Anda di halaman 1dari 20

PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA

DARI ASPEK EFISIENSI, LIKUIDITAS, KEMANDIRIAN, DAN


PERTUMBUHAN

Dosen Pengampu
Drs. I Made Jamin Yasa, M.M

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Putu Sherly Ariani (1832122003)


Ni Luh Putu Siska Ekayanti (1832122015)
I Ketut Suarya (1832122048)

Kelas: E5/Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2021
DAFTAR ISI
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tingkat Kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek Efisiensi
pada Tahun 2011

2.1.1 Rasio Biaya Operasional Terhadap Partisipasi Bruto Pada KSP Setia Bhakti Wanita

2.1.2 Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Asset pada KSP Setia Bhakti Wanita

2.1.3 Rasio Efisiensi Pelayanan

2.2 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek
Likuiditas dari Tahun 2011

2.2.1 Rasio kas pada KSP Setia Bhakti Wanita

2.2.2 Loan to Deposit Ratio pada KSP Setia Bhakti Wanita

2.3 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek
Kemandirian dan Pertumbuhan dari Tahun 2011

2.3.1 Rasio Rentabilitas Aset pada KSP Setia Bhakti Wanita


2.3.2 Rasio Rentabilitas Modal Sendiri pada KSP Setia Bhakti Wanita

2.3.3 Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

2.3.4 Hasil Bobot Penilaian Efisiensi Likuiditas Kemandirian dan Pertumbuhan


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak jenis koperasi yang didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan

ekonomi anggotanya. Berdasarkan jenis usahanya, koperasi dibagi menjadi 4 macam, yaitu

Koperasi simpan pinjam, Koperasi konsumen, Koperasi produksi, dan Koperasi serba usaha.

Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang hanya menghimpun dana dan

menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam. Koperasi Konsumsi adalah koperasi

yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Koperasi produksi

adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara

bersama-sama. Sedangkan, Koperasi serba usaha adalah koperasi yang bidang usahanya

bermacam-macam.

Dalam rangka mengetahui pertumbuhan kinerja suatu koperasi, maka Departemen

Koperasi baik ditingkat pusat maupun daerah perlu untuk melaksanakan penilaian kesehatan

koperasi. Menurut Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008

menyatakan kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat,

cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Hal ini diperkuat bahwa, aspek yang digunakan

untuk penilaian kesehatan koperasi antara lain aspek permodalan, kualitas aktiva produktif,

manajemen, efisiensi, kemandirian dan pertumbuhan, likuiditas dan jati diri koperasi.

Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur merupakan salah satu Koperasi konsumsi

yang memiliki unit usaha berupa unit simpan pinjam, unit toko/ swalayan, dan unit learning
center. Dalam perkembangannya, koperasi ini terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan total

anggota mencapai 13.389 orang pada tahun 2016 dengan omset mencapai 250 miliar pada

tahun 2016.

(Sumber: Kopwan Setia Bhakti Wanita)


Melihat perkembangan Koperasi Setia Bhakti Wanita Jawa Timur yang setiap

tahunnya mengalami pertumbuhan, baik dari jumlah anggota maupun omset koperasi, maka

layak untuk dilakukan penilaian kesehatan koperasi ini, khususnya aspek efisiensi, likuiditas,

kemandirian dan pertumbuhan koperasi.

Untuk koperasi yang menjalankan unit usaha simpan pinjam, kesehatan finansial

akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat bahwa koperasi juga dapat dipercaya

sebagai lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara anggota peminjam dan

anggota penyimpan. Sehingga di tahun berikutnya diharapkan semakin menarik minat orang

untuk bergabung serta memberikan gambaran bagaimana kondisi koperasi tersebut dapat

ditinjau dari kinerja keuangan dan manajemen dengan adanya penilaian kesehatan, maka juga

dapat digunakan sebagai acuan setiap pihak yang berkepentingan maupun anggota yang

membuat keputusan apa yang harus dilakukan untuk perkembangan koperasi kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari

aspek efisiensi pada tahun 2020?

2. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari

aspek likuiditas pada tahun 2020?

3. Bagaimanakah tingkat kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita dilihat dari

aspek kemandirian dan pertumbuhan pada tahun 2020?


1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tingkat kesehatan koperasi dengan menilai tingkat kesehatan

koperasi yang dilihat dari aspek efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan di

Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita pada Tahun 2020.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemandirian Koperasi

Mandiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat berdiri sendiri,

tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan kata kemandirian menyatakan keadaan

dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dalam UU RI no. 25 tahun

1992 tentang perkoperasian juga dimuat kata kemandirian dalam pasal 5 ayat 1, yang

merupakan bagian dari prinsip koperasi.

Kemandirian dalam koperasi dapat dimaksudkan bahwa koperasi harus

mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi.

Terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya,

dan keberanian mempertanggungjawabkan segala tindakan atau perbuatan sendiri

dalam pengelolaan usaha dan organisasi (Sattar, 2017).

Agar kemandirian koperasi dapat tercapai, peran serta dan partisipasi anggota

sebagai pemilik dan pengguna jasa sangat menentukan. Bila anggota dapat

melakukan kegiatan ekonominya melalui koperasi dan koperasi dapat memenuhinya

ini berarti prinsip kemandirian koperasi sudah tercapai.

2.2. Likuiditas Koperasi

Likuiditas merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban finansialnya dalam jangka


pendek. Sederhananya yaitu bagaimana ketersediaan kas dan setara kas perusahaan

untuk memenuhi kewajiban lancar perusahaan.

Likuiditas koperasi dapat menunjukkan kesanggupan kas dan setara kas

koperasi dalam kemampuannya menyokong kewajiban lancar yang dimiliki koperasi

tersebut.

2.3 Efisiensi Koperasi

Kata efisien dalam KBBI memiliki pengertian tepat atau sesuai untuk

mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,

biaya). Badan usaha koperasi merupakan wadah kesatuan tindakan ekonomi dalam

rangka mempertinggi efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan ekonomi individu

anggotanya (Sitio,2001). Juga terdapat satu teori : Managerial Efficiency Theory of

Profit menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh

laba di atas rata- rata laba normalnya.

Efisiensi koperasi sangatlah baik untuk menjadi fokus pengembangan sebuah

koperasi. Dengan meningkatkan efisiensinya maka dapat diperkirakan koperasi akan

berusaha untuk senantiasa membenahi pelayanan baik kepada anggota maupun non

anggota, hingga mencapai kondisi efisien, sehingga usaha yang sudah dilakukan

dengan usaha tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal dengan tidak

membuang waktu, usaha, dan biaya yang berlebihan.

2.4 Pertumbuhan Koperasi


Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga)

rasio, yaitu rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional. Rasio

ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,

profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva

atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

2.5 Dasar Hukum Tentang Koperasi di Indonesia

Indonesia adalah negara hukum yang berpedoman kepada Dasar Negara

Pancasila, UUD 1945, dan Garis - Garis Besar Hukum Negara (GBHN) sebagai

sumber hukum tertinggi yang telah ditetapkan oleh MPR-RI sebagai suatu sumber

asas demokrasi. Di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang jelas dan

pasti, maka dari itu koperasi berlandaskan hukum negara yang sangat kuat.

Tinjauan umum tentang dasar hukum koperasi di Indonesia :

❏ Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

❏ Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

❏ Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh

Pemerintah

❏ Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan

Pinjam oleh Koperasi


❏ Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada

Koperasi.

❏ Surat Keputusan Menorang atau anggota teri Negara Koperasi dan PPK No.

36/Kep/MII/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan

Peleburan Koperasi

❏ Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan PKM No.

19/KEP/Meneg/III/2000 tentang Pedoman kelembagaan dan Usaha Koperasi

❏ Peraturan Menteri No. 01 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar

Koperasi.

2.6 Tingkat Kesehatan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Dilihat dari Aspek

Efisiensi pada Tahun 2011

Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu:

• Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto

• Rasio aktiva tetap terhadap total asset

• Rasio efisiensi pelayanan

Rasio-rasio di atas menggambarkan sampai seberapa besar KSP/USP koperasi mampu

memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan aset yang

dimilikinya.
2.6.1 Rasio Biaya Operasional Terhadap Partisipasi Bruto Pada KSP Setia Bhakti

Wanita

Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut:

Biaya operasional pelayanan x 100% = 4.697.125.378,90 x 100%

Partisipasi bruto 14.681.439.789,13

= 31,99%

Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto = 31,99% berada pada

rentang rasio antara 0-70, maka nilainya 100 dengan skor 4.

2.6.2 Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Asset Pada KSP Setia Bhakti Wanita

Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut:

Aktiva Tetap x 100% = 5.101.714.048,40 x 100% = 4,128%

Total Aset 123.583.873.184,91

Rasio aktiva tetap terhadap total aset sebesar 4,128% berada dalam rentang antara 0

hingga 25, mempunyai nilai 100 dengan skor 4.


2.6.3 Rasio Efisiensi Pelayanan

Perhitungan rasio efisiensi pelayanan ditetapkan sebagai berikut:

Jumlah gaji dan honorarium karyawan x 100%

Volume Pinjaman

= 2.036.215.792 x 100% = 1,97%

103.351.284.399,87

Keterangan: Gaji Pengurus + Gaji pengawas = 432.100.000,00,

honor karyawan = 1.604.115.792,00 Rasio efisiensi pelayanan sebesar 1,97%, berada pada

rentang rasio kurang dari 5% mendapat nilai 100 dengan skor 2.

2.7 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari

Aspek Likuiditas dari Tahun 2011

Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap

2 (dua) rasio, yaitu Rasio kas dan Loan to Deposit Ratio.


2.7.1 Rasio kas pada KSP Setia Bhakti Wanita

Rasio kas yaitu Kas ditambah dengan Setara Kas dibandingkan dengan Kewajiban

Lancar, perhitungannya:

Kas + Setara Kas x 100% = 11.937.819.374,44 x 100% = 16,42%

Kewajiban Lancar 72.701.263.309,46

Rasio Kas KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 16,42%, berada pada rentang

rasio kurang dari 100%, mendapat nilai 0, dengan skor 0.

2.7.2 Loan to Deposit Ratio pada KSP Setia Bhakti Wanita

Loan to Deposit Ratio yaitu Piutang Usaha dibandingkan dengan Total Hutang,

perhitungannya:

Piutang Usaha x 100% = 103.351.284.399,87 x 100% = 142,2%

Total Hutang 72.701.263.309,45

Loan to Deposit Ratio KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 142,2%, berada pada

rentang rasio kurang dari 150, mendapat nilai 50 dengan skor 2,50.

2.8 Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Setia Bhakti Wanita Dilihat dari

Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan dari Tahun 2011

Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu

rentabilitas aset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional.

2.8.1 Rasio Rentabilitas Aset pada KSP Setia Bhakti Wanita


Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total

aset, perhitungannya:

SHU sebelum pajak x 100% = 1.185.724.141,72 x 100% = 0,959%

Total Aset 123.583.873.184,91

Rasio rentabilitas aset KSP Setia Bhakti Wanita sebesar 0,959%, berada pada

rentang kurang dari 5%, mendapat nilai 25, dengan skor 0,75.

2.8.2 Rasio Rentabilitas modal sendiri pada KSP Setia Bhakti Wanita

Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas,

perhitungannya ditetapkan sebagai berikut:

SHU bagian anggota x 100% = 253.168.215,1 x 100% = 0,497%

Modal Sendiri 50.882.609.875,66

Keterangan: SHU yang dibagikan kepada anggota adalah sebesar 31% dari SHU

setelah pajak, yaitu 816.671.661,72 x 31% = 253.168.215,1 Rasio rentabilitas modal

sendiri/ekuitas = 0,497%, berada pada rentang rasio kurang dari 5%, mendapat nilai

25, dengan skor 0,75.


2.8.3 Rasio Kemandirian operasional pelayanan

Rasio kemandirian operasional yaitu Sisa Hasil Usaha dibandingkan dengan biaya

beban usaha ditambah dengan beban perkoperasian, perhitungannya ditetapkan sebagai

berikut:

𝑆𝐻𝑈 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑥 100%=1.185.724.141,72 x 100% = 11,58%
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎+𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛

10.235.807.215,83

Rasio kemandirian operasional = 11,58%, berada pada rentang rasio kurang dari

100%, mendapat nilai 0, dengan skor 0.


2.8.4 Hasil Bobot Penilaian Efisiensi Likuiditas Kemandirian dan Pertumbuhan

No. Aspek Penilaian Bobot Bobot


Standar Real

1. Penilaian Efisiensi 10 10

- Rasio Biaya Operasional Terhadap Partisipasi 4 4


Bruto
- Rasio aktiva tetap terhadap total asset
- Rasio efisiensi pelayanan 4 4
2 2

2. Likuiditas 15 2,5

- Rasio kas 10 0
- Rasio volume pinjaman terhadap dana yang
5 2,5
diterima

3. Kemandirian & Pertumbuhan 10 1,5

- Rasio Rentabilitas Aset 3 0,75


- Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
3 0,75
- Rasio Kemandirian operasional pelayanan
4 0

TOTAL 35 14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Semua koperasi di Indonesia termasuk Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya dalam

melakukan kegiatannya dilindungi oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

yang terkait, sehingga siapapun yang terlibat dalam koperasi harus tunduk terhadap

hukum yang berlaku.

2. Dilihat dari segi penilaian efisiensi Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, skor

penilaian koperasi ini dapat dikatakan baik karena telah mencapai skor 8 dari 10. Dari

skor ini dapat dilihat bahwa kinerja yang dilakukan Koperasi Setia Bhakti Wanita

Surabaya cukup baik.

3. Dilihat dari segi likuiditas Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, skor yang

didapatkan hanya mencapai 2,50 dari total skor 15. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa likuiditas Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya sangat rendah

karena sebagian besar masih dibiayai oleh hutang.

4. Dilihat dari segi kemandirian dan pertumbuhan Koperasi Setia Bhakti Wanita

Surabaya, skor yang didapat mencapai 1,5 dari total skor 10. Hal ini menunjukan

bahwa kemandirian dan pertumbuhan Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya

masih rendah dikarenakan perbedaan sisa hasil usaha dengan modal sendiri dan

total aset yang dimiliki masih sangat jauh.


3.2 Saran

Untuk koperasi yang menjalankan unit usaha simpan pinjam, kesehatan finansial akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat bahwa koperasi juga dapat dipercaya sebagai

lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara anggota peminjam dan anggota

penyimpan. Dari hasil pembahasan kami, Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya sebaiknya

menurunkan tingkat hutangnya, karena tingkat likuiditasnya yang rendah disebabkan oleh

sebagian besar masih dibiayai dengan hutang. Selain itu, total aset yang dimiliki koperasi ini

lebih banyak pada aset tetap, maka koperasi sebaiknya mulai mengurangi investasi pada aset

tetap dan menambah aktiva lancarnya. Begitu juga dengan tingkat kemandirian dan

pertumbuhan Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya masih rendah, hal ini dapat diatasi

dengan meningkatkan pendapatan koperasi agar SHU yang dihasilkan oleh koperasi menjadi

lebih besar atau dengan memperkecil beban-beban yang harus dibayar. Dengan semakin

besarnya SHU yang dibagikan, setiap anggota akan menerima SHU yang lebih besar

juga.Dalam aspek efisiensi Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sudah sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada

anggotanya dari penggunaan aset yang dimilikinya di koperasi. Maka, koperasi perlu

mempertahankan biaya operasional dalam tingkat yang rendah agar partisipasi bruto anggota

semakin meningkat. Serta meningkatkan pendapatan atau total pinjaman dan mulai

menurunkan investasi pada aset tetap.


DAFTAR PUSTAKA

Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita. 2011. Laporan Keuangan Koperasi Wanita
Setia Bhakti Wanita Tahun 2011. Surabaya

Liestiyowati. 2013. Pengertian Koperasi dan Akun-Akun Yang Terkandung.


http://akuntan-si.blogspot.com/2013/10/pengertian-koperasi-dan-akun-akun-
yang.html?m=1. Diakses 22 November 2018

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2008. PERATURAN MENTERI
NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR: 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Jakarta

Sattar. 2017.Buku Ajar Ekonomi Koperasi. Edisi 1. Yogyakarta, Deepublish

Sitio, Arifin. 2001. Koperasi : Teori dan Praktik. Jakarta, Erlangga

Anda mungkin juga menyukai