersebut bahwa ahli kitab masih ada sampai sekarang.
menjadi sebuah jawaban bahwa pada masa ini masih ada ahli
B. Saran
119
hermeneutika double movement (gerakan ganda), telah menjadi bukti
al-Qur’an, karya ini hanyalah sebagian kecil atas pengembangan studi al-
lapangan penelitian yang tidak pernah kering dan berakhir. Maka dari itu,
pemikiran intelektual Muslim Fazlur Rahman dalam metode baru tafsir al-
120
DAFTAR PUSTAKA
Fikr,t.t.
Amal, Taufik Adnan. 1996. Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas
Andi Eka Putra.2016. Konsep Ahlil al-Kitab dalam Al Quran Menurut Penafsiran
Arkoun, Mohammad. 1993. Pemikiran tentang Wahyu Dari Ahli Kitab sampai
IV(2): 47
Ath-Thabari, Ibn Jarir. 1992. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran. Beirut, Dar al-
kutub al-‘ilmiyyah.
Paul.
Yogyakarta:Kalimedia
121
Gadamer, Hans Gorge. 2004. Truth and Method, terj. Ahmad Sahidah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta:Prisma.
Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Maqayis al-Lughoh. Dar Fikr,t.t.
Dar Amaar)
Jakarta:TERAJU.
Khir, Mohd Faizal Abdul. 2011. Konsep Ahli Kitab Menurut Ibn Hazm dan al-
Muttaqin, Labib. 2013. Aplikasi Teori Double Movement Fazlur Rahman Terhadap
122
Muwafiq, Sudarto. 2015. Hermeneutika Al Quran: Kritik Atas Pemikiran Nasr
Nasrullah. 2015. Ahli Kitab Dalam Perdebatan: kajian Survei Beberapa Literatur
Qadafy, Mu’amar Zayn. 2015. Buku Pintar Sababun Nuzul Dari Makro Hingga
Ushuluddin. 24(2).
123
Richard E Palmer. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj.
Inklusif Nasr Hamid Abu Zayd. Proceeding The 2nd BUAF 17-20 Juli.
Banjarmasin:UIN Antasari.
Sirry, Mun’im. 2013. Polemik kitab Suci, terj. Cecep Lukman Yasin. Jakarta:
Sodiqin, Ali. 2008. Antropologi al-Qur’an; Model Dialektika Wahyu dan Realitas.
Yogyakarta:ar-Ruzz Media.
Komunikasi.7(1):7
Sumbulah, Umi. 2012. Islam & Ahli Kitab Perspektif Hadis. Malang: UIN Maliki-
Press.
124
Syamrudin. Hermeneutika Fazlur Rahman. Miqot.XXXV(2): 279
Wacana Yogya,
SUKA.
125
Watt, W. Mountgomery. 1970. Bell’s Introduction to the Qur’an. Edinburgh:
Zayd, Nasr Hamid Abu. 2003. Al-Qur’an, Hermeneutika dan kekuasaan, terj. Dede
Iswadi. Bandung:RqiS.
Zayd, Nasr Hamid Abu. 2004. Isykaliyat al-Qira’ah wa Aliyyat at-Ta’wil. terj.
126
CURRICULUM VITAE
Identitas Diri
127
Pengalaman Organisasi
Pengalaman Akademik
1. Peserta dan Peneliti Junior dalam “Live in Ahmadiyah 2016” dengan tema
“Mengenal Dekat Komunitas Ahmadiyah” 05-07 Agustus 2016, Manislor,
Kuningan, Jawa Barat
2. Peserta Live in Lintas Agama dengan tema “ Belajar Bersama Live in
dengan Masyarakat Multi Agama” 7 Februari 2016, Tekhelan, Getasan.
3. Peserta International Conference on “New Trend in Qur’anic Studies” yang
diselenggarakan oleh International Qur’anic studies Association (IQSA)
dan UIN Yogyakarta Tahun 2015
4. Peserta Workshop bersama Universitas Molbourne dan UIN Sunan Kalijaga
Karya Tulis
Judul Keterangan
1. Membumikan Teologi Jurnal Fikrah Vol. 5, No.2 (2017)
Transformatif Penyetaraan
Sosial Umat Journal.stainkudus.ac.id/index.php/Fikrah
2. Analisis Living Hadist Dibukukan oleh LPM Dinamika IAIN
Terhadap Tradisi Dzikir Fida’ Surakarta
(Studi Kasus di Dusun Gumuk,
Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang)
3. Contextual Interpretations of Proceeding The 2nd BUAF Juli 2017
the Quran; Telaah
128
Hermeneutika Inklusif Nasr
Hamid Abu Zayd
129