Anda di halaman 1dari 18

PAPER MANAJEMEN PEMASARAN INTERNATIONAL

BAB 4 (EMPAT)
LINGKUNGAN POLITIK DAN HUKUM

Dosen Pengampu
Ida Ayu Agung Idawati, SE.,MBA

OLEH :

KELOMPOK 3

1. NI PUTU SUKARMI (1832122024)


2. A.A GEDE SEMADI PUTRA (1832122044)
3. NOVITA SASCIA PUTRI (1832122056)

KELAS E5 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2021
Jalan Terompong, No.24 Tanjung Bungkak, Denpasar, Bali
LINGKUNGAN POLITIK DAN HUKUM

 Sub Materi
Dalam bab ini kita akan membahas:
1. Kekuatan politik di host country
2. Tindakan pemerintah host country
3. Iklim dan kekuatan politik home country
4. Penilaian risiko politik
5. Strategi untuk mengurangi risiko politik
6. Kekuatan hukum internasional
7. Meminimalkan masalah yang berkaitan dengan hukum internasional
8. Kecenderungan yang terjadi di yang berdampak terhadap pemasaran Internasional

 Sumber Referensi
Jajat Kristianto,2011. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta: Erlangga
A. Gambaran Lingkungan Politik dan Hukum
Berbeda dengan lingkungan geografi, demografi, ekonomi yang menggambarkan
potensi dan profil permintaan pasar, lingkungan keuangan yang menggambarkan pengaruhnya
terhadap keunggulan bersaing di pasar internasional serta lingkungan budaya dan sosial yang
menggambarkan profil permintaan pasar, maka lingkungan politik dan hukum menggambarkan
potensi masalah yang mungkin dihadapi oleh pemasar internasional di host country. Keegan
(2002:6) mendefinisikan risiko politik sebagai risiko dari sebuah perubahan dalam kebijakan
pemerintah yang dapat berdampak merugikan terhadap kemampuan sebuah perusahaan untuk
beroperasi secara efektif dan menguntungkan ( the risk of a in government policy that would
adversely impact a company’s ability to operate effectively and profitability). Selanjutnya
dikatakannya bahwa bila hal-hal lain setara, semakin terbelakang sebuah negara, semakin besar
risiko politik (all other things being equal, the less development a country, the greater the
political risk).
Jeanet dan Hanessey (1998;102) menawarkan sebuah diagram yang menarik untuk
dikaji dalam upaya kita menilai risiko politik suatu negara serta memilih strategi pengurangan
risiko yang tepat seperti terlihat pada pada peraga 4.1.

Peraga 4.1 Penilaian risiko politik dan strategi-strategi pengurangan risiko.

Kekuasaan-kekuasaan politik host


country

Tindakan-tindakan pemerintah host


country

Iklim dan kekuatan- Kekuatan-kekuatan


Penilaian risiko politik hukum internasional
kekuatan politik home
country

Strategi strategi pengurangan risiko

Sumber : Jeannet, J.P. dan Hennessey H.D.(1998) Global Marketing Strategies, Boston
Houghton Mifflin Company, hal. 102
1. Kekuatan politik di host country
Oleh jeannet dan hennessey, (1998:102-12) kekuatan-kekuatan politik di host country
terdiri dari iklim politik, pemerintahan, kedaulatan nasional, keamanan nasional,
kemakmuran nasional martabat nasional, identitas budaya dan kelompok kelompok
penekan. Menurut pendapat penulis, di antara kekuatan-kekuatan tersebut tarik menarik
antara pemerintah yang berkuasa dengan kelompok kelompok penekan (Pressure groups)
yang ada di dalam negara tersebut lah yang paling berperan. Keduanya dapat menentukan
iklim politik dalam negeri tersebut dan menggunakan isu-isu yang berkaitan dengan
kedaulatan nasional (national sovereighnty), keamanan nasional (national security),
kemakmuran nasional (national prosperity), martabat nasional (national prestige) maupun
identitas budaya bangsa tersebut.

2. Tindakan pemerintah host country


Menurut Jeannet dan Hennessey, (1998 : 112-20) kekuatan-kekuatan politik yang telah
disebutkan akan mempengaruhi tindakan tindakan pemerintah host country dalam bentuk
antara lain:
1) Jaw Boning. Intervensi pemerintah dalam proses bisnis dengan cara tidak resmi
dan kadang-kadang tanpa suatu dasar hukum.
2) “Buy Local” Restriction. Tindakan pemerintah baik dalam bentuk peraturan
maupun kebijakan yang mendorong penggunaan produk-produk baik berbentuk
barang ataupun jasa produksi perusahaan-perusahaan lokal. Biasanya Alasan yang
mendorong tindakan pemerintah ini berkaitan dengan kemakmuran nasional.
3) Hambatan hambatan non tarif. Tindakan-tindakan pemerintah yang
menghambat masuknya produk produk impor baik dalam bentuk penetapan kuota,
persyaratan administrasi dan hambatan hambatan non tarif lainnya motif yang
mendasari tindakan pemerintah ini biasanya adalah kemakmuran nasional.
4) Subsidi. Pemberian subsidi dilakukan dalam rangka menjaga kelangsungan hidup
perusahaan perusahaan lokal Dalam persaingan dengan perusahaan-perusahaan
asing di pasar dalam negeri ataupun untuk membantu perusahaan-perusahaan lokal
nasional untuk bersaing dalam hal harga di pasar internasional. Motif yang
mendasari tindakan pemerintah ini biasanya adalah kemakmuran nasional dan bisa
juga karena keamanan nasional, kedaulatan nasional maupun martabat nasional.
5) Kondisi-kondisi operasional (Operating conditions). Pemerintah host country
mempunyai suatu pengaruh langsung atas operasi-operasi sebuah anak perusahaan
asing dengan memaksakan kondisi-kondisi tertentu kepada operasi anak perusahaan
tersebut seperti misalnya membatasi jam buka toko, periklanan dan distribusi.
6) Kandungan lokal (Local Content). Banyak pemerintah host country mengadakan
peraturan mengenai kandungan lokal yang mengharuskan perusahaan perusahaan
internasional menunjukkan bahwa nilai tambah produk-produk perusahaan
perusahaan internasional itu memenuhi ketentuan akan adanya kandungan lokal ini.
Tindakan pemerintah ini ditujukan untuk mendorong kegiatan kegiatan nilai
tambah lokal (local value-added activities), dan kekuatan politik utama yang
mendasarinya adalah kemakmuran nasional.
7) Boikot. Tindakan pemerintah host kantri ini terkait erat dengan konflik politik yang
terjadi antara pemerintah house dan home country atau dengan negara-negara lain.
Tindakan pemerintah ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat atau sangat
sulit memaksa memasarkan produk-produknya di host country tersebut.
8) Pengambi alihan (Takeover). Tindakan pemerintah pengganti ini adalah tindakan
yang paling merugikan diantara tindakan-tindakan yang telah disebutkan
sebelumnya. Pengambilalihan perusahaan asing oleh pemerintah host country ini
bisa dengan atau tanpa ganti rugi. Pengambilalihan tanpa ganti rugi sama sekali
disebut confiscation. Pengambilalihan dengan atau tanpa ganti rugi disebut
expropriation. Bentuk pengambilalihan lainnya yang lebih halus adalah
domestication yang membatasi segala kegiatan kegiatan ekonomi tertentu kepada
penduduk setempat, seperti misalnya dengan cara menjual sebagian saham
perusahaan asing kepada pihak lokal, mempromosikan staf lokal ke jenjang
manajemen yang lebih tinggi atau Pembelian bahan baku atau komponen komponen
suku cadang yang diproduksi lokal.

3. Iklim dan kekuatan politik home country


Pada dasarnya, kekuatan-kekuatan politik yang telah disebutkan sebelumnya, selain
berlaku di host country, berlaku juga di home country. Demikian juga dengan tindakan-
tindakan pemerintah home country berkaitan dengan kekuatan kekuatan politik yang
bekerja di home country. Namun menurut Jeannet dan hannesst (1998:121), fokus
perhatian kita tertuju pada tindakan-tindakan pemerintah home country yang berdampak
pada pemasaran produk produk kita di suatu host country seperti misalnya embargo,
subsidi dan penerbitan daftar negara-negara yang dapat perlakuan istimewa (Most Favor
Nation-MFN).
4. Penilaian risiko politik
Berdasarkan pemahaman kita atas tindakan-tindakan pemerintah baik koskantri
maupun home country yang didorong atau dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik
yang bekerja di negara-negara tersebut dan dengan memperhatikan faktor-faktor atau
kekuatan hukum internasional, maka kita dapat menilai risiko politik yang mungkin timbul
di host country baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian kualitatif dapat
dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan politik di negara tersebut melalui media
massa baik elektronik maupun cetak. Sedangkan penilaian kuantitatif dapat dilakukan
dengan membeli laporan hasil monitoring yang dilakukan secara berkala seperti The
Political Risk Country Report dari Frost dan Sullivan, The business Environment Risk
Index dari Hamer, The Political System Stability Imdex dari Heandel, et.al. dan The
International Country Risk Guide dari Political Risk Service of E. Syracuse, New York.
Jeannet dan Hennessey (1998:126) menyarankan 6 pertanyaan pokok yang harus
dicari jawabannya berkaitan dengan upaya menilai risiko politik yaitu:
1) Bagaimana stabilitas sistem politik di host country?
2) Seberapa kuat komitmen Pemerintah host country pada aturan-aturan main yang
spesial seperti misalnya hak kepemilikan atau hak kontrak berdasarkan pada
ideologi dan posisi kekuasaannya?
3) Berapa lama pemerintah sekarang akan tetap berkuasa?
4) Bila pemerintah sekarang diganti, apakah aturan-aturan spesifik spesifik yang akan
diganti?
5) Apa dampak dari perubahan aturan-aturan Spesifik utama tersebut?
6) Dari sudut pandang efek-efek tersebut, keputusan- keputusan atau tindakan-
tindakan apa yang harus diambil sekarang?

Untuk memperoleh gambaran mengenai indikator-indikator yang digunakan serta hasil


pemantauan yang dilakukan, mari kita lihat sekilas The International Country Risk Guide
yang diterbitkan oleh Political Risk Services of E. Syracuse setiap bulan dan mencakup
peramalan (perkiraan) dan pemeringkatan (rating) risiko keuangan dan ekonomi dari 130
negara seperti yang dikutip oleh Jeannet dan Hennessey (1998: 127). Peringkat berkisar
antara 100 (risiko minimum) dan 0 (risiko maksimum). Indikator-indikator yang
digunakan termasuk harapan-harapan (expectations) dibandingkan dengan kenyataan,
kegagalan-kegagalan perencanaan, kepemimpinan politik risiko konflik eksternal, korupsi
pemerintahan, tradisi-tradisi hukum dan kebijakan ekonomi, politik dan kualitas. Contoh
laporan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 (hanya sebagian kecil dari total 130 negara).

Tabel 4.1 Risiko negara, di peringkat berdasarkan peringkat risiko komposit.


Negara Peringkat Risiko Komposit Peringkat
Juni 1997 Juni 1996 Juni 1997 Juni 1996
Luksemburg 93,5 91,0 1 1
Norwegia 92,0 91,0 2 1
Jepang 91,0 88,0 3 7
Singapura 90,0 89,0 4 4
Australia 87,0 83,0 10 17
Taiwan 86,0 86,0 11 10
Amerika Serikat 84,5 83,0 20 17
Malaysia 82,0 82,0 27 24
Filipina 74,0 68,0 47 67
Indonesia 71,0 72,0 60 61
Sudan 29,5 33,0 128 125
Somalia 26,0 25,0 129 127
Sumber : Jeannet dan Hennessey (1998), Global Marketing Strategies,Buston : Houghton
Mifflin Company, hal 128-31

Tabel 4.2 Peristiwa-peristiwa politik yang digunakan dalam indeks Feierabend

1. Pemilihan umum
2. Liburan kantor
3. Perubahan hukum yang signifikan
4. Pengambilalihan kantor
5. Kesulitan yang hebat dalam sebuah organisasi non pemerintah
6. Organisasi partai oposisi
7. Tindakan pemerintah melawan kelompok-kelompok yang berarti
8. Pemogokan-pemogokan kecil
9. Pemogokan-pemogokan umum
10. Pemogokan-pemogokan besar
11. Demonstrasi-demonstrasi kecil
12. Demonstrasi-demonstrasi besar
13. Pemberontakan-pemberontakan kecil
14. pemberontakan-pemberontakan besar
15. Pemberontakan-pemberontakan besar yang hebat
16. Penangkapan orang-orang penting
17. Pemenjaraan orang-orang penting
18. Penangkapan beberapa orang-orang tidak penting
19. Penangkapan massal orang-orang tidak penting
20. Pemenjaraan orang-orang tidak penting
21. Pembunuhan-pembunuhan
22. Hukum perang
23. Eksekusi orang-orang penting
24. Eksekusi orang-orang tidak penting
25. Terorisme dan sabotase
26. Perang gerilya
27. Perang sipil
28. Kudeta
29. Pemberontakan
30. Pengasingan
Sumber : Bradley, F (1991), Internasional Marketing Strategy, Prentice Hall Internasional
(UK), hal 165

5. Strategi Untuk Mengurangi Risiko Politik

Jeannet dan Hennessy (1998: 127-33) mengemukakan 6 (enam) pilihan strategi untuk
mengurangi risiko politik yang mungkin dihadapi terutama bila risiko politik di host
country tersebut sangat tinggi. Piliham-pilihan strategi tersebut adalah:

1) Status yang tidak ternilai (invaluable status). Pilihsn strategi ini dapat digunakan
oleh perusahaan-perusahaan asing yang memiliki sesuatu yang istimewa atau tidak
ternilai seperti misalnya penguasaan teknologi maju/tinggi yang sedang diperlukan
oleh pemerintah host country, produk yang unik (sebagai produk dari teknologi
maju/tinggi yang dikuasainya) ataupun operasi perusahaan yang besar yang
menggunakan banyak ataupun operasi perusahaan yang besar yang menggunakan
banyak sekali tenaga kerja setempat (berkatitan dengan lapangan kerja).
2) Investasi vertikal. Jeannet dan Hennessey (1998: 132) mengatakan bahwa pilihan
strategi ini dapat digunakan bila perusahaan asing mempunyai jaringan pabrik-
pabrik khusus (specialized plants) di berbagai negara dan masing-masing pabrik
tersebut saling terkait dan tergantung satu dengan yang lainnya, maka risiko
politiknya kan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang
terintegrasi dan bebas penuh di setiap negara. Denga saling berkaitan dalam proses
produksi antara anak-anak perusahaan yang terletak di negara-negara yang berbeda-
beda, maka seandainya pemerintah host country tempat salah satu anak
perusahaannya berada, sedangkan anak perusahaan tersebut tergabung dalam
jaringan proses produksi, mengambil tindakan yang dapat merugikan anak
perusahaan tersebut dan bahkan melakukan pengambilalihan (tindakan pemerintah
host county yang paling merugikan), manfaat yang akan diperoleh pemerintah host
country tersebut dari tindakan keputusan politik/hukumnya menjdi terbatas.
3) Mencari mitra local. Walaupun pemerintah host country tidak mengharuskan
sebuah perusahaan asing bermitra dengan pengusaha atau perusahaan local bila
ingin beroperasi di negara tersebut, namu perusahaan asing tersebut bisa saja
mendirikan perusahaan patungan dengan pengusaha atau perusahaan lokal sebagai
upaya untuk mengamankan operasional perusahaan dari kemungkinan tindakan
pemerintah host country yang mungkin merugikan. Pilihan strategi ini, dan pilihan-
pilihan strategi selanjutnya, dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan asing
yang tidak mempunyai sesuatu yang istimewa dalam menghadapi kemungkinan-
kemungkinan tindakan pemerintah host country yang dapat merugikannya.
4) Meminjam uang dari lembaga keuangan lokal (local borrowing). Mendanai
operasi local dari pinjaman lembaga keuangan local (bukan dari anak perusahaan
atau cabang bank atau lembaga keuangan asing yang beroperasi di host country
tersebut) dalam jumlah yang besar dapat mengamankan perusahaan asing tersebut
dari kemungkinan keputusan-keputusan yang dapat merugikan karna pemerintah
host country tersebut tidak akan berani menghadapi dampak yang mungkin
timbulterhadap stabilitas lembaga keuangan nasionalnya. Pilihan strategi ini tidak
dapat diterapkan bila pemerintah host country menetapkan kebijakan atau peraturan
yang melarang perusahaan-perusahaan asing untuk melakukan pinjaman seperti ini.
5) Meminimalkan investasi tetap. Pilihan strategi ini dapat dilakukan dengan
carapengadaan aset-aset tetap dilakukan melalui leasing dan bukan denganmembeli
aset-aset tersebut. Menurut penulis, pilihan strategi ini dapat juga dilakukan melalui
pemberian hak lisensi (licensing) atau waralaba (franchising) kepada pengusaha
atau perusahaan lokal.
6) Membeli polis asuransi risiko politik. Pilihan keenam adalah perusahaan-
perusahaan internasional (dalam arti luas) membeli polis asuransi untuk melindungi
dari risiko politik mereka di sutu host country.

6. Kekuatan Hukum Internasional


Menuut Jeannet dan Hennessey (1998; 134), dalam berbagai hal, kerangka kerja
hukum (legal framework) dari suatu bangsa merefleksikan filosofi atau ideologi politik
tertentu. Selanjutnya mereka mengemukakan 4 (empat) sistem hukum yang ada di dunia
yaitu:
1) Sistem hukum yang lahir dari Inggris dan dianut oleh negara-negara bekas jajahan
Inggris yang tergabung dalam persemakmuran (commonwealth) disebut common
law;
2) Sistem hukum yang lahir dari daratan Eropa yang dianut selain oleh negara-negara
Eropa dan juga indonesia disebut code atau civil law;
3) Sistem hukum yang dianut negara-negara sosialis disebut sistem hukum sosialis;
4) Sistem hukum islam yang didasarkan kepada kitab suci Al-Qur’an yang dianut
oleh negara-negara Islam.

 Ciri-ciri common law adalah sebagai berikut :


Hukum tidak ditulis untuk mencangkup semua situasi yang dapat diduga dan
kasus-kasus diputuskan berdasarkan tradisi, praktik umum dan penafsiran undang-
undang.
 Ciri-ciri code law adalah sebagai berikut :
Code law bercirikan mencangkup semua aplikasi hukum yang dapat didug serta
dikembangkan untuk apikasi komersial, sipil dan kriminal.

Keegan dan Green (2004;161) mendifinisikan Hukum Internsional sebagai


aturan-aturan dan prinsip-prinsip di mana pemerintahan sebagai negara nenpertimbangkan
mengikat diri mereka sendiri (the rules ang principles that nation-states consider binding
upon themselves). Selanjutnya mereka mengatakan bahwa hukum internasional
menyinggung mengenai kepemilikan (property), perdagangan (trade), imigrasi dan area-
area lain yang secara tradisionl terlatak pada hak hukum masing-masing bangsa. Keegan
dan Green (2004;162) juga mengatakan bahwa sumber-sumber lain dari hukum
intenasional modern adalah perjanjian/pakta (treaty), kebiasaan internasional, keputusam-
keputusan atas kasus hukum di berbagai negara serta makalah-makalah ilmiah.

Tidak dapat dipungkiri, lingkungan hukum internaional bersifat dinamis dan kompleks.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengikutinya adalah dengan menggunakan jasa
penasihat hukum yang ahli mengenai hukum internasional ataupun hukum di suatu negara
asing tertentu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemasar internasional
yang cerdik agar terhindar dari konflik-konflik yang mungkin tumbul dari aspek hukum
ini antara lain mengenai pendirian perusahaan, yurisdiksi (hak hukum atau batas
kekuasaan), paten dan merek dagang, rahaia-rahasia dagang, pemberian lisensi (licensing),
antitrust atau antimonopoli, penyogokan, kepailitan, pembuatan perjanjian tulis atau
kontrak, tanggung jawab produk atau perlindungan konsumen dan periklanan serta alat-
alat promosi lainnya.

Keegan dan Green (2005;164) mengartikan yuridiksi dalam konteks pemasaran global
sebagai sebuah wewenang yang dimiliki oleh pengalidilan untuk mengatur jenis-jenis
kontroversi khusus yang timbul di luar batas sebuah negara atau menggunakan kekuasaan
terhadap individu atau lembaga dari negara-negara berbeda.

7. Meminimalkan Masalah yang Berkaitan dengan Hukum Internasional

Bradley (1991 : 185-6) menyarankan beberapa hal untuk mengurangi masalah-masalah


yang mungkin timbul dari aspek hukum internasional (international legal problems) yaitu:

1) Menyadari/memahami hokum komersial di masing-masing negara (awareness


of commercial law within countries). Kegiatan-kegiatan komersial dapat
dipengaruhi oleh lingkungan-lingkungan hokum yang berbeda-beda untuk
distribusi, penetapan harga, promosi, pengembangan, dan peluncuran produk serta
tanggung jawab produk (perlindungan konsumen). Salah satu contohnya dapat kita
lihat pada Pemasaran International dalam Praktik 4.3.
2) Unsur-unsur sebuah kontrak internasional yang baik. Sebuah kontrak atau
perjanjian tertulis internasional hendaklah
a. Menggunakan istilah-istilah kontrak yang tidak terkait dengan sebuah budaya.
b. Menggunakan unit-unit ukuran yang jelas .
c. Hindari format kontrak dengan standar domestic dan
d. Terdapat provinsi atau klausul mengenai cara-cara penanganan sebuah
perselisihan, jika terjadi.
3) Provinsi untuk arbitrase. Keegan dan Green (2005: 177) mendefinisikan
arbritrase sebagai sebuah proses negosiasi dimana kedua belah pihak, dengan
mengacu kepada persetujuan sebelumnya, masing-masing sepakat untuk
menggunakannya. Ini adalah sebuah proses yang adil dalam hal para pihak yang
menggunakannya telah menciptakannya sendiri. Pada umumnya, arbritase
melibatkan sebuah dengar pendapat oleh sebuah panel beranggotakan tiga orang
terhadap pihak-pihak yang bersengketa; masing-masing pihak menunjuk seorang
anggota panel dan kedua anggota panel tersebut kemudian menunjuk anggota yang
ketiga. Panel ini membuat sebuah pertimbangan yang akan dipatuhi, yang sudah
disepakati sebelumnya oleh pihak-pihak yang bersengketa. Klausul arbritase
memungkinkan pihak-pihak yang terkait dengan sebuah kontrak sepakat untuk
membawa perselisihan diantara mereka kepada arbitrator sebelum dibawa kejalur
hukum dengan pertimbangan jika perselisihan dibawa ke pengadilan maka
biayanya akan tinggi, memakan waktu, kemungkinan dapat merusak citra
perusahaan, prasangka yang mungkin dihadapi dalam persidangan pengadilan di
negara lain dan sulit untuk memaksakan keputusan-keputusan yang dibuat disuatu
negara dilaksanakan di negara lain. Perjanjian international yang paling penting
berkaitan dengan arbitrase international adalah United Nations Convention on the
Recognition and enforcement of foreign Arbitral Awards yang diselenggarakan di
New York pada tahun 1958 yang dikenal sebagai New York Convention dan
ditandatangani oleh 107 negara termasuk Cina. Selama beberapa dasawarsa,
arbitrase bisnis telah dipromosikan melalui International Court of Arbitration, oleh
International Chamber of Commerce yang berkedudukan di Paris. Badan-badan
arbitrase telah didirikan dibanyak negara antara lain American Arbitration
Association, Beijing Conciliation Center, Swedish Arbitration Institute. Guna
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan para badan arbitrase yang terdapat
diberbagai negara, maka didirikanlah International Council for Commercial
Arbitration (ICCA) yang melakukan pertemuan berkala setiap empat tahun sekali
di lokasi-lokasi yang berbeda diseluruh dunia. Konferensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa mengenai Hukum Perdagangan International (The United Nations
Conference on International Trade Law-UNCITRAL) juga memiliki sebuah
kekuatan yang berarti di area arbitrase.
4) Pengetahuan tentang konvensi-konvensi international. Terdapat sebuah upaya
yang disepakati Bersama secara global untuk melakukan standarisasi dan
koordinasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kepabeanan, label, karantina,
unit-unit ukuran dan perpajakan. Perlu juga dicatat konvensi-konvensi international
yang melindungi hak-hak produk industri di pasar-pasar asing.

Pemasaran International dalam Praktik 4.3


ADIDAS VS KULIT KANGURU
Maksud perusahaan prmbuat sepatu terkemuka, adidas, membuat sepatu olahraga
dari kulit kanguru semata karena adanya program Pemerintah Australia mengurangi
populasi binatang yang terkenal dengan lompatannya yang jauh itu. Tak ada
kaitanya dengan sepatu olahraga dari kulit kanguru membuat si pemakainya juga
bisa melonacat secepat kanguru. Hanya saja, Mahkamah Agung California
melarang sepatu kanguru tadi dijual di negara bagian itu karena adanya ketentuan
melindungi kanguru, seperti halnya perlindungan atas binatang langka, seperti
beruang, elang, dan serigala.
Pihak adidas menegaskan, membuat sepatu olahraga dari kulit kanguru berkaitan
dengan dukungan kepada pemerintah Australia yang melihat populasi kanguru yang
sudah berlebihan bisa membahayakan. Berbagai alasan dikemukakan Adidas, tetapi
Vival USA, sebuah grup hak-hak binatang, tetap melihat peraturan yang berlaku di
California. Kanguru termasuk hewan yang dilindungi di negara bagian Amerika
Serikat itu. Pepatah “lain padang lain belalang”, kanguru dibantai di Australia,
tetapi dilindungi di California.

8. Kecenderungan yang Terjadi yang Berdampak Terhadap Pemasaran


International

Jeannet dan Hennessey (1998: 140-3) mengemukakan 3 (tiga)


kecenderungan yang terjadi di dunia dalam aspek politik dan hukum:

1. Perdagangan bebas. Perdagangan bebas dapat dikatakan, merupakan cita-cita dari


hampir seluruh negara-negara didunia seperti tercermin dalam GATT maupun WTO.
Pada saat ini hanya tinggal sedikit sekali negara-negara yang belum menganut, sedikit
banyak , perdagangan bebas seperti misalnya Kore Utara.
2. Deregulasi. Kecenderungan ini terjadi berkaitan dengan kecenderungan pertama yaitu
perdagangan bebas dan adanya berbagai kesepakatan-kesepakatan ataupun tekanan-
tekanan dari Lembaga-lembaga international yang berpengaruh seperti misalnya WTO,
IMF, Word Bank, dam sebagainya. Dengan deregulasi ini berarti campur tangan
pemerintah terhadap proses perdagangan semakin berkurang dan diserahkan pada
mekanisme pasar bebas.
3. Privatisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah. Kecenderungan ini, sama
seperti pada deregulasi, dipicu oleh kesepakatan-kesepakatan maupun tekanan-tekanan
dari Lembaga international seperti WTO, IMF, Word Bank dan Lembaga-lembaga lain
yang terkait. Dengan adanya privatisas, maka persaingan dalam perdagangan suatu
negara menjadi lebih sehat.

Kecenderungan-kecenderungan tersebut masih dan sedang terjadi hampir diseluruh


dunia dan berdampak positif terhadap pemasaran international. Karena meniadakan
atau minimal mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangan international secara
berarti. Namun disisi lain, terdapat kekuatan-kekuatan yang tidak setuju atau minimal
mencoba melindungi kepentigan-kepentingan mereka dari dari dampak negative
globalisai seperti terlihat pada pemasaran international dalam praktik 4.4 berikut ini:

Pemasaran International dalam Praktik 4.4

PERTEMUAN ILO: PEKERJA GLOBAL PERKUAT DIRI UNTUK MENGHADAPI


KAPITALIS

Para serikat pekerja dan berbagai negara memperkuat diri. Tujuannya adalah
meningkatkan kemampuan menghadapi kesemena-menaan para kapitalis dalam bentuk
perusahaan multinasioanl. Mereka membentuk sebuah organisasi raksasa perkumpulan
baru pekerja bernama International Trade Union Confederation (ITUC), Jumat
(1/11/2006) di Wina.

Para pekerja juga mengakhiri konflik internal dari saling bahu-membahu memperkuat
posisi menentang globalisasi. “Saya menyatakan penciptaan ITUC terdiri dari 306
serikat pekerja negara dan mewakili 165 juta pekerja,” kata Presiden International
Labour Organisation (ILO) Leroy Trotman.
ILO menyelenggarakan pertemuan tiga hari. Hadir dalam pembukaan itu adalah
Presiden Austria Heinz Fischer. Trotman mengatakan bahwa ia sadar mengenai
pentingnyapertemuan itu bagi masa depan gerakan serikat pekerja.

Penciptaan badan baru itu merupakan pertunjukkan solidaritas sesame serikat pekerja
global dalam rangka menghadapi globalisasi, liberalisasi pasar, peningkatan kompetisi,
dan membela hak-hak pekerja global, terutama pekerja bawahan.

Sebelumnya, dunia memiliki dua serikat pekerja, yakni World Confederation of Labour
(WCL) dan International Confederation Off Free Trade Unions (ICFTU). Dua
perkumpulan membubarkan diri dan Bersatu dalam ITUC. Perkumpulan baru itu juga
memasukkan puluhan serikat pekerja dan berbagai negara menjadi anggota baru.

Namun ITUC belum didukung serikat pekerja komunis di Cina, Yaitu World
Federation of Trade Unions (WFTU). Serikat pekerja komunis itu adalah yang terbesar
ketiga di dunia setelah WCL dan ICFTU, WFTU Memiliki 145 serikat pekerja dengan
42 juta pekerja .

Para penyelenggara konferensi berharap konsolidasi itu akan memperkuat barisan di


negara mereka sendiri, dimana posisi mereka sangat lemah dan terancam . serikat
pekerja itu juga memperkuat Serikat pekerja itu juga memperkuat diri dengan tujuan
untuk menyusun mekanisme yang diperlukan untuk menghadapitindakan tak terpuji
dari perusahaan multinasional. Banyak tindakan korporasi global yang merugikan
kepentingan pekerja diberbagai negara.

Hukum Rimba Kapitalis

Pekerja global ingin memastikan bahwa hak-hak pekerja tidak diabaikan.


“Tradisi kekuatan kami akan terus berlanjut. “Kata Guy Ryder, Sekjen IUTC. “Modal
menjangkau seluruh pelosok dunia, tatapi tanpa aturan main , “kata Presiden IUTC
Sharan Burrow. “Tanpa aturan main global bagi pemodal tak akan ada perlindungan
bagi kepentingan pekerja. Bahkan yang terjadi adalah hukum rimba, anatara lain
terlihat dalam bentuk pemutusan hubungan kerja. Konsekuensinya adalah peningkatan
kesenjangan antara si kaya dan si miskin di antara berbagai Negara, “ kata Burrow.
Karena itu, kata Burrow, penting untuk bertindak melalui serikat pekerja agar
memiliki kekuatan kolektif dan memastikan bahwa pekerja mendapatkan hak-haknya.
“ Ini hanya bisa terjadi jika kita bersatu dan menyusun sebuah badan baru yang lebih
kuat dan memiliki mekanisme,” kata Burrow.

Sekjen ITUC Guy Ryder mengatakan, globalisasi telah menyebabkan


penurunan penerimaan dalam 20 th terakhir, yang selanjutnya mengancam gaji
karyawan. Misalnya, pemodal tak mau berkorban untuk kehilangan keuntungan
sehingga harus menekan pekerja.

Sekjen WCL, Willy Thys mengatakan, para pekerja mulai kehilangan kekuatan
di Inggris, Jeran, Amerika Serikat. Jumlah serikat pekerja berkurang menjadi hanya
setengah dalam 15 tahun terkahir. Keberadaan serikat pekerja juga terancam di
Amerika Tengah, Afrika, dan Asia.

ITUC akan memeperkuat diri melalui peningkatan kerja sama dengan lembaga
non pemerintahan. Mereka akan semakin aktif dalam forum anti globalisasi.
 Kesimpulan

Lingkungan politik suatu negra perlu kita pelajari untuk memahami risiko –risiko
politik yang mungkin akan kita hadapi sehingga kita dapat menentukan strategi-strategi untuk
mengurangi risiko politik tersebut. Sedangkan lingkungan hukum suatu Negara dan hokum
international yang berlaku perlu kita pelajari agar kita dapat menghindari kemungkinan-
kemungkinan kesulitan yang akan kita hadapi atau mungkin dapat kita manfaatkan berkaitan
dengan aspek hukum di Negara tersebut dan hokum internationalyang berlaku. Risiko yang
mungkin akan kita hadapi disuatu Negara ditentuka oleh tindakan-tindakan politik yang
dilakukan pemerintah yang berkuasa di Negara tersebut sebagai akibat interaksi antara
pemerintah dengan kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh di Negara tersebut, dan juga
tindakan-tindakan yang bersifat politis yang terjadi di Negara kita yang berkaitan dengan
Negara tersebut.

Adapun isu-isu politik yang sering digunakan dalam interaksi kekuatan-kekuatan


politik tersebut antara lain berkaitan dengan isu kedaulatan nasional, kemakmuran nasional,
prestise nasional, dan sebagainya. Dari risiko-risiko politik yang mungkin dihadapi oleh sebuah
perusahaan internasional disebuah host country, yang paling berat adalah pengambilalihan
perusahaan atau anak perusahaan di host country tersebut oleh pemerintah yang berkuasa di
Negara tersebut.

Ada 6 (enam) pilihan strategi untuk mengurangi risiko politik yang mungkin timbul
antara lain menggandeng mitra lokal, status yang tidak ternilai, meminimalkan investasi, dan
sebagainya . Ada 2 (dua) sistem hukum besar dalam arti banyak penganutnya yaitu common
low yang lahir di inggris dan dianut juga oleh negara-negara bekas jajahan atau menganut kode
atau civil law yang lahir di Eropa daratan yang dianut oleh negara-negara bekas jajahan koloni
negara-negara di Eropa daratan. Disamping itu ada 2 (dua) system hukum lain yang tidak begitu
banyak penganutnya yaitu system hukum islam dan system hukum sosialis. Perlu juga
dipelajari hukum atau konvensi international yang berlaku dan perlu diingat bahwa lingkungan
hukum international bersifat dinamis dan kompleks. Oleh karena itu, cara terbaik untuk
mengikutinya adalah dengan menggunakan jasa penasihat hukum yang ahli mengenai hukum
international ataupun hukum disuatu Negara asing tertentu.

Anda mungkin juga menyukai