selama 6 bulan atau lebih menunjukkan adanya infeksi hepatitis B kronik.

HBsAg negatif
dengan HBV DNA yang terdeteksi menandakan infeksi tersembunyi. HBsAg positif dapat
bersifat sementara, yaitu 18 hari setelah vaksinasi dan 52 hari pada pasien hemodialisis. Anti-
Hbc (IgM dan IgG) terdeteksi 1–2 minggu setelah HBsAg positif, IgM anti-Hbc umumnya
tidak terdeteksi setelah 6 bulan, dan IgG anti-Hbc menetap jangka panjang atau seumur
hidup. HbeAg menandakan virus aktif bereplikasi dan berkorelasi dengan tingginya HBV
DNA. Anti-Hbe menandakan virus tidak bereplikasi, HbeAg dapat positif kembali, apabila
virus kembali aktif. Anti-Hbc positif menandakan infeksi sebelumnya atau sedang
terinfeksi akut

Saat ini, belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkan infeksi HBV. Tujuan pengobatan
CHB adalah untuk mengurangi kerusakan histologis patosit dengan mencapai penekanan
replikasi virus yang berkelanjutan dan, dengan demikian, untuk mencegah perkembangan
menjadi sirosis, penyakit hati stadium akhir, kanker hati, dan kemungkinan kematian. Saat
ini, strategi yang paling efektif untuk mengurangi penyakit dan kematian terkait HBV adalah
melalui pencegahannya dengan imunisasi. Imunisasi bayi baru lahir dan masa kanak-kanak
telah mengurangi penularan secara signifikan; namun, jika tersedia, program imunisasi hanya
ada beberapa dekade. Dengan demikian, efek perlindungan imunisasi pada beban global
HBV akan dikenali hanya pada waktunya.

ter Borg et al, mempelajari perjalanan penyakit hati pada 38 kehamilan positif HBV sebelum,
selama dan setelah melahirkan. Pada 13 kehamilan, terapi antivirus dengan lamivudine
dimulai selama trimester terakhir kehamilan karena viremia yang tinggi untuk mengurangi
risiko penularan dari ibu ke anak (lihat nanti) dan dihentikan segera setelah melahirkan.
Empat puluh lima persen wanita yang tidak diobati mengalami flare (didefinisikan sebagai
peningkatan ALT tiga kali lipat) dalam 6 bulan setelah melahirkan, dibandingkan dengan
62% wanita yang menerima lamivudine. Tidak ada dekompensasi klinis yang terjadi pada
wanita ini. Namun, penulis merekomendasikan pemantauan ketat dan, jika perlu, memberikan
pengobatan kepada wanita dengan HBV kronis segera setelah melahirkan.

talak
FDA mengklasifikasikan obat dalam lima kategori (A, B, C, D dan X) menurut kemungkinan
efek teratogeniknya pada model manusia atau hewan. 5 analog nukleos oral

untuk pengobatan HBV diklasifikasikan sebagai agen kategori B atau kategori C. Obat
kategori C, yaitu lamivudine, adefovir dan entecavir, adalah obat yang memberikan efek
teratogenik atau embriosidal pada hewan dan tidak ada penelitian terkontrol pada manusia.
Lamivudine sangat beracun pada kelinci dengan paparan trimester pertama; Namun, karena
ini adalah agen oral pertama yang disetujui untuk pengobatan HBV, pengalaman klinis yang
luas menunjukkan kurangnya efek teratogenetik pada manusia

Obat kategori B, yaitu telbivudine dan tenofovir, adalah obat yang, menurut hasil penelitian
pada hewan, tidak membawa risiko teratogenik atau embriogenik dan yang belum ada
penelitian pada manusia yang terkontrol atau yang penelitian pada hewan mungkin
menunjukkan risiko tetapi penelitian pada manusia terkontrol membantah temuan ini.
Tenofovir memiliki kekuatan dan penghalang genetik yang tinggi terhadap resistansi.
Telbivudine memiliki kekuatan yang tinggi, tetapi hambatan resistansi yang rendah

wanita dengan tingkat DNA HBV lebih dari 109 salinan / mL diberi 150 mg lamivudine
setiap hari selama bulan terakhir kehamilan: bayi menerima imunisasi pasif dan aktif dan
hanya satu yang terinfeksi

electrive caesarean section vs pervaginam  aman yang ECS

Pemeriksaan AFP atau alfa feto protein adalah tes darah yang berfungsi untuk mengukur

jumlah AFP dalam darah

Pemberian imunoprofilaksis untuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi, termasuk vaksin
hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir.
Vaksinasi rutin untuk semua bayi dengan seri vaksin hepatitis B, dengan dosis pertama
diberikan dalam waktu 24 jam setelah lahir