Dosen Pengampu
Drs. I Made Jamin Yasa, M.M
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Kelas: E5/Manajemen
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tingkat Kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek Efisiensi
pada Tahun 2011
2.1.1 Rasio Biaya Operasional Terhadap Partisipasi Bruto Pada KSP Setia Bhakti Wanita
2.1.2 Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Asset pada KSP Setia Bhakti Wanita
2.2 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek
Likuiditas dari Tahun 2011
2.3 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek
Kemandirian dan Pertumbuhan dari Tahun 2011
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak jenis koperasi yang didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan
ekonomi anggotanya. Berdasarkan jenis usahanya, koperasi dibagi menjadi 4 macam, yaitu
Koperasi simpan pinjam, Koperasi konsumen, Koperasi produksi, dan Koperasi serba usaha.
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang hanya menghimpun dana dan
menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam. Koperasi Konsumsi adalah koperasi
adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara
bersama-sama. Sedangkan, Koperasi serba usaha adalah koperasi yang bidang usahanya
bermacam-macam.
Koperasi baik ditingkat pusat maupun daerah perlu untuk melaksanakan penilaian kesehatan
menyatakan kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat,
cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Hal ini diperkuat bahwa, aspek yang digunakan
untuk penilaian kesehatan koperasi antara lain aspek permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, efisiensi, kemandirian dan pertumbuhan, likuiditas dan jati diri koperasi.
Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur merupakan salah satu Koperasi konsumsi
yang memiliki unit usaha berupa unit simpan pinjam, unit toko/ swalayan, dan unit learning
center. Dalam perkembangannya, koperasi ini terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan total
anggota mencapai 13.389 orang pada tahun 2016 dengan omset mencapai 250 miliar pada
tahun 2016.
tahunnya mengalami pertumbuhan, baik dari jumlah anggota maupun omset koperasi, maka
layak untuk dilakukan penilaian kesehatan koperasi ini, khususnya aspek efisiensi, likuiditas,
Untuk koperasi yang menjalankan unit usaha simpan pinjam, kesehatan finansial
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat bahwa koperasi juga dapat dipercaya
sebagai lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara anggota peminjam dan
anggota penyimpan. Sehingga di tahun berikutnya diharapkan semakin menarik minat orang
untuk bergabung serta memberikan gambaran bagaimana kondisi koperasi tersebut dapat
ditinjau dari kinerja keuangan dan manajemen dengan adanya penilaian kesehatan, maka juga
dapat digunakan sebagai acuan setiap pihak yang berkepentingan maupun anggota yang
membuat keputusan apa yang harus dilakukan untuk perkembangan koperasi kedepannya.
1. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari
2. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari
3. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari
koperasi yang dilihat dari aspek efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan di
PEMBAHASAN
Mandiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat berdiri sendiri,
tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan kata kemandirian menyatakan keadaan
dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dalam UU RI no. 25 tahun
1992 tentang perkoperasian juga dimuat kata kemandirian dalam pasal 5 ayat 1, yang
mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi.
Agar kemandirian koperasi dapat tercapai, peran serta dan partisipasi anggota
sebagai pemilik dan pengguna jasa sangat menentukan. Bila anggota dapat
tersebut.
Kata efisien dalam KBBI memiliki pengertian tepat atau sesuai untuk
biaya). Badan usaha koperasi merupakan wadah kesatuan tindakan ekonomi dalam
Profit menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh
berusaha untuk senantiasa membenahi pelayanan baik kepada anggota maupun non
anggota, hingga mencapai kondisi efisien, sehingga usaha yang sudah dilakukan
dengan usaha tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal dengan tidak
rasio, yaitu rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional. Rasio
ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
Pancasila, UUD 1945, dan Garis - Garis Besar Hukum Negara (GBHN) sebagai
sumber hukum tertinggi yang telah ditetapkan oleh MPR-RI sebagai suatu sumber
asas demokrasi. Di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang jelas dan
pasti, maka dari itu koperasi berlandaskan hukum negara yang sangat kuat.
❏ Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pemerintah
Koperasi.
❏ Surat Keputusan Menorang atau anggota teri Negara Koperasi dan PPK No.
Peleburan Koperasi
Koperasi.
2.6 Tingkat Kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek
memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan aset yang
dimilikinya.
2.6.1 Rasio Biaya Operasional Terhadap Partisipasi Bruto Pada KSP Setia Bhakti
Wanita
Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut:
= 31,99%
Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto = 31,99% berada pada
2.6.2 Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Asset Pada KSP Setia Bhakti Wanita
Rasio aktiva tetap terhadap total aset sebesar 4,128% berada dalam rentang antara 0
Volume Pinjaman
103.351.284.399,87
honor karyawan = 1.604.115.792,00 Rasio efisiensi pelayanan sebesar 1,97%, berada pada
2.7 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap
Rasio kas yaitu Kas ditambah dengan Setara Kas dibandingkan dengan Kewajiban
Lancar, perhitungannya:
Rasio Kas KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 16,42%, berada pada rentang
Loan to Deposit Ratio yaitu Piutang Usaha dibandingkan dengan Total Hutang,
perhitungannya:
Loan to Deposit Ratio KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 142,2%, berada pada
rentang rasio kurang dari 150, mendapat nilai 50 dengan skor 2,50.
2.8 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu
aset, perhitungannya:
Rasio rentabilitas aset KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 0,959%, berada pada
rentang kurang dari 5%, mendapat nilai 25, dengan skor 0,75.
2.8.2 Rasio Rentabilitas modal sendiri pada KSP Setia Bhakti Wanita
Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas,
Keterangan: SHU yang dibagikan kepada anggota adalah sebesar 31% dari SHU
sendiri/ekuitas = 0,497%, berada pada rentang rasio kurang dari 5%, mendapat nilai
Rasio kemandirian operasional yaitu Sisa Hasil Usaha dibandingkan dengan biaya
berikut:
𝑆𝐻𝑈 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑥 100%=1.185.724.141,72 x 100% = 11,58%
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎+𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛
10.235.807.215,83
Rasio kemandirian operasional = 11,58%, berada pada rentang rasio kurang dari
1. Penilaian Efisiensi 10 10
2. Likuiditas 15 2,5
- Rasio kas 10 0
- Rasio volume pinjaman terhadap dana yang
5 2,5
diterima
TOTAL 35 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Semua koperasi di Indonesia termasuk Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya dalam
yang terkait, sehingga siapapun yang terlibat dalam koperasi harus tunduk terhadap
2. Dilihat dari segi penilaian efisiensi Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, skor
penilaian koperasi ini dapat dikatakan baik karena telah mencapai skor 8 dari 10. Dari
skor ini dapat dilihat bahwa kinerja yang dilakukan Koperasi Setia Bhakti Wanita
3. Dilihat dari segi likuiditas Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, skor yang
didapatkan hanya mencapai 2,50 dari total skor 15. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa likuiditas Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya sangat rendah
4. Dilihat dari segi kemandirian dan pertumbuhan Koperasi Setia Bhakti Wanita
Surabaya, skor yang didapat mencapai 1,5 dari total skor 10. Hal ini menunjukan
masih rendah dikarenakan perbedaan sisa hasil usaha dengan modal sendiri dan
Untuk koperasi yang menjalankan unit usaha simpan pinjam, kesehatan finansial akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat bahwa koperasi juga dapat dipercaya sebagai
lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara anggota peminjam dan anggota
penyimpan. Dari hasil pembahasan kami, Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya sebaiknya
menurunkan tingkat hutangnya, karena tingkat likuiditasnya yang rendah disebabkan oleh
sebagian besar masih dibiayai dengan hutang. Selain itu, total aset yang dimiliki koperasi ini
lebih banyak pada aset tetap, maka koperasi sebaiknya mulai mengurangi investasi pada aset
tetap dan menambah aktiva lancarnya. Begitu juga dengan tingkat kemandirian dan
pertumbuhan Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya masih rendah, hal ini dapat diatasi
dengan meningkatkan pendapatan koperasi agar SHU yang dihasilkan oleh koperasi menjadi
lebih besar atau dengan memperkecil beban-beban yang harus dibayar. Dengan semakin
besarnya SHU yang dibagikan, setiap anggota akan menerima SHU yang lebih besar
juga.Dalam aspek efisiensi Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sudah sangat baik. Hal ini
anggotanya dari penggunaan aset yang dimilikinya di koperasi. Maka, koperasi perlu
mempertahankan biaya operasional dalam tingkat yang rendah agar partisipasi bruto anggota
semakin meningkat. Serta meningkatkan pendapatan atau total pinjaman dan mulai
Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita. 2011. Laporan Keuangan Koperasi Wanita
Setia Bhakti Wanita Tahun 2011. Surabaya
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2008. PERATURAN MENTERI
NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR: 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Jakarta