Anda di halaman 1dari 20

MODEL PENDIDIKAN

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Komunikasi Multikultural

DOSEN :
Dr. H. Baharuddin, M.Ag

DISUSUN OLEH :
Muhammad Arpin, S.Ag
NIM : 80800221010

PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadhirat Allah S.W.T. yang atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya tulisan ini selesai disusun dengan baik. Shalawat
teriring salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad
S.A.W. yang diutus sebagai teladan dan rahmat bagi sekalian alam. Tulisan
ini berjudul “Model Pendidikan Masyarakat Multikultural”, disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah KomunikasiMultikultural.
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat arahan dan bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu penulis sampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada
mereka semua yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Terutama kepada dosen pembina mata kuliah
Komunikasi Multikultural Dr. H. Baharuddin, M.Ag
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat Penulis
harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan penghulu
di masa mendatang.

Penyusun

Muhammad Arpin, S.Ag

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Kegunaan .................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pendidikan Masyarakat Multikultural ......................... 3
B. Karakteristik Pendidikan Masyarakat Multikultural ................................. 7
C. Jenis-jenis Model Pendidikan Masyarakat Multikultural ......................... 9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Inplikasi Penelitian ................................................................................ 15
DAPTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia


agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan
manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam
dan lingkungan budayanya. Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari budaya
yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu mengasah
rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan
sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan
memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap
toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan
yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam
pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan
toleran terhadap budaya lain.
Pertautan antara Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas
realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh potensi
yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekwensi keragaman
budaya, etnis, suku dan aliran atau agama. Pluralitas budaya, -sebagaimana terdapat
di Indonesia,- menempatkan pendidikan Multikultural menjadi sangat urgen.
Keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan historis dan sosial yang
tidak dapat disangkal oleh siapapun. Keunikan budaya yang beragam tersebut
memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan karakter pribadi masing–
masingsebagai sebuah tradisi yang hidup dalam masyarakat dan daerah. Tradisi
yang terbentuk akan berlainan dari satu suku/daerah dengan suku/daerah yang lain.
Pergumulan antar budaya memberikan peluang konflik manakala tidak terjadi

1
2

memahami dan menghormati satu sama lain. Proses untuk meminimalisir konflik
inilah memerlukan upaya pendidikan yang berwawasan Multikultural dalam rangka
pemberdayaan masyarakat yang majemuk dan heterogen agar saling memahami
dan menghormati serta membentuk karakter yang terbuka terhadap perbedaan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan multikulturalisme
adalah melalui pendidikan yang multikultural.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian model pendidikam masyarakat multikultural ?


2. Apakah Karateristik Pendidikan Masyarakat Multikultural ?
3. Apakah jenis-jenis model pendidikam masyarakat multikultural?
C. Kegunaan

Dalam berbagai referensi pengetahuan tentang pola komunikasi antar


budaya yang digambarkan di atas, maka berguna untuk:

1. Dapat mengetahui arti dan makna model pendidikam masyarakat


multikultural
2. Dapat mengetahui jenis-jenis model pendidikam masyarakat multikultural
3. Dapat mengetahui faedah mempelajari model pendidikam masyarakat
multikultural
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian model pendidikam masyarakat multikultural

Kata model dalam wikipedia diartikan sebagai rencana, representasi, atau


deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali
berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket,
bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan
matematis.1 Dalam kamus besar bahasa indonesia model berarti pola (contoh,
acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. 2
Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain
Pendidikan adalah Transfer of knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. 3
Sedangkan Multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan
4
aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna
budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan. Rangkaian kata pendidikan dan
multikultural memberikan arti secara terminologis adalah proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai
konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
Pendidikan Multikultural adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada
keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan
perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
arah kerja sama maupun konflik antar sesama manusia. Pendidikan Multikultural
dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan bersama dari

1 Wikipedia bahasa indonesia online


2 KBBI
3 Idris, Zahara, Dasar-Dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya. 1987.
4 Alo Liliweri M.S. (2003: 7-9), dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi
Antarbudaya, mengutip lebih dari lima makna kebudayaan.
3
4
umat manusia dalam era globalisasi yang penuh tantangan baru. Pertemuan antar
budaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah
paham.
Zakiyuddin Baidhawi mendefinisikan pendidikan multikultural adalah
suatu cara untuk mengajarkan keragaman (teaching diversity).5 M. Ainul Yaqin
memahami pendidikan multikultural sebagai strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis,
agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses belajar
menjadi mudah.6 John W. Santrock mendefinisikan pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi prespektif dari
beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.7
Mundzier Suparta dalam bukunya Islamic Multicultural Education,
mencatat lebih dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural,8 diantaranya
adalah; (a) Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi yang menekankan pada
makna penting, legitimasi dan vitalitas keragaman etnik dan budaya dalam
membentuk kehidupan individu, kelompok maupun bangsa. (b) Pendidikan
Multikultural adalah menginstitusionalkan sebuah filosofi pluralisme budaya ke
dalam system pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan
(equality), saling menghormati dan menerima, memahami dan adanya komitmen
moral untuk sebuah keadilan sosial. (c) Pendidikan Multikultural adalah sebuah
pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai
demokratis yang mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir
seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan multikultural merupakan sebuah

5 Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (Jakarta: Erlangga,


2005), hlm 8.
6 Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005). hlm 25.
7 Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005). hlm 25.
8 Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005). hlm 25.
5
komitmen untuk meraih persamaan pendidikan, mengembangkan kurikulum yang
menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok etnik dan memberangus
praktik-praktek penindasan. (d) Pendidikan Multikultural merupakan reformasi
sekolah yang komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang
menentang semua bentuk diskriminasi dan intruksi yang menindas dan hubungan
antar personal di dalam kelas dan memberikan prinsip-prinsip demokratis keadilan
sosial.
Menurut pendapat Blum, pendidikan multibudaya sarat dengan
penghargaan, penghormatan dan kebersamaan dalam suatu komunitas yang
majemuk. Lebih lanjut Blum menegaskan bahwa pendidikan multibudaya meliputi
sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, dan sebuah
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi
penilaian terhadap kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan dalam arti
menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan
mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi
anggota-anggotanya sendiri.9 Blum membagi tiga elemen dalam pendidikan
multibudaya, pertama, menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari dan
menilai warisan budaya seseorang. Kedua, menghormati dan berkeinginan untuk
memahami serta belajar tentang etnik/kebudayaan-kebudayaan selain
kebudayaannya. Ketiga, menilai dan merasa senang dengan perbedaan kebudayaan
itu sendiri; yaitu memandang keberadaan dari kelompok-kelompok budaya yang
berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai
dan dipelihara.10
11
Menurut James A. Banks pendidikan multikultural adalah cara
memandangrealitas dan cara berpikir, dan bukan hanya konten tentang beragam
kelompok etnis, ras, dan budaya. Secara spesifik, Banks menyatakan bahwa

9 A. Lawrence Blum, Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar Ras, Alih


Bahasa: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hlm. 16.
10 A. Lawrence Blum, Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar Ras, h 19
11 Banks, James A. An introduction to Multicultural Education, Boston-London: Allyn and
Bacon Press. h
6
pendidikan multikultural dapat dikonsepsikan atas lima dimensi, yaitu:
1. Integrasi konten ; pemaduan konten menangani sejauh mana guru menggunakan
contoh dan konten dari beragam budaya dan kelompok untuk menggambarkan
konsep, prinsip, generalisasi serta teori utama dalam bidang mata pelajaran atau
disiplin mereka.
2. Proses penyusunan pengetahuan; sesuatu yang berhubungan dengan sejauh mana
guru membantu siswa paham, menyelidiki, dan untuk menentukan bagaimana
asumsi budaya yang tersirat, kerangka acuan, perspektif dan prasangka di dalam
disiplin mempengaruhi cara pengetahuan disusun di dalamnya.
3. Mengurangi prasangka; dimensi ini fokus pada karakteristik dari sikap rasial
siswa dan bagaimana sikap tersebut dapat diubah dengan metode dan mater
pengajaran. Pedagogi kesetaraan; pedagogi kesetaraan ada ketika guru
mengubah pengajaran mereka ke cara yang akan memfasilitasi prestasi akademis
dari siswa dari berbagai kelompok ras, budaya, dan kelas sosial. Termasuk dalam
pedagogi ini adalah penggunaan beragam gaya mengajar yang konsisten dengan
banyaknya gaya belajar di dalam berbagai kelompok budaya dan ras.
5. Budaya sekolah dan struktur sekolah yang memberdayakan; praktik
pengelompokan dan penamaan partisipasi olah raga, prestasi yang tidak
proporsional, dan interaksi staf, dan siswa antar etnis dan ras adalah beberapa
dari komponen budaya sekolah yang harus diteliti untuk menciptakan budaya
sekolah yang memberdayakan siswa dari beragam kelompok, ras, etnis dan
budaya.

Melihat dan memperhatikan pengertian pendidikan multikultural di atas,


dapat diambil beberapa pemahaman, diantaranya; 1) Pendidikan multikultural
merupakan sebuah proses pendidikan yang tidak mengenal batasan atau sekat-sekat
dalam segi kehidupan manusia; 2) pendidikan multikultural merupakan
pengembangan seluruh potensi manusia, baik intelektual, moral, spiritual, maupun
tradisi budaya. 3) Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai dan
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
7

Dari berbagai pengertian tersebut di atas maka yang dimaksud dengan


model pendidikan multikultural adalan suatu konsep penyelengaraan pendidikan
multikural yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan Pendidikan
multikultural.

B. Karakteristik Pendidikan Multikultural

Ada tiga karakteristik pendidikan multikultural,12 yaitu: (1) berprinsip pada


demokrasi, ke setaraan, dan keadilan; (2) berorientasi kepada kemanusiaan,
kebersamaan, dan kedamaian; dan (3) mengembangkan sikap mengakui, menerima,
dan menghargai keragaman budaya. Beberapa karakteristik tersebut dapat dipahami
secara jelas sebagai berikut:
Pertama. Berprinsip pada Demokrasi, Kesetaraan, dan Keadilan. Prinsip
demokrasi, kesetaraan, dan keadilan merupakan prinsip yang mendasari pendidikan
multikultural, baik pada level ide, proses, maupun gerakan. Ketiga prinsip ini
menggaris bawahi bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan. Karakteristik pendidikan multikultural yang berprinsip kepada
demokrasi, kesetaraan, dan keadilan ini agaknya sejalan dengan program UNESCO
tentang education for all vaitu program pendidikan yang memberikan peluang yang
sama kepada semua orang untuk memperoleh pendidikan
Kedua. Berorientasi kepada Kemanusiaan, Kebersamaan, dan Kedamaian.
Untuk mengembangkan prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat, terutama di masyarakat yang heterogen, diperlukan
orientasi hidup yang universal. Di antara orientasi hidup yang universal adalah
kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian. Orientasi hidup yang universal ini
merupakan titik orientasi bagi pendidikan multikultural. Dengan demikian,
pendidikan multikultural menentang adanya praktik-praktik hidup yang menodai
nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian seperti kekerasan,
permusuhan, konflik, dan individualistik. Orientasi pertama bagi Pendidikan
12
Abdullah, M. Amin. 2005. Pendidikan Agama Era Multikultural, Multi Religius. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah.
8

multikultural adalah orientasi kemanusiaan. Kemanusiaan (humanity) yang


dijadikan titik orientasi oleh pendidikan multicultural dapat dipahami sebagai nilai
yang menempatkan peningkatan pengembangan manusia, keberadaannya, dan
martabatnya sebagai pemikiran dan Tindakan manusia yang tertinggi dalam
kebudayaan. Karena multicultural merupakan alat untuk meningkatkan derajat
Manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat fungsinya
bagi keidupan manusia. Sebagai manusia bermartabat terdapat tiga prinsip dalam
kemanusiaan, vaitu: (1) otonomi, rasional, dan penghargaan untuk semua orang;
(2) kesetaraan dan kebersamaan; dan (3) komitmen untuk membantu semua orang
dalam pengembangan potensinva. Jika prinsip pertama bersifat tilosofis, sementara
prinsip kedua bersifat sosio-politis, sedangkan prinsip ketiga bersifat pedagogis 12

Ketiga. Mengembangkan Sikap Mengakui, Menerima, dan Menghargai


Keragaman. Untuk mengembangkan orientasi hidup kemanusiaan, kebersamaan,
dan kedamaian di masyarakat yang majemuk diperlukan sikap sosial yang positif.
Sikap sosial positif ini, antara lain mengambil bentuk kesediaan untuk mengakui,
menerima, dan menghargai keragaman. Pendidikan multicultural memiliki
perhatian kuat terhadap pengembangan sikap-sikap sosial yang positif tersebut.
Dengan demikian, pendidikan multicultural menolak sikap-sikap sosial yang
cenderung rasial, stereotip, dan berprasangka buruk kepada orang atau kelompok
lain yang berbeda suku, ras, bahasa, budaya, dan agama. Menurut Donna M.
Gollnick (1983:23),13 sikap menerima, mengakui, dan menghargai keragaman ini
diperlukan dalam kehidupan sosial di masyarakat yang majemuk. Karena dalam
pandangannva, penerimaan, pengakuan, dan peng hargaan terhadap keragaman
laksana mosaik dalam suatu masyarakat. Di dalam mosaik tercakup semua
kebudayaan dari masyarakat-masvarakat yang lebih kecil (microculture) yang
membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar (macroculturer). Sementara

13 Gollnick, Donna M. 1983. Multicultural Education in a Pluralistik Society. London: The


CV Mosby Company.
9

itu, bagi Lawrence A. Blum (2001:19),14 penerimaan, pengakuan, dan penghargaan


terhadap keragaman merupakan sikap sosial yang diperlukan dalam membangun
hubungan sosial yang harmonis di dalam masyarakat yang majemuk.
Tujuan program pendidikan multikultural adalah untuk membantu setiap
orang:15

1. Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat,


2. menghormati dan mengapresiasi kebhinekaan budaya dan sosio-historis etnik,
3. menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka,
4. memahami faktorfaktor sosial, ekonomis, psikologis, dan historis yang
menyebabkanterjadinya polarisasi etnik, ketimpangan, dan keterasingan etnik,
5. meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis masalah-masalah rutin dan
isu melalui proses demokratis melalui sebuahinkuiri dialogis,
6. mengkonseptualisasi dan mengaspirasikan sebuah visi tentang masyarakat yang
lebih baik, adil dan bebas, dan
7. mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.

Menurut The National Council for Social Studies (Gorski, 2001)16 fungsi
Pendidikan Multikultural adalah sebagai berikut: 1. memberi konsep diri yang jelas
2. membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari
sejarahnya 3. membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu
memang ada pada setiap masyarakat 4. membantu mengembangkan pembuatan
keputusan, partisipasi sosial, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)

C. Jenis-jenis Model Pendidikan Multikultural

Model pendidikan yang ada menunjukkan keragaman tujuan yang


menerapkan strategi dan sarana yang dipakai untuk mencapainya. Pendidikan

14 Hidalgo, Francisco. 1988. Multicultural Education landscape for Reform in the Twently-
first Century. New York: Pergamon
15 Rossi Iskandar, S.Pd.I.,M.Pd, Modul desain Pembelajaran Pendidikan Multikultural di
Sekolah Dsar, h 35
16 Gorski, Multicultural Education and the Digital Devide, h 45
10

multikultural perlu memakai kombinasi model yang ada, agar seperti yang diajukan
Gorski, pendidikan multikultural dapat mencakup tiga hal jenis transformasi,
yakni:transformasi diri, transformasi sekolah dan proses belajar mengajar,
transformasi masyarakat.17
Pendidikan multikultural juga dinilai penting guna menjembatani perbedaan
kepentingan dan perbedaan karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan pengembangan model pendidikan berbasis multikultural diharapkan
mampu menjadi salah satu metode efektif untuk meredam konflik. Selain itu,
pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta
didik untuk benar-benar tulus mengharagai keberagaman etnis, agama, ras, dan
golongan.
Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural
yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, dikenal lima
pendekatan,18 yaitu:

1. Pendidikan mengenai perbedaan-perbedaan kebudayaan atau


multikulturalisme.
2. Pendidikan mengenai perbedaan-perbedaan kebudayaan atau pemahaman
kebudayaan.
3. Pendidikan bagi pluralisme kebudayaan.
4. Pendidikan dwi-budaya.
5. Pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia

Dalam suatu bangsa yang heterogen atau majemuk, multukulturalisme


menjadi sangat penting dikembangkan maka program-program multikultural
senantiasa diarahkan untuk menumbuhkan pemahaman dan partisipasi dari
kelompok-kelompok masyarakat agar tumbuh simpati terhadap perjuangan
multikultural tersebut. Langkah-langkah yang perlu dilakukan 19 sebagai berikut :

17 Gorski, Multicultural Education and the Digital Devide, h 43


18 Estililla Rahayu, dkk. Model – model Pendidikan Multikultural, h 8
19 Estililla Rahayu, dkk. Model – model Pendidikan Multikultural, h 10
11

1. Multikulturalisme perlu menjadi bagian kurikulum pendidikan. Dimensi


multikultural harus tercermin di dalam pelajaran kewarganegaraan, geografi,
sastra, sejarah, politik dan ekonomi. Pendidikan agama dan moral perlu
memperkenalkan realita pluralitas, tanpa mereduksi ke dalam relativisme.
Akan lebih baik bila pemeluk agama yang bersangkutan yang memberi
penjelasan.
2. Di dalam ruang publik, dimensi multikultural perlu mendapat dorongan,
selain dalam bentuk politik, juga dalam ekspresi seni, teater, musik dan film.

3. Perlu dikembangkan program yang memungkinkan dijaminnya refresentasi


minoritas di dalam politik, pendidikan dan lapangan kerja.

4. Pemerintah perlu mendorong pengelola media massa seperti radio, televisi,


koran, majalah dan internet agar memperhatikan dan mempunyai kepedulian
multikultural.

Pendidikan multikultural sebagai upaya menumbuhkan kemampuan untuk


menghormati keragaman budaya memerlukan upaya yang sistematis, terprogram,
terintegrasi dan berkesinambungan. Langkah strategisnya dapat diselenggarakan
melalui berbagai model pendidikan, baik formal, informal maupun non-formal.

Adapun model – model pendidikan multikulturala ada tiga yaitu :

1. Model Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-


sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal
didefinisikan Sebagai berikut “ Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pedidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi”.20
Dalam tataran organisasional, khususnya pada jalur pendidikan formal,

20 Hamijoyo (1973) (Faisal 1981). Pengertian Pendidikan Formal, Nonformal Dan


Informal
12
pendidikan multikultural dapat diterapkan secara integratif ke dalam semua mata
pelajaran dan berbagai kegiatan lintas kurikulum. Menurut Anita Lie, 21 sebaiknya
wawasan multikulturalisme tidak dimasukkan sebagai beban tambahan sebagai
mata pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah dirasakan amat berat oleh guru
dan peserta didik.. Muatan nilai, pengetahuan, dan keterampilan multikultural
disajikan dalam pembelajaran secara terintegrasi, dan didesain sesuai tahapan
perkembangan usia anak didik pada setiap jenjang pendidikan. Muatan-muatan
nilai tersebut perlu dirancang dalam suatu strategi proses pembelajaran yang
mendorong terjadinya internalisasi nilai-nilai.
Keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan berrmasyarakat yang
multikultural diantaranya seperti keterampilan bernegosiasi, keterampilan untuk
mengemukakan pendapat, menghadapi perbedaan, menyelesaikan konflik,
bekerjasama, dan sebagainya. Keterampilan seperti ini bisa dimasukkan ke dalam
proses pembelajaran anak baik melalui kegiatan akademik yang terintegrasi ke
dalam beberapa mata pelajaran maupun ke dalam kegiatan yang bersifat non-
akademik.

2. Model Pendidikan Non formal,

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal


yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja.

21 Lie, Anita. (2006). Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural. http://


64.203.71.11/kompas-cetak/0609/01/opini/2921517.htm. Diakses pada tanggal 8 Juni 2008
13
Konsep dasar pendidikan non formal terbagi menjadi 3 hal dasar, 22 yaitu :
a. Pendidikan non formal sebagai suplemen (penambah),
b. Pendidikan non formal sebagai komplemen (pelengkap),
c. Pendidikan non formal sebagai substitusi (pengganti)..

Dalam pendidikan non-formal di masyarakat dapat dilakukan melalui


lembaga-lembaga adat dan keagamaan yang ada dengan kegiatan-kegiatan seperti
seminar, konfrensi ataupun pelatihan-pelatihan. Secara khusus di negara ini, ulama
atau tokoh agama dan tokoh adat memegang peranan penting, bahkan di beberapa
golongan perkataan seorang tokoh agama dan tokoh adat adalah sebuah nasihat
yang wajib dilakukan. Oleh karena itu, ceramah/ kotbah/ fatwa dari seorang tokoh
agama dan tokoh adat yang memahami akan keanekaragaman sangat
mempengaruhi pola pemikiran umatnya. Oleh karena itu, untuk pendidikan
multikultural non-formal dapat dilakukan pada dua sisi, yakni pertama di level
tokoh agama/adat dan kedua di level umat. Pada level umat dapat dibagi juga
menjadi dua, yakni umat di akar rumput dan umat yang mengecap pendidikan
(sebagai calon tokoh agama ataupun pemimpin masa depan).

3. Model Pendidikan Informal

Pendidikan Informal menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Menurut Axin,23 pendidikan informal adalah pendidikan dimana
warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu
warga belajar. Sementara Coombs menyatakan bahwa Pendidikan informal
merupakan proses sepanjang hayat dimana seseorang memperoleh dan
menghimpun pengetahuan, keterampilan, sikap dan pandangan dari pengalaman
dan terpaan lingkungan di rumah, tempat kerja, tempat bermain, dari contoh
perilaku dan sikap-sikap keluarga dan teman, dari perjalanan. 24

22 Lie, Anita. (2006). Mengembangkan Model Pendidikan Multikultural


23 Faisal (1981). Perbedaan Pendidikan Nonformal Dan Informal
24 Coombs, P. 1984. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Nonformal.
Terjemahan H. Ahmed Manzoor. Jakarta: CV Rajawal
14
Adapun ciri-ciri pendidikan informal menurut Faisal antar lain sama sekali
tidak terorganisasi, tidak berjenjang kronologis, tidak ada ijazah, tidak diadakan
dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, lebih merupakan hasil pengalaman
belajar individual-mandiri.24 Contoh: pendidikan sebagai akibat dari fungsi
keluarga, media massa, acara keagamaan, pertunjukan seni, hiburan, kampanye,
partisipasi dalam organisasi, dan lain-lain.
Konsep dari jalur pendidikan informal ini diberikan kepada setiap individu
sejak lahir dan sepanjang hayatnya, baik melalui keluarga maupun lingkungannya.
Jalur pendidikan ini akan menjadi dasar yang akan membentuk kebiasaan, watak,
dan perilaku seseorang di masa depan.

24 Axin (1976). Pendidikan Nonformal


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model pendidikan multikultural adalan suatu konsep penyelengaraan


pendidikan multikural yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Pendidikan multikultural, Dasar pendidikan multikultural di Indonesia
Pancasila, UUD 1945, Tap/MPR RI Tahun 2001 No. VI dan VII dan UU
Sisdiknas No 20 Tahun 2003, pasal 4 ayat 1 Pendidikan dislenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.

2. Karakteristik pendidikan multikultural ada tiga yaitu:

a. berprinsip pada demokrasi, ke setaraan, dan keadilan;


b. berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian;
c. mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai
keragaman budaya.

3. Model – model pendidikan multikulturala ada tiga yaitu :

a. Model Pendidikan Formal


b. Model Pendidikan Non Formal
c. Model Pendidikan Informal

B. Imflikasi

1. Dapat memahami pengertian model pendidikan multikultural


2. Dapat mengenal karakteristik model pendidikan multikultural
3. Dapat mengetahui model – model pendidikan multikultural

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin, Agama dan Pembentukan Kepribadian Bangda di Indonesia,


2010.

Ali, As’ad Said ,Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, cet.III, jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia. 2010

Axin (1976). Pendidikan Nonformal

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Azra, Azyumardi. 2002. “Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi di


Indonesia “, Jakarta : Grasindo

Buseri, Kamrani, Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah: Pemikiran Teoritis


Praktis Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2003),

Dr. Ir. H. Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi

Faisal (1981). Perbedaan Pendidikan Nonformal Dan Informal

Hamijoyo (1973) (Faisal 1981). Pengertian Pendidikan Formal, Nonformal Dan


Informal

Halim, Abdul, Dialog Antar Umat Beragama, Telaah atas Pemikiran H.A. Mukti
Ali), Tesis. Pascasarjaan UIN Sunan Kalijaga. 2000

Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Kleis et al. (1986) (Nurdin, 1988). Ciri-ciri Pendidikan Nonformal

Mahfud, Choitul , Pendidikan Multikultural, cet.IV, Yogyakarta: Pustaka pelajar,


2013

M. Ainul Yaqin, 2005, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding


untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta:Pilar Media

16
17

Mahfud, Choirul. 2005. Pendidikan Multikultural. Jakarta : Gramedia Pustaka

Masgnud, 2010, Pendidikan Multikultural: Pemikiran dan Upaya Implementasinya,


Yogyakarta: Idea Press

Nimrod aloni, 1999, enciclopedia of humanistic educational. New york: oxford


university press

Parek, Bikhu, terj.Impulse, Rethinking Multiculturalism: Keberagaman Budaya


dan teori Politik, cet.V, Yogyakarta: Kanisius. 2012

Rahman (1989) (Klies et al. 1986) (Faisal 1981). Perbedaan Pendidikan Nonformal
Dan Formal

Robert E Slavin, (2009) Educational Phicology: Theory and Practice, 8th, edition.
New Jersey: Personal Education.

Soedomo (1989) (Axin 1976). Pendidikan Informal

Soedomo (1989) (Axin 1976). Pendidikan Formal

Tilaar, H.A.R., Kekuasaan dan Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 2009

TIM Penyusun BPS, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-
hari Penduduk Indonesia: Menurut Sensus 2010, Jakarta: Badan Pusat
Statistik

http://www.menkokesra.go.id/content/di-indonesia-ada-13-466-pulau-bukan-
17508-pulau

http://www.timlo.net/baca/68719525587/pakai-jilbab-siswi-sma-di-bali-disuruh-
lepas-atau-pindah-sekolah

http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

Anda mungkin juga menyukai