Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan

Keperawatan ini tentang tuberculosis

Selama menyusun makalah atau laporan pendahuluan dan askep ini, kami mendapat

banyak bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan kami

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu penyusunan

laporan pendahuluan dan askep ini.

Dalam menyusun laporan ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi

kami serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Amin-amin ya Robbal Alamin

Palembang, 07 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4

2.1 Definisi TBC......................................................................................4

2.2 Anatomi fisiologi TBC.......................................................................5

2.3 etiologi TBC.......................................................................................7

2.4 patofisiologi TBC...............................................................................8

2.5 manifestasi klinik TBC....................................................................11

2.6 pemeriksaan penunjang TBC...........................................................12

2.7 penatalaksanaan TBC.......................................................................12

BAB III PENUTUP........................................................................................22

3.1 Kesimpulan......................................................................................22

3.2 Saran.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa


kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakkan ras, agama, politik, yang dianut dan tingkat sosial ekonomi.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka salah satu upaya kesehatan
adalah peningkatan kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan perlu di selenggarakan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,yaitu keadan lingkungan yang bebas dari resiko
yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu meningkatkan
mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan
kesehatan.Pengendalian penyebab ,pembawa serta sumber penyakit perlu dilakukan untuk
terciptanya lingkungan yang sehat bagi segenap penduduk.
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Lingkungan fisik dapat
merugikan kesehatan meliputi udara yang berdebu, tanah yang tandus, iklim yang buruk,
perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta pembangunan sampah dan kotoran
yang tidak teratur. (Indan, 2015)
Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan individu dan masyarakat akibat
sanitasi lingkungan yang buruj pada saat ini adalah TB. Insiden yang terus meningkat menjadi
masalah kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui defisini TB
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi
c. Untuk mengetahui etiologi TBC
d. Untuk mengetahui patofisiologi TBC
e. Untuk mengetahui manifestasi klinik TBC
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang TBC
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan TBC

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TUBERCULOSIS


1. Pengertian

Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar
kuman Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu,
disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA)dan cepat mati jika terpapar
sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2015).

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-


paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini
ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara
dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi
(Priscilla, 2015)

Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya
mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di
tubuh. Biasanya bagian tengah granuloma tubercular mengalami microsis
perkijuan. Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosisbiasanya menimbulkan
hipersensitifitas tipe lambat, yang dapat dideteksi dengan uji tuberculin.
Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis,adalah batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet (Brahm, 2012).

2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi

Saluran pengantar udara hingga mencapai paru-paru adalahhidung,


faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika udaramasuk ke
dalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dilembabkandan
dihangatkan oleh mukosa respirasi, udara mengalir dari faringmenuju ke
laring, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawanyang
dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Trakeadisokong oleh
cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kudayang panjangnya
kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkusdianalogkan dengan
sebuah pohon oleh karena itu dinamakan Pohontrakeabronkial.

Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris, bronkuskanan lebih pendek
dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari

trakea yang arahnya hampir vertikal, sebaliknya bronkus kiri


lebihpanjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea
dengansudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan
kiribercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis,percabangan sampai kesil sampai akhirnya menjadi
bronkus terminalis. Setelah bronkus terminalis terdapat asinus yang
terdiri daribronkiolus respiratoriusyang terkadang memiliki kantng
udara ataualveolus,duktus alveoliseluruhnya dibatasi oleh alveolus
dansakusalveolaris terminalismerupakan struktur akhir paru. Alveolus
hanyamempunyai satu lapis sel saja yang diameternya lebih
kecildibandingkan diameter sel darah merah, dalam setiap paru-
paruterdapat sekitar 300 juta alveolus (Price dan Wilson,2006). Paru
adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkartoraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang
dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dindingsangkar
toraks dan dasarnya yaitu diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi
oleh membran halus, licin, yang meluas membungkus dinding anterior
toraks dan permukaan superior diafragma.Mediastinum adalah dinding
yang membagi rongga toraks menjadi duabagian, mediastinum terbentuk
dari dua lapisan pleura. Semua strukturtoraks kecuali paru-paru terletak
antara kedua lapisan pleura. Setiapparu dibagi menjadi lobus-lobus. Paru
kiri terdiri dari lobus bawah danatas, sementara paru kanan mempunyai
lobus atas, tengah, dan bawah.Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi
dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan
pleura. Terdapa tbeberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru.
Pertama adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada
paru kiri. Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari
10 padaparu kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian
dibagilagi menjadi subsegmental, bronkus ini dikelilingi oleh jaringan
ikatyang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus
segmentalmembentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak
mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga
dilapisi olehsel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut” pendek
yang disebut silia.Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu
bronkiolus terminalis, kemudian bronkus terminalis
menjadibronkusrespiratori, dari bronkiolus respiratori kemudian
mengarah ke dalamduktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli.
Paru terbentuk dari 300 juta alveoli, yang tersusun dalamkluster antara
15 – 20alveoli, begitu banyaknya alveoli sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi
yaitu seukuran lapangan tenis (Smeltzer dan Bare,2002).

B. Fisiologi

Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimanaoksigen


dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dankarbondioksida
dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjaditiga proses . Proses yang
pertama yaitu ventilasi, adalah masuknyacampuran gas-gas ke dalam dan ke
luar paru-paru. Proses kedua,transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antaralveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi
darah dalamsirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik
darioksigen dan karbondioksida dengan darah.a.VentilasiVentilasi adalah
pergerakan udara masuk dan keluar dariparu karena terdapat perbedaan
tekanan antara intrapulmonal(tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura)
dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara
akan masuk menuju keparu,disebut inspirasi.Bila tekanan intrapulmonal lebih
rendah dari tekanan atmosfir maka udara akanbergerak keluar dari paru ke
atmosfir disebut ekspirasi.Transportasi oksigenTahap kedua dari proses
pernafasan mencakup proses difusidi dalam paru terjadi karena perbedaan
konsentrasi gas yangterdapat di alveoli kapiler paru, oksigen mempunyai
konsentrasiyang tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru, sehingga
oksigenakan berdifusi darialveoli ke kapiler paru. Sebaliknya,karbondioksida
mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler parudibanding di alveoli,
sehingga karbondioksida akan berdifusi darikapiler paru ke alveoli.
Pengangkutan oksigen dan karbondioksidaoleh sistem peredaran dara, dari
paru ke jaringan dan sebaliknya,disebut transportasi dan pertukaran oksigen
dan karbondioksidadarah. Pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel
jaringandisebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intraselyang
terjadi di mitokondria, meliputi penggunaan oksigen danproduksi
karbondioksida selama pengambilan energi dari bahan-bahan nutrisi.c.Reaksi
kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengandarah. Respirasi sel
atau respirasi interna merupakan stadium akhirdari respirasi, yaitu saat dimana
metabolit dioksidasi untukmendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk
sebagai sampahproses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru

3. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2016), Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosisyang bisa menularkan dengan cara penderita
penyakit TB paru aktif mengeluarkan organisme. Individu yang rentan
menghirup droplet dan bisa terinfeksi. Bakteria ditransmisikan ke alveoli dan
dapat memperbannyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli
dan bronkopneumonia, granuloma,dan jaringan fibrosa. Menurut Muttaqin
Arif (2012), Ketika pasien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
tidak sengaja bisa tertular droplet nurkei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat
lainya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu panas, droplet atau nuklei
dapat menguap. Menguapnya droplet bakteri tuberculosis yang terkandung
dalam droplet nuklei terbang ke udara. Jika bakteri terhirup oleh orang sehat
maka orang itu berpotensi terkenan TB Paru.
Resiko tinggi yang tertular virus Tuberkulosis menurut Smeltzer & Bare (2016)
yaitu:
1. Mereka yang terlalu dekat kontak dengan pasien TB Paru yang
mempunyai TB Paru aktif.
2. Individu imunnosupresif (lansia, pasien dengan kanker, meraka yang
dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terkontaminasi oleh
HIV).
3. Mengunakan obat-obatan IV dan alkhoholik.
4. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma,
tahanan, etnik dan juga ras minoritas, terutama pada anak-anak di
bawah uiasa 15 tahun dan dewasa muda sekitar usia 15 sampai 44
tahun).
5. Gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, dan penyimpanan gizi)
6. Individu yang tinggal di daerah perumahan yang kumuh atau sub
stardar.7.Pekerjaan (tenangga kerja kesehehatan, terutama yang
melakukan aktivitas yang mempunyai resiko tinggi)

4. Patofisiologi

Menurut Somantri (2009), Terinfeksinya dari awal di karena


seseorang yang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
ini menyebar dari jalan napas menuju alveoli lalu berkembangbiak
dengan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosisjuga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru
(lobus atas). Basil juga bisa menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteksserebri) dan area
lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan daya tubuh
memberikan suatu respon dengan cara reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag melakukan aksi fagositosis(menelan bakteri),sementara
limfositspesifik-tuberkulosis menghancurkan dengan (melisiskan)
basil dan jaringannya normal. Infeksi dari awal biasanya timbul
sekitar 2-10 minggu setelah itu terpapar bakteri. Interaksi antara
Mycobacterium tuberculosisdan sistem kekebalan tubuh pada
penderita awalnya infeksi membentuk seuatu massa jaringan baru
yang disebut granuloma. Granuloma terbagi atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri
atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang bentuknya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan juga dapat membentuk jaringan
kolagen, kemuadian bakteri itu menjadi nonaktif. Setelah terinfeksi
awal jika respon sistemnya imun tidak adekuat maka penyakitnya
akan semakin parah. Penyakit semakin parah akan menimbulkan
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif lagi, Pada kasus ini, ghon tuberclemengalami
ulserasisehingga dapat menghasilkan necrotizing caseosadi
dalambronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh
dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian
meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk
tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkelepiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20
hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons
berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel
PATHWAY TBC
Mycobacterium Tuberculosis

Inhalasi Droplet

Saluran Pernafasan

Saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di bronkus paru-paru

Peradangan bronkus alveolus

Penumpukkan sekret
Alveolus mengalami
Konsolidasi dan eksudasi
penyebaran infeksi

Efektif tidak efektif anoreksimalase, mual Hipertermi


muntah
sekret tidak
keluar Defisit Nutrisi Gangguan Pertukaran Gas keletihan
sekret
keluar saat batuk
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif intoleransi aktivitas
batuk terus menerus

terhirup orang sehat

resiko penyebaran infeksi

5. Manifestasi Klinik
Menurut Kemenkes RI (2014), Gejala utama TB Paru adalah :
1. Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
2. Batuk biasanya diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah
3. sesak nafas
4. badan lemas
5. nafsu makan menurun
6. berat badan menurun
7. malaise
8. berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik
9. demam meriang lebih dari 1 bulan.
Menurut Tabrani Rab (2013), Gejala klinis yang tampak tergantung dari
tipe infeksinya.Pada tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan
sembuh sendiri atau dapat berupa gejala pneumonia, yakni batuk dan
panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat dalam bentuk
pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi,
yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi
primer dapat sembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat
kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala penurunan berat
badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk
berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari
terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga menyebabkan
bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah yang masif, TB
postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan
gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan
fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada
kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma. Menurut Brunner dan
Suddarth (2013), Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi antipikal
pada lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental,
demam, anoreksia, dan penurunan berat badan. Basil TB Paru dapat
bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaandorman
.

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis
adalah:
1. Sputum Culture
2. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
4. Chest X-ray
Menunjukkan adanya infiltrasilesi pada paru-paru bagian atas, timbunan
kalsium darilesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan
area fibrosa.
5. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel
besar yang mengindikasikan nekrosis
7. Elektrolith Bronkografii yaitu test fungsi paru-paru dan pemeriksaan
darah
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:

1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB


per hari dengan tujuanmendapatkan konversi sputum dengan cepat
(efek bakterisidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek
penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat

2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2


macam obat per hari atau secaraintermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhanpemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 –50 kg dan lebih dari 50 kg.Kemajuan
pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan,
nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain),
berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi
negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada
akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan
sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA
dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan.
Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu
berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan
foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk
perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.

b. Perawatan bagi penderita tuberkulosisPerawatan yang harus dilakukan


pada penderita tuberculosis adalah :

1. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini


adalah orang terdekat yaitu keluarga.

2. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk


bila diperlukan

3. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

4. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari


5. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada
bulan kedua, kelima dan enam

6. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan


pencahayaan ya

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dapat kami simoulkan bahwa insiden penderita Tuberculosis paru (TBC)


semakin meningkat pertahunnya. Ada beberapa sebab yang berhubungan
dengan peningkatan penderita tuberculosis paru antara lain minimnya
kesadaran masyarakat dalam melakukan suspek sputum, kurangnya
pengetahuan/ informasi pada masyarakat tentang penularan Tuberculosis
paru, kelalaian dalam berobat sehingga sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan perhatian khusus pada masyarakat yang terpapar dengan
micobacterium tuberculosis sehingga penderita TB dapat diminimalisir
jumlah penderitanya.
2. Saran

Saran kami sebagai penulis kepada seluruh pembaca agar dapat memahami
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari
TB. Kritik sarannya sangat kami harapkan yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.

Andra F.S & Yessie M.P. 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.
Nuha Medika

Ardiansyah, M. 2015. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva


PressDepkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis.
Jakarta. Widya Medika

Diagnosa SDKI,SLKI,SIKI. 2018. Diagnosa Keperawatan, luaran, intervensi.


DPP PPNI Pusat
jojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi 1.
Jakarta:EGC pp.136-143.

Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :


Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair –RSUD Dr. Soetomo.

Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010. Tuberkolosis


Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR –RSUD Dr. Soetomo.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana
Ilmu Popule

Anda mungkin juga menyukai